Faktor Tentang Loyalitas Pasien
Faktor Tentang Loyalitas Pasien
Faktor Tentang Loyalitas Pasien
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala kemudahan, rahmat, dan berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki, penulis sadar tentu banyak sekali kekurangan yang
terdapat dalam skripsi ini, baik dari segi substansi, penulisan, maupun referensi,
namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Selama penulisan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan, dukungan,
dan pengetahuan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Pujiyanto, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan begitu banyak masukan, nasihat, serta pengetahuan saat
membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
2. Ibu Vetty Yulianty selaku dosen AKK FKM UI yang telah bersedia menjadi
penguji skripsi ini, terima kasih telah memberi masukan yang sangat
bermanfaat.
3. Ibu drg. Ni Made Sumartini, MARS selaku Ka.Sub.Bag Penyusunan Program
& SIM RSUD Kota Bekasi yang merupakan Pembimbing Lapangan saat
penelitian, terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penulis selama proses turun lapangan serta menyempatkan diri untuk hadir
sebagai Penguji Luar saat sidang skripsi ini
4. Seluruh karyawan RSUD Kota Bekasi, terutama karyawan Poliklinik
Eksekutif dan Pak Tono dari Diklat yang telah membantu penulis selama
proses turun lapangan. Terima kasih untuk penerimaan yang baik serta
bantuan yang diberikan selama penulisan mengambil data.
iv
Universitas Indonesia
Penulis
v
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
Kata Kunci:
Loyalitas pasien, karakteristik individu, kinerja pelayanan, daya tarik alternatif lain,
hambatan pindah
ix
Universitas Indonesia
Keyword:
Patient loyalty, individual characteristic, service performance, attractiveness of
alternative, switching barrier
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Proporsi Pendapatan dan Angka Kunjungan Poliklinik Rawat Jalan
Eksekutif Terhadap Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Bekasi Tahun 2008-2010
……… ................................................................................................................................ 2
Tabel 2.1 Penggunaan 5 Dimensi Kualitas Jasa Dalam Bidang Jasa Kesehatan.... .......... 19
Tabel 5.1 Perkembangan RSUD Kota Bekasi.................................................................. 51
Tabel 5.2 Jenis Ketenagaan Berdasarkan Pendidikan RSUD Kota Bekasi Tahun
2012 ........................................................ ......................................................................... 56
Tabel 5.3 Pelayanan Yang Disediakan oleh RSUD Kota Bekasi ……………........ ........ 59
Tabel 5.4 Angka Kunjungan Rawat Jalan Poliklinik RSUD Kota Bekasi
Tahun 2008-2011 ……………………........ ..................................................................... 60
Tabel 5.5. Kinerja Pelayanan Rawat Inap RSUD Kota Bekasi Tahun 2006 – 2011. ....... 61
Tabel 5.6 Komposisi Ketenagaan Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif RSUD Kota
Bekasi Tahun 2012 …………………............................................................................... 67
Tabel 5.7 Kinerja Pelayanan Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi Tahun
2008-2010 ………………………………………………... ............................................. 69
Tabel 6.1 Distribusi Responden Menurut Variabel Karakteristik Individu …........ ......... 71
Tabel 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Variabel Kinerja
Pelayanan ……………. .................................................................................................... 72
Tabel 6.3 Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Reliabilitas ………………………………………………… ............................. 73
Tabel 6.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Variabel Reliabilitas …. ........ 73
Tabel 6.5 Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Daya Tanggap …………………………………………………........................ 74
Tabel 6.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Variabel Daya Tanggap
…. ...................................................................................................................................... 74
Tabel 6.7 Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Jaminan ………………………………………………….................................. 75
Tabel 6.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Variabel Jaminan …. ............. 76
Tabel 6.9 Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
xvi
Universitas Indonesia
Gambar 1.1 Angka Kunjungan Poliklinik Eksekutif Rawat Jalan RSUD Kota
Bekasi Tahun 2008-2011 ........................................................... ........................................ 2
Gambar 1.2 Nilai Retensi dan Akuisisi Pasien Poliklinik Eksekutif RSUD Kota
Bekasi Tahun 2008-2011 . ................................................................................................. 5
Gambar 1.3 Analisis Data Kunjungan Pasien Lama Bulan Desember 2011
Berdasarkan Tahun Kunjungan Pertama . .......................................................................... 4
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Jasa (Tjiptono 2003b dalam Tjiptono
(2007) ………………………………………………... ................................................... 12
Gambar 2.2 Model Kontributor dan Detraktor Loyalitas Merek …. ................................ 18
Gambar 2.3 Tiga Model Loyalitas Pelanggan (Uncles, et al, 2003)…. ............................ 25
Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Loyalitas
(Modifikasi Teori dari Sheth, et a, (1999) dalam Tjiptono (2007), Uncles, et al
(2003, dan Lupiyoadi & Hamdani (2008))…. .................................................................. 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian (Modifikasi Teori dari Sheth, et a,
(1999) dalam Tjiptono (2007), Uncles, et al (2003, dan Lupiyoadi & Hamdani
(2008)) …. ......................................................................................................................... 35
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi Tahun
2012 ………………………………………… .................................................................. 64
Gambar 5.2 Alur Pelayanan Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif RSUD Kota Bekasi ........ 68
xvii
Universitas Indonesia
xviii
Universitas Indonesia
1
Universitas Indonesia
Gambar 1.1
Angka Kunjungan Poliklinik Eksekutif Rawat Jalan RSUD Kota Bekasi
Tahun 2008-2011
Sumber: Data SIM RSUD Kota Bekasi, data diolah
Dari gambar diatas, terlihat bahwa angka kunjungan poliklinik eksekutif menurun
dari tahun 2009 sebesar 7570 kunjungan menjadi 5542 kunjungan ditahun 2010.
Walaupun pada tahun 2011 terjadi kenaikan angka kunjungan, namun kenaikan
tersebut tidak terlalu signifikan, hanya sebesar 137 kunjungan.
Pemasukan rumah sakit salah satunya berasal dari kunjungan pasien rawat
jalan. Penurunan pasien yang terus menerus tentunya dapat berpengaruh pada
pendapatan, sementara dalam Profil RSUD Kota Bekasi Tahun 2010 dinyatakan
bahwa tujuan dan strategi dari RSUD Kota Bekasi ialah meningkatkan
pendapatan.
Tabel 1.1
Proporsi Pendapatan dan Angka Kunjungan Poliklinik Rawat Jalan
Eksekutif RSUD Kota Bekasi Tahun 2008-2010
Proporsi Kunjungan Proporsi Pendapatan Proporsi Pendapatan
Pasien Poliklinik Poliklinik Eksekutif Instalasi Rawat Jalan
Tahun Eksekutif Terhadap Terhadap Total Terhadap Total
Total Kunjungan Pendapatan Ins. Rawat Pendapatan Rumah
Ins.Rawat Jalan Jalan Sakit
2008 3% 22% 6%
2009 4% 16% 7%
2010 3% 8% 12%
Universitas Indonesia
Sumber: Data Kunjungan Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif dan Instalasi Rawat Jalan dari SIM
RSUD Kota Bekasi, Data Pendapatan Instalasi Rawat Jalan dari Sub.Bag Perbendaharaan RSUD
Kota Bekasi, Data Pendapatan Rumah Sakit Dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) RSUD Kota Bekasi, data diolah
Dari Tabel 1.1, sejak tahun 2008 sampai 2010, kontribusi pendapatan yang
diberikan oleh Poliklinik Eksekutif terhadap pendapatan Instalasi Rawat Jalan
secara keseluruhan cukup signifikan apabila dibandingkan dengan proporsi
jumlah pasien yang melakukan kunjungan, namun dari tahun 2008-2010
kontribusi tersebut menurun setiap tahunnya. Selain itu, kontribusi Instalasi Rawat
Jalan terhadap pendapatan rumah sakit mengalami kenaikan sejak tahun 2008.
Bahkan pada tahun 2010, kontribusi yang diberikan oleh Instalasi Rawat Jalan
sudah lebih dari 10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Poliklinik Rawat Jalan
Eksekutif merupakan revenue center yang cukup penting bagi Instalasi Rawat
Jalan, sementara Instalasi Rawat Jalan juga memberi kontribusi yang cukup baik
bagi pendapatan rumah sakit dengan kenaikan konstribusinya setiap tahun. Oleh
karena itu, penurunan angka kunjungan yang terus berlanjut tentunya dapat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh rumah sakit.
Selain angka kunjungan dan kepuasan, kinerja pelayanan juga dapat dilihat
dari angka retensi dan akuisisi kunjungan pasien. Retensi pasien menggambarkan
kemampuan rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya untuk terus memilih
rumah sakit tersebut saat membutuhkan pelayanan kesehatan sementara akuisisi
menggambarkan kemampuan rumah sakit dalam menarik pasien baru agar mau
berobat disana. Nilai retensi dan akuisisi pasien Poliklinik Eksekutif dapat dilihat
dalam grafik berikut:
Universitas Indonesia
Gambar 1.2
Nilai Retensi dan Akuisisi Pasien Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi
Tahun 2008-2011
Sumber: Data SIM RSUD Kota Bekasi, data diolah
Universitas Indonesia
Gambar 1.3
Analisis Data Kunjungan Pasien Lama Bulan Desember 2011
Berdasarkan Tahun Kunjungan Pertama
Berdasarkan data di atas, dari 308 pasien lama yang melakukan kunjungan
ulang, 49% merupakan pasien yang berasal dari tahun kunjungan 2010, 2009,
serta tahun 2008 dan tahun dibawahnya. Dari data tersebut, pasien Poliklinik
Eksekutif dianggap cukup loyal karena pasien yang telah menggunakan jasa di
poliklinik ini dari tahun-tahun sebelumnya masih bersedia memilih Poliklinik
Eksekutif saat membutuhkan pelayanan kesehatan. Namun, loyalitas pasien
memiliki perbedaan yang sangat tipis dengan perilaku pembelian ulang karena
seorang pasien yang terus berkunjung belum tentu memiliki komitmen untuk terus
bertahan menggunakan pelayanan di rumah sakit yang sama (Setiawan, 2011).
Kesetiaan atau loyalitas pasien dapat berubah sewaktu-waktu, salah
satunya karena usaha pemasaran yang dilakukan oleh penyedia jasa (Oliver,
1997). Usaha pemasaran ini dapat berupa bagaimana pelayanan kesehatan
diberikan serta perubahan tarif yang diberlakukan oleh rumah sakit. Menurut
Tjiptono (2007), jasa, seperti halnya pelayanan kesehatan, bersifat inkonsisten
atau dapat bervariasi kualitas, jenis, atau bentuknya, tergantung siapa yang
melakukan dan mengkonsumsi, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Oleh
karena itu, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dipersepsikan berbeda oleh
pasien tergantung siapa dokter yang melayaninya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.1
Model Perilaku Konsumen Jasa (Tjiptono 2003b dalam Tjiptono(2007)
Universitas Indonesia
2.3 Loyalitas
Pembeli yang bertahan untuk terus menggunakan suatu produk barang
atau jasa yang disediakan oleh suatu provider sering diasumsikan sebagai
pelanggan yang loyal. Konsep loyalitas sendiri merupakan konsep dimensional
yang kompleks karena beragamnya definisi dan operasionalisasi konsep ini.
Menurut Oliver (1997), loyalitas merupakan sebuah komitmen yang dipegang
teguh untuk membeli kembali atau terus berlangganan suatu produk baik barang
ataupun jasa secara konsisten dimasa depan, sehingga menyebabkan pembelian
berulang terhadap suatu merek yang sama meskipun pengaruh situasional dan
usaha pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perilaku pembelian
beralih. Sementara itu, Griffin (2005) mendefinisikan loyalitas sebagai pembelian
nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit
pengambilan keputusan. Istilah nonrandom mengacu pada prasangka spesifik dari
pelanggan mengenai apa yang akan dibeli dan dari siapa, perilaku pembelian
bukan merupakan peristiwa acak. Selain itu, loyalitas merujuk pada kondisi dari
durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak
kurang dari 2 kali. Istilah terakhir ialah unit pengambilan keputusan, yang
mengacu pada keputusan untuk membeli mungkin dilakukan oleh lebih dari satu
orang. Karena kompromi terkait pengambilan keputusan inilah, terkadang
seseorang dianggap tidak loyal pada produk atau jasa yang paling disukainya
karena memilih penyedia lain hasil kopromi tersebut. Definisi lain mengenai
loyalitas menurut Lovelock&Wright (200) ialah kesediaan pelanggan untuk terus
berlangganan pada penyedia produk dalam jangka panjang dengan membeli serta
menggunakan produknya secara berulang dan dengan sukarela
merekomendasikan produk tersebut kepada orang terdekatnya.
Beragamnya konsep loyalitas juga dapat terlihat dari definisi 3 ahli yang
dirangkum oleh Tjiptono (2007), yaitu:
Loyalitas merek adalah sikap yang favorable atau senang dengan merek
tertentu disertai dengan pembelian konsisten merek tersebut (Wilkie 1994).
Definisi serupa juga dirumuskan oleh Sheth, et al (1999), namun mereka
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Komitmen (commitment)
Metode pengukuran loyalitas dengan komitmen lebih terfokus pada
komponen emosional/perasaan. Komitmen terjadi dari keterkaitan pembelian yang
merupakan akibat dari keterlibatan ego dengan kategori merek (Beatty, Kahle,
Homer, 1988 dalam Mardalis, 2005). Keterlibatan ego tersebut terjadi ketika
sebuah produk sangat berkaitan dengan nilai-nilai penting, keperluan, dan konsep
diri pelanggan (Mardalis, 2005).
Cara pertama dan kedua merupakan pendekatan perilaku (behavioural
approach), sedangkan cara ketiga dan keempat termasuk dalam pendekatan
attitudinal (attitudinal approach) (Mardalis, 2005). Untuk konsumen jasa,
termasuk loyalitas pasien, metode pengukuran lebih ditekankan pada metode
preferensi serta komitmen karena urutan pembelian lebih sulit diukur mengingat
seorang pasien mengkonsumsi pelayanan di rumah sakit kebanyakan hanya ketika
dia merasa dirinya sedang sakit dan tidak diketahui apakah dia hanya ke 1 rumah
sakit atau mencari pelayanan kesehatan juga di tempat lain.
Komitmen serta preferensi pelanggan yang digunakan sebagai pengukuran
loyalitas dapat menjadi suatu prediksi apakah pelanggan tersebut akan tetap setia
pada penyedia yang sama paling tidak dalam kurun beberapa waktu kedepan.
Menurut Akhter, et al (2011), segmentasi pelanggan berdasarkan loyalitasnya
dapat dibagi menjadi 3 yaitu loyal, dubious, dan disloyal. Pelanggaan yang loyal
adalah pelanggan yang aktif menggunakan suatu produk dan menyatakan akan
terus menggunakannya di masa datang dan juga merekomendasikannya kepada
orang lain. Sementara itu, menurut Stum & Thiry (1991) dalam Griffin (2005)
serta Kotler & Keller (2006), paling tidak terdapat 4 indikator seorang pelanggan
bisa dianggap loyal antara lain:
• Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur (Repeat
Puschase)
• Pelanggan yang membeli untuk produk yang lain ditempat yang sama
(Retention)
• Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain (Referalls)
• Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.2
Model Kontributor dan Detraktor Loyalitas Merek
(Tjiptono, 2007 Diadaptasi dari Sheth, et al, 1999)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari aktivitas promosi pesaing yang menarik minat pelanggan untuk mencoba dan
beralih dari penyedia yang biasa digunakan. Pelanggan yang telah puas dengan
satu merek atau penyedia produk tertentu dapat saja beralih kepada pesaing
apabila pesaing tersebut menawarkan produk atau layanan yang lebih baik
(Tjiptono, 2007).
