Makalah Bahasa Indonesia Pantun
Makalah Bahasa Indonesia Pantun
Makalah Bahasa Indonesia Pantun
Disusun Oleh :
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3
3.1. Kesimpulan……………………………………..…………… 5
3.2. Saran………………………………………………………… 5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 6
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.Pengertian Pantun
Pengertian umum, pantun adalah bentuk sastra rakyat yang mengandung
nilai-nilai dan kritik dari budaya masyarakat. Pantun merupakan puisi asli
Indonesia (Waluyo,1987). Pantun adalah bentuk puisi lama terdiri atas 4 larik
sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II sampiran, yaitu bagian objektif.
Biasanya berupa lukisan alam atau kiasan. Larik III dan IV isi, yaitu bagian
subjektif. Sama dengan karmina, setiap larik terdiri 4 perkataan (Surana,
2001). Jumlah suku kata larik antara 8-12 kata. Pantun adalah puisi melayu
tradisional yang popular. Pantun adalah ciptaan asli orang Melayu bukan
penyesuaian dari puisi-puisi Jawa, India, Cina dan sebagainya. Kata pantun
memuat arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana.
Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam
kesusastraan Melayu Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap
bait terdiri atas empat baris (larik), tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata,
berirama a-b-a-b dengan variasi a-a-a-a. Baris pertama dan kedua adalah
sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri
atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap
kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris
terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
2.2. Sejarah Perkembangan Pantun
Awalnya pantun adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang,
1993). Pantun pertama muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat
popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken
Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang
berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini
juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R.
Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun, yang
terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga,
tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti
bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang
berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti
memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan,
kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal
dari bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan
mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan.
Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang
suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya
itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy
(1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan
Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907,
Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap
sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi
bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.
2.3. Ciri – Ciri Pantun
Menurut Harun Mat Piah (1989) dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat,
ciri-ciri pantun ada dua aspek, yaitu aspek luaran dan dalaman. Aspek
luaran adalah struktur dan ciri-ciri visual yaitu:
1. Menurut isinya:
A. Pantun anak-anak, berisi permainan.
B. Pantun muda mudi, berisi percintaan.
C. Pantun orang tua, berisi nasihat atau petuah. Pantun ini disebut
juga pantun nasihat.
D. Pantun jenaka,berisi sindiran sebagai bahan lelucon.
E. Pantun teka-teki.
2. Menurut bentuknya atau susunannya:
A. Pantun berkait, merupakan pantun yang berkaitan antara bait
satu dengan bait kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan
seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait
pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat
bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan
seterusnya.
B. Pantun kilat, disebut juga karmina, pantun yang terdiri atas
dua baris, baris pertama sampiran dan baris kedua isi. Asal
mula pantun ini terdiri dari empat baris, tetapi karena barisnya
pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama
diucapkan sebagai kalimat dan kedua baris yang terakhir.
3) Pantun Tua
a) Pantun tua kiasan
b) Pantun tua nasihat
c) Pantun tua adat
d) Pantun tua agama
e) Pantun tua dagang
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Piah, Harun Mat. 1989. Puisi Melayu Tradisional: Suatu Pembicaraan genre dan
Fungsi. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian
Pendidikan Malaysia.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.