Ab I
Ab I
Ab I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Sulawesi khususnya
Gorontalo?
2. Bagaimana proses masuknya Islam pada S khususnya Gorontalo?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Sulawesi.
2. Mempelajari proses masuknya Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi.
3. Mengetahui pengaruh Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan tentang Kerajaan Islam di Sulawesi karena Sulawesi
merupakan wilayah tempat tinggal sendiri sehingga sangat perlu mengetahui, mempelajari
dan memahami sejarah kerajaan Islam yang berada di Sulawesi khususnya yang paling
menarik adalah kerajaan Islam di Gorontalo itu sendiri.
BAB II
KERAJAAN GORONTALO
Related
Bangunan Sejarah Peninggalan Islam Dinasti Mughal
10 Masjid Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia
Sejarah Kerajaan Islam Kesultanan Sumedang Larang Jawa Barat
Sebelum masa penjajahan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur
menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo dan tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan
yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
1. Pohala'a Gorontalo
2. Pohala'a Limboto
3. Pohala'a Suwawa
4. Pohala'a Boalemo
5. Pohala'a Atinggola
Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia.
Antara agama dengan adat di Gorontalo menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan
Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol
diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.
Sebelum islam masuk ke Gorontalo, nilai budaya yang dianut kerajaan gorontalo
adalah yang berbasiskan pandangan harmoni dengan mengambil pelajaran yang ditunjukkan
oleh alam. Ini berarti penduduknya menganut kepercayaan animisme.
Peneliti sejarah sosial dari Universitas Negeri Gorontalo, Basri Amin, menjelaskan
mengenai proses masuk Islam ke Gorontalo. "'Sekitar 1525, Islam mulai masuk dalam
wilayah kerajaan ini. Islam dibawa oleh sang raja saat itu, Raja Amai," ujarnya seperti yang
dilansir kepada Republika.
Masuknya Islam pada waktu itu melalui jalur perkawinan. Bermula dari Raja
Amai yang menikahi putri dari kerajaan Palasa, bernama Owutango. Kerajaan Palasa ini
berada di Teluk Tomini dan rajanya sudah menganut agama Islam. Sang putri sendiri punya
hubungan keluarga dengan pihak kerajaan di Ternate, yang telah lebih dahulu mengenal
Islam.
Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, Mohammad Karmin
Baruadi, juga menjelaskan sejarah kerajaan Gorontalo dalam tulisannya yang berjudul Sendi
Adat Dan Eksistensi Sastra: Pengaruh Islam Dalam Nuansa Budaya Lokal Gorontalo. Dalam
tulisannya beliau menyebutkan bawah Tokoh yang sangat berperan dengan pemikirannya
yang religius Islami adalah istri Amai sendiri yang bernama putri raja Palasa.
Ketika Raja Amai ingin meminang putri raja Palasa, sang putri yang berasal dari
kerajaan Islam di Sulawesi Tengah inipun mengajukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
Kedua syarat itu diterima oleh Raja Amai. Di sinilah awal Islam menjadi kepercayaan
penduduk Gorontalo, dalam tulisan Mohammad Karmin Baruadi.
Sebelum menikah Raja Amai mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amai dengan
terang-terangan mengumumkan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian
meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah. Pada pesta tersebut Raja
Amai meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan
sumpah adat. Saat pendeklarasian sumpah tersebut, adalah hari terakhir rakyat Gorontalo
memakan babi.
Usai proses sumpah adat, Raja Amai kemudian meminta rakyatnya untuk masuk
Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Ia sendiri kemudian mengganti gelarnya
dengan gelar raja Islam, yaitu sultan.
Prinsip hidup baru ini, mudah diterima oleh masyarakat Gorontalo saat itu, yang tidak
tersentuh oleh Hindu-Buddha. Masyarakat merasakan tidak ada pertentangan antara adat dan
Islam, namun justru memperkuat dan membimbing pelaksanaannya.
Pada 1550, sepeninggalan Sultan Amai, jabatan kerajaan digantikan oleh putera
mahkotanya, Matolodula Kiki. Sultan kedua kesultanan Gorontalo ini menyempurnakan
konsep kerajaan Islam yang dirintis oleh ayahnya. Beliau pun melahirkan rumusan adati hula-
hula'a to sara'a dan sara'a hula-hula'a to adati, yang artinya adat bersendi syarak, syarak
bersendi adat. Islam dan adat, saling melengkapi.
Islam resmi menjadi agama kerajaan ketika kesultanan Gorontalo ada di bawah
pemerintahan Sultan Eyato. Konsepnya pun berubah, mirip dengan prinsip masyarakat
Minangkabau, adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Di bawah kepimpinannnya,
Kesultanan Gorontalo mencapai puncak kejayaan.
Bagi masyarakat Uduluwo limo lo Pohalaqa Gorontalo (serikat kerajaan di bawah dua
kerajaan Gorontalo dan Limboto), syarak kitabullah dipahami bahwa hukum dan aturan-
aturan yang berlaku bersumber dari kitab suci Alquran dan hadis Rasulullah SAW.
Pada masa itu, beberapa perubahan dilakukan, menjadi lebih Islami. Sistem
pemerintahannya kini didasarkan pada ilmu akidah atau pokok-pokok keyakinan dalam
ajaran Islam.
Dalam ilmu akidah tersebut diajarkan dua puluh sifat Allah SWT, untuk itu Eyato
mewajibkan sifat-sifat itu menjadi sifat dan sikap semua aparat kerajaan mulai dari pejabat
tertinggi sampai dengan jabatan terendah. Sumpah-sumpah dan adat istiadat yang dipakai,
bersumber pada Islam.
Penerapan sistem budaya Islam pada sikap dan perilaku pejabat tersebut telah
mengawali pemantapan karakteristik budaya Islam dalam kehidupan masyarakat Gorontalo.
Eyato sendiri awalnya memang seorang ahli agama dan cendekiawan. "Sebelum
menjadi raja, Eyato merupakan seorang hatibida'a yang tergolong ulama pada masa itu,"
tulisnya.
3. Buatula Bala yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang
pertahanan dan keamanan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak terlepas dari perdagangan yang
berlangsung ketika itu. Penyebaran Islam di Nusantara selalu dikaitkan dengan jalur
perdagangan. Penyebaran Islam yang dilakukan para pedagang bisa dimungkinkan karena
mereka pergi ke berbagai penjuru bumi. Dalam ajaran Islam setiap orang memiliki kewajiban
yang sama untuk berdakwah. Setiap Muslim, apapun kedudukan dan profesinya mereka
dituntut untuk dapat menyampaikan ajaran Islam walaupun hanya satu ayat Al-Quran.
Adapun kerajaan-kerajaan Islam yang berada di Sulawesi adalah sebagai berikut :
1. Kerajaan Gowa
2. Kesultanan Buton
3. Kesultanan Bone
4. Kerajaan Banggai
5. Kerajaan Gorontalo
B. SARAN
Sekarang ini, adat istiadat di tiap-tiap daerah semakin lama semakin luntur, padahal salah
satu penyebaran agama Islam melalui perilaku adat istiadat, karena adat istiadat memiliki
pesan moral dan nilai-nilai agama.
Di Gorontalo sendiri, adat istiadat sebagai pemersatu Pohala’a-Pohala’a di Gorontalo
semakin lama semakin diabaikan. Perkataan orang-orang tua pada saat itu sangat menyentuh
hati karena seperti syair yang mengandung nilai pendidikan yang sangat mendalam. Bahkan
pesan-pesan Islami terkadang melalui syair dan mampu membuat orang mencerna atau
memahami maksud dan tujuan serta nilai agama.