Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kajian Hubungan Kekerabatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN HUBUNGAN KEKERABATAN

Hubungan kekerabatan tumbuhan merupakan aspek yang dipelajari dalam taksonomi


tumbuhan yang berdasarkan pada pendekatan fenetik, pendekatan kladistik, dan klasifikasi
evolusi (Rideng, 1989: 40). Fenetik berakar pada pendekatan ilmiah. Kladistik bersumber pada
pendekatan filogenetik, sedangkan evolusi merupakan pendekatan gabungan antara fenetik dan
kladitik (Hasanuddin, 2006: 33).
Istilah fenetik diperkenalkan oleh Cain dan Horison tahun 1960 guna menunjukkan
hubungan kekerabatan dengan menggunakan semua ciri yang sama dan tanpa diberi bobot.
Makin besar persamaanya maka makin dekatlah hubungan yang ada (Hasanuddin, 2006: 71). Hal
ini juga dikemukakan oleh Gotto (1982: 2) bahwa semakin banyak ciri yang dipunyai oleh
sejumlah jenis tumbuhan secara bersama-sama, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya,
begitu juga sebaliknya. Adapun jumlah ciri morfologi yang diamati paling sedikit adalah
sebanyak 50 ciri. Adapun ciri-ciri morfologi yang digunakan dalam klasifikasi ialah bagian
vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif yang diteliti antara lain, ada-tidaknya jaringan
pembuluh, macam daun, kedudukan daun, dan ciri-ciri organ lainnya (Tjitrosomo, 1986: 25).
Ciri tersebut dibandingkan dengan menggunakan metode pengelompokan. Diantara
metode tersebut adalah metode numerik. Metode ini sudah sering digunakan dalam pendekatan
fenetik. Langkah-langkah metode taksonomi numerik adalah: 1) memilih Unit Taksonomi
Operasional (STO); 2) seleksi ciri yang jumlahnya disesuaikan dengan sumber bukti yang akan
diteliti; 3) deskripsi dan pengukuran ciri yang ada; 4) membandingkan setiap ciri guna
menentukan kekerabatan antara setiap pasangan STO; 5) merangking setiap STO pada kategori
yang sesuai. Hasil akhir dapat dibuat suatu dendogram (Stace dalam Hasanuddin, 2006: 72).

Pengukuran Kemiripan
Hubungan kekerabatan antar jenis tumbuhan dapat dianalisis untuk menentukan sejauh mana
kemiripannya dengan cara menghitung koefisien korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi,
dan dapat pula dengan menggunakan analisis kelompok, secara umum semua cara pengukuran
ini bertujuan mengetahui antar jenis tanaman yang dibandingkan berdasarkan jumlah karakter
(Romesburg, 1984: 12). Perhitungan indeks kemiripan terdiri atas dua, yaitu pengukuran
kemiripan atau Indeks Similaritas (IS) dan pengukuran ketidakmiripan atau Indeks Disimilaritas
(ID). Nilai ID diperoleh dari hasil pengurangan nilai IS dengan bilangan 100; atau ID = IS – 100
(Romesburg: 1984: 12). Pada perhitungan nilai IS digunakan rumus yang diusulkan oleh
(Mueller-Dombois dan Ellenberg). Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kekerabatan 10 spesies
tumbuhan yang diamati, dilakukan “Analisis Cluter” (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974).
Analisis cluster berguna untuk meringkas data dengan cara mengelompok spesies-spesies
berdasarkan kesamaan karakter diantara 10 spesies anggota Euphorbiaceae yang diteliti (Sitepu
dkk, 2011: 12). Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk dendogram.

Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan analisis pengelompokkan elemen mirip sebagai objek penelitian
untuk menjadi kelompok (cluster) yang berbeda. Analisis cluster berguna untuk meringkas data
dengan jalan menggelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu
diantara objek-objek yang diteliti. Adapun ciri-ciri cluster adalah homogenitas dan heterogenitas
yang tinggi antar anggota yang satu dengan yang lainnya. Analisis cluster dibagi menjadi dua
metode, yaitu metode hirarki dan metode non-hirarki (Sitepu dkk, 2011: 12). Analisis cluster
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hirarki. Metode ini dimulai dengan
mengelompokkan data yang memiliki jumlah Indeks Dissimilaritas (ID) terkecil. Selanjutnya
diteruskan ke objek lain yang memiliki kedekatan ke dua dan seterusnya hingga seluruh spesies
berpasangan. Hasil analisis ini akan membentuk sebuah “pohon hirarki” yang menggambarkan
hubungan kekerabatan antara setiap spesies dari yang paling dekat kekerabatannya hingga yang
paling jauh. Metode non-hirarki digunakan jarak Eucladian, untuk menetapkan nilai kedekatan
antar objek. Bakal cluster pertanam adalah observasi lengkap berikutnya yang dipisahkan dari
bakal pertama objek jarak minimum khusus (Sitepu dkk, 2011).:

