Makalah Siap
Makalah Siap
Makalah Siap
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Manajemen Mutu Pendidikan Agama Islam”
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr. M. Fahim Tharaba, M. Pd
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya persaingan dalam dunia bisnis, jasa dan sebagainya
seimbang dengan meningkatnya teknologi, bagaimana perusahaan, lembaga
maupun instansi harus selalu berbenah dan mengevaluasi diri agar mampu
bersaing di kancah internasional dan menjadi diakui. Untuk menjadi diakui
keberadaannya tentu tidaklah mudah, perlu adanya berbagai usaha, bagaimana
kualitas produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, lembaga dan juga
instansi harus diperhatikan. Karena tujuan adanya perusahaan, lembaga
maupun instansi yang bergerak dibidang jasa maupun produk adalah
menghasilkan sesuatu yang menarik, berkualitas dan menyenangkan
pelanggan. Oleh sebab itu, untuk menjaga pelanggan agar tidak berpihak/
berpindah pada produk/ jasa lain maka tuntutan itu memerlukan etos kerja yang
baik dari semua kalangan yang bergelut dibidangnya.
Dalam menjaga kualitas mutu ini, tentu harus memperhatikan pula
berbagai standar yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan outputnya adalah
kualitas mutu yang baik, relevan dan sesuai keinginan pelanggan.
Dalam dunia pendidikan mutu adalah salah satu tantangan yang harus
dihadapi sekolah, madrasah maupun perguruan tinggi. Sebab pendidikan
memegang peranan penting dalam peningkatan sumber daya manusia.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Jika diamati secara seksama Negara-negara dengan penduduk tingkat
pendidikan tinggi yang baik maka tingkat pertumbuhannya pun pesat.
Terdapat berbagai penghargaan yang diberikan pada organisasi, instansi
maupun individu dalam dunia internasional, di Amerika ada Malcolm Baldrige
National Quality Award (MBNQA), di Eropa ada Europan Quality Award
(EQA), sedangkan di Jepang ada The Deming Prize. Penghargaan tersebut
memang awalnya adalah untuk bidang industri, tetapi dari berbagai konsep dan
teori-teori yang ada, baik kiranya untuk diadopsi dalam bidang pendidikan agar
pendidikan juga dapat menghasilkan kualitas output dan outcome sesuai
1
harapan.Untuk lebih mengkrucutkan pembahasan pada makalah ini maka
penulis akan membahas mengenai Model Manajemen Mutu The Deming
Prize.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan tokoh the deming prize?
2. Bagaimana model manajemen mutu: the deming prize?
3. Apa saja kategori peraih the deming prize?
4. Siapa saja yang telah menerima The Deming Prize?
C. Tujuan Penulisan
Setelah membaca latar belakang dan rumusan masalah di atas maka
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui latar belakang sejarah dan tokoh pemrakarsa the deming prize
2. Menganalisis model manajemen mutu: the deming prize
3. Menganalisis kategori peraih penghargaan the deming prize
4. Mengetahui pemenang the deming prize
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Tokoh Deming Prize
Pada awalnya the deming prize ialah sebuah penghargaan nasional bagi
individu dan atau perusahaan yang berprestasi di bidang pengendalian mutu.
Pada mulanya ditetapkan pada tahun 1951 sebagai peringatan atas jasa W.E.
Deming mengenai kendalian mutu di Jepang,1 yang diselenggarakan dan diuji,
lalu diberikanlah penghargaan oleh JUSE (Japanese Union of Scientist and
Engineers) Deming Award Comitee.
W. Edwards Deming yang dilahirkan pada tahun 1990, adalah seorang
ahli statistik Amerika yang bergelar Ph.D di bidang fisika. Bermula sebagai
teoritikus manajemen di barat. W.E. Deming mulai memformulasikan idenya
pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang metode-metode
menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri. Dia memulai
kerjanya di Western Electric, milik took legendaries Hawthorne, di Cicago.2
Pada awal perkembangannya, gagasan Deming mengenai mutu terpadu
kurang mendapat respon positif di Amerika dan Barat, karena penekanan
industri Amerika dan Barat adalah pada pemaksimalan produksi dan
keuntungan.3
Akhirnya ia pindah ke Jepang, berbeda dengan Amerika dan Barat,
Jepang yang menggunakan ide Deming dalam peningkatan kualitas barang dan
jasa, akhirnya mampu menjadi pemegang kendali pasar dunia. Konsep yang
ditawarkan Deming ini kemudian benar-benar dikembangkan di Jepang. Sejak
akhir tahun 1970-an, Jepang mulai berhasil menarik minat para pelanggan. Hal
ini sekaligus membuat industrialisasi yang ada di Amerika dan Barat mulai
mempertanyakan strategi apa yang diterapkan di Jepang? Hingga akhirnya
mereka menyadari bahwa penerapan kualitas tertinggi pada produk itu lebih
1
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2001), 245.