Menurut Kotler & Keller (2009), Promosi (Promotion) atau komunikasi
pemasaran dalam bauran pemasaran merupakan sarana bagi perusahaan untuk
menginformasikan, membujuk, serta membujuk konsumen—secara langsung
maupun tidak langsung—tentang produk yang mereka jual. Komunikasi
pemasaran merepresentasikan “suara” perusahaan dan produk yang dijualnya serta
sarana dimana perusahaan berdialog dan membangun hubungan dengan
konsumen. Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari delapan model komunikasi
utama, yaitu:
a. Iklan, yaitu semua bentuk terbayar dari presentasi nonpersonal dan promosi
ide, barang atau jasa melalui sponsor yang jelas. Iklan dapat berbentuk cetak
maupun elektronik, brosur dan buklet, papan iklan, poster, dan lainnya.
b. Promosi penjualan, ialah berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong
percobaan atau pembelian produk atau jasa. Beberapa cara yang digunakan
dalam promosi penjualan yang biasa digunakan antara lain, kupon, pameran,
demonstrasi, dan pembiayaan berbunga rendah.
c. Acara dan pengalaman, ialah komunikasi pemasaran dengan cara mengadakan
berbagai program atau kegiatan yang disponsori perusahaan yang dirancang
untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan
merek tertentu.
d. Hubungan masyarakat dan publisitas, ialah beragam program yang dirancang
untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk
individunya. Beberapa kegiatan atau cara dalam model hubungan masyarakat
dan publisitas yang digunakan oleh perusahaan diantaranya pidato,
mengadakan seminar, donasi amal, menerbitkan publikasi atau pressrelease
melalui website perusahaan atau media cetak lain, serta penerbitan laporan
tahunan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.3
Tiga Model Loyalitas Pelanggan (Uncles, et al, 2003)
Model 1 dan 2 merupakan model yang sering digunakan oleh para ahli
namun sering menimbulkan perdebatan. Perdebatan model 1 dan 2 pada akhirnya
ditengahi dengan adanya model 3, yang menyatakan bahwa loyalitas lemah atau
tidak loyal dapat terbentuk oleh pembelian yang dipengaruhi oleh situasi
pembelian, situasi pemakaian, pencarian variasi kondisi, dan karakteristik
individu. Dalam hal ini, karakteristik individu dianggap merupakan variabel
penting dalam studi loyalitas pelanggan. Hal yang sama juga diutarakan oleh
Hurriyati (2010), yang menyatakan bahwa kinerja pemasaran dan karakteristik
individu berpengaruh terhadap kesetiaan pelanggan serta nilai pelanggan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Riset Pemasaran MARS dan Majalah
SWA yaitu Indonesian Customer Loyalty Index (ICL Index) Tahun 2005
mengemukakan bahwa karakteristik individu berhubungan dengan loyalitas
pelanggan terhadap merek barang atau penyedia jasa tertentu (Palupi, 2005).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pindah ke penyedia jasa lain ketika seorang pelanggan tidak puas dengan jasa
yang diterima. Hambatan pindah dapat berbentuk kendala finansial, sosial, dan
psikologis yang dirasakan seorang pelanggan ketika berpindah ke penyedia jasa
baru. Semakin tinggi hambatan pindah, akan semakin mendorong pelanggan
untuk bertahan dengan penyedia jasa lama (Lupiyoadi & Hamdani, 2008). Untuk
pasien yang menjadi pelanggan di rumah sakit, salah satu indikator hambatan
pindah adalah hambatan sosial dan psikologis, yaitu hubungan anterpersonal
antara dokter dengan pasien, frekuensi pertemuan, keramahtamahan, senioritas
dokter, dan perasaan aman pasien (Setiawan, 2011). Menurut Mardalis (2005),
besar kecilnya rintangan berpindah (switching barrier) yang dipersepsikan oleh
pelanggan dapat menjadi penentu pelanggan akan loyal atau tidak terhadap
penyedia produk yang digunakan selama ini. Semakin besar rintangan untuk
berpindah akan membuat pelanggan menjadi loyal, walaupun loyalitas mereka
mengandung unsur keterpaksaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lembaga Riset
Pemasaran MARS dan Majalah SWA mengenai Indonesian Customer Loyalty
Index (ICL Index) Tahun 2005, hambatan pindah menjadi salah satu faktor yang
berhubungan dengan loyalitas pelanggan. Hambatan pindah ini berupa beban atau
biaya yang harus ditanggung konsumen bila ia akan pindah dari satu merek ke
merek lain dan tidak selalu economic value, tetapi juga bisa berkaitan dengan
function, psikologis, sosial, bahkan ritual. Dalam hambatan ekonomis sendiri,
tidak berbicara masalah harga, tetapi juga biaya lain yang harus dikeluarkan
konsumen ketika berganti merek (Palupi, 2005).
Hambatan pindah dapat berupa biaya yang bersifat ekonomis serta
pengorbanan-pengorbanan yang apabila dilihat dari sisi material mungkin tidak
terlalu besar, namun dipersepsikan sebagai pengorbanan yang penting oleh
pelanggan dari sisi psikologis mereka. Menurut Lupiyoadi & Hamdani (2008),
berdasarkan studi-studi sebelumnya, hambatan pindah ini dapat dilihat dari 3
aspek, yaitu biaya perpindahan yang dipersepsikan oleh pelanggan, daya tarik
alternatif yang ada, serta hubungan interpersonal dengan penyedia jasa yang
selama ini digunakan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan atau sejarah kinerja yang memuaskan dari penyedia tersebut. Kemungkinan
biaya ini timbul dari pengetahuan yang baik mengenai level kualitas yang
diberikan oleh provider lama sementara kecil kemungkinan bagi pelanggan untuk
menemukan provider baru dengan kualitas yang sama dan konsekuensi yang
dihasilkan dari ketidaktahuan kualitas provider baru tersebut tinggi. Continuity
cost ini merupakan resiko pindah yang berupa kekhawatiran pelanggan apabila
kualitas dari provider yang lama ini sudah buruk, kemungkinan pelanggan pindah
ke provider lain dan kualitas yang diberikan oleh provider baru ini jauh lebih
buruk dari provider sebelumnya (Jones, 1998). Pada intinya, continuity cost ini
merupakan resiko yang dipersepsikan oleh pelanggan saat ingin mengganti
penyedia jasa karena ketidaktahuan mereka mengenai kualitas jasa yang akan
diterima oleh penyedia jasa baru.
Learning cost:
Learning cost, menurut Tjiptono (2007), merupakan persepsi mengenai
pengorbanan yang harus dilakukan oleh pelanggan berupa keharusan menjelaskan
ulang preferensi atau kondisi pelanggan kepada penyedia jasa yang baru apabila
ingin beralih ke alternatif lain. Dalam hal ini, pelanggan harus mengedukasi
kembali penyedia jasa baru agar bisa memahami dengan jelas keinginan, kondisi,
serta preferensi unik pelanggan yang bersangkutan. Sebagai contoh, pelanggan
pada umumnya enggan mengganti dokter karena harus menjelaskan ulang kondisi
kesehatan pelanggan, seperti riwayat penyakit yang meliputi imunisasi, alergi,
penyakit yang pernah diderita, serta tindakan yang pernah diterima kepada dokter
yang baru
Sementara itu, menurut Jones (1998), learning cost mengacu pada biaya
atau pengorbanan yang mungkin timbul ketika akan beralih penyedia jasa karena
harus mempelajari kembali proses yang berlaku di penyedia jasa baru, karena bisa
jadi proses penyampaian jasa yang diberlakukan oleh penyedia jasa lama sangat
berbeda dengan yang diberlakukan oleh penyedia jasa baru. Pengetahuan
mengenai penyedia jasa baru ini termasuk prosedur yang berlaku, adaptasi dengan
staf penyedia jasa, metode pembayaran, kondisi fisik tempat jasa diberikan, dan
atau peraturan tertulis dari pihak penyedia jasa. Oleh karena itu, seorang
Universitas Indonesia
pelanggan dapat bertahan dengan satu penyedia jasa bukan karena mereka puas
atau merasa nyaman melainkan karena mereka menghindari “harus beradaptasi
atau belajar kembali” proses penyampaian jasa yang harus mereka alami apabila
ingin beralih ke provider lain.
Sunk cost
Menurut Tjiptono (2007), sunk cost merupakan persepsi konsumen
terhadap waktu dan usaha emosional yang telah dihabiskan untuk membangun
dan mempertahankan relasi yang akrab dengan penyedia jasa. Hal ini termasuk
physcological discomfort, karena memutuskan hubungan interpersonal yang sudah
terjalin dengan baik antara pelanggan dengan penyedia jasa lama.
Sunk cost adalah pengeluaran masa lalu atau kerugian non-ekonomi yang
sudah tidak relevan dengan situasi saat ini tetapi secara psikologis relevan kepada
pelanggan. Investasi ini dapat berupa uang yang sebelumnya dihabiskan oleh
penyedia jasa lama, waktu yang telah dihabiskan, serta segala usaha yang terlibat
dalam berurusan dengan penyedia jasa yang selama ini digunakan (Jones, 1998).
Sementara itu, hubungan antarpersonal sebagai hambatan pindah
merupakan hubungan psikologis dan sosial yang merupakan manifestasi diri
sebagai perusahaan yang peduli, dapat dipercaya, akrab, dan komunikatif
sehingga membuat pelanggan merasa memiliki ikatan dan enggan beralih ke
perusahaan lain (Gremler, 1995 dalam Lupiyoadi & Hamdani, 2011). Hubungan
antarpersonal dibangun melalui interaksi antara pemberi jasa dan pelanggan
sehingga dapat memperkuat ikatan antara sehingga pada akhirnya membentuk
hubungan jangka panjang. Selain perusahaan yang menginginkan hubungan
jangka panjang dengan perusahaan, pelanggan juga menginginkan hubungan
antarpersonal yang baik dengan penyedia jasa karena memberikan nilai dan
kenyamanan kepada mereka (Lupiyoadi & Hamdani, 2011).
Selain itu, hambatan pindah ketiga menurut Jones (1998) ialah daya tarik
alternatif yang tersedia. Daya tarik alternatif mengacu pada reputasi, citra, dan
kualitas jasa yang diharapkan lebih unggul atau lebih cocok dibanding penyedia
jasa lain (Setiawan, 2011). Hal ini berarti bahwa pelanggan memiliki perspesi
bahwa penyedia jasa yang selama ini mereka gunakan memiliki reputasi, citra,
Universitas Indonesia
dan kualitas jasa yang lebih baik dibanding berbagai penyedia jasa lain dengan
tawaran jasa yang sama. Menurut Bendapudi & Berry (1997) dalam Setiawan
(2011), persepsi pelanggan tersebut terbentuk sebagai keberhasilan perusahaan
membuat diferensiasi jasa yang unik dimata pelanggan. Jika penyedia jasa
menawarkan jasa yang unik, maka pesaing akan kesulitan untuk menirunya, atau
jika terdapat sedikit alternatif pesaing yang tersedia di pasar, maka pelanggan
cenderung bertahan pada penyedia jasa lama.
2.4 Kerangka Teori
Dalam berbagai literatur yang dikemukakan, loyalitas yang dimiliki oleh
pelanggan terhadap merek atau penyedia jasa yang selama ini mereka gunakan
dapat berhubungan dengan berbagai faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari,
antara lain kinerja produk yang dirasakan oleh pelanggan, keberadaan pesaing
yang memproduksi produk yang sama, fakor internal individu yang bersangkutan,
serta hambatan pindah yang dipersepsikan oleh pelanggan. Faktor-faktor tersebut
terangkum dalam kerangka teori yang digunakan dalam penelitian. Kerangka teori
ini merupakan modifikasi dari teori yang dikemukakan oleh Sheth, et al (1999)
dalam Tjiptono (2007), Uncles, et al (2003), dan Lupiyoadi & Hamdani (2008),
yaitu:
Universitas Indonesia
Kontributor/ Faktor
Detraktor/ Faktor
Positif
Negatif
Loyalitas Kinerja
Daya Tarik
Alternatif Loyal Faktor Sosial &
Emosional
(Sheth, et al (1999) Tidak Loyal
dalam Tjiptono (2007) Kebiasaan
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
berpindah ini dilihat berdasarkan switching cost menurut Patterson & Smith (2003)
dalam Tjiptono (2007), antara lain Continuity Cost dan Learning Cost.
Keempat variabel independen dari teori-teori di atas digunakan untuk melihat
hubungannya dengan variabel dependen, yaitu loyalitas pasien Poliklinik Eksekutif
RSUD Kota Bekasi. Untuk lebih jelas kerangka konsep penelitian ini didigambarkan
dalam bagan berikut.