Contoh Hasil Penelitian:


HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK 10 GENUS EUPHORBIACEAE

1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 genus Euphorbiaceae
yang diwakili oleh satu spesies untuk setiap genusnya. Objek penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1 Objek Digunakan dalam Penelitian
No Simbol Nama Ilmiah Nama lokal
1. A Acalypha indica Anting-anting
2. B Aleurites moluccana Kimiri
3. C Codiaeum variegatum Puring
4. D Euphorbia heterophylla Kate mas
5. E Jatropha curcas Jarak pagar
6. F Manihot esculenta Ubi karet
7. G Pedilanthus bracteatus Bunga kristal
8. H Phyllanthus acidus Cermai
9 I Ricinus communis Jarak kepyar
10 J Sauropus androgynus Katuk

2 Parameter yang Diamati


1. Batang
Karakter yang diamati pada organ batang terdiri atas sifat batang berkayu atau herba,
percabangan, warna permukaan, sifat permukaan batang, dan warna getah.
2. Daun
Karakter yang diamati pada organ daun terdiri atas jenis, bentuk, pangkal, tepi, ujung,
permukaan, pertulangan, dan duduk daun.
3. Bunga
Karakter yang diamati pada organ bunga terdiri atas jenis, rangkaian, letak bunga, keberadaan,
jumlah, sifat kelopak, warna, sifat mahkota, tenda bunga, letak benang sari dan jumlah benang
sari.
4. Buah
Karakter yang diamati pada organ buah terdiri atas jenis, bentuk, permukaan, dan jumlah ruang
buah.
5. Biji
Karakter yang diamati pada organ biji terdiri atas warna, bentuk, dan jumlah biji.
6. Habitus
Karakter yang diamati pada jenis habitus adalah apakah spesies termasuk ke dalam jenis pohon,
perdu, atau herba.

3. Prosedur Kerja
1. Pengumpulan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di lapangan dengan metode observasi. Organ sampel yang
diambil adalah organ batang, daun, bunga, buah, dan biji. Jumlah sampel yang diambil adalah 10
genus Euphorbiaceae yang diwakili oleh satu spesies untuk setiap genusnya.
2. Penetapan ciri pada STO (Satuan Taksonomi Operasional)
Dari setiap STO dipilih ciri dari setiap tumbuhan minimal sebanyak 50 ciri, yang kemudian
dinyatakan dengan angka yang memberikan suatu gambaran terhadap ciri tersebut. Gambaran
ciri pada STO dapat dinyatakan dengan angka nol (0), apabila ciri yang yang diamati tidak
terdapat pada jenis tersebut dan apabila ciri yang diamati terdapat pada jenis tersebut maka
dinyatakan dengan angka satu (1).
3. Mengidentifikasi Ciri Morfologi
Pengamatan ciri morfologi dilakukan pada jenis habitus dan organ batang, daun, bunga, buah,
dan biji.

4. Evaluasi Data
Hasil pengamatan ciri morfologi untuk seluruh STO disusun dalam bentuk table data
berikut ini:
a. Batang
Tabel 2. Pengamatan Ciri Morfologi Batang
No Ciri yang diamati Spesies
1 Sifat batang berkayu A B C D E F G H I J
2. Sifat batang herba
3. Percabangan simpodial
5. Percabangan monopodial
6. Warna getah bening
7. Warna getah putih
8 Warna permukaan batang hijau
9. Warna permukaan batang abu-abu
10 Pemukaan batang licin
11. Permukaan berlentisel
Keterangan:
A : Acalypha indica F : Manihot esculenta
B : Aleurites moluccana G : Pedilanthus bracteatus
C : Codiaeum variegatum H : Phyllanthus acidus
D : Euphorbia heterophylla I : Ricinus communis
E : Jatropha curcas J : Sauropus androgynus

