Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Farmakoterapi 1 New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Makalah Farmakoterapi

Nausea Vomiting

KELOMPOK 5 :
Febriyan Mulyanto (161210004)
Lola Amalia Julfa (161210009)
Siti Rahayu (161210016)

DOSEN PENGAMPU :
POPPY DWI CITRA JALURI., M.Farm.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BORNEO CENDIKIA MEDIKA PANGKALAN BUN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Alamat : Jl. Sultan Syahrir No. 11 Pangkalan Bun Kab. Kotawaringin Barat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-

Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah tentang Tatalakasana

Pengobatan Mual Muntah dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi I dalam

rangka proses pembelajaran bagi mahasiswa sehingga dapat menambah wawasan bagi para

pembacanya.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini dapat memberikan informasi

dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini

masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para

pembacanya.

Pangkalan Bun, Maret 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1 Definisi Nausea Vomiting ........................................................................ 3
2.2 Epidemiologi dari Nausea Vomiting ........................................................ 3
2.3 Etiologi Nausea Vomiting ........................................................................ 3
2.4 Patofisiologi Nausea Vomiting ................................................................. 4
2.5 Tatalaksana terapi Nausea Vomiting ........................................................ 4
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah merupakan suatu gejala tetapi bukan penyakit yang perlu
mendapatkan terapi (baik farmakologi maupun non farmakologi) dan memiliki kaitan
dengan sistem saraf pusat. Pusat emesis berada dibagian otak yang bernama vomiting
center. Vomiting center menerima sinyal dari neuro transmiter yang berkaitan
dengan reseptor emesis. Nantinya vomiting center akan memberi respon baik dari
sinyal yang didapat. Respon baiknya bisa berupa rasa mual saja atau bahkan sampai
muntah.

Efek samping mual dan muntah terjadi pada 70-80 % pasien kemoterapi kanker.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta periode
2004-2005, dari 36 kasus efek samping yang ditemukan paska kemoterapi, efek
samping mual muntah terjadi pada 80% pasien kemoterapi resiko sedang, 57%
resiko tinggi, dan 100% resiko sangat tinggi.

Ada beberapa reseptor mual muntah di dalam tubuh yaitu dopamin, serotonin,
histamin, neurokinin (NK 1) dan polinergik miskarinik. Letak reseptor tersebut di
beberapa lokasi, diantaranya Kemoreseptor Triger Zone (CTZ), vestibular (di telinga),
cotex (di otak bagian depan), dan di peripheral pathway (Gastro Intestinal). Reseptor-
reseptor tersebut bisa muncul dan diberikan dengan neuro transmiter karena faktor
yang berbeda-beda sesuai dengan lokasi reseptornya.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan Mual/Muntah ?
 Bagaimana Epidemiologi dari Mual/Muntah ?
 Apa etiologi dari Mual/Muntah ?
 Bagaimana patofisiologi dari Mual/Muntah?
 Bagaiman tatalaksana terapi Mual/Muntah?

1
1.3 Tujuan

 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Mual/Muntah ?


 Mengetahui Epidemiologi dari Mual/Muntah ?
 Mengetahui etiologi dari Mual/Muntah ?
 Mengetahui patofisiologi dari Mual/Muntah?
 Mengetahui tatalaksana terapi Mual/Muntah?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nausea Vomiting
Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan di tenggorokan dan didaerah sekitar lambung, yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengerluaran isi
lambung melalui mulut, yang sering kali yang membutuhkan dorongan yang sangat
kuat. ( iso farmakoterpi.hal 346)
2.2 Epidemiologi
Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi tetap tinggi dan mempengaruhi
kehidupan sehari-hari pasien di Italy, khususnya mual- muntah pada fase lambat
(Ballatori et al, 2007). Rhodes dan Mc. Daniel (2001), menyebutkan bahwa mual dan
muntah masih terus menjadi hal yang paling menimbulkan stress diantara efek samping
kemoterapi, meskipun perkembangan agen antiemetik saat ini lebih efektif.

Selain adanya toleransi mual-muntah, waktu timbulnya atau pola mual-muntah


juga bervariasi. Waktu timbulnya mual-muntah dapat terjadi sebelum kemoterapi
(antisipator), saat kemoterapi (akut/24 jam pertama) dan setelah kemoterapi (lambat/24-
120 jam), serta ada pula mual-muntah berlanjut (Garret et al, 2003).

