Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Farmakokinetika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

MODUL FARMAKOKINETIKA

Oleh : Ika Nurzijah

PEMBERIAN INFUS INTRAVENA BERSELANG (MULTIPLE INTERMITTENT I.V


INFUS ADMINISTRATION)

A. Dasar Teori
Untuk jenis obat dengan jendela terapi yang sempit rute pemberian obat
berulang menjadi pilihan untuk menghindari efek toksik yang tidak diinginkan.
Selain rute pemberian intravena bolus berulang, obat juga dapat diberikan
melalui rute pemberian infus intravena berselang.
Berikut ini merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada rute
pemberian intravena berselang :

1. Asumsi dan model farmakokinetik infus i.v tunggal tetap berlaku pada
pemberian infus i.v berselang.
2. Seperti halnya pemberian intravena berulang, untuk mencapai konsentrasi
obat tunak (Cpss), konsentrasi obat dalam plasma (Cp) akan dipengaruhi
oleh proses fluktuasi dan akumulasi.
3. Berbeda dengan pemberian i.v bolus berulang, konsentrasi puncak pada
infus i.v berselang tidak dicapai saat t = 0, namun dicapai saat waktu
tertentu, yang disebut sebagai t infus (tinf), pada saat ini kondisi tunak telah
tercapai, sehingga Cpmax pada infus i.v berselang disebut sebagai Cpmax,ss
4. Pengaruh proses eliminasi pada Cp terjadi ketika infus telah dihentikan,
pada rentang waktu ini Cp akan mengalami penurunan secara
eksponensial.
5. Interval pemberian(τ) menggambarkan selang waktu yang dibutuhkan Saat
infus pertama kali diberikan hingga tercapai mencapai Cpmin,ss
B. Perhitungan parameter farmakokinetik obat

Pada titik tunak Perhitungan titik puncak dan palung


setelah infus dihentikan

Perhitungan volume distribusi


Nilai Vd ditetapkan dengan mempertimbangkan jumlah obat di titik puncak
pada pemberian ke-n (Abmax,n).
Maka dari itu, Vd dapat dihitung sebagai :

Perhatikan bahwa nilai Vd tergantung dengan nilai konsentrasi puncak dan


palung, jika terapi dilakukan saat tunak, maka konsentrasi puncak dan palung dapat
diambil dari titik puncak maupun palung manapun, karena akumulasi obat = 0,
sehingga tidak ada perbedaan nilai titik puncak dan palung adalah tetap.

PEMBERIAN DOSIS ORAL BERULANG (MULTIPLE ORAL ADMINISTRATION)

A. Dasar Teori
Berikut ini merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal
pemberian dosis oral berulang :
1. Seperti halnya pemberian oral tunggal, konsentrasi obat dalam plasma
(Cp), dipengaruhi oleh faktor absorpsi (ka) pada gastrointetinal tract yang
akan mempengaruhi nilai bioavailabilitas obat (F).
2. Faktor absorpsi dipengaruhi oleh faktor farmasetik obat (contoh : bentuk
sediaan).
3. Tmax merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
puncak (Cpmax). Nilai Tmax dipengaruhi oleh nilai tetapan absorpsi ka, jika
nilai ka meningkat, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi puncak menjadi lebih cepat (Tmax kecil)
4. Cpmax tercapai ketika laju absorpsi = laju eliminasi (terjadi kesetimbangan
antara proses absorpsi dengan eliminasi)
5. Tetapan laju absorpsi disebut sebagai ka
6. Nilai ka dan k mengikuti tetapan orde 1
7. Setelah obat mencapai titik puncak Cpmax, jumlah obat yang masuk ke
sirkulasi sistemik akan semakin meningkat, sehingga laju eliminasi akan
meningkat
8. Adanya proses akumulasi pada pemberian oral berulang menyebabkan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan antara laju
absorpsi dan laju eliminasi menjadi lebih cepat, sehingga Tmax berkurang
untuk setiap pemberian, sampai akhirnya Tmax menjadi konstan karena
nilai akumulasi = 0 saat kondisi tunak tercapai.