b. Daun
Ciri daun yang diamati dalam penelitian ini sebanyak: 25 ciri. Kemudian ciri tersebut
disusun dalam tabel, seperti tabel 2. untuk ciri batang
c. Bunga
Ciri bunga yang diamati dalam penelitian ini sebanyak: 28 ciri. Kemudian ciri tersebut disusun
dalam tabel, seperti tabel 2. untuk ciri batang
d. Buah
Ciri buah yang diamati dalam penelitian ini sebanyak: 10 ciri. Kemudian ciri tersebut disusun
dalam tabel, seperti tabel 2. untuk ciri batang
e. Biji
Ciri biji yang diamati dalam penelitian ini sebanyak: 10 ciri. Kemudian ciri tersebut disusun
dalam tabel, seperti tabel 2. untuk ciri batang
f. Jenis Habitus
Ciri habitus yang diamati dalam penelitian ini sebanyak: 3 ciri. Kemudian ciri tersebut disusun
dalam tabel, seperti tabel 2. untuk ciri batang

5. Pengukuran Kemiripan
Penentuan hubungan kekerabatan fenetik 10 spesies anggota Euphorbiaceae dilakukan dengan
pengukuran Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Dissimilaritas (ID) dengan menggunakan indeks
kemiripan berikut:

Keterangan:
ID = Indeks Dismilaritas
IS = Indeks Similaritas
= Jumlah ciri yang sama pada dua individu yang dibandingkan
= Jumlah ciri individu A
= Jumlah ciri individu B
Hasil pengamatan ditabulasikan dalam bentuk matriks. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat
kekerabatan nilai 10 spesies tumbuhan yang diamati, dilakukan “Analisis Cluster” (Mueller-
Dombois dan Ellenberg, 1974). Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk “Dendogram”.

Tabel. 3. Matriks Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Dissmilaritas (ID)

Keterangan:
A : Acalypha indica F : Manihot esculenta
B : Aleurites moluccana G : Pedilanthus bracteatus
C : Codiaeum variegatum H : Phyllanthus acidus
D : Euphorbia heterophylla I : Ricinus communis
E : Jatropha curcas J : Sauropus androgynus

anpa tanda (*) : Indeks Dissimilaritas


Dengan tanda (*) : Indeks Similaritas

6. Dendogram
Dendogram adalah diagram bercabang yang menggambarkan hubungan kategori berdasarkan
derajat kesamaan sejumlah karakteristik dalam taksonomi. Makin besar persamaan diantara
makhluk hidup, makin dekatlah hubungan yang ada (Radeng, 1989: 41). Berikut ini adalah
contoh dendogram 10 jenis spesies dari familia Euphorbiaceae yang menggambarkan hubungan
kekerabatan.

