Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Rotahaler

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMAKOLOGI III

TERAPI INHALASI ROTAHALER

Disusun Oleh :

1. Alvhiyata Dini S 171040400032


2. Annisa Nur M 171040400195
3. Ardiansyah 171040400179
4. Fitriani Surbakti 171040400049
5. Mangara Parulian M 171040400062
6. Rofiqi Wafa’a F 171040400196
7. Uswatun Hasanah 171040400044
8. Sondang Maida S 171040400050
9. Wiwin Aprianjani 171040400051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KHARISMA PERSADA
PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Farmakologi III ini yang berjudul
“TERAPI INHALASI ROTAHALER”. Selama proses penyelesaian makalah ini,
penulis telah banyak mendapat bantuan bimbingan dan dukungan dari semua
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:

1. Dr.H.M.Hasan, SKM, M.Kes selaku Ketua Kharisma Persada


2. Ns.Riris Andriani, S.Kep, M.Kep selaku Wakil Ketua Kharisma Persada
3. Dra Setianti Harsyani, M.Farm, Apt selaku Dosen Pengajar yang telah
mengajar dan membimbing dengan sabar dan memberikan motivasi
kepada penulis.
4. Teristimewa ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta,orang tua yang
telah memberikan kasih sayang, doa, dan pengorbanan baik moral maupun
materil demi kelancaran kehidupan dan masa depan penulis.
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini

Tangerang, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1 Pengertian Inhalasi ................................................................................... 2
2.2 Tujuan Pemasangan Terapi inhalasi ......................................................... 2
2.3 Indikasi Terapi Inhalasi ............................................................................ 3
2.4 Kontra Indikasi Terapi Inhalasi ................................................................ 3
2.5 Alat Terapi inhalasi .................................................................................. 4
2.5.1 Metered Dose Inhaler (MDI) ............................................................ 4
2.5.2 MDI Tanpa Spacer ............................................................................ 5
2.5.3 Dry Powder Inhaler (DPI) ................................................................. 5
2.5.4 Perbedaan MDI dan DPI ................................................................... 5
2.6 Cara Penggunaan Terapi Inhalasi ............................................................. 6
2.7 Beberapa zat yang terdapat pada terapi inhalasi..................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses


pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik.
Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran
napas ketika serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik
penggunaan inhaler yang sesuai. Setelah sekian lama, terapi inhalasi memainkan
peranan penting di dalam merawat penyakit asma dan penyakit paru lainnya.

Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan
pada penyakit paru-paru misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan langsung
pada bronkus. Tidak seperti penggunaan obat secara oral (tablet dan sirup) yang
terpaksa melalui sistem penghadangan oleh pelbagai sistem tubuh, seperti
eleminasi di hati.

Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk


segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat
yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya.
Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak
sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Inhalasi

Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu
atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut
untuk memperoleh efek lokal dan sistemik.

Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi


inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer,
MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler). Terapi inhalasi
memiliki keuntungan dibandingkan dengan cara oral (diminum) atau disuntik,
yaitu langsung ke organ sasaran, awitan kerja lebih singkat, dosis obat lebih kecil,
dan efek samping juga lebih kecil.

Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per
inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat
yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas.
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat
dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan
mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,
sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam
bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler,
Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya
menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk
anak usia sekolah.

2.2 Tujuan Pemasangan Terapi inhalasi

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya
terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi
sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera

2
dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya. Biasanya
terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum,
menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini
baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping
sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.

Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurang efek


samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau peroral, karena dosis
yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis lainnya, dan pada bayi yang
mengalami batuk lendir, pada bayi atau anak-anak ini kemampuan reflek batuk ini
sangat lemah. Sehingga dibutuhkan terapi inhalasi ini yang akan membantu lendir
di dalam paru-paru mencair.

2.3 Indikasi Terapi Inhalasi

Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma,


penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis,
fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang
kental dan lengket. Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang
berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk
aerosol. Pada penyakit asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD =
PPOK & PPOM) terapi inhalasi merupakan terapi pilihan.

Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang
diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam
penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di
bawa ke mana-mana. Kemasan obat juga menguntungkan karena dalam satu botol
bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan.

2.4 Kontra Indikasi Terapi Inhalasi

Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. indikasi relatif pada
pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan.

3
2.5 Alat Terapi inhalasi

2.5.1 Metered Dose Inhaler (MDI)


1. Dianggap metode terbaik

2. Propelan (zat pembawa) yang bertekanan tinggi menjadi penggerak,


menggunakan tabung aluminium (kanister). Partikel yang dihasilkan
oleh MDI adalah partikel berukuran < 5µm.

3. Surfaktan juga digunakan untuk memberi rasa yang bisa diterima


pemakai seperti lecithin, lecitsorbitol trioleate atau oleic acid.

4. Yang terpenting pada MDI adalah katup terukur (metered valve ) yang
secara akurat melepaskan partikel obat dengan dosis tertentu.