2
Edward Sallis, Total Quality Managemen In Education: Manajemen Mutu
Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), 36-37.
3
Ibid., 40.
3
penting daripada hanya sekedar memaksimalkan produksi dan keuntungan
tetapi mengesampingkan kualitas.4
B. Model Manajemen Mutu: The Deming Prize
William Edwards Deming, dikenal sebagai bapak dari gerakan total
quality management, memimpin revolusi kualitas di Jepang dengan
memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian
proses statistik SPC (Statistical Proses Control) agar perusahaan dapat
membedakan penyebab sistematik dan penyebab khusus dalam menangani
kualitas.5 Deming telah banyak memberikan kontribusi positif di dunia industri
khususnya di Jepang, untuk itu tentu terdapat beberapa konsep yang diberikan
Deming untuk menjaga kualitas produk yang akan diproduksi, berikut beberapa
kontribusi Deming yang melejitkan namanya.
1. Siklus Deming (Demig Cycle)
Siklus deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara
produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan,dan memfokuskan
sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi dan pemasaran)
dalam suatu usaha kerjasama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berikut
tahapan siklus Deming:
a. Plan, yaitu mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam
perencanaan produk
b. Do, menghasilkan produk
c. Check, memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai rencana
d. Act, memasarkan produk6
4
Soewarso Hardjosoedarmo, Bacaan Terpilih tentang Total Quality Management,
cet. III, (Yogyakarta: Andi, 2004), 104.
5
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM) Edisi
Revisi, (Yogyakarta: Andi, 2003), 49.
6
Ibid., 50.
4
Gambar 1.1: Deming cycle
Jika dilihat dari penjelasan dan gambar di atas dapat diketahui bahwa
siklus Deming ini adalah sebuah siklus yang berkesinambungan dan
berjelan secara terus-menerus.
Siklus tersebut jika dikaitkan dengan dunia pendidikan maka akan
ditemukan sebagai berikut:
formulasi
kebijakan
(Plan)
Rekomend Implement
asi (Act) asi (Do)
monitoring
& evaluasi
(Check)
5
d. Rekomendasi merupakan tahap pengembangan standar penjaminan mutu
pendidikan.7
2. Prinsip manajemen Deming (Deming fourteen points)
Menurut Deming, sebagaimana dikutip Uhar Suharsaputra, meskipun
kualitas mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen,
namun kualitas harus lebih dari itu. Menurutnya terdapat 14 poin/ prinsip
penting yang tak boleh ditinggalkan untuk mencapai perbaikan kualitas, di
antaranya:
a. Ciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa
b. Adopsi filosofi baru di mana cacat tidak bisa diterima
c. Berhenti tergantung pada inspeksi massal
d. Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga
e. Tetap dan kontinu memperbaiki sistem produksi dan jasa
f. Lembagakan metode pelatihan kerja modern
g. Lembagakan kepemimpinan
h. Hilangkan rintangan antar departemen
i. Hilangkan ketakutan
j. Hilangkan tujuan-tujuan jumlah pada pekerja/ standar kerja numeric
k. Hilangkan manajemen berdasarkan sasaran
l. Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman
m. Lembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat8
n. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang
untuk mengerjakannya.9
3. Hambatan pada perbaikan mutu (seven deadly diseases)
Dikatakan seven deadly diseases karena menurut Deming terdapat 7
faktor yang dapat merintangi transformasi meuju bisnis berkualitas tingkat
dunia. Adapun tujuh hambatan tersebut adalah sebagai berikut:
7
Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks Penerapan
MBS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 16-17.
8
Uhar Uharasaputa, Administrasi pendidikan Edisi Revisi, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2013),256-257.
9
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM) Edisi
Revisi, 52.
6
a. Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang
memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan
dalam bisnis dan menyediakan lapangan kerja
b. Penekanan pada laba jangka pendek, pemikiran jangka pendek yang
didorong oleh ketakutan akan usaha-usaha pengambilalihan dan tekanan
dari banker dan pemilik saham untuk menghasilkan dividen
c. Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen
berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber
daya untuk mencapai sasaran tersebut. evaluasi prestasi, merit ratings,
dan penilaian tahunan merupakan bagian dari penyakit ini
d. Job hopping oleh manajer
e. Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam
pengambilan keputusan.
f. Biaya medis yang terlalu berlebihan
g. Biaya hutang yang berlebihan, yang disebabkan oleh para pengacara
yang bekerja berdasarakan tariff kontingensi
Dari ketujuh hambatan tersebut, dalam konteks pendidikan menurut
Edward Sallis terdapat lima hambatan yang signifikan, yaitu:10
Pertama, kurang konstannya tujuan. Hal tersebut merupakan penyakit/
hambatan yang mencegah beberapa organisasi untuk mengadopsi mutu
sebagai sebuah tujuan manajemen.