Karakteristik Individu
•Umur
•Jarak tempat tinggal
•Penghasilan
•Penanggung Biaya
•Pendidikan
Kinerja Pelayanan
•Reliabilitas
•Daya Tanggap
•Jaminan
•Empati LOYALITAS
•Bukti Fisik
Hambatan Pindah
•Hubungan Antarpersonal
•Continuity Cost
•Learning Cost
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
(Modifikasi Teori dari Sheth, et al (1999) dalam Tjiptono (2007), Uncles, et al
(2003), dan Lupiyoadi & Hamdani (2008))
Universitas Indonesia
Jarak tempat Persepsi responden tentang jarak antara Kuisioner Pengisian Ordinal 1. Jauh
tinggal rumah responden dengan Poliklinik Kuisioner 2. Dekat
Eksekutif RSUD Kota Bekasi
Penghasilan Jumlah uang yang diterima oleh responden Kuisioner Pengisian Ordinal 1. < Rp 1.000.000,00 =
dan anggota rumah tangga dari pekerjaan Kuisioner Rendah
mereka dibagi dengan jumlah anggota rumah 1. ≥ Rp 1.000.000,00 =
tangga yang ditanggung dan tinggal bersama Tinggi
dalam 1 rumah
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
37
Reliabilitas Pendapat responden tentang kemampuan Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
Poliklinik Eksekutif memberikan layanan Kuisioner 3. Baik ≥ (12) median
yang dijanjikan dengan akurat 4. Tidak Baik < (12)
median
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
38
Jaminan Pendapat responden tentang pengetahuan, Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
kompetensi, dan kesopanan para pegawai Kuisioner 1. Baik ≥ (15) median
poliklinik eksekutif dalam memberikan 2. Tidak Baik < (15)
pelayanan median
Empati Pendapat responden tentang kemudahan Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
dalam berkomunikasi, perhatian pribadi, dan Kuisioner 1. Baik ≥ (15) median
pemahaman atas kebutuhan individual pasien 2. Tidak Baik < (15)
yang diberikan oleh pegawai Poliklinik median
Eksekutif
Bukti Fisik Pendapat responden mengenai fasilitas fisik Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
yang disediakan Poliklinik Eksekutif Kuisioner 1. Baik ≥ (11) mean
2. Tidak Baik < (11)
mean
3 Daya tarik Seberapa atraktif rumah sakit lain Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
rumah sakit dipersepsikan oleh responden dilihat dari Kuisioner 1. Tidak Menarik ≥
lain aktivitas promosi yang mereka lakukan, yaitu (10) mean
iklan, promosi paket pemeriksaan/ diskon 2. Menarik < (10) mean
khusus, serta rekomendasi dari kerabat
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
39
Continuity Pengorbanan (cost) yang dirasakan oleh Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
Cost pasien apabila harus pindah dari Poliklinik Kuisioner 1. Hambatan Tinggi ≥
Eksekutif berupa ketidakyakinan akan (10) mean
kualitas pelayanan yang akan diterima dari 2. Hambatan Rendah <
rumah sakit lain (10) mean
Learning cost Pengorbanan (cost) yang dirasakan oleh Kuisioner Pengisian Ordinal Cut off Point:
pasien apabila harus pindah dari Poliklinik Kuisioner 1. Hambatan Tinggi ≥
Eksekutif berupa keharusan mempelajari (11) mean
proses pelayanan yang berlaku di rumah 2. Hambatan Rendah <
sakit lain serta adaptasi kembali dengan (11) mean
dokter dan pegawai
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
41
4.3 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara Karakteristik Individu (Umur, Jarak tempat tinggal,
Penghasilan, Penanggung Biaya, dan Pendidikan) dengan loyalitas pasien
Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi
2. Terdapat hubungan antara Kinerja Pelayanan (Reliabilitas, Daya Tanggap,
Jaminan, Empati, dan Bukti Fisik) dengan loyalitas pasien Poliklinik
Eksekutif RSUD Kota Bekasi
3. Terdapat hubungan antara Daya Tarik Rumah Sakit Lain dengan loyalitas
pasien Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi
4. Terdapat hubungan antara Hambatan Pindah (Hubungan Antarpersonal,
Continuity Cost, dan Learning Cost) dengan loyalitas pasien Poliklinik
Eksekutif RSUD Kota Bekasi
Universitas Indonesia
Faktor-faktor..., Andina Sri Fahmi, FKM UI, 2012
BAB 4
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
.P(1 P).N
2
n Z 1 / 2
( N 1) Z12 / 2 .P(1 P)
2
d
Sumber: (Lemeshow et al, 1997 dalam Suyatno, 2010)
n = Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
N = Jumlah populasi
Z 1 / 2
Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% 1,96)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
No Variabel ∑Item ∑Item ∑Pertanyaan Cronbach’s
Pertanyaan Pertanyaan Yang Alpha
Sebelum Sesudah Uji Tidak Valid Pertanyaan
Uji yang Valid
1 Kinerja
Pelayanan
Realibilitas 5 4 1 0.720
Daya Tanggap 5 4 1 0.808
Jaminan 6 5 1 0.809
Empati 6 5 1 0.781
Bukti Fisik 5 4 1 0.713
2 Daya Tarik 4 4 - 0.681
Rumah Sakit
Lain
3 Hambatan
Pindah
Hubungan 5 3 2 0.648
Antarpersonal
Continuity Cost 5 4 1 0.797
Learning Cost 5 4 1 0.764
4 Loyalitas 5 3 2 0.683
Kuesioner penelitian yang telah melewati uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat
pada Lampiran 2.
4.5 Pengolahan Data
Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, maka proses
selanjutnya adalah pengolahan data. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan
dalam pengolahan data yang dilakukan:
1. Editing
Hasil kuesioner yang telah diperoleh selanjutnya diperiksa
kelengkapannya. Editing data dilakukan untuk memastikan bahwa semua butir
pertanyaan dalam kuesioner terisi lengkap.
2. Coding
Koding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap pilihan
jawaban dalam kuesioner. Untuk variabel yang menggunakan skala Likert, kode
yang digunakan untuk masing-masing jawaban ialah:
Universitas Indonesia
Sangat Setuju: 4
Setuju: 3
Tidak Setuju: 2
Sangat Tidak Setuju: 1
Namun, untuk variabel Daya Tarik Rumah Sakit Lain, hubungannya berbanding
terbalik dengan loyalitas (semakin tidak tertarik, pasien semakin loyal), sehingga
kode untuk setiap pilihan jawabannya menjadi:
Sangat Setuju: 1
Setuju: 2
Tidak Setuju: 3
Sangat Tidak Setuju: 4
Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data
entry).
3. Data Entry
Jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode dimasukkan
ke dalam program atau software komputer. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan program SPSS for Windows.
3. Pembersihan Data (Cleaning)
Setelah semua data dari responden selesai dimasukan, maka dilakukan
proses pembersihan data (data cleaning). Proses ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan atau ketidaklengkapan data agar selanjutnya bisa
dikoreksi.
4.6 Analisis Data
Setelah data mengalami pengolahan, data tersebut dianalisis untuk
mendapatkan makna dari data yang telah didapatkan. Hasil analisis data ini
digunakan untuk menjawab masalah penelitian yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan loyalitas pasien Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif RSUD
Kota Bekasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
software komputer yaitu SPSS for Windows dan terdiri dari analisis Univariat dan
Bivariat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi merupakan rumah sakit
tipe B Non Pendidikan. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Pramuka No. 55 Bekasi
dengan menempati area seluas kurang lebih 13.100 m2.
5.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit
Pendirian RSUD Kota Bekasi berawal pada tahun 1939. Saat itu, seorang
tuan tanah menghibahkan bangunan berukuran 108 m2 di atas tanah seluas 400 m2
miliknya untuk dijadikan balai kesehatan yang dapat digunakan untuk
kepentingan umum. Saat itu, wilayah Bekasi masih merupakan daerah terpencil
dan merupakan bagian dari Karisedenan Jatinegara.
Pada tahun 1942, yang merupakan masa kependudukan Jepang, balai
kesehatan ini mendapat perhatian sehingga dikembangkan menjadi Poliklinik
Bekasi. Pengembangan tersebut dipimpin oleh seorang patriot pejuang
kemerdekaan bernama Bapak Jasman. Pada Tahun 1945, poliklinik tersebut
dijadikan basis perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada
tanggal 24 Juli 1946, Poliklinik Bekasi berubah status menjadi RS Pembantu.
Selanjutnya pada tahun 1956 kepemimpinan digantikan oleh seorang juru rawat
dari RS Pembantu Banjaran, bernama Bapak S Wijaya. Pada saat kepemimpinan
beliau, RSUD Kota Bekasi yang saat itu masih berstatus RS Pembantu kembali
berubah status menjadi RSU Kab. Bekasi dengan kapasitas 10 tempat tidur dan
penambahan bangunan untuk perawat dan bidan. Kemudian pada Tahun 1960,
kepemimpinan Bapak S Wijaya berakhir karena beliau pensiun dan digantikan
oleh Bapak H. Nadom Miadi.
Pada tahun 1973, kepemimpinan Rumah Sakit mulai dipegang oleh
seorang dokter dibantu oleh beberapa tenaga medis dan non medis. Sejak saat
50
Universitas Indonesia
itulah organisasi dan tata laksana RSUD Kota Bekasi ditetapkan. Selanjutnya,
rumah sakit semakin berkembang dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe C,
berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia Nomor 051/Menkes/SK/II/1979
tentang Pengelolaan Rumah Sakit Umum Pemerintah. Pada tanggal 1 April 1999,
rumah sakit ini kemudian diserahkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi
kepada Pemerintah Daerah Kotamadya Tingkat II Bekasi sehingga mulai saat itu
RSUD resmi menjadi milik Pemerintah Kota Bekasi.
Pada tanggal 30 November 2000 akhirnya ditetapkan Peraturan Daerah
Kota Bekasi Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum
Daerah Pemerintah Kota Bekasi sekaligus peningkatan status rumah sakit menjadi
RSUD Kelas B Non Pendidikan Pemerintah Kota Bekasi oleh Walikota. Pada
Tahun 2001, dikeluarkan kebijakan yang menetapkan RSUD Kota Bekasi menjadi
Unit Swadana yaitu Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2001. Untuk melengkapi
dasar hukum dalam operasional Rumah Sakit, ditetapkan juga suatu Peraturan
Daerah yaitu Perda Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
RSUD Kota Bekasi. Perkembangan terakhir dari tata kelola rumah sakit ini ialah
pada tahun 2009, dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor 060/Kep.251-
Org/VII/2009 tentang RSUD Kota Bekasi yang menetapkan RSUD Kota Bekasi
menjadi BLUD dengan status penuh dan berlaku hingga saat ini. Untuk lebih
jelas, sejarah perkembangan status rumah sakit beserta pemimpin dan masa
kepemimpinannya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Perkembangan RSUD Kota Bekasi
Tahun Pemimpin Status
1939-1942 Dr Keresidenan Balai Kesehatan
1942-1946 Djasam Poliklinik Bekasi
1946-1956 Djasam RS Pembantu
1956-1970 S.Widjaya RSUD Kab Bekasi
1970-1971 dr Chasbullah A.M RSUD Kab Bekasi
1971-1976 dr SukarnoKartasumitra RSUD Kab Bekasi
1976-1983 dr H.Abdul Radjak RSUD Tipe C. 1976
51
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Strategi ini berisi rencana
menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara
operasional dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai
satu cara untuk mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi, maka strategi yang
ditetapkan oleh RSUD Kota Bekasi terdiri atas kebijakan dan program. Rumusan
kebijakan RSUD Kota Bekasi demi mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai sampai dengan akhir tahun 2013, ialah:
Meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat;
Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah sakit sesuai dengan pelayanan
yang berkembang;
Meningkatkan kualitas pelayanan pada keluarga miskin;
Meningkatkan kualitas tenaga Rumah Sakit yang professional
Meningkatkan jenis pelayanan dan pendukung/penunjang pelayanan
kesehatan
Meningkatkan kerja sama pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga
Meningkatkan pengelolaan manajemen Rumah Sakit
Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit
Sementara itu, program yang disusun oleh RSUD Kota Bekasi sebagai bagian dari
strategi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, ialah
Obat dan perbekalan kesehatan;
Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit;
Pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit;
Pelayanan kesehatan penduduk miskin;
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan;
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan
Sementara itu RSUD Kota Bekasi juga memiliki falsafah yang dijunjung
sebagai nilai organisasi. Adapun Falsafah/Nilai Organisasi RSUD Kota Bekasi
ialah:
53
Universitas Indonesia
Tugas pokok yang diemban oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Bekasi ialah membantu Walikota melaksanakan sebagian kewenangan
Pemerintah di bidang kesehatan khususnya pada pelayanan umum rumah sakit
yang meliputi program dan kegiatan penyembuhan, pengobatan, pemulihan, dan
pencegahan penyakit dari pasien. Selain tugas pokok tersebut, RSUD Kota Bekasi
mempunyai beberapa fungsi yaitu:
Perumusan program dan kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Penyelenggaraan Administrasi perkantoran yang meliputi: urusan tata
usaha, kepegawaian, rumah tangga, dan perlengkapan.
Penyelenggaraan pelayanan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan
farmasi di bidang medis.
Penyelenggaran pelayanan penunjang medis dan non medis
Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Penyeleggaraan pelayanan rujukan.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
Penyelenggaran administrasi umum dan keuangan.
Penyusunan laporan bulanan, triwulan, dan tahunan dan atau setiap
penyelenggaraan kegiatan.
Karena merupakan perangkat daerah dan berada dibawah wewenang
Walikota melalui Sekretaris Daerah, struktur organisasi yang berlaku di RSUD
Kota Bekasi juga diatur oleh peraturan walikota. Struktur organisasi RSUD Kota
54
Universitas Indonesia
Bekasi yang berlaku saat ini diatur dalam Peraturan Walikota Bekasi Nomor 32
Tahun 2010 Tentang Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah. Adapun susunan
organisasi yang berlaku di rumah sakit ini, ialah:
1. Direktur yang dibantu oleh Wakil Direktur Umum dan Keuangan serta
Wakil Direktur Pelayanan Kesehatan
2. Wadir Umum dan Keuangan, yang membawahi Kepala Bagian
Kesekretariatan, Kepala Bagian Perencanaan, dan Kepala Bagian
Anggaran.
