Makalah Stres
Makalah Stres
Makalah Stres
Nama kelompok :
Muhammad Danial 171151127
Lucky Bayu
Ghubes Herman Putra
STT.WASTUKANCANA
PURWAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres.
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam
bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat
menyebabkan sters dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut
kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar
terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang
mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja. Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil
agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi.
Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap
karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri
maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak
akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.disinilah muncul peran dari
organisasi untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh
pekerjanya. Dalam hal ini organisasi dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi
pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut. Melihat kejadian stres
yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang baik kami akan membahasanya
dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui bagaimana stres dan penanggulangannya
serta pencegahan stres itu terutama dalam bekerja. Secara lebih jelas mengenai stres dan
stres kerja akan kami bahas pada Bab II. Yang akan memberikan gambaran mengenai
stres yang sering dialami.
B. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam makalah ini adalah:
5. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat
ditimbulkan oleh stres tersebut.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini antara lain:
PEMBAHASAN
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya
stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang
dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah
dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama,
perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.
Dari kedua definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa stres tidak dengan
sendirinya dianggap jelek, walaupun lazimnya dibahas dalam konteks negatif. Karena
stres juga memiliki nilai positif (peluang) jika stres itu menawarkan perolehan yang
potensial. Kadangkala orang membutuhkan stres untuk membuat dirinya berhasil
mengerjakan sesuatu.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan
persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati), mendefinisikan stres
sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan
individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati)
memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan
konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik
maupun psikologis.
Menurut Mangkunegara, stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini terlihat antara lain dari emosi yang tidak
stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, tidak bisa
rileks, lemas, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapakan pada tuntutan
pekerjaan melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu
telah mengalami stres kerja. Seorang karyawan dapat dikatakan telah mengalami stres
kerja bila urusan stres yang dialaminya melibatkan juga pihak organisasi di mana ia
bekerja dan dapat mengakibatkan dampak negatif bagi dirinya dan lembaga di mana ia
bekerja.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan
adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan
karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan.
B. Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,
dan kematian.
C. Model Stres
Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah
stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Stresor
Stresor (Stressor) adalah faktor-faktor penyebab yang menimbulkan stress. Dengan
kata lain, stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas
menunjukkan empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi dan diluar
organisasi.
a. Tingkat Individual
b. Tingkat Kelompok
3) menunjukkan kekurangpedulian
Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia
terhadap teknologi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan
stresor tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan
yang buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu
lingkungan kotor atau bau akan menciptakan stres.
d. Ekstraorganisasional
1. Hasil
Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil psikologis
yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan fisik. Sebuah badan
penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres yang dirasakan pada banyak
aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasional, emosi positif, dan kinerja yang berhubungan secara positif dengan tingkat
perputaran yang disebabkan oleh kepenatan.
2. Perbedaan Individual
Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang serupa
untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang dialami di tempat
kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor untuk pengendalian yang
rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal tingkat rendah daripada pekerjaan
profesional, dan konflik antar pribadi merupakan suatu sumber stres yang lebih besar bagi
kaum wanita daripada kaum pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan suatu
moderator yang signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang lebih
rendah dan mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka percaya
bahwa mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga memoderatkan
stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-menerus marah, ingin tahu,
tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua kali lipat lebih besar untuk
mengalami penutupan ateri koroner. Walaupun para peneliti telah mampu
mengidentifikasi beberapa moderator yang penting, masih terdapat suatu jurang yang
lebar dalam mengidentifikasi perbedaan individual yang relevan.
D. Moderator Stres
Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang berbeda.
Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang lain. Dilain
pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak mampu beradaptasi
dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi, prilaku, atau karakteristik yang
mempengaruhi hubungan antara dua variabel. Efeknya mungkin akan memperkuat atau
memperlemah hubungan. Banyak kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin bertindak
sebagai moderator stress, termasuk variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan
tingkat ketabahan. Tipe-tipe moderator antara lain (1) kepribadian, (2) prilaku tipe A (3)
dukungan sosial, (4) penanggulangan..
(1) Kepribadian
Definisi perilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman adalah suatu
kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam setiap orang yang terlibat secara
agresif dalam suatu perjuangan yang terus menerus dan tak henti-henti untuk mencapai
hal yang lebih lagi dalam waktu yang lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu
melawan usaha yang berkebalikan dari orang atau hal lain.
