Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

63 254 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Journal of Pharmacy and Science

Vol. 2, No.1, (Januari 2017), P-ISSN : 2527-6328

Artikel Penelitian
Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Kemuning (Murraya
panicullata L. Jack) Dengan Berbagai Jenis Pelarut Pengekstraksi
Galuh Gondo Kusumo1*), M.A. Hanny Ferry F2, Heppy Asroriyah3
1
Bidang Ilmu Farmakognosi, Akademi Farmasi Surabaya.
2
Bidang Ilmu Kimia, Akademi Farmasi Surabaya
3
Mahasiswa Program Studi DIII Farmasi, Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail : galuhgondo@akfarsurabaya.ac.id

ABSTRAK
Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) adalah salah satu kekayaan alam yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan manusia. Tanin merupakan salah satu metabolit sekunder dari kemuning yang dapat digunakan
sebagai anti diare dan pelangsing. Ekstrak kemuning didapatkan dari maserasi menggunakan tiga pelarut
berbeda, yaitu metanol, etanol dan etil asetat. Tannin kemudian dipisahan dari ekstrak dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan berbagai jenis pelarut. Hasil nalisis menunjukkan bahwa pelarut terbaik
untuk mengekstraksi tanin adalah metanol dengan perolehan 23,6989 g (31,59%). Skrining fitokimia yang
dilakukan menggunakan dua reagen yang berbeda menunjukkan hasil yang positif mengandung tanin. Eluen
terbaik untuk analisa tanin pada penelitian ini adalah dengan n-heksan-etil asetat (6 : 4) dengan nilai Rf sebesar
0,62.
Kata Kunci : kemuning (Murraya paniculata L. Jack), tannin, kromatografi lapis tipis (KLT)

ABSTRACT
Orange Jessamine (Murraya paniculata L. Jack) is one of the natural treasures which has many benefits for
human life. Tannin is one of secondary metabolite of orange jessamine that can be used as antidiarrhoeal and
body slimming. It was obtained by maceration using 3 different solvents, such as : methanol, ethanol, and ethyl
acetate. Tannins was separated from crude extract using thin layer chromatography (TLC) in different type of
eluent. The analysis showed that the best solvent to extract tannin is methanol that produce of 23.6989 g
(31.59%). The phytochemical screening test of the two reagents shows positif result contain tannin compound.
The best eluent in this study aimed is n-hexane: ethyl acetate (6 : 4) with tannin Rf value of 0.62.
Keywords: Orange jessamine (Murraya paniculata L. Jack), tannin, maceration, thin layer chromatography

1. PENDAHULUAN
antaranilat, bisabolen, β-kariopilen, geraniol, caren-3,
Sejak dahulu di Indonesia telah mengenal
eugenol, citronelol, metil salisilat, s-guiazulen,
pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-
osthole, paniculatin, dan kumurrayin (Sulaksana dan
bahan baku alami, salah satunya dari tanaman.
Dadang, 2005).
Hingga saat ini banyak dikenal jenis tanaman atau
Tanin adalah senyawa yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat mengobati
tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang
berbagai penyakit (Sulaksana dan Dadang, 2005).
mentah menjadi kulit siap pakai karena
Kemuning adalah satu dari sekian khasanah
kemampuannya menyambung silang protein
kekayaan alami yang memiliki berbagai manfaat bagi
(Harbone, 1996). Tanin digunakan sejak lama
kehidupan manusia. Tanaman ini berasal dari daratan
sebagai pengobatan cepat diare, disentri, perdarahan,
India, Asia Selatan, tumbuh liar di semak belukar,
dan mereduksi ukuran tumor (Saifudin, 2011).
tepi hutan, atau ditanam sebagai tanaman hias dan
Senyawa tanin juga dapat mengendapkan mucosa
tanaman pagar. Salah satu bagian dari kemuning
protein yang ada di dalam permukaan intestin (usus
yang banyak digunakan sebagai bahan obat adalah
halus) sehingga mengurangi penyerapan makanan
daun. Daun berguna untuk mengatasi radang buah
(Sulaksana dan Dadang, 2005).
zakar (orchitis), infeksi saluran kencing, datang haid
tidak teratur, lemak tubuh berlebihan, melangsingkan Sulastri (2009) menganalisis kadar tanin ekstrak air
tubuh, mengobati sakit gigi, dan menghaluskan kulit. dan ekstrak etanol 96% pada biji pinang sirih
Daun kemuning mengandung tanin, kadinin, metil menunjukkan persentasi rata-rata kadar tanin dalam