3. Wadir Pelayanan Kesehatan yang membawahi Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan, Kepala Bidang Keperawatan, dan Kepala Bidang Penunjang
Pelayanan
4. Kepala Bagian Kesekretariatan, yang membawahi Kepala Sub. Bagian
Tata Usaha, Kepala Sub. Bagian Kepegawaian, dan Kepala Sub. Bagian
Hukum, Publikasi, dan Informasi
5. Kepala Bagian Perencanaan, yang membawahi Kepala Sub. Bagian
Penyusunan Program dan SIM RS, Kepala Sub. Bagian Rumah Tangga
dan perlengkapan, dan Kepala Sub. Bagian Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
6. Kepala Bagian Anggaran, yang membawahi Kepala Sub. Bagian
Anggaran dan Mobilitas Dana, Kepala Sub. Bagian Perbendaharaan, dan
Kepala Sub. Bagian Akuntansi dan Verifikasi
7. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, yang membawahi Kepala Seksi
Pelayanan Medik dan Kepala Seksi Rekam Medik
8. Kepala Bidang Penunjang Kesehatan, yang membawahi Kepala Sub
Bidang Penunjang Medik dan Kepala Sub. Bidang Penunjang Non Medik
9. Kepala Bidang Keperawatan, yang membawahi Kepala Sub Bidang
Keperawatan dan Kepala Sub. Bidang Keperawatan Asuhan
10. Kepala Instalasi, yang membawai setiap instalasi yang ada di RSUD Kota
Bekasi, yaitu:
a. Instalasi Rawat Jalan b. Instalasi Rawat Inap
55
Universitas Indonesia
Rumah sakit merupakan institusi padat karya yang didukung oleh sumber
daya manusia dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sumber daya yang
mendukung ketenagaan RSUD Kota Bekasi berdasarkan pendidikan terakhir
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2
Jenis Ketenagaan Berdasarkan Pendidikan RSUD Kota Bekasi Tahun 2012
Status Tenaga
No Jenis Ketenagaan Non Jumlah
PNS TKK
PNS
Dokter Spes, Dokter Umum, Dokter Gigi
1.A
Fungsional
- Spesialis Penyakit Dalam 4 0 1 5
- Spesialis Kebidanan & Kandungan 4 1 0 5
- Spesialis Bedah 3 0 1 4
- Spesialis Bedah Orthopedi 2 0 0 2
- Spesialis Anak 6 0 0 6
- Spesialis Bedah Syaraf 1 0 0 1
- Spesialis Bedah Urologi 2 0 0 2
- Spesialis Bedah Plastik 0 0 0 0
- Spesialis Anestesi 0 0 3 3
- Spesialis Patologi Klinik 2 0 0 2
- Spesialis Patologi Anatomi 0 0 0 0
- Spesialis Radiologi 1 0 1 2
- Spesialis Penyakit Mata 4 0 0 4
56
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Analis Kesehatan/SMAK 9 0 0 9
- D4 Fisioterapi 2 0 0 2
- D3 Fisioterapi 9 0 0 9
12
- D3 Terapi Wicara 2 0 0 2
- D3 Okupasi Terapi 1 0 0 1
- D3 Rekam Medik 3 0 0 3
13
- D3 Perumahsakitan 3 0 0 3
14 - S2 Gizi 1 0 0 1
- S1 Gizi 2 0 0 2
- D4 Gizi 1 0 0 1
- D3 Gizi 8 0 0 8
- D1 Gizi / SPAG 1 0 0 1
15 - D3 Kesehatan Lingkungan 7 0 0 7
16 - D3 Teknik Elektromedik 3 0 0 3
- S2 Administrasi/Sains 5 0 0 5
17
- S2 Magister Pendidikan 1 0 0 1
- S1 (Sarjana/Administrasi)
- Ekonomi Akuntansi 10 0 3 13
18
- Ekonomi Manajemen 3 0 1 4
- Teknik Komputer 1 0 2 3
- Teknik Umum 1 0 1 2
- Teknik Sipil dan Perencanaan 0 0 1 1
- Komunikasi 0 0 2 2
18
- Hukum 3 0 1 4
- Lainnya (Sos, Ek.Bang,Manaj Infor, Sistem Inf,
S.Si, MIPA) 10 0 5 15
- D3 Administrasi 3 0 0 3
- Ekonomi Akuntansi 2 0 0 2
- Ekonomi Manajemen 1 0 0 1
19 - Manajemen Informasi 1 0 3 4
- Komputer 0 0 0 0
- Komputer Akuntansi 0 0 3 3
- Lainnya (Adm.Sist.Infor,Manaj.Pely.RS) 0 0 3 3
20 - SMA / KPAA/MA/SGO 81 1 65 147
- SMA /Tranfusi Darah 2 0 2 4
21 - SMEA 18 0 1 19
22 - STM 12 0 2 14
23 - SMK 9 0 15 24
24 - SMKK 3 0 0 3
25 - SMP 29 0 29 58
26 - SD 12 1 6 19
Jumlah 644 3 221 868
Sumber: Data Sub Bagian Kepegawaian RSUD Kota Bekasi Tahun 2012
58
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
Tahun
NO POLIKLINIK
2008 2008 2008 2008
12 JANTUNG 7,226 6,877 9,435 11,846
13 PARU 15,694 13,445 14,313 14,730
14 BDH. SYARAF 441 545 512 596
15 BDH UROLOGI 2,716 2,720 3,267 3,684
16 UMUM 10,989 6,073 1,521 23
- KIR DOKTER 5,157 5,370 8,460 3,759
19 EKSEKUTIF 7,232 7,570 5,542 5,679
20 G I Z I 492 608 568 475
21 I G D
- BEDAH 3,948 - - -
- NON BEDAH 19,172 25,531 24,503 22,642
- KEBIDANAN 2,039 - - 1,971
22 REHAB MEDIK 22,785 5,082 4,441 3,239
TOTAL 250,677 199,756 202,484 196,616
Sumber: Data SIM RSUD Kota Bekasi, data diolah
Dari tabel diatas, diketahui bahwa angka kunjungan rawat jalan RSUD Kota
Bekasi secara keseluruhan mengalami fluktuasi sejak tahun 2008, namun tahun
2011 angka kunjungan rawat jalan berjumlah paling rendah dibandingkan angka
kunjungan selama 4 tahun terakhir. Sementara itu, kinerja pelayanan rawat inap
RSUD Kota Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Kinerja Pelayanan Rawat Inap RSUD Kota Bekasi
Tahun 2006-2011
Periode Standar
No Uraian Satuan 2011* Depkes
2006 2007 2008 2009 2010 (2005)
1 BOR % 50.44 68.17 50.26 76.17 80.17 64.55 60-85
2 LOS Hari 3.15 3.72 3.05 3.34 3.80 4 6-9
3 TOI Hari 3.13 1.74 3.02 4.76 5.96 2.16 1-3
4 BTO Kali 57.72 66.85 60.18 59.22 60.22 60 40-50
5 NDR % 2.26 2.14 1.48 5.78 6.78 2.22 ≤ 25
6 GDR % 3.88 3.81 3.20 11.24 11.45 4 ≤ 25
Sumber: *Profil RSUD Kota Bekasi Tahun 2011 dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) RSUD Kota Bekasi Tahun 2010
Dari data diatas, diketahui bahwa rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR)
yang disediakan oleh RS sebesar paling sedikit pada tahun 2008 yaitu pada tahun
50.26% sementara pemakaian tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 80.17%.
Sementara itu, setiap pasien yang dirawat inap rata-rata menginap di RS (LOS)
selama 4 hari dan cenderung konstan sejak tahun 2006-2011. Angka LOS yang
61
Universitas Indonesia
dicapai oleh RSUD Kota Bekasi terlihat belum efisien karena masih berada
dibawah standar Depkes yang menyatakan bahwa angka LOS yang ideal ialah 6-9
hari. Untuk interval pemakaian tempat tidur (TOI), interval paling cepat terjadi
pada tahun 2007 (1.74 hari) dan interval paling lama ialah pada tahun 2010 (5.96)
sehingga pada tahun 2010, angka TOI yang dicapai oleh pelayanan rawat inap
RSUD Kota Bekasi melebihi standar yang telah ditetapkan Depkes. Untuk
frekuensi pemakaian tempat tidur dalam 1 tahun (BTO), setiap tahunnya paling
sedikit tempat tidur digunakan sebanyak 57.72 kali (2006) dan paling banyak
digunakan sebanyak 66.85 kali (2007). Angka pemakaian ini melebihi standar
yang ditetapkan Depkes RI karena idealnya tempat tidur digunakan sebanyak 40-
50 kali dalam 1 tahun. Sementara itu untuk NDR dan GDR, kinerja yang dicapai
oleh rawat inap RSUD Kota Bekasi sudah memenuhi standar Depkes RI dengan
angka masing-masing ≤ 25%. Dari data tersebut, diketahui bahwa angka
kematian pasien RSUD Kota Bekasi 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
pasien rawat inap yang keluar (NDR) ialah paling banyak pada tahun 2010
sebesar 6.78% dan paling sedikit pada tahun 2008 sebesar 1.48%. Sedangkan
angka kematian umum untuk setiap 1000 pasien rawat inap yang keluar (GDR)
ialah paling banyak terjadi pada tahun 2010 (11.45%) sementara paling sedikit
terjadi pada tahun 2008 (3.2%). Dari data NDR dan GDR, diketahui bahwa mutu
pelayanan rawat inap RSUD Kota Bekasi sudah baik.
5.7 Kerja Sama Dengan Pihak Ketiga
62
Universitas Indonesia
63
Universitas Indonesia
Gambar 5.1
Struktur Organisasi Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi Tahun 2012
Adapun uraian tugas masing-masing jabatan pada struktur diatas, antara lain:
a. Direktur
Direktur adalah direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota
Bekasi yang memiliki bertugas penting dalam menjalankan fungsi sebuah rumah
sakit. Direktur mempunyai wewenang besar dan mengatasi semua kepala bidang
yang ada di RSUD Kota Bekasi termasuk bagian rawat jalan eksekutif. Perintah
direktur terkait poliklinik rawat jalan eksekutif melalui koordinator poliklinik
rawat jalan eksekutif.
b. Koordinator
Koordinator poliklinik eksekutif dijabat oleh seorang dokter spesialis
fungsional. Tugas seorang koordinator adalah mengawasi aktivitas pelayanan di
rawat jalan eksekutif dan aktivitas penunjang lainnya, menerima masukan-
masukan jika ada masalah yang terjadi di poliklinik, manyampaikan langsung
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
Sementara itu, komposisi ketenagaan Poliklinik RSUD Kota Bekasi Tahun 2012
dapat dilihat pada tabel 5.6
66
Universitas Indonesia
Tabel 5.6
Komposisi Ketenagaan Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif RSUD Kota Bekasi
Tahun 2012
No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan
1 Koordinator 1 Dokter Spesialis Jantung
2 Perawat 1 D3 Keperawatan
3 Administrasi 2 SMA: 2 orang
4 Kasir 1 SMA
5.8.2 Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif (Poli
Eksekutif) adalah pelayanan kepada pasien untuk diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medik, observasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa dirawat inap
dimana pasien dapat memilih dokter untuk menanganinya. Keunggulan pada
Rawat Jalan Eksekutif ialah poli ini melayani pasien dari hari Senin - Sabtu dari
Pukul 08.00-13.00 WIB, pasien mendapatkan kemudahan dengan membuat janji
sebelum pasien tersebut ingin berobat via telepon, dan pasien tidak perlu
menunggu terlalu lama pada saat mengantri. Pasien dapat berobat ke berbagai poli
spesialis yang disediakan antara lain Poli Penyakit Dalam, Poli Bedah Umum,
Poli Bedah Orthopedy, Poli Anak, Poli Kebidanan dan Kandungan, Poli THT,
Poli Mata, Poli Gigi dan Mulut, Poli Kulit dan Kelamin, Poli Syaraf, Poli Jiwa,
Poli Jantung, Poli Paru, Poli Bedah Syaraf, Poli Bedah Urologi dan Poli Gizi
(Fatimah, 2012). Selain itu, Poliklinik Eksekutif juga menjadi tempat
diselenggarakannya pemeriksaan MCU Haji yang dimulai sejak tahun 2011.
Berdasarkan observasi, alur pelayanan di poliklinik eksekutif dapat dilihat
pada gambar berikut.
67
Universitas Indonesia
Gambar 5.2
Alur Pelayanan Poliklinik Rawat Jalan Eksekutif RSUD Kota Bekasi
Universitas Indonesia
11 Jiwa : - - 34
- Jiwa 26 50 29
- Narkoba - 3 4
12 Jantung 307 330 287
13 Paru 786 915 678
14 Bedah Urologi 60 67 12
15 Bedah Syaraf 199 155 160
16 Rehab Medik 34 37 17
Total 7,232 7,570 5,542
(Sumber: Data dari SIM RSUD Kota Bekasi, data diolah)
69
Universitas Indonesia
HASIL PENELITIAN
70
Universitas Indonesia
Tabel 6.1
Distribusi Responden Menurut Variabel Karakteristik Individu
No Karakteristik ∑ %
1 Muda (< 15 tahun) 9 11.3
Produktif Prima (15-44
17 21.3
tahun)
Umur
Pra Usia Lanjut (45-59
33 41.3
tahun)
Usia Lanjut (≥ 60 tahun) 21 26.3
Total 80 100
2 Pendidikan Tamat SD 2 2.5
Tamat SMP 3 3.8
Tamat SMA 33 41.3
Perguruan Tinggi 42 52.5
Total 80 100
3
Rendah (Rp < 1.000.000,-) 43 53.8
Penghasilan
Tinggi ( ≥ Rp 1.000.000,-) 37 46.3
Total 80 100
4 Jarak Jauh 36 45
Tempat
Tinggal Dekat 44 55
Total 80 100
5 Penanggung Pribadi 49 61.3
Biaya Ditanggung Pihak Ke-3 31 38.8
Total 80 100
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas pasien termasuk dalam kelompok
umur Pra Usia Lanjut, yaitu sebesar 41,3 % dari seluruh responden. Kemudian
untuk subvariabel pendidikan, sebagian besar responden (52.5%) memiliki
pendidikan akhir pada jenjang Perguruan Tinggi. Untuk subvariabel Penghasilan,
ternyata proporsinya hampir seimbang antara responden yang berpenghasilan
tinggi dengan responden yang berpenghasilan rendah, sama halnya dengan jarak
tempat tinggal responden yang proporsinya hampir seimbang antara responden
yang menempuh jarak jauh dengan responden yang menempuh jarak dekat.
Sementara itu, jumlah responden yang membayar biaya pengobatannya secara
pribadi lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang biaya pengobatannya
ditanggung oleh pihak ke-3 (Asuransi dan Perusahaan/Kantor) yaitu sebesar
61.3% dari total responden.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.3
Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Reliabilitas
No Jawaban Total
Pernyataan Skor
STS TS S SS
1 Dokter yang dipilih oleh
9 48 23
saya selalu bisa ditemui - 254
(11.3%) (60%) (28.8%)
di Poliklinik Eksekutif
2 Kondisi kesehatan saya
membaik setelah 3 57 20 257
-
menjalankan instruksi (3.8%) (71.3%) (25%)
dokter
3 Jadwal operasional
rumah sakit (jadwal
13 54 13
dokter dan jam - 240
(16.3%) (67.5%) (16.30%)
operasional rumah sakit)
dijalankan dengan tepat
4 Rekam Medis saya tidak
55 25
pernah tertukar dengan - - 265
(68.8%) (31.3%)
milik pasien lain
Berdasarkan data pada tabel di atas, pernyataan 3 yaitu “Jadwal
operasional rumah sakit (jadwal dokter dan jam operasional rumah sakit)
dijalankan dengan tepat” dianggap sebagai item penilaian paling tidak baik
diantara 3 pernyataan lainnya dengan total skor paling rendah. Sementara itu,
pernyataan 4 yaitu “Rekam Medis saya tidak pernah tertukar dengan milik pasien
lain” merupakan item penilaian yang dianggap paling baik pada dimensi
reliabilitas dengan total skor paling tinggi diantara 3 pernyataan lainnya.
Selanjutnya, semua jawaban dikategorikan kembali menjadi “Baik” dan “Tidak
Baik” berdasarkan cut off point angka median yaitu 12. Hasil pengkategorian
variabel reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Reliabilitas
Reliabilitas Jumlah Proporsi
Tidak Baik 11 13.8%
Baik 69 86.3%
Total 80 100%
Berdasarkan pengkategorian yang telah dilakukan, mayoritas responden
(86.3%) menilai bahwa dimensi reliabilitas sudah memiliki kinerja yang baik.
Proporsi responden yang menyatakan tidak baik hanya 13.8% dari total
responden.
Universitas Indonesia
Daya Tanggap
Dimensi Daya Tanggap ini juga dinilai dengan 4 pernyataan. Distribusi
jawaban dan total skor jawaban masing-masing pernyataan pada variabel ini dapat
diliat pada tabel berikut.
Tabel 6.5
Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Daya Tanggap
No Jawaban Total
Pernyataan Skor
STS TS S SS
1 Waktu tunggu dokter
17 48 15
masih dapat diterima, - 238
(21.3%) (60.0%) (18.8%)
yaitu dibawah 60 menit
2 Poliklinik Eksekutif
13 52 15
mudah dihubungi via - 242
(16.3%) (65.0%) (18.8%)
telepon untuk pendaftaran
3 Staf administrasi
Poliklinik Eksekutif 1 58 21
-
memberikan pelayanan (1.3%) (72.5%) (26.3%) 260
administrasi dengan cepat
4 Perawat memberi bantuan
tanpa diminta saat saya 9 57 14 245
-
atau pasien lain (11.3%) (71.3%) (17.5%)
membutuhkan
Dari tabel diatas, pelayanan terkait waktu tunggu dokter masih dibawah 60
menit (pernyataan 1) merupakan item yang dinilai paling tidak baik dibandingkan
dengan 3 pernyataan lain dengan total skor terendah. Sementara itu, pelayanan
administrasi yang cepat (pernyataan 3) dinilai sebagai item penilaian paling baik
dari dimensi daya tanggap dengan total skor paling tinggi. Kemudian skor yang
didapatkan dari 4 pernyataan diatas dikategorikan kembali menjadi “Baik” dan
“Tidak Baik” berdasarkan cut off point angka mean yaitu 12. Hasil
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Daya Tanggap
Daya Tanggap Jumlah Proporsi
Tidak Baik 21 26.3%
Baik 59 73.8%
Total 80 100%
Universitas Indonesia
memberikan tindakan dengan aman) merupakan item yang dinilai paling baik oleh
responden diantara 4 pernyataan lainnya dengan total skor tertinggi. Kemudian,
semua jawaban tersebut dikategorikan menjadi “Baik” dan “Tidak Baik”
berdasarkan cut off point angka median yaitu 15 dan hasil pengkategorian tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.8
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Jaminan
Jaminan Jumlah Proporsi
Tidak Baik 10 12.5%
Baik 70 87.5%
Total 80 100%
Dari data pada tabel 6.8, diketahui bahwa ternyata lebih dari dua pertiga
responden menilai dimensi jaminan sudah baik. Hanya 12.5% dari total responden
yang menilai bahwa dimensi jaminan tidak baik.