7 Metode Pengolahan Data


Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan dan menginterpretasikan
hubungan kekerabatan 10 genus Euphorbiaceae berdasarkan ciri morfologi batang, daun, bunga,
buah, dan biji.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil pengamatan terhadap 10 spesies tumbuhan anggota Euphorbiaceae dengan genus yang
berbeda menunjukkan ciri yang berbeda untuk setiap parameter yang diamati pada tiap organ.
Organ yang diamati adalah batang, daun, bunga, buah, biji, dan jenis habitus. Parameter yang
diamati pada organ batang terdiri atas sifat batang, percabangan batang, warna permukaan
batang, sifat permukaan batang, dan warna getah. Spesies yang memiliki sifat batang berkayu
dan percabangan simpodial sebanyak 7 spesies dan 3 spesies lainnya memiliki sifat batang herba
dengan percabangan monopodial dan semua spesies yang diamati memiliki batang bergetah.
Parameter yang diamati pada organ daun terdiri atas jenis, bentuk, pangkal, tepi, ujung,
permukaan, pertulangan, dan duduk daun. Umumnya pada spesies yang diamati memiliki daun
tunggal, duduk daun tersebar dengan pertulangan menyirip. Parameter yang diamati pada organ
bunga terdiri atas jenis, rangkaian, letak bunga,keberadaan, jumlah, sifat kelopak, jumlah, warna,
sifat mahkota, tenda bunga, letak benang sari dan jumlah benang sari. Hasil penelitian pada 10
spesies Euphorbiaceae menunjukkan bahwa dari 10 spesies yang diamati 6 diantarannya
memiliki letak bunga pada ujung tangkai, sedangkan 4 spesies lainnya bunga terletak pada ketiak
daun. Spesies yang memiliki tenda bunga berjumlah 7 spesies dan semua spesies yang diteliti
berbunga majemuk.
Parameter yang diamati pada organ buah terdiri atas jenis buah, bentuk buah, permukaan buah,
dan jumlah ruang buah. 7 dari 10 spesies yang diamati memiliki buah dengan 3 ruang. Parameter
yang diamati pada organ biji terdiri atas warna biji, bentuk biji, jumlah biji dan parameter yang
diamati pada jenis habitus adalah apakah spesies termasuk ke dalam jenis pohon, perdu, atau
semak. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh 7 dari 10 spesies yang diamaiti memiliki jumlah
biji 3 dalam satu buah.
Parameter yang diamati pada jenis habitus adalah apakah spesies yang diamati berupa pohon,
perdu, atau semak. Hasil pengamatan pada 10 spesies menunjukkan bahwa familia ini memiliki
habitus pohon, perdu, dan semak, namun dari sampel yang diamati umumnya memiliki habitus
berupa perdu.
4.1.2 Analisis Kekerabatan
Analisis kekerabatan setiap genus yang diamati dapat dihitung menggunakan perhitungan indeks
kemiripan yang terdiri atas pengukuran kemiripan atau Indeks Similaritas (IS) dan pengukuran
ketidakmiripan atau Indeks Dissimilaritas (ID). Nilai ID diperoleh dari pengurangan nilai IS
dengan bilangan 100; atau ID = 100 – IS (Romesburg, 1984: 12).
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kekerabatan 10 spesies tumbuhan yang diamati, dilakukan
analisis Cluter (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Analisis cluster berguna untuk
meringkas data dengan cara mengelompok spesies-spesies berdasarkan kesamaan karakter
diantara 10 spesies anggota Euphorbiaceae yang diteliti (Sitepu dkk, 2011: 12). Hasil analisis
akan disajikan dalam bentuk dendogram

Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah indek similaritas yang dimiliki
maka semakin dekat hubungan kekerabatan antar tumbuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini
didasari oleh sejumlah karakter pada masing-masing tumbuhan, sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Loveless (1989: 10) bahwa klasifikasi didasarkan pada korelasi sejumlah besar
karakter, sehingga dua tumbuhan yang memiliki sejumlah karakter yang sama dianggap lebih
dekat kekerabatannya daripada dua tumbuhan yang hanya memiliki beberapa persamaan karakter
saja.
Tabel 4. Matriks Indeks Similaritas (IS) dan Indeks Disimilaritas (ID)

Keterangan:
A : Acalypha indica F : Manihot esculenta
B : Aleurites moluccana G : Pedilanthus bracteatus
C : Codiaeum variegatum H : Phyllanthus acidus
D : Euphorbia heterophylla I : Ricinus cumunis
E : Jatropha curcas J : Sauropus androgynus

Tanpa tanda (*) : Indeks Dissimilaritas (ID)


Dengan tanda (*) : Indek Similaritas (IS)
Berdasarkan tabel data diperoleh hubungan kekerabatan terdekat dimiliki oleh kombinasi spesies
Euphorbia heterophylla (D) dan Pedilanthus bracteatus (G) dengan ID terkecil, yaitu (18 %) dan
IS (82%).
4.1.3 Pengelompokkan Indeks Dissimilaritas Menggunakan Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan analisis pengelompokkan elemen mirip sebagai objek penelitian
untuk menjadi kelompok (cluster) yang berbeda. Analisis cluster berguna untuk meringkas data
dengan jalan menggelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu
diantara objek-objek yang diteliti. Analisis cluster dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
hirarki dan metode nonhirarki (Sitepu, 2011: 12).
Analisis cluster yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hirarki. Metode ini dimulai
dengan mengelompokkan data yang memiliki jumlah ID terkecil. Hasil analisis ini menunjukkan
bahwa indeks dissimilaritas terkecil yaitu 18% dimiliki oleh genus Euphorbia dan Pedilanthus.
Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki kekerabatan paling dekat. selanjutnya
diteruskan ke objek lain yang memiliki kedekatan kedua, begitu seterusnya sehingga membentuk
sebuah “Pohon”, dengan ada hubungan yang jelas antar objek dari yang paling banyak memiliki
kemiripan hingga yang paling sedikit kemiripannya. Metode yang digunakan adalah single
linkage (pautan tunggal). Metode ini mengelompokkan dua objek yang memiliki kekerabatan
terdekat lebih dahulu. Maka pada setiap tahapan banyaknya cluster akan berkurang satu pada
setiap tahapan. Metode ini menghasilkan single linkage cluster yang disajikan dalam bentuk
dendogram.