(a) Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal dalam priode
waktu yang sangat singkat
(c) Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk menyelesaikan apa
yang mereka katakan.
(d) Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu sebagai membuang
waktu yang berharga.
0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari dukungan sosial di tempat
kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, bawahan, dan konsumen atau orang-orang
di luar tempat kerja yang dikenal oleh karyawan. Sumber dukungan di luar ruang lingkup
pekerjaan dapat mencakup anggota keluarga, teman, dan lain-lain. Ada empat jenis
dukungan sosial :
(4) Penanggulangan
3) Strategi penanggulangan
1. Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman dalam Rice, mengkaji ulang beberapa kasus stres
pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
a) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada
hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :
b) Gejala fisiologis
c) Gejala Perilaku
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun organisasi.
Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja,
kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya. Konsekuensi pada karyawan ini tidak
hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di
luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang
mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Bagi organisasi, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis
dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover
(Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
Dampak dari stres kerja menyangkut berbagai aspek antara lain sebagai berikut: 1)
dampak subjektif, berupa tindakan agresif, apatis, depresi, frustasi, cepat marah, rendah
diri, gagap, dan rasa kesendirian; 2) dampak perilaku, berupa penggunaan alkohol,
narkoba, makan dan merokok terlalu banyak, impulsif dan tertawa gagap; 3) dampak
kognitif, berupa tingkat konsentrasi yang rendah, rentang perhatian yang pendek, dan
hipersensitif pada kritik; 4) dampak fisiologis, berupa gula darah meningkat,
meningkatnya tekanan darah, lidah kering, berkeringat, dan panas dingin; 5) dampak
organisasi, misalnya tingkat absensi yang tinggi, kepindahan, produktivitas rendah,
keterasingan di tempat kerja, ketidakpuasan kerja, dan menurunnya komitmen organisasi.
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni
betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para
pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara
bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak
menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah
masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi
stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu
perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang
solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam
hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat
timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam
peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab
tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat.
Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan
stress ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun
sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan
pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan
individu dan pendekatan organisasi.
1) Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi
yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan
relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang
karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang
tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima
sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi
stres yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga
yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2) Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan,
redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stres yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya
membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
a. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan
yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot.
Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang paling
sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara
berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai
dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang
dirileksasikan.
b. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi,
di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback
sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh hingga tekanan
tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah
kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada
keadaan nonstres. Salah satu keunggulan tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik
nonbiofeedback adalah bahwa tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi
tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan,
menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
c. Meditasi
d. Restrukturisasi kognitif
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan.
Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat tersebut adalah:
“Ketika lelah, lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999).
Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur.
Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam
3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat)
atau mobil Anda untuk tidur.
Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya
tidak tersedia, meja kerja bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan
energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang,
dapat meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan
dengan rekan kerja. Dianjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar
tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat lebih lelah ketika bangun.
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Dengan pilihan
makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian.
Mengurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja
menyehatkan badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga
memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang
lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan
diedarkan ke seluruh tubuh sehingga akan berpikir lebih jernih.
6) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru, misal jika
merasa kurang mampu berkomunikasi, bisa mempelajarinya melalui buku-buku
atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan atau jika mempunyai minat
terhadap tersebut, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan
membuat karyawan menjadi yang lebih berharga.
Stress kerja sekecil apapun juga harus ditangani dengan segera. Seorang
ahli terkenal di bidang kesehatan jiwa, Jere Yates (1979) mengemukakan ada
delapan (8) aturan main yang harus diikuti dalam mengatasi stres yaitu:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stres juga terjadi dalam kerja
dimana stres tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat
kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat
menghasilkan stres yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu
merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana
stres yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stres itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres-stres yang dialami
pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga
diperlukannya suatu manajemen stres dalam pekerjaan suatu organisasi. Serta adanya
usaha dari pekerja tersebut untuk dapat mengurangi stres yang mereka alami.
Pada dasarnya stres terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta
adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat
dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
B. Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stres
yang dapat digunakan serta menajemen stres tersebut dengan baik. Karena hal tersebut
mampu mencegah stres dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja.
Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi organisasi.
Daftar Pustaka
Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi, Perilaku,
Struktur, proses. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Phillip L. Rice, Stress and Health, California: Brooks/ Cole Publishing Company, 1999