Empati
Universitas Indonesia
Dari tabel 6.9, terlihat bahwa pelayanan dokter yang ramah sehingga
pasien merasa nyaman (pernyataan no 1) merupakan item penilaian yang dinilai
paling baik pada dimensi empati dengan total skor paling tinggi dibandingkan
dengan ke 4 pernyataan lain. Sementara itu, pelayanan dari perawat dalam hal
memberikan rasa aman dan ketenangan kepada pasien (pernyataan no 4) dinilai
paling tidak baik oleh responden dengan total skor paling rendah. Selanjutnya
semua skor jawaban dari tiap responden dikategorikan menjadi “Baik” dan “Tidak
Baik” berdasarkan cut off point angka median yaitu 15. Hasil pengkategorian
dimensi empati dapat dilihat dalam tabel 6.10.
Tabel 6.10
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Empati
Empati Jumlah Proporsi
Tidak Baik 9 11.3%
Baik 71 88.8%
Total 80 100%
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dimensi empati dianggap oleh
mayoritas responden (88.8%) sudah memiliki kinerja yang baik. Namun, tetap
terdapat responden yang merasa bahwa dimensi empati tidak baik walaupun
hanya 11.3% dari total responden yang menilai demikian.
Bukti Fisik
Universitas Indonesia
No Jawaban Total
Pernyataan Skor
STS TS S SS
4 Fasilitas kesehatan di
Poliklinik Eksekutif 1 34 42 3 207
didukung dengan (1.3%) (42.5%) (52.5%) (3.8%)
teknologi yang canggih
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pernyataan no 2 (Ruang tunggu memiliki
fasilitas yang membuat saya nyaman) merupakan item dalam dimensi bukti fisik
yang dinilai paling baik diantara item yang lain dengan total skor tertinggi.
Sementara itu, pernyataan no 4 (Fasilitas kesehatan di Poliklinik Eksekutif
didukung dengan teknologi yang canggih) merupakan item yang dinilai paling
tidak baik oleh responden dengan total skor terendah. Selanjutnya, semua skor
dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden dikategorikan menjadi “Baik”
dan “Tidak Baik” berdasarkan cut off point angka mean yaitu 11. Hasil
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 6.12.
Tabel 6.12
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Bukti Fisik
Bukti Fisik Jumlah Proporsi
Tidak Baik 22 27.5%
Baik 58 72.5%
Total 80 100%
Dari tabel diatas, disimpulkan bahwa lebih dari dua per tiga responden
merasa fasilitas fisik yang disediakan Poliklinik Eksekutif sudah baik. Sementara
itu, responden lainnya (27.5%) menilai fasilitas fisik di Poliklinik Eksekutif tidak
baik.
6.2.3 Daya Tarik Rumah Sakit (RS) Lain
Variabel daya tarik rumah sakit lain mengukur persepsi responden dengan
4 pernyataan mengenai ketertarikan responden terhadap promosi dari rumah sakit
lain. Semua jawaban dari tiap pernyataan dikategorikan menjadi “Menarik” dan
“Tidak Menarik” berdasarkan cut off point angka mean yaitu 10. Hasil
pengkategorian variabel ini disajikan dalam tabel 6.13.
Universitas Indonesia
Tabel 6.13
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Daya Tarik Rumah Sakit Lain
Daya Tarik RS Lain Jumlah Proporsi
Tidak Menarik 55 68.8%
Menarik 25 31.3%
Total 80 100%
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih dari
dua per tiga total responden beranggapan daya tarik RS lain dilihat dari promosi
mereka itu tidak menarik. Hanya 31.3% responden yang beranggapan bahwa daya
tarik RS lain itu menarik.
Untuk memperjelas penilaian responden terhadap variabel ini, berikut
disajikan distribusi dan total skor jawaban masing-masing pernyataan yang dapat
dilihat pada tabel 6.14.
Tabel 6.14
Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Daya Tarik Rumah Sakit Lain
No Jawaban Total
Pernyataan
SS S TS STS Skor
1 Setelah saya melihat iklan
mereka, Saya tertarik 201
4 34 39 3
mencoba rumah sakit yang
(5%) (42.5%) (48.8%) (3.8%)
menawarkan teknologi
kesehatan terbaru
2 Setelah saya melihat iklan
mereka, saya tertarik
mencoba berobat di rumah 193
6 38 33 3
sakit yang menyediakan
(7.5%) (47.5%) (41.3%) (3.8%)
pelayanan unggulan yang
sesuai dengan kondisi
kesehatan saya
3 Apabila ada kerabat saya
yang merekomendasikan 2 26 48 4
rumah sakit lain, saya (2.5%) (32.5%) (60%) (5%) 214
tertarik untuk mencobanya
4 Saya tertarik mencoba
promosi paket
6 15 54 5
pemeriksaan atau diskon 218
(7.5%) (18.8%) (67.5%) (6.3%)
khusus yang ditawarkan
oleh rumah sakit lain
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hubungan Antarpersonal
Universitas Indonesia
Berdasarkan data pada tabel 6.17, dapat disimpulkan bahwa lebih dari dua
pertiga responden merasa memiliki hambatan pindah yang tinggi dilihat dari
hubungan antarpersonal yang mereka miliki dengan dokter dan staf di Poliklinik
Eksekutif. Sementara itu, hanya 32.5% responden yang memiliki hambatan
pindah yang rendah terkait hubungannya dengan para dokter dan staf di Poliklinik
Eksekutif.
Continuity Cost
Continuity cost menggambarkan hambatan pindah yang dirasakan oleh
responden karena merasa tidak yakin dengan pelayanan di rumah sakit lain.
Persepsi responden mengenai ketidakyakinan tersebut diukur dengan 4 pernyataan
dan distribusi jawabannya dapat dilihat pada tabel 6.18
Tabel 6.18
Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Continuity Cost
No Pernyataan Jawaban Total
STS TS S SS Skor
1 Apabila saya harus pindah
ke rumah sakit lain, 4 46 27 3
pelayanan yang saya (5%) (57.5%) (33.8%) (3.8%) 189
terima mungkin lebih
buruk dari Poliklinik
Eksekutif
2 Apabila saya harus pindah
ke rumah sakit lain, 7 38 30 5
mungkin tarif di sana (8.8%) (47.50%) (37.5%) (6.3%) 193
lebih mahal dibanding
Poliklinik Eksekutif
dengan pelayanan yang
lebih buruk
3 Saya ragu dokter di rumah
sakit lain lebih baik 2 37 34 7
dibanding dokter di (2.5%) (46.3%) (42.5%) (8.8%) 206
Poliklinik Eksekutif
4 Apabila saya harus pindah
ke rumah sakit lain, Saya 3 36 34 7
ragu rumah sakit lain (3.8%) (45%) (42.5%) (8.8%) 205
dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik
dibanding Poliklinik
Eksekutif
Universitas Indonesia
Hambatan pindah dalam hal learning cost ini diukur dengan 4 pernyataan
yang diajukan kepada setiap responden. Distribusi dan total skor jawaban masing-
masing pernyataan dapat dilihat pada tabel 6.20.
Tabel 6.20
Distribusi dan Total Skor Jawaban Responden Per Pernyataan untuk
Variabel Learning Cost
No Jawaban Total
Pernyataan Skor
STS TS S SS
1 Saya akan mengalami
kesulitan untuk pindah ke
rumah sakit lain karena 209
5 28 40 7
saya harus mempelajari
(6.3%) (35%) (50%) (8.80%)
kembali prosedur
administrasi di rumah sakit
tersebut
Universitas Indonesia
No Jawaban Total
Pernyataan Skor
STS TS S SS
2 Saya akan mengalami
kesulitan untuk pindah ke
rumah sakit lain karena 235
(1) (18) (46) 15
saya harus beradaptasi
1.30% 22.50% 57.50% (18.8%)
kembali dengan dokter
yang berbeda dari
sebelumnya
3 Saya akan mengalami
kesulitan untuk pindah dari
Poliklinik Eksekutif karena 4 30 37 9 211
harus beradaptasi kembali (5%) (37.5%) (46.3%) (11.30%)
dengan pegawai di rumah
sakit lain
4 Saya akan mengalami
kesulitan untuk pindah ke
rumah sakit lain karena
1 20 40 19
saya harus kembali 237
(1.3%) (25%) (50%) (23.8%)
memberikan informasi
kepada dokter lain tentang
kondisi kesehatan saya
Dari tabel diatas, kesulitan dalam mempelajari kembali prosedur administrasi
(pernyataan 1) merupakan item dalam learning cost yang dinilai memiliki
hambatan paling rendah, dengan total skor terendah diantara 3 pernyataan lain.
Sementara itu, kesulitan dalam memberikan informasi kembali tentang kondisi
kesehatan kepada dokter yang berbeda (pernyataan 4) dinilai oleh responden
sebagai hambatan pindah tertinggi dalam hal learning cost, dengan total skor
tertinggi dibandingkan pernyataan lainnya pada subvariabel ini. Kemudian
jawaban-jawaban dari responden dikategorikan menjadi “Rendah” dan “Tinggi”
berdasarkan cut off point angka mean yaitu 11. Hasil pengkategorian variabel
learning cost dapat dilihat pada tabel 6.21.
Tabel 6.21
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Learning Cost
Learning Cost Jumlah Proporsi
Rendah 28 35%
Tinggi 52 65%
Total 80 100%
Setelah pengolahan data dan pengkategorian semua jawaban dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang merasa memiliki
Universitas Indonesia
hambatan pindah yang rendah dalam hal learning cost. Sementara itu, lebih dari
dua per tiga responden merasa learning cost merupakan hambatan pindah yang
tinggi dengan proporsi 65% dari total responden.
6.2.5 Loyalitas
Universitas Indonesia
Tabel 6.23
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur
Variabel Loyalitas
Loyalitas Jumlah Proporsi
Tidak Loyal 24 30%
Loyal 56 70%
Total 80 100%
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden (70%) memiliki
komitmen untuk tetap memilih Poliklinik Eksekutif. Sementara itu, hanya
sepertiga dari total responden yang tidak loyal terhadap Poliklinik Eksekutif.
6.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggambarkan apakah terdapat hubungan antara
masing-masing variabel independen dengan loyalitas. Hubungan antara variabel
independen dengan loyalitas dikatakan bermakna apabila hubungan kedua
variabel memiliki p-value < 0.05.
6.3.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Loyalitas
Hubungan karakteristik individu dengan loyalitas menggambarkan
hubungan antara umur, penghasilan, penanggung biaya, jarak tempat tinggal, dan
pendidikan dengan loyalitas. Hubungan masing-masing variabel tersebut dapat
dilihat pada tabel 6.24.
Tabel 6.24
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu dan Loyalitas
Tidak OR
Loyal Total p-value
Variabel Loyal (95% CI)
∑ % ∑ % ∑ %
Umur
Muda 3 33.3 6 66.7 9 100
Produktif
5 29.4 12 70.6 17 100
Prima 0.995 -
Pra Usia Lanjut 10 30.3 23 69.7 33 100
Usia Lanjut 6 28.6 15 71.4 21 100
Total 24 30 56 70 80 100
Penghasilan
Rendah 13 30.2 30 69.8 43 100 1.024
1
Tinggi 11 29.7 26 70.3 37 100 0.392 - 2.674
Total 24 30 56 70 80 100
Universitas Indonesia
Tidak OR
Loyal Total p-value
Variabel Loyal (95% CI)
∑ % ∑ % ∑ %
Penanggung Biaya
Pribadi 18 36.7 31 63.3 49 100 2.419
Ditanggung 0.161
6 19.4 25 80.6 31 100 0.835 - 7.008
Pihak Ke-3
Total 24 30 56 70 80 100
Jarak Tempat Tinggal
Jauh 16 44.4 20 55.6 36 100 3.6
0.021*
Dekat 8 18.2 36 81.8 44 100 1.312 - 9.879
Total 24 30 56 70 80 100
Pendidikan
Tamat SD 0 0 2 100 2 100
Tamat SMP 0 0 3 100 3 100
Tamat SMA 9 27.3 24 72.7 33 100 0.405 -
Perguruan
100
Tinggi 15 35.7 27 64.3 42
Total 24 30 56 70 80 100
Dari tabel diatas, diketahui bahwa hanya jarak tempat tinggal yang
memiliki hubungan yang bermakna dengan loyalitas dengan p-value 0.021 (p-
value < 0.05). Oleh karena itu, responden yang menempuh jarak dekat dari tempat
tinggalnya ke Poliklinik Eksekutif memiliki peluang 3.6 kali untuk loyal
dibandingkan dengan responden yang menempuh jarak jauh dari tempat
tinggalnya.
Sementara itu, terdapat kecenderungan yang berbeda antara hubungan
penanggung biaya dan penghasilan dengan loyalitas. Untuk hubungan antara
penanggung biaya dengan loyalitas, responden yang ditanggung oleh pihak ke3
memiliki kecenderungan untuk loyal (80.6%) dibandingkan dengan responden
yang menanggung biaya pengobatannya secara pribadi (63.3%). Hal tersebut
berbeda dengan hubungan antara penghasilan dengan loyalitas karena responden
yang memiliki penghasilan rendah dan loyal (69.8%) proporsinya hampir sama
dengan responden yang memiliki penghasilan tinggi dan loyal (70.3%).