Kedua, pola pikir jangka pendek. Perubahan penekanan menuju
sebuah visi jangka panjang dan pengembangan kultur perbaikan adalah
sesuatu yang sangat dianjurkan, terlebih dalam dunia pendidikan yang
sering menghadapi banyak perubahan.
Ketiga, evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau
tinjauan kerja tahunan. Deming sangat menentang skema penilaian prestasi,
dan dan berargumentasi bahwa hal sedemikian hanya merupakan solusi
jangka pendek. Pada akhirnya, penilaian akan selalu didasarkan pada hasil
10
Edward Sallis, Total Quality Managemen In Education: Manajemen Mutu
Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, 98-100.
7
yang terukur dan menyebabkan terjadinya pandangan yang menyesatkan
tentang apa yang penting dalam sebuah proses. Selanjutnya para staf akan
cenderung berkonsentrasi pada sikap bagaimana memperoleh tingkat
prestasi yang baik dan bukan pada sikap bagaimana membangun harga diri
dalam kerja, yang menjadi kebutuha utama dalam membangun mutu.
Keempat, rotasi kerja yang terlalu tinggi, maksudnya sekolah-sekolah
yang mengalami tingginya tingkat pergantian guru akan mustahil
mempertahankan konsistensi tujuan jangka panjang.
Kelima, manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak.
Di industri Amerika hal semacam ini lumrah terjadi, dengan demikian
sekolah-sekolah yang hanya berorientasi pada daftar hasil ujian, maka akan
merasakan bahaya yang sama. Karena menurut Deming ukuran kesuksesan
bukan pada sebuah prestasi melainkan kegembiraan dan kepuasan
pelanggan.
Secara garis besar, pemikiran W.E Deming jika dikonsep maka akan
ditemukan sebagai berikut:11
No Konsep Pendapat Deming
Suatu tingkat yang dapat diprediksi
dari keseragaman dan
1 Definisi kualitas
ketergantungan pada biaya yang
rendah dan sesuai dengan pasar
Tingkat tanggung jawab Bertanggung jawab 94% atas
2
manajemen senior masalah kualitas
Kualitas memiliki banyak skala
sehingg perlu digunakan statistic
3 Standar prestasi/ motivasi
untuk mengukur prestasi pada semua
bidang, kerusakan nol sangat penting
Mengurangi keanekaragaman
4 Pendekatan umum
dengan perbaikan berkesinambungan
11
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep,
Strategi dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), 121-123.
8
dan menghentikan inspeksi massal
5 Struktur 14 butir/ prinsip untuk manajemen
Harus menggunakan metode statistic
6 Pengendalian proses statistik
untuk pengendalian kualitas
Secara terus menerus mengurangi
7 Basis perbaikan penyimpangan, menghilangkan
tujuan tanpa metode
Partisipasi karyawan dalam
pengambilan keputusan dan
8 Kerjasama tim
memecahkan kendala antar
departemen
Tidak ada optimum perbaikan terus-
9 Biaya kualitas
menerus
Inspeksi terlalu terlambat
Pembelian dan barang yang
10 menggunakan tingkat kualitas yang
diterima
dapat diterima
Tidak, kritikal dari kebanyakan
11 Penilaian pemasok
sistem
12
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM) Edisi
Revisi, 49.
9
2. Deming Application Prize for Division, yang diberikan kepada perusahaan
atau divisi yang mencapai peningkatan kinerja luar biasa melalui penerapan
company wide quality control berdasarkan statistical quality control;
3. Deming Application Prize for Small Business, hampir sama dengan kategori
kedua, tetapi diberikan kepada usaha berskala kecil atau menengah;
4. Quality Control Award, diberikan kepada perusahaan yang telah
menunjukkan komitmen yang terus menerus terhadap total quality control
paling tidak 5 tahun setelah memperoleh Deming Prize.13
D. Pemenang The Deming Prize
Berikut beberapa pemenang/ peraih penghargaan The Deming Prize dari
tahun ke tahun: 14
1. Kategori pemenang individu
a. 1951: Motosaburo Masuyama
b. 1952: Tetsuichi Asaka, Kaoru Ishikawa, Masao Kagure, Masao Goto,
Hidehiko Higashi, Shin Miura, Shigeru Mizuno, Eizo Watanabe
2. Kategori pemenang Deming prize application
a. 1951: Fuji iron & steel,Co.Ltd (Now part of Nippon steel); Showa denko.