B. Perhitungan parameter farmakokinetik obat

Persamaan yang menerangkan perubahan kadar obat dalam darah terhadap


waktu untuk obat yang mengikuti model 1 kompartemen terbuka dengan
proses absorpsi dan eliminasi orde pertama :

𝑆. 𝐹. 𝐷. 𝑘𝑎 1 − 𝑒 −𝑛.𝑘.𝜏 −𝑘.𝑡
1 − 𝑒 −𝑛.𝑘𝑎.𝜏
𝐶𝑛 = [( ).𝑒 −( ) . 𝑒 −𝑘𝑎.𝑡 ]
𝑉𝑑 (𝑘𝑎 − 𝑘) 1 − 𝑒 −𝑘.𝜏 1 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏
Konsentrasi maksimum dan minimum sebelum tunak tercapai :

𝑆. 𝐹. 𝐷 −𝑘.𝑇
𝐶𝑚𝑎𝑥 = .𝑒 𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑑

𝑆. 𝐹. 𝐷
𝐶𝑚𝑖𝑛 = (𝑒 −𝑘.𝜏 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏 )
𝑉𝑑(𝑘𝑎 − 𝑘)

Konsentrasi tunak setelah pemberian oral berulang :

Konsentrasi puncak dan palung tunak :

1 𝑘𝑎(1 − 𝑒 −𝑘.𝜏
𝑇𝑚𝑎𝑥,𝑠𝑠 = 𝐿𝑛 [ ]
𝑘𝑎 − 𝑘 𝑘(1 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏

Konsentrasi tunak rata-rata (Cpav,ss) :

Nilai konsentrasi tunak rata-rata dihitung sebagai nilai konsentrasi tunak


dibagi dengan interval pemberian. Sedangkan nilai AUC saat tunak sama dengan
nilai AUC pemberian tunggal dari waktu 0 sampai waktu tak terhingga.
Dari perhitungan parameter farmakokinetik di atas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut : nilai ka mempengaruhi nilai Tmax,ss dan nilai Cmax, ss; namun
tidak mempengaruhi nilai AUC (0 – τ) ataupun Cpav,ss. Sedangkan nilai F
mempengaruhi AUC (0 – τ) , Cpav,ss; Cmax,ss; namun tidak mempengaruhi nilai
Tmax,ss.
C. Protokol pemilihan persamaan yang sesuai untuk tujuan individualisasi
dosis pemberian oral berulang

Persamaan ataupun perhitungan dalam pemberian oral berulang jarang digunakan


untuk melalukan individualisasi dosis, dikarenakan adanya parameter ka. Ka sulit
untuk dihitung secara klinis jika hanya menggunakan dua sampel plasma yang
diambil dari pasien, karena itu pada aplikasi klinis perhitungan dosis intravena lebih
sering digunakan untuk menentukan dosis peroral.
Berikut ini merupakan persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih jenis
perhitungan dosis intravena untuk melakukan individualisasi dosis pada pemberian
peroral berulang :
1. Jika laju absorpsi sediaan obat tetap selama interval pemberian (contoh :
sediaan slow release atau sustained release), maka perhitungan infus
intravena dapat digunakan.
2. Jika nilai t1/2 obat lebih besar dari nilai interval pemberian, maka jumlah
obat yang diabsorpsi selama interval pemberian lebih sedikit, fluktuasi
dosis kecil, sehingga perhitungan infus intravena dapat digunakan.
Batasannya sebagai berikut :
τ < 1∕3 t1∕2 : gunakan model perhitungan infus intravena
τ > 1∕3 t1∕2 : gunakan model perhitungan intravena berulang (i.v bolus
berulang atau infus i.v berselang)
3. Jika durasi fase absorpsi < 1/6 t1/2 (laju eliminasi > laju absorpsi) :
gunakan model perhitungan i.v bolus berulang
Jika durasi fase absorpsi > 1/6 t1/2 (laju eliminasi < laju absorpsi) :
gunakan model perhitungan infus i.v berselang
FARMAKOKINETIKA NON LINEAR

Perhitungan dalam farmakokinetika non linear


a. Kinetika proses enzimatik
Kinetika Michaelis-Menten

Konsentrasi plasma unbound = konsentrasi hati unbound, sehingga :

Pada kondisi spesifik :


1. Cp <<< Km, secara matematis Km +Cp≈Km

2. Cp >>> Km, secara matematis Km +Cp≈Cp

Persamaan dasar saat konsentrasi tunak

(1) (2) (3) maka, saat kondisi tunak

(4) (5) (6) t1/2 eliminasi

(7) waktu yang diperlukan untuk mencapai tunak

Anda mungkin juga menyukai