Untuk hubungan antara variabel umur dengan loyalitas, pasien dengan
kategori umur pra usia lanjut cenderung loyal (71.4%) dibandingkan dengan
kategori umur lainnya, walaupun proporsi masing-masing kategori umur dan loyal
hampir seimbang. Hal tersebut berbeda dengan hubungan antara pendidikan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.26
Distribusi Responden Berdasarkan Subvariabel Pada
Kinerja Pelayanan dan Loyalitas
Tidak OR
Loyal Total p-value
Variabel Loyal (95% CI)
∑ % ∑ % ∑ %
Reliabilitas
Tidak Baik 5 45.5 6 54.5 11 100 2.193
0.291
Baik 19 27.5 50 72.5 69 100 0.598 - 8.039
Total 24 30 56 70 80 100
Daya
Tanggap
Tidak Baik 5 23.8 16 76.2 21 100 0.658
0.657
Baik 19 32.2 40 67.8 59 100 0.210 - 2.063
Total 24 30 56 70 80 100
Jaminan
Tidak Baik 4 40 6 60 10 100 1.667
0.477
Baik 20 28.6 50 71.4 70 100 0.425 - 6.541
Total 24 30 56 70 80 100
Empati
Tidak Baik 5 55.6 4 44.4 9 100 3.421
0.119 0.830 -
Baik 19 26.8 52 73.2 71 100
14.095
Total 24 30 56 70 80 100
Bukti Fisik
Tidak Baik 11 50 11 50 22 100 3.462
0.033*
Baik 13 22.4 45 77.6 58 100 1.225 - 9.783
Total 24 30 56 70 80 100
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
dimensi bukti fisik dengan loyalitas karena hubungan kedua variabel tersebut
memiliki p-value 0.033 (p-value < 0.05). Oleh karena itu, responden yang menilai
dimensi bukti fisik baik memiliki peluang 3.5 kali untuk loyal dibandingkan
dengan responden yang menilai dimensi bukti fisik tidak baik.
Sementara itu, terdapat kecenderungan yang sama untuk hubungan
dimensi reliabilitas, jaminan, dan empati dengan loyalitas. Kecenderungan
tersebut ialah responden yang menilai dimensi reliabilitas baik cenderung loyal
(72.5%), responden yang menilai dimensi jaminan baik cenderung loyal (71.4%),
dan responden yang menilai dimensi empati baik cenderung loyal (73.2%)
dibandingkan dengan responden yang menilai masing-masing variabel tersebut
Universitas Indonesia
tidak baik. Namun, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketiga
hubungan tersebut karena memiliki p-value > 0.05.
Berbeda dengan hubungan antara keempat dimensi kualitas lainnya
dengan loyalitas, responden yang menilai daya tanggap tidak baik justru
cenderung loyal dibandingkan responden yang menilai dimensi ini baik. Dari tabel
6.26 diketahui bahwa proporsi responden yang menilai daya tanggap tidak baik
dan loyal (76.2%) lebih tinggi dibandingkan responden yang menilai daya tanggap
baik dan loyal (67.8%). Hubungan dimensi daya tanggap dan loyalitas pun tidak
memiliki hubungan yang bermakna karena memiliki p-value 0.657 (p-value >
0.05).
6.3.3 Hubungan Daya Tarik RS Lain Dengan Loyalitas Pasien
Setelah dilakukan analisis terhadap hubungan antara daya tarik RS lain
dengan loyalitas, diketahui bahwa proporsi responden yang menilai RS lain
menarik dan loyal (72%) proporsinya hampir sama dengan responden yang
menilai RS lain tidak menarik dan loyal (69.1). Hasil analisis kedua variabel ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.27
Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tarik RS Lain dan Loyalitas
Daya Tarik
Tidak OR
Rumah Sakit Loyal Total p-value
Loyal (95% CI)
Lain
∑ % ∑ % ∑ %
Menarik 7 28 18 72 25 1001 0.869
Tidak Menarik 17 30.9 38 69.1 55 100 0.306 - 2.468
Total 24 100 56 100 80 100
Dari tabel diatas, diketahui bahwa hubungan kedua variabel ini memiliki p-value
1 (p-value > 0.05) sehingga disimpulkan bahwa variabel daya tarik RS lain tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan loyalitas.
6.3.4 Hubungan Hambatan Pindah Dengan Loyalitas
Setelah dilakukan analisis hubungan antara hambatan pindah dengan
loyalitas, diketahui bahwa responden yang memiliki hambatan pindah tinggi
cenderung loyal (80%) dibandingkan dengan responden yang memiliki hambatan
pindah rendah (57.1%). Hasil analisis hubungan kedua variabel ini dapat dilihat
pada tabel 6.28.
Universitas Indonesia
Tabel 6.28
Distribusi Responden Berdasarkan Hambatan Pindah dan Loyalitas
Tidak
Hambatan Loyal Total p-value OR
Loyal
Pindah
∑ % ∑ % ∑ % (95% CI)
Rendah 15 42.9 20 57.1 35 100 3
0.049
Tinggi 9 20 36 80 45 100 1.114 - 8.080
Total 24 100 56 100 80 100
Dari tabel diatas, diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukan hubungan kedua
variabel ini memiliki p-value 0.049 (p-value < 0.05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hambatan pindah dengan
loyalitas. Responden yang memiliki hambatan pindah tinggi berpeluang 3 kali
untuk loyal dibanding responden yang memiliki hambatan pindah rendah.
Sementara itu, apabila dilakukan analisis terhadap masing-masing
subvariabel pada hambatan pindah, ternyata hanya subvariabel learning cost yang
memiliki hubungan bermakna dengan loyalitas dan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara kedua subvariabel lain dengan loyalitas. Untuk penjelasan lebih
lanjut, distribusi hubungan masing-masing subvariabel dalam hambatan pindah
dengan loyalitas disajikan pada tabel 6.29.
Tabel 6.29
Distribusi Responden Berdasarkan Subvariabel Pada
Hambatan Pindah dan Loyalitas
Tidak OR
Loyal Total p-value
Variabel Loyal (95% CI)
∑ % ∑ % ∑ %
Hubungan Antar Personal
Rendah 12 46.2 14 53.8 26 100 3
0.054 1.100 -
Tinggi 12 22.2 42 77.8 54 100
8.180
Total 24 100 56 100 80 100
Continuity Cost
Rendah 12 32.4 25 67.6 37 100 1.24
0.845 0.476 -
Tinggi 12 27.9 31 72.1 43 100
3.232
Total 24 100 56 100 80 100
Learning Cost
Rendah 15 53.6 13 46.4 28 100 5.513
0.002* 1.962 -
Tinggi 9 17.3 43 82.7 52 100
15.493
Total 24 100 56 100 80 100
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang naik sebaiknya diimbangi dengan peningkatan pelayanan namun selama ini
tidak ada peningkatan pelayanan yang dirasakan oleh mereka. Penelitian Sari
(2011) di salah satu rumah sakit di Jakarta menunjukan 68% pasien bersedia tarif
dinaikkan namun kenaikan tersebut harus diiringi dengan peningkatan kualitas
pelayanan. Oleh karena itu, pihak rumah sakit harus mempertimbangkan adanya
peningkatan pelayanan yang dapat dirasakan oleh pasien sebelum memberlakukan
kenaikan tarif atau setidaknya memberikan informasi yang jelas kepada pasien
mengenai alasan diberlakukannya kenaikan tersebut. Hal ini sebaiknya dapat
menjadi pertimbangan agar tidak banyak pasien yang beralih ke rumah sakit lain.
Salah seorang responden bahkan menyatakan bahwa tidak masalah tarif naik,
namun sampai suatu waktu tarif terus naik dan menyamai tarif rumah sakit lain
yang menurut dia memiliki pelayanan lebih baik, responden berniat untuk pindah.
Walaupun hanya 30% responden yang tidak loyal, Poliklinik Eksekutif
harus tetap mewaspadai adanya kemungkinan pasien yang loyal namun tidak
kembali memilih berobat disana dikemudian hari mengingat retensi pasien
menurun pada tahun 2011. Menurut Jones & Sasser (1995), setiap penyedia jasa
harus mewaspadai adanya pelanggan yang memiliki “loyalitas palsu” yaitu
mereka yang terlihat sangat loyal namun pada kenyataannya merupakan pasien
yang tidak loyal. Dalam industri rumah sakit, hal ini dapat terjadi karena salah
satu alasan pasien bertahan disatu rumah sakit ialah biaya berpindah yang besar
ditengah pengobatan yang dia jalani. Pasien yang telah menyelesaikan
pengobatannya dapat berpindah ke rumah sakit lain yang dianggapnya memiliki
penawaran yang lebih baik. Hal yang sama terungkap dari wawancara tidak
terstruktur dengan beberapa responden bahwa mereka berniat untuk
mempertimbangkan kembali pemilihan Poliklinik Eksekutif sebagai tempat
berobat apabila pengobatan penyakit mereka telah selesai. Seorang responden pun
menyatakan akan terus bertahan berkunjung ke Poliklinik Eksekutif sampai
pengobatan penyakit anaknya selesai kemudian pindah ke rumah sakit yang
bekerja sama dengan perusahaan tempat suaminya bekerja.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
masih memiliki toleransi terhadap pelayanan yang diberikan apabila lebih lama
dari biasanya. Toleransi seorang pelanggan dapat terjadi karena sulit menerapkan
penyerahan jasa yang konsisten (Lovelock&Wright, 2007). Inkonsistensi ini
berakibat terjadinya variasi dimana jasa tersebut dapat diserahkan dengan proses
yang sangat baik atau terkadang berada dibawah standar yang ditetapkan.
Pelanggan masih memiliki toleransi selama menurut mereka jasa tersebut masih
memadai. Walaupun hubungan keduanya tidak bermakna, kesediaan memberikan
pelayanan dengan cepat dan tepat sebaiknya tetap menjadi prioritas. Hal ini
karena toleransi pelanggan dapat berubah sewaktu-waktu menjadi kekecewaan
yang dapat membuat pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan.
Kontributor bagi loyalitas pelanggan dapat dilihat dari kinerja pelayanan
keseluruhan serta kinerja pelayanan dalam dimensi spesifik (Sheth, et al (1999)
dalam Tjiptono (2007)). Survey oleh rumah sakit di Bogor kepada pasiennya
menunjukkan 27.73% pasien memilih faktor kenyamanan dan kebersihan ruang
perawatan sebagai salah satu alasan mereka memilih berobat di sana (Setiawan,
2011). Apabila fasilitas yang disediakan baik, pasien cenderung akan memilih
kembali instansi layanan kesehatan yang sama saat membutuhkan pelayanan
(Pohan, 2007). Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara bukti fisik dan loyalitas
pasien dapat bermakna secara statistik, sama halnya dengan penelitian oleh
Kelana (2010), Ulfa (2012) dan Guswan (2009). Oleh karena itu, diperlukan
perhatian yang lebih dari pihak rumah sakit terkait fasilitas yang disediakan.
Kekurangan yang masih terjadi pada bukti fisik sebaiknya mendapatkan perbaikan
untuk mempertahankan pasien yang loyal.
Hasil penelitian menunjukkan 32.5% responden menilai fasilitas yang
disediakan masih kurang memadai untuk semua pengunjung. Beberapa responden
mengungkapkan fasilitas yang ada masih kurang memadai seperti jumlah bangku
yang kurang dan toilet yang masih berada diruang yang sama dengan kamar
pemeriksaan. Selain itu, kecanggihan fasilitas yang disediakan dianggap oleh
responden masih tidak baik dengan total skor terendah. Beberapa responden
menyatakan teknologi masih kurang canggih karena fasilitas kesehatan untuk
spesialis Gigi dan Mulut, Mata, dan THT tidak tersedia di Poliklinik Eksekutif
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang sama (Tjiptono, 2007). Rekomendasi oleh pelanggan yang loyal sangat
menguntungkan pihak rumah sakit karena beberapa responden mengakui
keberadaan Poliklinik Eksekutif diketahui oleh mereka dari rekomendasi
kerabatnya. Oleh karena itu, tetap diperlukan peningkatan di beberapa aspek
pelayanan selain fasilitas Poliklinik Eksekutif.
Dari hasil penelitian, jadwal yang tidak tepat dan waktu tunggu dokter
yang masih lebih dari 60 menit merupakan aspek pelayanan yang dinilai tidak
baik oleh responden. Jadwal pelayanan yang sama dengan Instalasi Rawat Jalan
dapat menjadi penyebab tidak tepatnya jadwal pelayanan di Poliklinik Eksekutif
karena dokter harus memberikan pelayanan di dua tempat pada saat yang
bersamaan. Sementara itu, waktu tunggu dokter yang masih melebihi standar
pelayanan minimum RS dari Kemenkes RI (2008) (maksimal 60 menit) tentunya
harus mendapat perbaikan oleh pihak rumah sakit mengingat pelayanan yang
diunggulkan ialah waktu tunggu yang lebih cepat. Selain itu, berdasarkan
observasi dan wawancara tidak terstruktur dengan staf Poliklinik, masih terdapat
dokter yang tidak memeriksa pasiennya di Poliklinik Eksekutif (selain spesialis
Gigi dan Mulut, THT, dan Mata) tetapi pasien yang menghampiri dokternya di
ruang Poliklinik Spesialis Instalasi Rawat Jalan. Hal ini tidak sesuai dengan
pelayanan yang dijanjikan karena pemeriksaan pasien seharusnya dilakukan di
Poliklinik Eksekutif.
7.3.3 Daya Tarik Rumah Sakit Lain
Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden yang menganggap
rumah sakit lain tidak menarik dilihat dari promosi yang mereka lakukan namun
secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel ini.
Proporsi responden yang loyal hampir sama antara responden yang menganggap
rumah sakit lain menarik dan tidak menarik. Hasil penelitian Fitrianti (2010) di
salah satu rumah sakit di Bekasi juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama,
yaitu 62.5% responden mengaku mencoba ke rumah sakit lain namun 67.8%
responden juga berniat untuk tetap bertahan di rumah sakit yang sama tempat
penelitian tersebut dilaksanakan.
Menurut Sheth, et al (1999) dalam Tjiptono (2007), daya tarik alternatif
lain merupakan detraktor bagi loyalitas pelanggan sehingga semakin menarik
Universitas Indonesia
alternatif yang ada dipersepsikan oleh pelanggan, maka pelanggan dapat menjadi
tidak loyal. Namun, menurut Sharma&Patterson (2000), apabila terdapat
persaingan yang ketat sementara pelanggan belum sadar (unaware) akan
keberadaan provider lain yang lebih baik, loyalitas yang dimilikinya bersifat
lemah (spurious loyalty). Mereka sangat mungkin memiliki ketertarikan dengan
alternatif yang menawarkan kualitas lebih baik, tarif yang lebih murah, serta akses
yang lebih mudah. Hal ini sesuai dengan wawancara tidak terstruktur dengan
beberapa responden yang mengaku memiliki ketertarikan terhadap rumah sakit
lain namun terus bertahan sebagai pasien Poliklinik Eksekutif karena
mempertimbangkan jarak tempuh serta tarif di rumah sakit lain. Hasil penelitian
Ulfa (2012) di salah satu rumah sakit di Depok mengungkapkan 54% responden
enggan berobat ke rumah sakit lain karena letaknya jauh dari tempat tinggal
mereka sementara 65.3% responden berpikir akan mengeluarkan biaya yang lebih
besar apabila pindah ke rumah sakit lain. Oleh karena itu, ketidakbermaknaan
kedua variabel dalam penelitian ini dapat terjadi karena beberapa responden yang
loyal ternyata memiliki ketertarikan terhadap alternatif yang ada.
Hal tersebut perlu diwaspadai oleh pihak rumah sakit karena saat pasien
dapat menanggulangi hambatan jarak dan tarif serta menyadari terdapat rumah
sakit lain yang dapat memberikan nilai lebih bagi kesehatan mereka, pasien yang
loyal dapat mengalihkan loyalitasnya kepada rumah sakit lain. Rumah sakit juga
sebaiknya lebih peka dengan terus meningkatkan pelayanan bagi pasien
mengingat 31.3% dari responden telah menyatakan tertarik mencoba rumah sakit
lain.