K.K; Tanabe Seiyaku.Co.Ltd; Yawata iron.Co.Ltd (Now part of Nippon
steel)
b. 1958: Kaneka corporation
c. 1989: florida flower & light (first non-Japanese winner of award) 1998;
Sudram clayton brakes division (Sundaram brake linnings); the world’s
first friction material company to win
d. 2002: TVS Motor Company (TVSMC)
e. 2003: Mahindra & Mahindra Ltd. The world first tractor company to
win; Rane brake lining Ltd.; Sona kovo steering systems Ltd.
f. 2004: Indo Gulf Fertilisers Ltd.; Lucas TVS SRF limited
13
Dienda Arum Pratiwi, Penghargaan Manajemen Kualitas Deming Prize,
https://www.scribd.com/doc/303552038/Mutu-Deming-Prize, diakses pada 13 Maret 2019.
14
https://www.muzakkilanam.com/2015/04/model-manajemen-mutu-deming-prize-
part-1.html, diakses 13 maret 2019.
10
g. 2005: RANE Engine Valve Ltd.; Rane TRW Steering systems Ltd.
(SGD); Krishna Maruti Ltd.; Seat Division
h. 2006: Sanden International (Singapore) Pte. Ltd. (SIS), the first
Singapore based company to win
i. 2007: Rane (Madras) Ltd.
j. 2008: Tata Steel, the first integrated steel plant in Asia to win Deming
award in 2008
k. 2010: National engineering Industries Ltd, Part of the 150 year old;
Multi-billion CK Birla Group. NEI is the second bearing company in the
world after NTN Corporation Japan to win this coveted award. Mr. Rohit
Saboo (Presidant & CEO) received the award in a glittering ceremony in
Osaka Japan
l. 2011: Saden Vikas (India) Limited.
m. 2012: SRF Limited Chemical Business (India); Mahindra & Mahindra
Limited.; farm equipment sector; Swaraj Division (India).
n. 2013: RSB Transmissions (I) Limited; Auto Division (Jamshedpur (Unit
1); Pune & Pant nagar Plant (India).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. The Deming Prize adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada
individu maupun perusahaan di Jepang yang senantiasa manjaga
pengendalian kualitas perusahaannya dan pengendalian mutu statistiknya,
penghargaan the Deming Prize adalah sebagai bentuk penghormatan atas
jasa W.E Deming yang telah memberikan kontribusi dalam bidang kualitas
di Jepang.
2. William Edwards Deming, dikenal sebagai bapak dari gerakan total quality
management yang memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan
masalah dan pengendalian proses statistik SPC (Statistical Proses Control).
Baliau memberikan tiga konsep pemikiran yang membuatnya menjadi
terkenal, yaitu:
a. Deming’s cycle: PlanDoCheckAct
b. Deming fourteen points: Ciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan
jasa, adopsi filosofi baru di mana cacat tidak bisa diterima, berhenti
tergantung pada inspeksi massal, berhenti melaksanakan bisnis atas dasar
harga, tetap dan kontinu memperbaiki sistem produksi dan jasa,
lembagakan metode pelatihan kerja modern, lembagakan kepemimpinan,
hilangkan rintangan antar departemen, hilangkan ketakutan, hilangkan
tujuan-tujuan jumlah pada pekerja/ standar kerja numerik, hilangkan
manajemen berdasarkan sasaran, hilangkan rintangan yang merendahkan
pekerja jam-jaman, lembagakan program pendidikan dan pelatihan yang
cermat.
c. Seven deadly diseases: a) Kurangnya keajegan tujuan, b) Penekanan pada
laba jangka pendek, c) Sistem pemeriksaan personal, d) Job hopping oleh
manajer, e) Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak, f)
Biaya medis yang terlalu berlebihan, g) Biaya hutang yang berlebihan
3. Penghargaan Deming terbagi menjadi dua kategori: individu dan
perusahaan (application prize), perincian lebih lajut adalah sebagai berikut:
12
Deming Prize for Individual Person, Deming Application Prize for Division,
Deming Application Prize for Small Business, Quality Control Award.
4. Sejak 1951 dari tahun ke tahun, penerima penghargaan Deming Prize sudah
banyak baik dari individu, maupun perusahaan (organisasi), baik dari
Jepang sendiri maupun non-Jepang. Sebut saja Motosaburo Masuyama
(individu) & Fuji iron & steel,Co.Ltd (perusahaan). Untuk lebih detailnya
dapat dilihat pada pembahasan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, tentu masih banyak kekurangan diberbagai
sisi. Oleh sebab itu, adanya kritik saran yang membangun dari berbagai pihak
khususnya kelas MPAI A, sangat penulis harapkan guna perbaikan penulisan
dimasa mendatang.
13
DAFTAR PUSTAKA
14