Makalah Farmakoterapi 1 New
Makalah Farmakoterapi 1 New
Makalah Farmakoterapi 1 New
Nausea Vomiting
KELOMPOK 5 :
Febriyan Mulyanto (161210004)
Lola Amalia Julfa (161210009)
Siti Rahayu (161210016)
DOSEN PENGAMPU :
POPPY DWI CITRA JALURI., M.Farm.,Apt
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi I dalam
rangka proses pembelajaran bagi mahasiswa sehingga dapat menambah wawasan bagi para
pembacanya.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini dapat memberikan informasi
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembacanya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Efek samping mual dan muntah terjadi pada 70-80 % pasien kemoterapi kanker.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta periode
2004-2005, dari 36 kasus efek samping yang ditemukan paska kemoterapi, efek
samping mual muntah terjadi pada 80% pasien kemoterapi resiko sedang, 57%
resiko tinggi, dan 100% resiko sangat tinggi.
Ada beberapa reseptor mual muntah di dalam tubuh yaitu dopamin, serotonin,
histamin, neurokinin (NK 1) dan polinergik miskarinik. Letak reseptor tersebut di
beberapa lokasi, diantaranya Kemoreseptor Triger Zone (CTZ), vestibular (di telinga),
cotex (di otak bagian depan), dan di peripheral pathway (Gastro Intestinal). Reseptor-
reseptor tersebut bisa muncul dan diberikan dengan neuro transmiter karena faktor
yang berbeda-beda sesuai dengan lokasi reseptornya.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nausea Vomiting
Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan di tenggorokan dan didaerah sekitar lambung, yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengerluaran isi
lambung melalui mulut, yang sering kali yang membutuhkan dorongan yang sangat
kuat. ( iso farmakoterpi.hal 346)
2.2 Epidemiologi
Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi tetap tinggi dan mempengaruhi
kehidupan sehari-hari pasien di Italy, khususnya mual- muntah pada fase lambat
(Ballatori et al, 2007). Rhodes dan Mc. Daniel (2001), menyebutkan bahwa mual dan
muntah masih terus menjadi hal yang paling menimbulkan stress diantara efek samping
kemoterapi, meskipun perkembangan agen antiemetik saat ini lebih efektif.
2.3 Etiologi
1. Penyakit psikogenik
2. Proses – prose sentral ( misal : tumor otak )
3. Proses sentral yang tak langsung
Misal :
Obat – obatan seperti obat kemoterapi kanker, opioid, antibiotik, estrogen.
Kehamilan : morning sickness.
4. Penyakit perifer ( misal : peritonitis, akut abdomen )
5. Iritasi lambung atau usus
6. Gastritis akut
7. Infeksi virus dan gastroenteritis akut
Misal : infeksi rotavirus yang paling sering menyebabkan diare pada anak yang
sering diistilahkan muntaber atau muntah berak
3
8. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Misal : penyakit gastroesophageal refluks ( PRGE / GERD )
9. Keracunan makanan
10. Iritan – iritan lambung lainnya : alkohol, merokok dan -obat anti – peradangan
nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen.
11. Obstruksi usus, ileus
12. Kolesistitis, pancreatitis, apendiksitis, hepatitis.
13. Terlalu banyak makan
14. Pasca operasi
15. Rasa sakit yang sangat / ekstrim nyeri (seperti sakit kepala pada serangan
jantung)
2.4 Patofisiologi
1. Aferen visceral dari saluran pencernaan (vagus atau saraf simpatis) : sinyal-sinyal
ini menginformasikan otak mengenai kondisi seperti distensi gastrointestinal dan
iritasi mukosa.
2. Aferen visceral dari luar saluran pencernaan: sinyal dari saluran empedu,
peritoneum, hati dan berbagai organ lain. Impuls ke pusat pusat muntah
menjelaskan bagaimana, misalnya, batu di saluran empedu dapat menyebabkan
muntah.
3. Aferen dari pusat extramedulla di otak (sistem vestibular): rangsangan psikis
tertentu (bau, rasa takut), dan trauma otak dapat menyebabkan muntah.
4. Kemoreseptor trigger zone di area postrema (medulla) :dasar ventrikel keempat,
atau pusat-pusat yang lebih tinggi di sistem saraf pusat (SSP).
4
Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik
ANTASID
Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung
magnesium hidroksida, aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat,
mungkin memberikan perbaikan yang cukup pada mual muntah, terutama
lewat penetralan asam lambung.
ANTIHISTAMIN, ANTIKOLINERGIK
Antagonis H2 : Simetidin, Famotidin, Nizatidin, Ranitidin, mungkin
dapat digunakan pada dosis rendah untuk mual muntah simple yang
berkaitan dengan heartburn .
Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi
simtomatis simple.
Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung,
pandangan kabur, mulut kering, retensi urin, pada orang tua mungkin
takikardia.
FENOTIAZIN
Obat ini berguna untuk pasien dengan mual ringan atau yang mendapat
kemoterapi ringan .
5
Pemberian rektal lebih disarankan bila parenteral tidak praktis dan oral
tidak dapat diterima.
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid sukes untuk menangani mual muntah karena kemoterapi
dan setelah operasi.
Reaksi yang tidak diinginkan : Perubahan mood dari cemas sampai
euphoria , sakit kepala , perut tidak nyaman dan hiperglikemia.
METOKLOPRAMID
Metoklopramid meningkatkan tonus sfingter esophagus, membantu
pengosongan lambung dan meningkatkan perpindahan usus
halus,kemungkinan lewat penglepasan asetilkolin.
RESEPTOR PENGHAMBAT SEROTONIN SELEKTIF /
SELECTIVE SEROTONIN RESEPTOR INHIBITOR (SSRI)
Ondansetron , granisetron, dolasetron, palonosetron. Mekanisme kerja
SSRI menghambat reseptor serotonin presinap disaraf sensorik vagus
disaluran cerna.
KEMOTERAPI MEMICU TERJADINYA MUAL MUNTAH/
CEMOTHERAPY INDUCED NAUSEA-VOMITING (CINV)
Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2 , dapat menggunakan
deksametason 8-20 mg IV atau oral sebagai mencegah mual muntah.
Proklorperazin 10 mg , IV atau oral juga dapat digunakan pada orang
dewasa sebagai pilihan.
Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 3-5, harus
menggunakan kombinasi deksametason dan SSRI.
Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum kemoterapi.
Harus digunakan dosis efektif terkecil , 8-32 mg. Terapi oral disarankan 8-
24 mg, 30 menit sebelum kemoterapi.
BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin terutama lorazepam , terapi alternative terbaik untuk
mengantisipasi mual muntah akibat kemoterapi.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah diartikan sebagai pengerluaran isi lambung melalui mulut, yang sering
kali yang membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan untuk
mengobati mual muntah. Penanganan mual-muntah menggunakan antasida,
antihistamin, antikolinegik, fenotiazin, kortikostiroid, metokloparamid dan
benzodiazepine.
7
DAFTAR PUSTAKA