Farmakokinetika
Farmakokinetika
Farmakokinetika
A. Dasar Teori
Untuk jenis obat dengan jendela terapi yang sempit rute pemberian obat
berulang menjadi pilihan untuk menghindari efek toksik yang tidak diinginkan.
Selain rute pemberian intravena bolus berulang, obat juga dapat diberikan
melalui rute pemberian infus intravena berselang.
Berikut ini merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada rute
pemberian intravena berselang :
1. Asumsi dan model farmakokinetik infus i.v tunggal tetap berlaku pada
pemberian infus i.v berselang.
2. Seperti halnya pemberian intravena berulang, untuk mencapai konsentrasi
obat tunak (Cpss), konsentrasi obat dalam plasma (Cp) akan dipengaruhi
oleh proses fluktuasi dan akumulasi.
3. Berbeda dengan pemberian i.v bolus berulang, konsentrasi puncak pada
infus i.v berselang tidak dicapai saat t = 0, namun dicapai saat waktu
tertentu, yang disebut sebagai t infus (tinf), pada saat ini kondisi tunak telah
tercapai, sehingga Cpmax pada infus i.v berselang disebut sebagai Cpmax,ss
4. Pengaruh proses eliminasi pada Cp terjadi ketika infus telah dihentikan,
pada rentang waktu ini Cp akan mengalami penurunan secara
eksponensial.
5. Interval pemberian(τ) menggambarkan selang waktu yang dibutuhkan Saat
infus pertama kali diberikan hingga tercapai mencapai Cpmin,ss
B. Perhitungan parameter farmakokinetik obat
A. Dasar Teori
Berikut ini merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal
pemberian dosis oral berulang :
1. Seperti halnya pemberian oral tunggal, konsentrasi obat dalam plasma
(Cp), dipengaruhi oleh faktor absorpsi (ka) pada gastrointetinal tract yang
akan mempengaruhi nilai bioavailabilitas obat (F).
2. Faktor absorpsi dipengaruhi oleh faktor farmasetik obat (contoh : bentuk
sediaan).
3. Tmax merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
puncak (Cpmax). Nilai Tmax dipengaruhi oleh nilai tetapan absorpsi ka, jika
nilai ka meningkat, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi puncak menjadi lebih cepat (Tmax kecil)
4. Cpmax tercapai ketika laju absorpsi = laju eliminasi (terjadi kesetimbangan
antara proses absorpsi dengan eliminasi)
5. Tetapan laju absorpsi disebut sebagai ka
6. Nilai ka dan k mengikuti tetapan orde 1
7. Setelah obat mencapai titik puncak Cpmax, jumlah obat yang masuk ke
sirkulasi sistemik akan semakin meningkat, sehingga laju eliminasi akan
meningkat
8. Adanya proses akumulasi pada pemberian oral berulang menyebabkan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan antara laju
absorpsi dan laju eliminasi menjadi lebih cepat, sehingga Tmax berkurang
untuk setiap pemberian, sampai akhirnya Tmax menjadi konstan karena
nilai akumulasi = 0 saat kondisi tunak tercapai.
𝑆. 𝐹. 𝐷. 𝑘𝑎 1 − 𝑒 −𝑛.𝑘.𝜏 −𝑘.𝑡
1 − 𝑒 −𝑛.𝑘𝑎.𝜏
𝐶𝑛 = [( ).𝑒 −( ) . 𝑒 −𝑘𝑎.𝑡 ]
𝑉𝑑 (𝑘𝑎 − 𝑘) 1 − 𝑒 −𝑘.𝜏 1 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏
Konsentrasi maksimum dan minimum sebelum tunak tercapai :
𝑆. 𝐹. 𝐷 −𝑘.𝑇
𝐶𝑚𝑎𝑥 = .𝑒 𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑑
𝑆. 𝐹. 𝐷
𝐶𝑚𝑖𝑛 = (𝑒 −𝑘.𝜏 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏 )
𝑉𝑑(𝑘𝑎 − 𝑘)
1 𝑘𝑎(1 − 𝑒 −𝑘.𝜏
𝑇𝑚𝑎𝑥,𝑠𝑠 = 𝐿𝑛 [ ]
𝑘𝑎 − 𝑘 𝑘(1 − 𝑒 −𝑘𝑎.𝜏