7.3.4 Hambatan Pindah
Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki
hambatan pindah tinggi dan hasil uji statistik menunjukan terdapat hubungan yang
bermakna antara hambatan pindah dan loyalitas. Proporsi responden yang
memiliki hambatan pindah tinggi cenderung loyal dibandingkan dengan
responden yang memiliki hambatan pindah rendah. Namun, apabila dilihat dari
subvariabel, hanya learning cost yang memiliki hubungan bermakna dengan
loyalitas. Hubungan ketiga subvariabel memiliki kecenderungan yang sama
bahwa responden yang memiliki hambatan pindah tinggi pada setiap subvariabel
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien
merupakan pasien yang loyal (70%), namun tarif yang diberlakukan oleh Poliklinik
Eksekutif masih menjadi pertimbangan pasien untuk terus berobat di poliklinik ini.
Hal ini terjadi karena tidak terdapat peningkatan pelayanan yang dirasakan oleh
pasien sementara tidak terdapat informasi yang memadai mengenai penyebab
kenaikan tarif. Sementara itu, gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
loyalitas adalah:
Lebih dari dua per tiga pasien menilai kinerja pelayanan sudah baik, dengan
urutan paling baik-tidak baik berdasarkan proporsi nilai masing-masing dimensi
adalah empati (88.8%), jaminan (87.5%), reliabilitas (86.3%), daya tanggap
(73.8%), dan bukti fisik (72.5%). Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan
dari pelayanan Poliklinik Eksekutif, antara lain fasilitas yang disediakan masih
kurang, seperti fasilitas untuk spesialis Gigi dan Mulut, THT, dan Mata, jumlah
bangku, toilet, serta fasilitas hiburan seperti TV untuk mengisi waktu tunggu,
jadwal yang tidak tepat karena mengikuti jadwal Instalasi Rawat Jalan, waktu
tunggu dokter yang masih lebih dari 60 menit, dan masih terdapat dokter yang
tidak memeriksa pasiennya di Poliklinik Eksekutif (non Gigi, THT, dan Mata).
Selain itu, penggunaan Poliklinik Eksekutif untuk pemeriksaan MCU Haji
mengurangi kenyamanan pasien
Lebih banyak pasien menilai daya tarik rumah sakit lain tidak menarik. Namun,
keberadaan rumah sakit lain tetap perlu diwaspadai oleh pihak rumah sakit karena
31.3% pasien ternyata memiliki ketertarikan terhadap rumah sakit lain terutama
rumah sakit yang menawarkan pelayanan unggulan sesuai kondisi kesehatannya.
106
Universitas Indonesia
Proporsi pasien yang memiliki hambatan pindah tinggi hampir sama dengan yang
memiliki hambatan pindah rendah. Urutan hambatan pindah paling tinggi-rendah
berdasarkan proporsi nilai masing-masing subvariabel adalah hubungan
antarpersonal (67.5%), learning cost (65%), dan continuity cost (53.8%). Secara
keseluruhan, hambatan pindah yang tinggi disebabkan oleh hubungan pasien dan
dokter yang telah mengobatinya sementara beberapa dokter akan memasuki masa
pensiun. Selain itu, hubungan pasien dengan staf masih menciptakan hambatan
pindah yang rendah.
Sementara itu, hasil analisis bivariat menunjukkan:
Pada karakteristik individu, hanya terdapat hubungan yang bermakna antara jarak
tempat tinggal ke Poliklinik Eksekutif. Lahan parkir yang mudah digunakan dapat
mendukung kemudahan akses yang dilalui oleh pasien .
Kinerja pelayanan dengan loyalitas pasien ternyata tidak memiliki hubungan yang
bermakna, namun terdapat kecenderungan pasien yang loyal lebih banyak yang
menilai kinerja pelayanan baik. Apabila dilihat hubungan setiap dimensi
pelayanan dengan loyalitas, terdapat hubungan yang bermakna antara bukti fisik
dengan loyalitas.
Hambatan pindah memiliki hubungan yang bermakna dengan loyalitas dan
apabila dilihat hubungan setiap subvariabel dengan loyalitas, hanya terdapat
hubungan yang bermakna antara learning cost dengan loyalitas pasien.
Hubungan antara daya tarik rumah sakit lain dan subvariabel lain dalam
karakteristik individu (Umur, Pendidikan, Penanggung Biaya, dan Penghasilan)
dengan loyalitas pasien secara statistik tidak bermakna.
8.2 Saran
Dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat
dipertimbangkan untuk mempertahankan pasien yang loyal, yaitu:
a. Bagi Direktur
Melakukan sosialisasi mengenai penyebab kenaikan tarif agar dapat disampaikan
oleh pegawai Poliklinik kepada pasien sehingga dapat meminimalisir persepsi
negatif pasien kepada rumah sakit
Universitas Indonesia
Ruangan Poliklinik Eksekutif dipindahkan ke posisi yang lebih dekat dengan Poli
Gigi, Mata, dan THT, mengingat saat ini RSUD masih mengalami pembangunan
sehingga masih memungkinkan adanya pemindahan ruangan. Alternatif lain
adalah menyediakan fasilitas untuk spesialis Gigi dan Mulut, THT, dan Mata
khusus Poliklinik Eksekutif sehingga pelayanan di sini menjadi Poliklinik
Terpadu. Selain itu, Poliklinik harus dilengkapi dengan toilet yang terpisah dari
ruang perawatan dan dilengkapi dengan kursi yang lebih banyak sehingga cukup
untuk semua pengunjung.
Memberlakukan jadwal pelayanan yang pasti (jam buka dan tutup serta jadwal
dokter setiap harinya) dan berbeda dengan jadwal Instalasi Rawat Jalan,
setidaknya sedikit lebih lambat. Jadwal yang pasti ini ditentukan agar pasien
dapat memperhitungkan waktu kedatangannya sehingga diharapkan waktu tunggu
dokter menjadi lebih singkat. Selain itu, pemberlakuan jadwal yang berbeda
dengan Instalasi Rawat Jalan diharapkan dapat menghindari penumpukkan pasien
sehingga waktu tunggu dokter menjadi lebih cepat serta lahan parkir yang tersedia
lebih mudah digunakan.
Mempertahankan dokter yang telah pensiun namun masih sanggup dari segi
kesehatan dan kemampuan untuk terus praktik di Poliklinik Eksekutif walaupun
sudah tidak praktik di Instalasi Rawat Jalan.
Sebaiknya tidak semua pasien MCU Haji diperiksa di Poliklinik Eksekutif karena
ruangan yang terlalu kecil membuat kenyamanan pasien berkurang, baik pasien
Poliklinik Eksekutif maupun Pasien MCU Haji
b. Bagi Koordinator Poliklinik Eksekutif
Berkoordinasi dengan bagian pengadaan barang untuk segera menyediakan TV di
ruang tunggu yang telah lama rusak.
Meningkatkan komitmen dokter yang telah setuju untuk melayani pasien
Poliklinik Eksekutif (dokter non THT, Gigi, dan Mata) agar mereka yang
menghampiri pasiennya ke Poliklinik Eksekutif. Hal ini dilakukan selain untuk
menepati janji pelayanan yang telah ditentukan, juga untuk memudahkan pasien
bertemu dengan dokternya.
Universitas Indonesia
Membuat peraturan yang tegas bahwa pasien non THT, Gigi, dan Mata tidak
diperbolehkan diperiksa di Instalasi Rawat Jalan dan apabila dokter yang diminta
tidak memungkinkan untuk memeriksa pasien di Poliklinik Eksekutif, pasien
dipersilahkan untuk memilih dokter lain dari spesialis yang sama. Hal ini selain
untuk mempertahankan konsistensi pelayanan, juga dapat digunakan untuk
meminimalisir ketergantungan pasien dengan 1 dokter. Dokter pun diarahkan
untuk dapat melayani semua pasien dengan baik mengingat hambatan pindah
yang tinggi tercipta dari hubungan antara pasien dan dokter.
Menetapkan target waktu tunggu dokter maksimal (45-60 menit) dan
dikoordinasikan kepada semua dokter dan staf
Mensosialisasikan kepada semua staf dan perawat agar mereka memberikan
pelayanan dengan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun) agar hubungan
mereka dengan pasien menjadi lebih dekat
c. Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya variabel jawaban menggunakan
pilihan jawaban rentang penghasilan yang jelas. Hal ini untuk memudahkan
responden saat mengisi jawaban serta memperbesar kemungkinan jawaban yang
dipilih sesuai dengan penghasilan yang sesungguhnya diterima responden
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
<http://search.proquest.com/docview/233643587?accountid=17242>
L o . . 99 ). “ ERVQUAL: A too t t’o o of
o t vc q ty Ho o ”. Total Quality Management, Vol.
8, No.4, pp. 145-152
Larasiani, Lusia (2010). Hubungan karaktersitik individu dan bauran pemasaran
dengan tingkatan loyalitas pelanggan di poliklinik spesialis anak rumah
sakit Muhammad Husni Salemba tahun 2010. Skripsi. Depok: FKM UI
Lovelock, Christopher H., & Wright, Lauren K., (2007). Manajemen Pemasaran
Jasa. (Agus Widyantoro dan Tim, Penerjemah). Jakarta: Indeks
Loudon, David L. & Bitta, Albert J. Della. (1993). Consumer Behavior Concepts
and Applications. Fourth Edition. United States: McGraw-Hill
Lupiyoadi, Rambat & Hamdani, A..(2008). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Mardalis, Ahmad. (2005). ”Meraih Loyalitas Pelanggan”. Benefit, Vol. 9, No. 2,
Desember 2005. pp. 111-119. Diunduh pada Selasa, t 20 2
10:54:04 WIB
<http://eprints.ums.ac.id/231/1/BENEFIT_V9_N2,_DES_2005.pdf>
Mayo, Robert. 999). “Education can increase loyalty and decrease costs”.
Managed Healthcare, Vol. 9. No. 8, pp. 26-28. Diunduh pada Kamis, 2
Juni 2012 pukul 14:22:12 WIB
<http://search.proquest.com/docview/212589514?accountid=17242>
Murniati, Agnes. (2010). Analisis Pengaruh Evaluasi Pelanggan Dilihat Dari
Atribut Pelayanan Rawat Jalan RS “XYZ” Terhadap Kesediaan Untuk
Kunjungan Kembali dan Kesediaan Untuk Merekomendasi. Tesis. Jakarta:
FE UI. Diunduh pada Jumat, 9 t 20 2 10:24:40 WIB
<http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/digitalfiles.jsp?id=136208
&lokasi=lokal>
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Oliver, Richard L.. (1999). “Whence Consumer Loyalty?”. The Journal of
Marketing Vol. 63, Fundamental Issues and Directions for Marketing, pp.
33-44. American Marketing Association. Diunduh pada Jumat 9 Mar t
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
“P t P t I o R 3 t ”
http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/02/07/144831/Pendapatan-
Per-Kapita-Indonesia-Rp31-8-Juta (diunduh pada Senin, 9 Juli 2012
pukul 16.56 WIB)
“R U ot B o t ”
www.poskotanews.com/2012/01/15/rsud-kota-bekasi-kekurangan-dokter-
spesialis/ 9 20 2 20:57:48 WIB)
Universitas Indonesia
Assalamua’laikum wr.wb
Bapak/Ibu/ Saudara/I yang terhormat.
Saya Andina Sri Fahmi, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
sedang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan loyalitas/kesetiaan
pasien Poliklinik Eksekutif RSUD Kota Bekasi. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk membantu penelitian saya dengan cara mengisi kuesioner ini.
Dalam pengisian kuesioner ini, Bapak/Ibu/Saudara/I tidak diminta untuk menuliskan nama,
tetapi diharapkan anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan fakta yang
anda ketahui. Jawaban akan dirahasiakan dan hasil jawaban hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Saya harap berharap Bapak/Ibu/Saudara/I dapat mengisi kuesioner ini
dengan jujur dan sebenar-benarnya.
Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan terima kasih.
3. Jenjang pendidikan tertinggi yang telah anda tamatkan ialah? Atau pendidikan anda saat ini
(apabila anda masih kuliah) ?
a. Tidak Tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi
4. Berapakah penghasilan yang diterima keluarga anda setiap bulan?
a. < Rp 1.000.000,00
b. < Rp 2.000.000,00
c. < Rp 3.000.000,00
d. < Rp 4.000.000,00
e. < Rp 5.000.000,00
f. < Rp 6.000.000,00
g. > Rp 6.000.000,00, sebutkan Rp ………………………..