29
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.1, (Januari 2017), P-ISSN : 2527-6328

pelarut etanol 96% lebih tinggi dibandingkan 2.2 Pembuatan Ekstrak daun kemuning
dalam pelarut air. Fachry (2012) menyatakan hasil Ditimbang 75 gram serbuk daun kemuning
optimal diperoleh pada ekstrasi tanin dari daun kemudian dimaserasi dengan penambahan masing-
jambu biji menggunakan pelarut etanol 96% pada masing pelarut (metanol, etanol 96% dan etil asetat)
temperatur 50℃ selama 150 menit. L.G.E, dkk sebanyak 750 ml dibagi menjadi 3 bagian dengan
(2013) menggunakan metode maserasi dengan lama ekstraksi 3x24 jam pada suhu ruangan (15℃-
pelarut metanol untuk mengetahui kandungan 30℃). Maserat kemudian dipekatkan dengan
senyawa tanin pada kulit buah manggis. Putri, dkk menggunakan Rotavapor.
(2013) menggunakan metode maserasi dengan
pelarut etil asetat untuk mengetahui kandungan 2.3 Identifikasi tanin dengan skrining fitokimia
senyawa tanin pada kulit buah manggis. Ekstrak daun kemuning dari pelarut metanol,
Sa’adah (2010) menganalisis adanya senyawa etanol 96% dan etil asetat diambil sedikit dan
tanin pada ekstrak daun belimbing wuluh dengan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi terpisah,
fitokimia yaitu menambahkan ekstrak dengan reagen kemudian diencerkan dengan masing-masing pelarut
FeCl3 dan larutan gelatin. Uji fitokimia dengan Kemudian, masing-masing tabung reaksi ditambahkan
FeCl3 menghasilkan warna hijau kehitaman. Uji 3 tetes pereaksi FeCl3.
fitokimia dengan larutan gelatin menghasilkan
2.4 Identifikasi tanin dengan kromatografi
endapan putih. lapis tipis (KLT)
Sa’adah (2010) dalam penelitian tentang Pada pemisahan senyawa tanin dengan KLT
fraksinasi dan identifikasi daun belimbing wuluh digunakan plat silika GF 254 dengan ukuran plat 4 x
dengan metode KLT menggunakan berbagai eluen 10 cm. Ekstrak tanin ditotolkan pada lempeng pada
yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) jarak 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler
yang memisahkan 3 noda dengan nilai Rf tanin 0.61 kemudian dikeringkan dan dielusikan pada berbagai
dan etil asetat : kloroform : asam asetat 10% (15:5:2) perbandingan fase gerak, yaitu etil asetat : kloroform :
mengasilkan 2 noda dengan nilai Rf tanin 0,51 . asam asetat (15:5:2), n-butanol : asam asetat : air
Mangunwardoyo, dkk (2009) dalam penelitian (4:1:5) (Sa’adah, 2010), dan n-heksan : etil asetat
ekstraksi dan identifikasi senyawa antimikroba herba (6:4) (Mangunwardoyo, dkk, 2009). Noda yang
meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan metode KLT terbentuk diperiksa dengan lampu UV-Vis pada
ekstrak etanol 96% menggunakan eluen n-heksan : panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
etil asetat (6:4) dihasilkan 11 bercak dengan nilai Rf
tanin 0,65. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian tersebut maka menarik untuk
dilakukan penelitian pelarut terbaik untuk Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh 3
mengekstraksi senyawa tanin pada daun kemuning ekstrak daun kemuning dengan 3 jenis pelarut. Hasil
selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa tanin dari ekstraksi dapat dilihat pada tabel berikut :
pada ekstrak daun kemuning dengan uji kualitatif. Tabel 1. Bobot ekstrak pekat daun kemuning