Gambar 1. Dendogram Kekerabatan Fenetik 10 Spesies Anggota Euphorbiaceae


4.2 Pembahasan
Hasil analisis kekerabatan 10 genus anggota Euphorbiaceae berdasarkan ciri morfologi
menunjukkan sejumlah persamaan dan perbedaan karakter pada setiap genusnya. Pasangan
genus yang berkerabat dekat memiliki banyak persamaan karakter, sedangkan pasangan genus
yang berkerabat jauh memiliki banyak perbedaan karakter. hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rideng (1989: 41) bahwa semakin banyak persamaan yang dimiliki diantara
makhluk hidup maka makin dekat hubungan yang ada, semakin besar perbedaan maka semakin
jauhhubungan yang ada.
Berdasarkan indeks dissimilaritas 10 genus anggota Euphorbiaceae yang ditunjukkan pada
gambar 4.1 maka dapat dikelompokkan menjadi 9 kelompok, yaitu kelompok 1 (spesies D dan
G), kelompok 2 (spesies F dan I), kelompok 3 (spesies H dan J), kelompok 4 (spesies F, I, dan
E), kelompok 5 (spesies F, I, E, dan B), kelompok 6 (spesies D, G, dan A), kelompok 7 (spesies
H, J, dan C), kelompok 8 (spesies F, I, E, B, H, J, dan C), dan kelompok 9 (spesies D, G, A, F, I,
E, B, H, J, dan C).
Berdasarkan dendogram pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok yang memiliki
kekerabatan paling dekat adalah Euphorbia heterophylla (D) dan Pedilanthus bracteatus (G).
Spesies ini memiliki ID (26%) dan IS (74%). Pasangan ini memiliki banyak kesamaan karakter,
terdapat 23 karakter pada kedua spesies tersebut, yaitu memiliki jenis habitus semak, sifat batang
herba, percabangan monopodial, warna getah putih, warna permukaan batang hijau, permukaan
batang licin, daun tunggal, tepi daun rata, permukaan daun licin, duduk daun berseling,
pertulangan daun menyirip, bunga majemuk tak berbatas, letak bunga pada ujung tangkai,
memiliki tenda bunga, bentuk buah bulat telur, beruang tiga, warna biji muda putih, warna biji
tua coklat, bentuk biji bulat telur, dan jumlah biji tiga. Kelompok kedua, yaitu Manihot esculenta
(F) dan Ricinus communis (I), memiliki hubungan kekerabatan dengan ID (25%) dan IS (75%).
Spesies ini memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal ini didukung oleh sejumlah
kesamaan karakter, yaitu jenis habitus perdu, sifat batang berkayu, percabangan simpodial,
warna getah bening, permukaan batang memperlihatkan berkas daun, daun tunggal, bentuk daun
bulat, ujung daun runcing, bentuk pangkal daun berlekuk, permukaan daun licin, pertulangan
daun menjari, bunga majemuk berbatas, memiliki tenda bunga, sifat benang sari bebas, buah
merupakan buah kendaga, bentuk buah bulat dengan satu ruang saja, warna biji putih ketika
muda, bentuk biji lonjong, dan biji berjumlah satu. Phyllanthus acidus (H) dan Sauropus
androgynus (J) merupakan kelompok ke-3, dimana ID yang dimiliki adalah (33%) dan IS (67%).
Pasangan ini memiliki 21 karakter yang sama, yaitu habitus perdu, sifat batang berkayu,
percabangan simpodial, getah bening, permukaan batang abu-abu, permukaan batang
memperlihatkan berkas daun, bentuk daun bulat telur, ujung daun runcing pangkal daun tumpul,
tepi daun rata, permukaan daun licin, duduk daun tersebar, pertulangan daun menyirip, jenis
bunga majemuk berbatas, rangkaian bunga berbentuk tandan, bunga terletak di ketiak daun,
benang sari letak pada tajuk bunga, benang sari saling berlekatan jumlah 4-6, dan buah berbentuk
bulat pipih. Manihot esculenta (F) dan Ricinus communis (I), dan Jatropha curcas (E)
merupakan kelompok ke-4, dengan ID (38%) dan IS (62%), memiliki 20 karakter yang sama,
