Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

BT Metode Duke

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGATAR

Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan

Bleeding Time (BT) metode duke”

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar

penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo, Maret,2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................2

1.4 Manfaat Praktikum..................................................................................2

BAB II TINAJAUN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Pengertian Darah.....................................................................................3

2.2 Kandungan Dalam Darah.......................................................................3

2.3 Plasma Darah...........................................................................................5

2.4 Pembekuan Darah....................................................................................5

2.5 Sistem Peredaran Darah...........................................................................6

2.6 Pengertian Bleeding Time (BT)...............................................................7

2.7 Metode Duke...........................................................................................8

2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembekuan Darah........................8

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................13

3.1 Waktu dan tempat pratikum...................................................................13

2
3.2 Metode...................................................................................................13

3.3 Prinsip....................................................................................................13

3.4 Pra Analitik............................................................................................13

3.5 Analitik..................................................................................................13

3.6 Pasca Analitik........................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15

4.1 Hasil.......................................................................................................15

4.2 Pembahasan...........................................................................................15

BAB V PENUTUP................................................................................................18

5.1 Kesimpulan............................................................................................18

5.2 Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latihan lari sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas fisik

sumber daya manusia. Dengan melakukan latihan fisik dapat menurunkan

faktor risiko terjadinya gangguan pada mekanisme homeostasis. Hemostasis

merupakan istilah untuk mekanisme faali tubuh mencegah kehilangan darah.

Proses hemostasis adalah proses tubuh yang secara simultan menghentikan

perdarahan pada tempat cedera, sekaligus mempertahankan darah dalam

keadan cair pada kompartemen vascular. Mekanisme hemostasis melibatkan

beberapa sistem fisiologi yang saling berkaitan (Astiawati.2008)

Waktu pendarahan (Bleeding Time, BT) adalah uji laboratorium untuk

menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang

dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan

koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan

dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan

untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Berdasarkan

latar belakang di atas, maka dilakukan pemeriksaan Bleeding Time dengan

metode duke (Astiawati.2008)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Bleeding Time (BT) dengan

metode duke?

1
1.3 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui pemeriksaan Bleeding Time (BT) dengan metode duke.

1.4 Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan Bleeding Time (BT) dengan

metode duke.

2
BAB II

TINAJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam

cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai

jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-

unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara

fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan

seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila

darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas

unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum

sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) dalam tubuh

manusia terjadi proses sirkulasi berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh.

Diperlukan peredaran media pengantar dan alat-alat yang turut berperan

dalam sirkulasi untuk melakukan proses ini. Media dan alat-alat ini bekerja

bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem sirkulasi

darah. Media yang berperan dalam peredaran zat-zat penting ke seluruh tubuh

ini adalah darah. (Frandson.1992).

2.2 Kandungan Dalam Darah

1. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa

sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.

3
Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb)

fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen.

2. Lekosit (Sel Darah Putih)


Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc

darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan)

bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka jumlah sel

tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh.


3. Trombosit (Keping Darah)
Disebut pula sel darah pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa

sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Keping darah berfungsi pada proses

pembekuan darah. Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut.

Keping darah menyentuh permukaan luka, lalu pecah dan mengeluarkan

trombokinase. plasma darah yang mengandung zat untuk proses

pembekuan darah, yaitu protrombin dan fibrinogen. Trombokinase

dibantu dengan ion kalsium akan mengubah protrombin menjadi trombin.

Trombin diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi benang-benang

fibrin. Luka akan ditutup oleh benang fibrin yang berupa benang-benang

halus, sehingga darah berhenti keluar.


Trombosit inilah yang sangat berpengaruh pada seseorang saat terjadi

perdarahan jika kadar trombosit pada kondisi normal seseorang tidak

akan terlalu banyak mengalami perdarahan, namun sebaliknya apabila

kadar trombosit dibawah normal seseorang akan beresiko mengalami

perdarahan hebat saat dilakukan tindakan operasi (Smeltzer.2001).

4
2.3 Plasma Darah

Darah disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel

darah.Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan

volume ±5% dari berat badan. Apabila sejumlah volume darah ditambah

dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya kemudian diputar

selama 20 menit dengan kecepatan 3000rpm maka cairan yang terdapat pada

bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh

karena itu dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan

untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

Sitrat merupakan antikoagulan yang langsung mengikat Ca, sehingga

digunakan untuk pemeriksaan waktu rekalsifikasi. Plasma yang diabsorpsi

dengan barium sulfat mengandung fibrinogen, faktor V, VIII, XI, XII,

XIII.Plasma ini tidak dapat membeku karena tidak mengandung protrombin,

factor X dan faktor VII yang diperlukan untuk aktivasi intrinsik. Faktor XI

dan XII stabil dalam plasma simpan, tidak diabsorpsi oleh barium dan tidak

habis oleh proses pembekuan (Smeltzer, 2001.).

2.4 Pembekuan Darah

Pembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif

sedikit zat pemula secara beruntun mengaktifkan, dengan proteolisis,reaksi

protein prekursor yang beredar ( enzim-enzim faktor pembekuan ) yang

memuncak pada pembentukan trombin, selanjutnya mengkonversi fibrinogen

plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada

tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak

5
stabil menjadi sumbatan haemostasis yang kuat, utuh, dan stabil (Smeltzer,

S.C. 2001.).