Kekurangan MDI

1. Manuver tidak mudah (koordinasi inhalasi dan gerakan harus baik).

2. Partikel MDI yang langsung ke mulut memiliki kecepatan yang tinggi dan
ukuran droplet yang besar yang berakibat tingginya deposisi obat di
oroFaring.

3. Cara pakai dan kondisi optimal hanya sekitar 20% dosis yang mencapai
paru.

4. Obat yang mengendap di tenggorokan dan tertelan, tidak banyak


manfaatnya karena akan dimetabolisme oleh hati = menjadi metabolit
yang inaktif.

5. Khlorofluorokarbon (CFC) merusak lapisan ozon

6. Perlu instruksi dan pelatihan cara penggunaan alat.

7. Kelembaban yang tinggi menjadi problem karena obat dapat menggumpal


dan MDI tidak efektif pada temperatur di bawah 5 derajat.

4
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI

1. Kurang koordinasi

2. Terlalu cepat inspirasi

3. Tidak menahan nafas selama 10 detik

4. Tidak mengocok canister sebelum digunakan

5. Tidak berkumur setelah menggunakan MDI

6. Posisi MDI terbalik

2.5.2 MDI Tanpa Spacer


Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
mengurangi pengendapan diorofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa
tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk
lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat
menguntungkan pada anak.

2.5.3 Dry Powder Inhaler (DPI)


Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan
hirupan yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak
yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang
memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi (penyimpanan) obat pada
paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga dianjurkan
diberikan pada anak di atas 5 tahun.

2.5.4 Perbedaan MDI dan DPI


1. MDI membutuhkan koordinasi tangan/paru yang tinggi

2. Banyak anak dan usia lanjut yang sulit menggunakan MDI secara benar

3. Latihan berulang agar terampil dalam menggunakan MDI

5
4. DPI tidak menggunakan campuran propelan

2.6 Cara Penggunaan Terapi Inhalasi

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu:

1. Inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler)

2. Penguapan (gas powered hand held nebulizer)

3. Inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB)

4. Pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator.

Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing cara penggunaan terapi


inhalasi:

1. Inhaler Dosis Terukur

Inhaler dosis terukur atau sering disebut MDI diberikan dalam bentuk
inhaler aerosol dengan/ tanpa spacer dan bubuk halus (dry powerd inhaler) yaitu
diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya digunakan pada pasien yang
sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat
mudah dan dapat di bawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan
utama bagi penderita asma.

MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan
bagian mounthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan),
maka inhaler akan keluar melalui mounthpiece.

a. Ventolin Rotahaler

Ventolin Rotahaler adalah alatnya sedangkan obatnya adalah Ventolin


Rotacaps yang berupa kapsul mengandung obat yang disebut salbutamol sulfate.
Indikasi sebagai alat untuk pengobatan & pencegahan asma bronkhial. Alat untuk
Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan

6
dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel. Alat untuk
Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis.

Jangan menggunakan Ventolin Rotahaler jika: Memiliki reaksi alergi


terhadap salbutamol sulfat, laktosa atau protein susu. Obat sudah kadaluarsa.
Kemasan rusak atau robek ketika membeli.

b. Ventolin Rotacaps

Komposisi: Salbutamol sulfate.

Indikasi: Pengobatan untuk meredakan asma ringan, sedang, atau berat.


Penatalaksanaan & pencegahan serangan asma.

Dosis: Meredakan bronkospasme akut Dws 200 atau 400 mcg, anak 200 mcg.
Pencegahan bronkospasme yang dipicu oleh alergen atau olahraga Dws 400 mcg
sblm berolahraga, anak 200 mcg sblm beraktivitas. Terapi kronik Dws 400 mcg 3
atau 4 x/hari, anak 200 mcg 3 atau 4 x/hari.

Kontra Indikasi: Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap salbutamol sulfate.


Tdk dapat digunakan untuk abortus yang mengancam.

Perhatian: Tirotoksikosis, hipokalemia. Khususnya untuk asma berat akut, pada


penggunaan bersama dengan derivat xantin, steroid & diuretik, & dengan
hipoksia. Pantau kadar K serum. Hamil & laktasi.

Efek Samping Sering: tremor, sakit kepala, takikardi.

Interaksi Obat Salbutamol & obat penyekat β non selektif misalnya propranolol;
MAOI.

Kategori Keamanan Kehamilan C: Studi pada binatang percobaan telah


memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embroisidal
atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita
dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya boleh diberikan jika
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

7
c. Pemakaian rotahaler

Cara menggunakan Ventolin Rotahaler

1. Putar Rotahaler

2. Masukkan obat

3. Membuka obat

4. Sedot obat

8
d. Cara menyimpan Ventolin Rotahaler

Simpan Ventolin Rotahaler dengan memperhatian hal berikut ini:

1. Simpan obat dari jangkauan anak-anak , seperti di lemari terkunci.

2. Simpan di tempat yang sejuk dan kering.

3. Jangan disimpan di mobil, deket jendela dan kamar mandi.

4. Jangan membuka kapsul bila tidak akan dipakai.

5. Cek kadaluarsa obat.

c. Monitoring terapi pengobatan

Tujuan monitoring sendiri pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu
untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek samping obat, asma
yang diderita pasien apakah sudah benar atau belum dengan obat yang
dikonsumsinya.

Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di monitor :

1. Penyebab asma

2. Kerusakan target organ: paru-paru

3. Interaksi obat dan efek samping

4. Kepatuhan pasien

1. Penyebab asma

Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti
meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hipotesis mengenai
penyebab seseorang mengidap asma masih belum disepakati para ahli di dunia
kesehatan.

9
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita
asma, saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap
berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas)
seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan,
hewan berbulu, tekanan jiwa, bauatau aroma menyengat (misalnya: parfum). Asap
rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi
pada penderita asma, rangsangan tersebut dapat menimbulkan serangan.

Selain itu terjadinya serangan asma juga dapat terjadi sebagai


akibat saat penderita mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik flu
ataupun sinisitis. Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita
di masa siklus menstruasi, namunhal ini sangat jarang sekali.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas
yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu,
suatu serangan asmadapat terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara
bertahap semakin memburuk.

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang
penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa
berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam,
bahkan selama beberapa hari.

2. Kerusakan target organ:

a. Paru-paru

Secara umum, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit


gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit
yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan
pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang disebabkan
oleh suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan
pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan
rongga dada.

10
Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat
sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan obat.

Paru-paru kita digunakan untuk menghirup udara dengan iritasi, seperti


bakteri, virus, serbuk sari, dan debu, sepanjang hari setiap hari, Pada kebanyakan
orang biasanya reaksi inflamasi tidak terjadi.

Tetapi saluran udara di paru-paru penderita asma lebih sensitif terhadap


banyak hal-hal ini, dan sistem kekebalan tubuh pada penderita asma ini bereaksi
berlebihan dengan melepaskan berbagai jenis sel dan bahan kimia lainnya ke
saluran udara

3. Interaksi obat dan efek samping

Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma adalah


tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat
keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Interaksi obat dan efek samping yang
dialami pada penderita asma setelah terapi vontolin inhalasi adalah mengalami
gejala pusing. Karena efek samping tersebut maka Bapak TR diberi parasetamol
untuk mengatasi pusing yang dialami.

Pasien juga disarankan untuk menyediakan atau menyimpan obat hirup


(Ventolin Inhaler) dimanapun beliau berada agar dapat membantu melonggarkan
saluran pernafasansaat serangan asma terjadi.

4. Kepatuhan pasien

Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera


mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk
mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis
yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Pasien asma juga dianjurkan
untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter. Karena bisa saja kondisi
penyakit bertambah ringan atau sebaliknya sehingga baik obat maupun cara hidup
perlu disesuaikan. Juga disarankan untuk membawa ventolin inhaler kemanapun,

11
agar dapat membantu melonggarkan saluran pernapasan saat serangan asma
terjadi.

Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma


adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma
itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-
hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.

Setelah terjadinya serangan asma, penderita akan merasa sudah dapat


bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat
dan dosis yang diberikan oleh dokter.

2.7 Beberapa zat yang terdapat pada terapi inhalasi

Beberapa zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya


adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol
(Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin
(Bronkosol), Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort),
flunisolid (Aerobid), Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent),
dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti natrium kromolin (Intal).
Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun dengan inhaler,
adalah memberikan efek bronkodilator yang maksimal yang lebih baik dari cara
pemberian lain, sementara itu pengaruh sistemiknya hampir tidak ada. Oleh
karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara yang paling optimal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara
inhalasi. Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses
pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik.

12
Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk
segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat
yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya.
Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak
sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya
terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi
sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera
dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya. Seperti untuk
mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti
bronkus, serta mengatasi infeksi.

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur
(MDI, metered dose inhaler), (2) penguapan (gas powered hand held nebulizer),
(3) inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB), serta (4)
pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator.

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah


beta 2 simpatomimetik, kortikosteroid, antikolinergik, dan antihistamin. Bahaya
iritasi saluran napas dan terjadinya bronkospasme serta reaksi hipersensitivitas
(obat atau vehikulum) dapat terjadi pada penggunaan terapi ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara


SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan
Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.

Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur


Tindakan Bidang Paru dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian
Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001; 59-64.

Bia FJ, Brady JP, Brady LW, et al. Kamus Kedokteran Dorlan. Alih Bahasa:
Harjono RM, Hartono A, Japaries W, et al. Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH,
et al, Ed. EGC. Jakarta. 1994; 1910.

Rab T. Prinsip Gawat Paru. Hipokrates. Jakarta. 1996; 1-19.

Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology).


Alih Bahasa: Andrianto P. Oswari J, Ed. EGC. Jakarta. 1995; 609-21.

Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Qlintang S, Ed. Hipokrates. Jakarta. 1996; 674-81.

14

Anda mungkin juga menyukai