2.3 Etiologi

1. Penyakit psikogenik
2. Proses – prose sentral ( misal : tumor otak )
3. Proses sentral yang tak langsung
Misal :
 Obat – obatan seperti obat kemoterapi kanker, opioid, antibiotik, estrogen.
 Kehamilan : morning sickness.
4. Penyakit perifer ( misal : peritonitis, akut abdomen )
5. Iritasi lambung atau usus
6. Gastritis akut
7. Infeksi virus dan gastroenteritis akut
Misal : infeksi rotavirus yang paling sering menyebabkan diare pada anak yang
sering diistilahkan muntaber atau muntah berak

3
8. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Misal : penyakit gastroesophageal refluks ( PRGE / GERD )
9. Keracunan makanan
10. Iritan – iritan lambung lainnya : alkohol, merokok dan -obat anti – peradangan
nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen.
11. Obstruksi usus, ileus
12. Kolesistitis, pancreatitis, apendiksitis, hepatitis.
13. Terlalu banyak makan
14. Pasca operasi
15. Rasa sakit yang sangat / ekstrim nyeri (seperti sakit kepala pada serangan
jantung)

2.4 Patofisiologi

1. Aferen visceral dari saluran pencernaan (vagus atau saraf simpatis) : sinyal-sinyal
ini menginformasikan otak mengenai kondisi seperti distensi gastrointestinal dan
iritasi mukosa.
2. Aferen visceral dari luar saluran pencernaan: sinyal dari saluran empedu,
peritoneum, hati dan berbagai organ lain. Impuls ke pusat pusat muntah
menjelaskan bagaimana, misalnya, batu di saluran empedu dapat menyebabkan
muntah.
3. Aferen dari pusat extramedulla di otak (sistem vestibular): rangsangan psikis
tertentu (bau, rasa takut), dan trauma otak dapat menyebabkan muntah.
4. Kemoreseptor trigger zone di area postrema (medulla) :dasar ventrikel keempat,
atau pusat-pusat yang lebih tinggi di sistem saraf pusat (SSP).

2.5 Tatalaksana Terapi Mual dan Muntah

2.5.1 Terapi Non Farmakologi

 Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi


makanan dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan
 Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku
termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan
desensitisasi siseimatik

4
 Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik

2.5.2 Terapi Farmakologi

Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan


untuk mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa mematuhi pemberian
dosis oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena
beberapa pasien tidak dapat menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada
pasien tersebut disarankan penggunaan obat secara rectal atau parenteral.

Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi


bila pasien tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat
kemoterapiemetonik kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.

Terapi mual-muntah simpel biasanya membutuhkan terapi minimal.


Obat bebas atau resep berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang
rendah

Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terapi obat yang bekerja


kuat, mungkin lebih dari 1 obat emetic

 ANTASID
Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung
magnesium hidroksida, aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat,
mungkin memberikan perbaikan yang cukup pada mual muntah, terutama
lewat penetralan asam lambung.
 ANTIHISTAMIN, ANTIKOLINERGIK
Antagonis H2 : Simetidin, Famotidin, Nizatidin, Ranitidin, mungkin
dapat digunakan pada dosis rendah untuk mual muntah simple yang
berkaitan dengan heartburn .
Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi
simtomatis simple.
Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung,
pandangan kabur, mulut kering, retensi urin, pada orang tua mungkin
takikardia.
 FENOTIAZIN
Obat ini berguna untuk pasien dengan mual ringan atau yang mendapat
kemoterapi ringan .

5
Pemberian rektal lebih disarankan bila parenteral tidak praktis dan oral
tidak dapat diterima.
 KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid sukes untuk menangani mual muntah karena kemoterapi
dan setelah operasi.
Reaksi yang tidak diinginkan : Perubahan mood dari cemas sampai
euphoria , sakit kepala , perut tidak nyaman dan hiperglikemia.
 METOKLOPRAMID
Metoklopramid meningkatkan tonus sfingter esophagus, membantu
pengosongan lambung dan meningkatkan perpindahan usus
halus,kemungkinan lewat penglepasan asetilkolin.
 RESEPTOR PENGHAMBAT SEROTONIN SELEKTIF /
SELECTIVE SEROTONIN RESEPTOR INHIBITOR (SSRI)
Ondansetron , granisetron, dolasetron, palonosetron. Mekanisme kerja
SSRI menghambat reseptor serotonin presinap disaraf sensorik vagus
disaluran cerna.
 KEMOTERAPI MEMICU TERJADINYA MUAL MUNTAH/
CEMOTHERAPY INDUCED NAUSEA-VOMITING (CINV)
Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2 , dapat menggunakan
deksametason 8-20 mg IV atau oral sebagai mencegah mual muntah.
Proklorperazin 10 mg , IV atau oral juga dapat digunakan pada orang
dewasa sebagai pilihan.
Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 3-5, harus
menggunakan kombinasi deksametason dan SSRI.
Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum kemoterapi.
Harus digunakan dosis efektif terkecil , 8-32 mg. Terapi oral disarankan 8-
24 mg, 30 menit sebelum kemoterapi.
 BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin terutama lorazepam , terapi alternative terbaik untuk
mengantisipasi mual muntah akibat kemoterapi.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Muntah diartikan sebagai pengerluaran isi lambung melalui mulut, yang sering
kali yang membutuhkan dorongan yang sangat kuat.

Waktu timbulnya mual-muntah dapat terjadi sebelum kemoterapi (antisipator),


saat kemoterapi (akut/24 jam pertama) dan setelah kemoterapi (lambat/24-120 jam),
serta ada pula mual-muntah berlanjut (Garret et al, 2003).

Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan untuk
mengobati mual muntah. Penanganan mual-muntah menggunakan antasida,
antihistamin, antikolinegik, fenotiazin, kortikostiroid, metokloparamid dan
benzodiazepine.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn

Anda mungkin juga menyukai