7. Menurut anda, bagaimana jarak yang anda tempuh dari rumah ke Poliklinik Eksekutif?
a. Dekat b. Jauh
Untuk Pertanyaan no R1-DT8, mohon beri tanda (√) untuk Pertanyaan Berikut yang sesuai dengan
Pendapat dan Pengalaman Anda
Kinerja Pelayanan 1
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Dokter yang dipilih oleh saya selalu bisa
R1 ditemui di Poliklinik Eksekutif
Kondisi kesehatan saya membaik setelah
R2 menjalankan instruksi dokter
Jadwal operasional rumah sakit (jadwal
dokter dan jam operasional rumah sakit)
R3 dijalankan dengan tepat
Rekam Medis saya tidak pernah tertukar
R4 dengan milik pasien lain
Waktu tunggu dokter masih dapat diterima,
DT5 yaitu dibawah 60 menit
Poliklinik Eksekutif mudah dihubungi via
DT6 telepon untuk pendaftaran
Staf administrasi Poliklinik Eksekutif
memberikan pelayanan administrasi dengan
DT7 cepat
Perawat memberi bantuan tanpa diminta
DT8 saat saya atau pasien lain membutuhkan
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Saat pemeriksaan, dokter mampu menjawab
J9 setiap pertanyaan yang saya ajukan
mengenai kondisi kesehatan saya
Bagian Kasir selalu melayani proses
J10
pembayaran saya dengan ramah dan sopan
Staf administrasi selalu melayani saya
J11 dengan 5s (senyum, sapa, salam, sopan,
santun)
Bagian kasir mampu menjelaskan dengan
J12 akurat biaya yang harus saya bayar sesuai
dengan tindakan yang saya terima
Dokter mampu memberikan tindakan
J13
dengan aman
Dokter melayani saya dengan ramah
E14
sehingga saya merasa nyaman
Dokter memberikan waktu yang cukup
E15
untuk konsultasi (tidak terburu-buru)
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Dokter mampu meyakinkan tindakan medis
E16
yang dilakukan memang tepat untuk saya
Perawat mampu memberikan rasa aman dan
E17
ketenangan kepada pasien
Perawat berusaha memberikan perhatian
E18
kepada kondisi pasien
Fasilitas di Ruang tunggu memadai untuk
BF19
semua pengunjung
Ruang tunggu memiliki fasilitas yang
BF20
membuat saya nyaman
Fasilitas yang tersedia sebanding dengan
BF21
harga yang saya bayar
Fasilitas kesehatan di Poliklinik Eksekutif
BF22
didukung dengan teknologi yang canggih
Hambatan Pindah1
Untuk Pertanyaan HA27-CC33, Berikan tanda (x) untuk setiap jawban Pertanyaan Berikut
Berdasarkan Pendapat Anda
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Saya merasa sudah memiliki ikatan yang
HA27
kuat dengan dokter di Poliklinik Eksekutif
Saya merasa dekat secara personal dengan
HA28
Staf Administrasi Poliklinik Eksekutif
Saya telah memiliki hubungan baik dengan
HA29
Perawat di Poliklinik Eksekutif
Apabila saya harus pindah ke rumah sakit
CC30 lain, pelayanan yang saya terima mungkin
lebih buruk dari Poliklinik Eksekutif
Apabila saya harus pindah ke rumah sakit
lain, mungkin tarif di sana lebih mahal
CC31
dibanding Poliklinik Eksekutif dengan
pelayanan yang lebih buruk
Saya ragu dokter di rumah sakit lain lebih
CC32 baik dibanding dokter di Poliklinik
Eksekutif
Apabila saya harus pindah ke rumah sakit
lain, Saya ragu rumah sakit lain dapat
CC33
memberikan pelayanan yang lebih baik
dibanding Poliklinik Eksekutif
Loyalitas Pasien
Untuk Pertanyaan No 38-41, Berikan Tanda (√) pada kolom jawaban Pertanyaan Berikut
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Bila saya membutuhkan pelayanan
38 kesehatan, saya akan tetap memilih berobat
di Poliklinik Eksekutif
Saya berniat merekomendasikan Poliklinik
39 Eksekutif kepada teman atau kerabat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan
Saya akan tetap memilih Poliklinik
40 Eksekutif walaupun tarif yang dibebankan
telah naik dari sebelumnya
Kritik dan Saran
a. Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.720 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Scale Corrected R table
Mean if Variance if Item-Total (Uji Cronbach's
Item Item Correlatio Responden Alpha if Item
Deleted Deleted n 25) Deleted
Dokter yang dipilih oleh saya selalu R1 9.28 1.210 .539 0.396 .640
bisa ditemui
Jadwal operasional rumah sakit (jadwal R3 9.56 1.257 .543 0.396 .637
dokter dan jam operasional rumah
sakit) dijalankan dengan tepat
Rekam Medis saya tidak pernah R4 9.24 1.440 .578 0.396 .632
tertukar dengan milik pasien lain
b. Daya tanggap
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.808 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Scale R table (Uji Cronbach's
Mean if Variance Corrected Responden Alpha if
Item if Item Item-Total 25) Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
Waktu tunggu dokter masih dapat DT5 9.28 1.377 .634 0.396 .766
diterima, yaitu dibawah 60 menit
Poliklinik Eksekutif mudah dihubungi DT6 8.92 1.493 .606 0.396 .773
via telepon untuk pendaftaran
Staf administrasi Poliklinik Eksekutif DT7 8.84 1.890 .619 0.396 .778
memberikan pelayanan administrasi
dengan cepat
Perawat memberi bantuan tanpa DT8 8.96 1.623 .722 0.396 .721
diminta saat saya atau pasien lain
membutuhkan
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale R table (Uji Cronbach's
Scale Mean Variance Corrected Responden Alpha if
if Item if Item Item-Total 25) Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
Saat pemeriksaan, dokter mampu J9 12.52 1.260 .434 0.396 .840
menjawab setiap pertanyaan yang saya
ajukan mengenai kondisi kesehatan
saya
Bagian Kasir selalu melayani proses J10 12.68 1.227 .789 0.396 .717
pembayaran saya dengan ramah dan
sopan
Staf administrasi selalu melayani saya J11 12.64 1.240 .644 0.396 .756
dengan 5s (senyum, sapa, salam,
sopan, santun)
Bagian kasir mampu menjelaskan J12 12.72 1.377 .713 0.396 .752
dengan akurat biaya yang harus saya
bayar sesuai dengan tindakan yang
saya terima
Dokter mampu memberikan tindakan J13 12.64 1.323 .527 0.396 .793
dengan aman
d. Empati
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.781 5
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Scale R table (Uji Cronbach's
Mean if Variance Corrected Responden Alpha if
Item if Item Item-Total 25) Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
Dokter melayani saya dengan E14 12.52 1.843 .468 0.396 .774
ramah sehingga saya merasa
nyaman
Dokter memberikan waktu yang E15 12.84 1.807 .637 0.396 .713
cukup untuk konsultasi (tidak
terburu-buru)
Perawat mampu memberikan rasa E17 12.96 1.707 .734 0.396 .680
aman dan ketenangan kepada
pasien
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.713 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Corrected R table (Uji Cronbach'
Scale Mean Variance Item-Total Responden s Alpha if
if Item if Item Correlatio 25) Item
Deleted Deleted n Deleted
Fasilitas di Ruang tunggu BF19 8.04 1.040 .475 0.396 .673
memadai untuk semua
pengunjung
Ruang tunggu memiliki fasilitas BF20 7.96 1.290 .518 0.396 .655
yang membuat saya nyaman
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.681 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale R table (Uji
Mean if Scale Corrected Responden Cronbach's
Item Variance if Item-Total 25) Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Setelah saya melihat iklan mereka, 23 7.20 1.750 .550 0.396 .554
Saya tertarik mencoba rumah sakit
yang menawarkan teknologi
kesehatan terbaru
Setelah saya melihat iklan mereka, 24 7.20 2.000 .473 0.396 .610
saya tertarik mencoba berobat di
rumah sakit yang menyediakan
pelayanan unggulan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan saya
Apabila ada kerabat saya yang 25 7.24 2.190 .448 0.396 .630
merekomendasikan rumah sakit
lain, saya tertarik untuk
mencobanya
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.648 3
Item-Total Statistics
Pertanyaan R table (Uji Cronbach's
Scale Mean Scale Corrected Responden Alpha if
if Item Variance if Item-Total 25) Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Saya merasa sudah memiliki ikatan HA27 5.60 .583 .453 0.396 .571
yang kuat dengan dokter di
Poliklinik Eksekutif
Saya merasa dekat secara personal HA28 5.96 .623 .507 0.396 .481
dengan Staf Administrasi Poliklinik
Eksekutif
Saya telah memiliki hubungan baik HA29 5.96 .790 .436 0.396 .591
dengan Perawat di Poliklinik
Eksekutif
h. Continuity cost
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.797 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Scale R table (Uji Cronbach's
Mean if Variance Corrected Responden Alpha if
Item if Item Item-Total 25) Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
Apabila saya harus pindah ke CC30 7.36 2.323 .828 0.396 .659
rumah sakit lain, pelayanan yang
saya terima mungkin lebih buruk
dari Poliklinik Eksekutif
Apabila saya harus pindah ke CC31 7.32 2.560 .499 0.396 .797
rumah sakit lain, mungkin tarif di
sana lebih mahal dibanding
Poliklinik Eksekutif dengan
pelayanan yang lebih buruk
Saya ragu dokter di rumah sakit CC32 7.00 2.250 .550 0.396 .782
lain lebih baik dibanding dokter di
Poliklinik Eksekutif
Apabila saya harus pindah ke CC33 7.12 2.277 .616 0.396 .742
rumah sakit lain, Saya ragu rumah
sakit lain dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik
dibanding Poliklinik Eksekutif
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.764 4
Item-Total Statistics
Pertanyaan Scale Scale Corrected R table (Uji Cronbach's
Mean if Variance if Item-Total Responden Alpha if
Item Item Correlatio 25) Item
Deleted Deleted n Deleted
Saya akan mengalami kesulitan untuk LC34 8.16 2.723 .456 0.396 .762
pindah ke rumah sakit lain karena saya
harus mempelajari kembali prosedur
administrasi di rumah sakit tersebut
Saya akan mengalami kesulitan untuk LC35 7.88 2.610 .469 0.396 .759
pindah ke rumah sakit lain karena saya
harus beradaptasi kembali dengan dokter
yang berbeda dari sebelumnya
Saya akan mengalami kesulitan untuk LC36 8.28 2.460 .725 0.396 .632
pindah dari Poliklinik Eksekutif karena harus
beradaptasi kembali dengan pegawai di
rumah sakit lain
Saya akan mengalami kesulitan untuk LC37 7.84 2.223 .636 0.396 .666
pindah ke rumah sakit lain karena saya
harus kembali memberikan informasi kepada
dokter lain tentang kondisi kesehatan saya
j. Loyalitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.683 3
Item-Total Statistics
Saya akan tetap memilih poliklinik eksekutif 40 6.20 .833 .525 0.396 .552
walaupun tarif yang dibebankan telah naik
dari sebelumnya
Loyalitas
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .072 3 .995
Likelihood Ratio .072 3 .995
Linear-by-Linear Association .042 1 .838
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.70.
Jarak Tempat Tinggal
JarakTempatTinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jauh 36 45.0 45.0 45.0
Dekat 44 55.0 55.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Loyalitas
Penghasilan
Penghasilan Penghasilan
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid Rendah 43 53.8 53.8 53.8
Tinggi 37 46.3 46.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
Loyalitas
Risk Estimate
Penanggung Biaya
PenanggungBiaya
Freque Cumulative
ncy Percent Valid Percent Percent
Valid Pribadi 49 61.3 61.3 61.3
Ditanggung Pihak Ke3 31 38.8 38.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
Loyalitas
Loyalitas
Median 66.00
Variance 39.291
Minimum 57
Maximum 86
Range 29
Interquartile Range 7
Risk Estimate
Reliabilitas
R1 R2
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 9 11.3 11.3 11.3 Valid TS 3 3.8 3.8 3.8
S 48 60.0 60.0 71.3 S 57 71.3 71.3 75.0
SS 23 28.8 28.8 100.0 SS 20 25.0 25.0 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
R3
R4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 13 16.3 16.3 16.3
Valid S 55 68.8 68.8 68.8
S 54 67.5 67.5 83.8
SS 25 31.3 31.3 100.0
SS 13 16.3 16.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Variance 2.314
Minimum 10
Maximum 16
Range 6
Interquartile Range 1
Loyalitas
DT7 DT8
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 1.3 1.3 1.3 Valid TS 9 11.3 11.3 11.3
S 58 72.5 72.5 73.8 S 57 71.3 71.3 82.5
SS 21 26.3 26.3 100.0 SS 14 17.5 17.5 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error
SkorDayaTanggap Mean 12.31 .185
95% Confidence Interval for Lower Bound 11.94
Mean
Upper Bound 12.68
Median 12.00
Variance 2.749
Minimum 9
Maximum 16
Range 7
Interquartile Range 2
Loyalitas
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Jaminan J10
J9
Valid Cumulative
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 3 3.8 3.8 3.8
Valid S 54 67.5 67.5 67.5
S 54 67.5 67.5 71.3
SS 26 32.5 32.5 100.0
SS 23 28.8 28.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
J11 J12
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 9 11.3 11.3 11.3 Valid TS 5 6.3 6.3 6.3
S 53 66.3 66.3 77.5 S 62 77.5 77.5 83.8
SS 18 22.5 22.5 100.0 SS 13 16.3 16.3 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
Median 15.50
Variance 3.195
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Jaminan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 10 12.5 12.5 12.5
Baik 70 87.5 87.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Loyalitas
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Empati
E14 E15
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid S 46 57.5 57.5 57.5 Valid TS 4 5.0 5.0 5.0
SS 34 42.5 42.5 100.0 S 57 71.3 71.3 76.3
Total 80 100.0 100.0 SS 19 23.8 23.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
E16
Valid Cumulative E18
Frequency Percent Percent Percent Valid Cumulative
Valid TS 3 3.8 3.8 3.8 Frequency Percent Percent Percent
Median 15.00
Variance 2.869
Minimum 12
Maximum 20
Range 8
Interquartile Range 2
Loyalitas
Bukti Fisik
BF19 BF20
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 26 32.5 32.5 32.5 Valid STS 1 1.3 1.3 1.3
S 47 58.8 58.8 91.3 TS 10 12.5 12.5 13.8
SS 7 8.8 8.8 100.0 S 63 78.8 78.8 92.5
Total 80 100.0 100.0 SS 6 7.5 7.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
BF21
BF22
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 2 2.5 2.5 2.5
Valid STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 12 15.0 15.0 17.5
TS 34 42.5 42.5 43.8
S 57 71.3 71.3 88.8
S 42 52.5 52.5 96.3
SS 9 11.3 11.3 100.0
SS 3 3.8 3.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Median 11.00
Variance 3.192
Minimum 6
Maximum 16
Range 10
Interquartile Range 2
Loyalitas
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.780 1 .016
b
Continuity Correction 4.541 1 .033
Likelihood Ratio 5.517 1 .019
Fisher's Exact Test .027 .018
Linear-by-Linear Association 5.708 1 .017
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Descriptives
Statistic Std. Error
SkorDayaTarikRSLain Mean 10.33 .228
95% Confidence Interval for Lower Bound 9.87
Mean
Upper Bound 10.78
Median 11.00
Variance 4.146
Minimum 4
Maximum 14
Range 10
Interquartile Range 3
Loyalitas
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
4. Hambatan Pindah
Descriptives
Median 30.00
Variance 23.516
Minimum 20
Maximum 44
Range 24
Interquartile Range 6
Loyalitas
Hubungan Antarpersonal
HA28
HA27 Valid Cumulative
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent Valid STS 2 2.5 2.5 2.5
Valid TS 9 11.3 11.3 11.3 TS 24 30.0 30.0 32.5
S 49 61.3 61.3 72.5 S 44 55.0 55.0 87.5
SS 22 27.5 27.5 100.0 SS 10 12.5 12.5 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Median 9.00
Variance 2.506
Minimum 5
Maximum 12
Range 7
Interquartile Range 2
Loyalitas
Continuity Cost
CC30 CC32
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 4 5.0 5.0 5.0 Valid STS 2 2.5 2.5 2.5
TS 46 57.5 57.5 62.5 TS 37 46.3 46.3 48.8
S 27 33.8 33.8 96.3 S 34 42.5 42.5 91.3
SS 3 3.8 3.8 100.0 SS 7 8.8 8.8 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
CC31
CC33
Valid Cumulative
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 7 8.8 8.8 8.8
Valid STS 3 3.8 3.8 3.8
TS 38 47.5 47.5 56.3
TS 36 45.0 45.0 48.8
S 30 37.5 37.5 93.8
S 34 42.5 42.5 91.3
SS 5 6.3 6.3 100.0
SS 7 8.8 8.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Median 10.00
Variance 4.866
Minimum 6
Maximum 16
Range 10
Interquartile Range 4
Loyalitas
Learning Cost
LC34 LC35
Valid STS 5 6.3 6.3 6.3 Valid STS 1 1.3 1.3 1.3
LC36 LC37
Valid Cumulative Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 4 5.0 5.0 5.0 Valid STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 30 37.5 37.5 42.5 TS 20 25.0 25.0 26.3
S 37 46.3 46.3 88.8 S 40 50.0 50.0 76.3
SS 9 11.3 11.3 100.0 SS 19 23.8 23.8 100.0
Total 80 100.0 100.0 Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error
SkorLearningCost Mean 11.15 .267
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.62
Mean
Upper Bound 11.68
Median 12.00
Variance 5.699
Minimum 6
Maximum 16
Range 10
Interquartile Range 3
Loyalitas
No40
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 13 16.3 16.3 17.5
S 52 65.0 65.0 82.5
SS 14 17.5 17.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Descriptives
Median 9.00
Variance 2.196
Minimum 6
Maximum 12
Range 6
Interquartile Range 2