Kerja reaksi enzim ini membutuhkan pemekatan setempat factor-faktor

pembekuan yang beredar pada tempat luka.Reaksi melalui permukaan terjadi

pada kolagen yang telah terpapar, faktor III dan faktor jaringan. Dengan

pengecualian fibrinogen yang merupakan sub unit bekuan fibrin,faktor-faktor

pembekuan adalah prekursor enzim maupun kofaktor, yaitu kemampuan

menghidrolisa ikatan peptide tergantung pada asam amino serin pada inti

aktifnya (Smeltzer, S.C. 2001.).

2.5 Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah manusia ada dua yaitu system peredaran darah

besar dan sistem peredaran darah kecil.

1. Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik)


Peredaran darah besar dimulai dari darah keluar dari jantung melalui

aorta menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas dan organ bagian

bawah). Melalui arteri darah yang kaya akan oksigen menuju ke sistem-

sistem organ, maka disebut sebagai sistem peredaran sistemik. Dari

sistem organ vena membawa darah kotor menuju ke jantung. Vena yang

berasal dari sistem organ di atas jantung akan masuk ke bilik kanan

melalui vena cava inferior, sementara vena yang berasal dari sistem organ

di bawah jantung dibawa oleh vena cava posterior. Darah kotor dari bilik

kanan akan dialirkan ke serambi kanan, selanjutnya akan dipompa ke

paru-paru melalui arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan satu

keunikan dalam sistem peredaran darah manusia karena merupakan satu-

6
satunya arteri yang membawa darah kotor (darah yang mengandung

CO2). Urutan perjalanan peredaran darah besar :


2. Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil dimulai dari dari darah kotor yang dibawa arteri

pulmonalis dari serambi kanan menuju ke paru-paru. Dalam paru-paru

tepatnya pada alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2. Gas

O2 masuk melalui sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh.

O2 yang masuk akan diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di

dalam alveolus. Selanjutnya darah bersih ini akan keluar dari paru-paru

melalui vena pulmonalis menuju ke jantung (bagian bilik kiri). Vena

pulmonalis merupakan keunikan yang kedua dalam system peredaran

darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena yang membawa

darah bersih.

2.6 Pengertian Bleeding Time (BT)

Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah

trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi

trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan trombositopenia

( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von

Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat

aspirin (Bakta. 2007).

Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu

tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi

luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah

perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus

7
secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit.

Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan

darah makin lama makin kecil (Bakta. 2007).

2.7 Metode Duke

Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang ditusuk

untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes ini waktunya

dari awal pendarahan sampai pendarahan benar-benar berhenti. Kerugian

dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada vena darah di daerah

menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan.

Keuntungan dengan metode Duke adalah bahwa bekas luka tidak tetap

setelah ujian. Metode lain dapat menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil

di mana luka tersebut dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian

kosmetik. Daerah yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol.

Alkohol harus ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada

tempat luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena

alkohol akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. Nilai

Normal untuk metode ini adalah 1- 3 (Hoffbrand, 2013).

2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembekuan Darah

Menururt (Pramudianti.2011) faktor – faktor yang mempengaruhi pembekuan

darah ada 13 faktor yaitu:

1. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein

plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan

8
faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau

hypofibrinogenemia.
2. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma

dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan

dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan.

Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin.

Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.


3. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa

sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan

Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang

mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor

jaringan.
4. Faktor IV
Kalsium : Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase

pembekuan darah.
5. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil

dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan

fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin

mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan

faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan

berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai

derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.


6. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif

faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.


7. Faktor VII

9
Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif

stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal

ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan

mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang

mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan

dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.

Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.


8. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang

relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi,

bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor

dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,

penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor

antihemophilic A.
9. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi

penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari

pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di

hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.


10. Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil

dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi,

menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah

diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor

V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan

mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat

10
menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-

faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.


11. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang

terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu

mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga

faktor antihemophilic C.
12. Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh

kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur

intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan

faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.


13. Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang

merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil

dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk

pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan

seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.

Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

11
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat pratikum

Pelaksanaan praktikum hematologi III dilaksanakan pada hari Kamis,

tanggal 21 maret 2019. Bertempat dilaboratorium Fitokimia STIKES Bina

Mandiri Gorontalo

3.2 Metode

Pada pemeriksaan Bleeding Time (BT) menggunakan metode duke.

3.3 Prinsip

Dibuat perlakuan standar pada daun telinga, lamanya pendarahan sampai

berhenti dicatat.

3.4 Pra Analitik

1. Persiapan pasien
Persiapan pasien tidak memerlukan perlakuan khusus
2. Persiapan sampel
Darah kapiler pada daun telinga
3. Persiapan alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini

yaitu disposable lanset steril, tisu, stopwatch, dan kapas alcohol

70%.