yaitu sifat batang berkayu, percabangan simpodial, getah bening, daun tunggal, ujung daun
meruncing, permukaan daun licin, duduk daun tersebar, pertulangan daun menyirip, bunga
majemuk berbatas, bunga tersusun dalam rangkaian bentuk tandan, jumlah corolla 5 petal,
corolla merah tua, calix berjumlah 5 sepal, jumlah benang sari 5-10 yang terletak pada bakal
buah yang tenggelam, buah merupakan buah kotak dengan bentuk bulat telur memiliki 3 ruang,
biji berjumlah 3 pada setiap ruangnya, dan biji berwarna putih saat muda.
Kelompok ke-5 terdiri atas, Manihot esculenta (F), Ricinus communis (I), Jatropha curcas (E)
dan Aleurites moluccana (B). Kelompok ke-5 ini memiliki ID (46.8%) dan IS (53.2%) dengan 10
karakter yang sama, yaitu sifat batang berkayu, percabangan simpodial, getah bening, daun
tunggal, ujung dauan meruncing, jenis bunga majemuk berbatas, buah berbentuk bulat telur
dengan 3 ruang buah pada setiap ruang terdapat 1 biji, dan biji berwarna putih ketika muda.
Kelompok ke-6 terdiri atas Euphorbia heterophylla (D) ,Pedilanthus bracteatus (G) dan
Acalypha indica (A) dengan ID (48%) dan IS (52%), dimana memiliki sejumlah karakter yang
sama yaitu jenis habitus semak dengan sifat batang herba, percabangan monopodial, permukaan
batang licin serta berwarna hijau, memiliki jenis daun tunggal, pertulangan daun menyirip,
terdapat tenda bunga dengan benang sari bersifat bebas, biji bewarna putih ketika muda dan
coklat ketika matang.
Kelompok ke-7 yang terdiri atas Phyllanthus acidus (H), Sauropus androgynus (J) dan
Codiaeum variegatum (C), dengan ID (49.5%) dan IS (50.5%). mempunyai 10 karakter yang
sama, yaitu batang berkayu dengan percabangan simpodial, getah bening, permukaan batang
memperlihatkan bekas daun, daun berujung runcing dengan tepi rata, duduk daun tersebar
dengan pertulangan daun menyirip, jenis bunga majemuk berbatas yang tersusun dalam
rangkaian bentuk tandan.
Kelompok ke-8 terdiri atas kelompok Manihot esculenta (F), Ricinus communis (I), Jatropha
curcas (E), Aleurites moluccana (B), dan kelompok Phyllanthus acidus (H), Sauropus
androgynus (J), Codiaeum variegatum (C), dengan ID (53.4%) dan IS (46.6%). Kelompok ini
hanya memiliki beberapa karakter yang sama, yaitu batang berkayu dengan percabangan
simpodial dan getah bening. Terakhir adalah Kelompok ke-9, yang terdiri atas Manihot esculenta
(F), Ricinus communis (I), Jatropha curcas (E), Aleurites moluccana (B), Phyllanthus acidus
(H), Sauropus androgynus (J), Codiaeum variegatum (C), dan kelompok Euphorbia heterophylla
(D), Pedilanthus bracteatus (G), dan Acalypha indica (A). Kesamaan karakter yang dimiliki oleh
kelompok ini adalah bergetah. kelompok ini memiliki hubungan kekerabatan paling jauh dengan
ID (65.8%) dan IS (34.2%). Kesamaan karakter morfologi terbanyak pada 10 genus
Euphorbiaceae adalah batang bergetah dan bunga majemuk. Euphorbiaceae merupakan
tumbuhan yang pada umumnya bergetah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Tjitrosoepomo (2007b: 154) bahwa, hampir semua tumbuhan dalam genus Euphorbiaceae
mengandung getah yang terdapat dalam saluran-saluran getah (pembuluh lateks). Semua spesies
yang diamati juga memiliki bunga majemuk yang tersusun dalam cyathium. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Tjitrosoepomo (2007b: 154) bahwa, Euphorbiaceae memiliki
susunan bunga majemuk yang khas, yang memberikan kesan seolah merupakan bunga tunggal
yang disebut siatium.

Anda mungkin juga menyukai