2. METODE Pelarut Bobot (g) % b/b


2.1 Alat dan Bahan Penelitian Metanol 23,699 31,59%
Alat-alat penelitian yang digunakan adalah Alat Etanol 96% 18,947 25,26%
penelitian yang digunakan pada penelitian ini Etil asetat 6,536 8,72%
meliputi beaker glass, gelas ukur, gelas arloji,
timbangan analitik, vacum rotary evaporator, Tabel 1 menunjukkan bahwa metanol merupakan
pengaduk kaca, sendok tanduk, wadah maserasi, pelarut terbaik untuk mengekstraksi daun kemuning.
kertas saring, pipa kapiler, plat KLT silika GF 254, Hal ini juga menunjukkan bahwa kandungan daun
bejana pengembang, tabung reaksi, pipet tetes, lampu kemuning mayoritas adalah senyawa polar yang larut
uv vis 254-366 nm. air (Tursiman, 2012).
Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah daun
kemuning (Murraya paniculata L. Jack) yang diambil
dari daerah Banjarsugihan kota Surabaya Jawa
Timur, Etanol 96%, FeCl3, Akuades, n-butanol, asam
asetat, metanol, etil asetat, n-heksan, kloroform,
NaCl, dan gelatin .

30
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.1, (Januari 2017), P-ISSN : 2527-6328

Tabel 2. Identifikasi senyawa tanin dengan


skrining fitokimia
Pelarut Gelatin FeCl3
Metanol + +
Etanol 96% + +
Etil Asetat - -

Dari data hasil penelitian diperoleh ekstrak


dengan pelarut metanol dan etanol 96% positif
mengandung tanin sedangkan pada pelarut etil asetat Gambar 4.1 Foto plat hasil KLT ekstrak daun
terbentuk pemisahan 2 fase yang heterogen sehingga kemuning dengan eluen n-heksan : etil asetat
hasilnya negatif. Terjadinya pemisahan 2 fase (6:4) dengan sinar UV 254 nm (a) dan 366 nm
dikarenakan kelarutan etil asetat dapat melarutkan (b).
air hingga kelarutan 3% dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya Tabel 4. Hasil nilai Rf analisis KLT dengan
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun eluen n-heksan : etil asetat (6:4)
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang Hasil Penelitian
Metanol Etanol 96% Etil asetat
mengandung basa atau asam (Anonim, 2006).
0,07 0,07 0,07
0,20 0,20 0,21
Tabel 3. Data penampakan noda hasil 0,34 0,34 0,33
KLT dengan beberapa eluen 0,55 0,56 0,56
No Eluen Hasil Keterangan 0,62 0,62 0,62
1. n-heksan : etil 8 noda pelarut Terpisah 0,74 0,74 0,74
asetat (6:4) metanol dan baik 0,85 0,85 0,87
etanol 96%, 7 0,94 0,94
noda pelarut etil
asetat Noda dengan nilai Rf 0,62 diduga senyawa tanin
2. etil asetat : 2 noda Terpisah dengan warna noda saat disinari dengan lampu UV
kloroform : asam baik 254 berwarna lembayung dan lampu UV 366
asetat 10% berwarna hijau kuning. Hal ini didukung pada
(15:5:2)
3. n-butanol : asam - Tak penelitian yang dilakukan oleh Mangunwardoyo
asetat : air (4:1:5) Terpisah (2009) senyawa tanin terletak pada Rf 0,65 dengan
noda berwarna hijau kuning dan Harbone (1987)
Hasil pemisahan senyawa tanin dengan KLT bahwa tanin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek
menunjukkan bahwa Pada eluen campuran n-heksan berupa noda berwarna lembayung.
: etil asetat (6:4) menghasilkan pemisahan terbaik
yaitu menghasilkan 8 noda pada pelarut metanol dan 4. KESIMPULAN
etanol 96% dan 7 noda pada pelarut etil asetat. Eluen 1. Pelarut terbaik untuk memperoleh ekstrak
n-heksan : etil asetat adalah larutan yang bersifat senyawa tanin pada daun kemuning adalah
semipolar sehingga senyawa non polar juga ikut metanol dengan berat ekstrak 23,6989 g
terpisah. Sedangkan, untuk eluen campuran n- (31,59%)
butanol : asam asetat : air (4:1:5) tidak bisa 2. Ekstrak daun kemuning mengandung senyawa
memisahkan senyawa tanin, karena dimungkinkan tanin pada masing- masing pelarut (metanol,
eluen yang digunakan terlalu polar. Eluen yang etanol 96%, dan etil asetat) menggunakan uji
terlalu polar akan mengelusi semua senyawa dalam skrining fitokimia dan uji KLT dengan eluen
sampel, artinya faktor yang menghambat elusi tidak yang terpilih yaitu n-heksan : etil asetat (6:4)
cukup kuat (Kristanti, 2008). Adapun gambar plat dengan nilai Rf tanin 0,62.
hasil KLT dengan eluen terbaik n-heksan : etil asetat
6:4) disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 4. 5. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2006. Etil Asetat. Disitasi dari
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SN
I%2006 -2583-1992.PDF. Diakses tanggal 30
Mei 2016.
2. BPOM RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia. Volume ke-2. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Olbat dan
Makanan.

31
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 2, No.1, (Januari 2017), P-ISSN : 2527-6328

3. Deny. 2007. Pemanfaatan Tannin Sebagai Perekat. 18. Tursiman, Puji A. dan Risa, N. 2012. Total Fenol
Jurnal Penelitian Fakultas Teknologi Pertanian Fraksi Asetat dari Buah Asam Kandis, JKK
Bogor. tahun 2012 Vol. 1 Halaman 45-48. Diakses
4. Fachry, A. R., Arief, S. dan Guntur, S. 2012. Kondisi tanggal 2 Juni 2016. Watson, D. G. 2010. Analisis
Optimal Proses Ektraksi Tanin Dari Daun Farmasi. Jakarta: EGC.
Jambu Biji Menggunakan Pelarut Etanol, 19. Windarini, L. G. E. Astuti, K. W. Dan Warditiani, N.
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol
Diakses tanggal 9 Oktober 2015 Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
5. Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Jurnal Farmasi Udayana, 2(4). Diakses tanggal 30
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Januari 2016.
6. Giner-Chavez, B.I. dan Cannas, A. 2001. Tannins:
Chemichal Structural The Struktur Of
Hydrolysable Tannins. Disitasi dari
http://poisonousplants.ansci.cornell.edu/toxicagent
s/tan nin.html. Cornert University. Diakses
tanggal 3 Januari 2016
7. Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jakarta : UI-
Press.Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia
Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bandung :Penerbit ITB.
8. Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun
Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Bandung: ITB Horvart. 1981. Tannins:
Definition. 2001. Disitasi dari
http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxicagents/ta
nnin/ definition.html. Cornert University. Diakses
tanggal 3 Januari 2016
9. Kristanti, A. N., Nanik, S. A., Mulyadi, T. dan
Bambang K. 2008. Buku Ajar Fitokimia.
Surabaya: Airlangga University Press
10. Mangunwardoyo, W., Eni, C. dan Tepy U. 2009.
Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa
Antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus
niruri L.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
Vol 7 (2): 57, 63.Diakses tanggal 13 Desember
2015
11. Putri, W. S., Warditiani, N. K. dan Larasanty, L. P. F.
2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Jurnal Farmasi Udayana, 2(4). Diakses tanggal 30
Januari 2016
12. Sa’adah, L. (2010). Isolasi dan identifikasi senyawa
tanin dari daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.). Skripsi. Malang: Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Diakses
tanggal 16 Agustus 2015.
13. Saifudin, A., Viesa, R. dan Hilwan Y. T. 2011.
Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
14. Septyaningsih, D. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Komponen Utama Ekstrak Biji Buah Merah
(Pandanus conoideus Lamk.). Doctoral
dissertation, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Diakses tanggal 20 November
2015.
15. Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi
dan Mikroskopik. Bandung: Penerbit ITB.
16. Sulaksana, J. dan Dadang I. J. 2005. Kemuning dan
Jati Belanda Budi Daya dan Pemanfaatan
untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
17. Sulastri, T. 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air
dan Ekstrak Etanol Pada Biji Pinang Sirih
(Areca Catechu. L), Jurnal Chemika Vol.10
No.1, Juni 2009, hal. 59-63. Diakses tanggal 4
Desember 2015

32

Anda mungkin juga menyukai