3.5 Analitik

1. Bersikan daun telinga dengan kapas alcohol 70%, biarkan mengering.


2. Objek buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3

mm. Sebagai pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan

tepat pada saat darah jalankan stopwatch.


3. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan tisu tetapi jangan sampai

menyentuh luka.

12
4. Bila pendarahan berhenti, hentikan stopwatch dan catat waktu

pendarahan.

3.6 Pasca Analitik

Interpratasi hasil:

Nilai rujukan : 1 – 3 menit

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

berdasarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 pemeriksaan Bleeding Time (BT) menggunakan metode duke

Sampel Perlakukan Lama pendarahan Normal


Darah 1-3 menit
manual 1 menit
kapiler
Darah 1-3 menit
autoklik 1 menit
kapiler

4.2 Pembahasan

Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah

adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding

pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Hal ini menunjukkan seberapa

baik trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk

membentuk bekuan darah. Prinsip pemeriksaannya adalah mengukur lamanya

waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan bawah atau cuping

telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis

primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk

sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka,

pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan.

Ada banyak faktor dalam mekanisme pembekuan, dan hal tersebut

diprakarsai oleh trombosit. Uji waktu perdarahan atau bleeding time biasanya

digunakan pada pasien yang memiliki riwayat perdarahan berkepanjangan

14
setelah terluka, atau yang memiliki riwayat keturunan gangguan perdarahan.

Selain itu, Uji waktu perdarahan kadang-kadang dilakukan sebagai tes pra

operasi untuk menentukan respon perdarahan yang mungkin terjadi selama

dan setelah operasi. Namun, pasien yang tidak memiliki riwayat masalah

perdarahan, atau yang tidak memakai obat antiinflamasi, uji waktu

perdarahan biasanya tidak diperlukan. Sebelum pemeriksaan dilakukan,

pasien sebaiknya ditanya terlebih dahulu mengenai obat yang sedang mereka

konsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi hasil tes waktu perdarahan.

Obatobat ini termasuk antikoagulan, diuretik, obat anti kanker, sulfonamide,

thiazide, aspirin, dan obat anti inflamasi. Tes ini juga dapat dipengaruhi oleh

anemia (kekurangan sel darah merah). Penggunaan aspirin dan obat-obat

sejenisnya adalah penyebab paling umum dari waktu perdarahan

berkepanjangan, maka penggunaannya harus dihentikan dua minggu sebelum

pemeriksaan.

Seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori terdapat beberapa cara atau

metode yang digunakan dalam pemeriksaan bleeding time yaitu metode Ivy

dan duke, namun dalam praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan

cara duke. Untuk metode duke, sebuah torehan dibuat dicuping telinga atau

ujung jari yang ditusuk sampai menyebabkan pendarahan. Seperti dalam

metode ivy, tes ini dimulai dari awal sampai pendarahan benar-benar berhenti.

Kelemahan metode duke adalah bahwa tekanan pada vena darah tusukan

tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. Keuntungan

15
metode duke adalah tidak ada bekas luka setelah pemeriksaan. Tidak ada

persiapan khusus yang diperlukan dari pasien untuk pemeriksaan ini.

Pada praktikum pemeriksaan Bleeding Time (BT) menggunakan metode

duke, langkah pertama yang dilakukan yakni melakukan membersikan daun

telinga yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70%. Alkohol harus

dibiarkan pada kulit cukup lama untuk membunuh bakteri di area luka.

Alcohol harus dibersikan sebelum menusuk karena dapat mempengaruhi hasil

tes dalam penghambatan pembekuan.setelah itu buat luka dengan disposable

lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. Setiap 30 detik darah yang keluar

diisip dengan tisu jangan sampai menyentuh luka. Setelah darah tidak keluar

lagi, stopwatch dihentikan. Nilai normal berkiasar antara 1-3 menit.

Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa waktu tubuh menghentikan

pendarah selama 1 menit untuk pemeriksaan secara manual dan 1 menit

pemeriksaan secara autoklik yang sesuai dengan normalnya 1-3 menit.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa

Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah

trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi

trombosit. Pemeriksaan Bleeding time dilakukan dengan metode duke dengan

melihat lamanya tubuh menghentikan pendarahan. Setelah dilkukan

pemeriksaan didapatkan hasil bahwa tubuh dapat menghentikan pendarahan

selama 1 menit untuk pemeriksaan manual dan 1 menit pemeriksaan autoklik

sesuai dengan normalnya lama pendarahan selama 1-3 menit.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya pada saat pengambilan darah sebaiknya

tidak harus pada daun telingan bisa juga diambil pada darah kapiler.

17
DAFTAR PUSTAKA

Astiawati, Prima.2008. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit


Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes
Mellitus. Semarang: Universitas

Bakta. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta

Hoffbrand,A.V.2013Kapita Selekta Hematologi edisi 6. Terjemahan oleh Brahm


U,Pendit, Liana Setiawan, Anggraini Iriani. Jakarta:EGC

Pramudianti, M.ID. 2011. Pemeriksaan Hemostasis dan Praanalitik. Makalah


disajikan dalam Workshop Hematologi PIT X PDS PATKLIN.Pontianak

Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai