KMB (TB Paru)
KMB (TB Paru)
KMB (TB Paru)
TB PARU
Kelompok I:
JURUSAN KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Tak lupa pula kami mengirimkan salam dan salawat kepada junjungan kita Nabi Ullah
Muhammad SAW Nabi yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga bila ada kesalahan dan kekurangan mohon
diberi kritikan dan masukan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT
semata. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Sekian
PENYUSUSN
2
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
A. Pengertian......................................................................................................6
B. Etiologi.........................................................................................................6
C. Patoisiologi...................................................................................................6
D. Tanda dan gejala............................................................................................8
E. Pemeriksaan diagnostik/penunjang...................................................................8
F. Komplikasi.....................................................................................................9
G. Penatalaksanaan...............................................................................................10
A. Pengkajian...................................................................................................12
B. Diagnosa.....................................................................................................14
C. Diagnosa keperawatan...................................................................................15
BAB IV PENUTUP......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh uman
Mycobacterium tuberculosis tipe humanus. Kuman tuberkoliosis pertama kali ditemukan
oleh Robert Koch pada tahun 1882. Jenis kuman tersebut adalah Mycobacterium
tubercoliosis, Mycobacterium afrixcanum, dan Mycobacterium bovis. Kuman ini telah
menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia dan pada sebagian besar negara di dunia
tidak dapat mengendalikan penyakit TB ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak
dapat disembuhkan. WHO dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan
terdapat 22 negara dikategorikan sebagai High Burden Countris terhadap TBC, termasuk
Indonesia.
Indonesia menduduki urutan ke 3 dunia setelah India dan Cina untuk jumlah
penderita TBC di dunia. Dari hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit kardiovaskuler dan gangguan pernapasan pada semua usia, dan nomor satu dari
golongan infeksi. Tahun 1999 WHO memperkirakan, setiap tahun terjadi 583.000 kasus
baru tuberkoliosis, dengan kematian karena tuberkoliosis sekitar 1490.000, secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru
tuberkoliosis paru BTA positif.
Kasus di propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan program pemberantasan
penyakit menular tahun 2004 ditemukan kasus baru penderita tuberkoliosis paru
sebanyak 14.329 penderita, meninggal 285 (1,99%). Kasus baru tuberkoliosis paru untuk
Jawa tengah tahun 2005 total absolut 17.523 penderita atau CDR ( case detection rate )
49,24 %. Angka prevalansi penyakit tuberkoliosis paru di tahun 2005 untuk Jawa tengah
sebesar 56,95 per 100.000 penduduk.
Penyakit tuberkoliosis paru terjadi pada orang dewasa sebagian besar terjadi pada
orang-orang yang mendapatkan infeksi primer pada waktu kecil yang tidak ditangani
dengan baik. Beberapa faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi basil
4
tuberkoliosis adalah adanya sumber penularan, tingkat paparan, virulensi, daya tahan
tubuh yang erat kaitannya dengan faktor genetik, faktor faali, jenis kelamin usia, status
gizi, perumahan, dan jenis pekerjaan.
Salah satu faktor penyebab dari tuberkoliosis ini adalah faktor ketidaktahuan
masyarakat, sehingga perlu adanya penyuluhan untuk mengurangi resiko banyaknya
penderita TB. Dapat juga dilakuakn melalui media pembelajaran, internet dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Tuberkoliosis
2. Apa penyebab/etiologi dari penyakit tuberkoliosis
3. Bagaimana patofiologi dari tuberkoliosis
4. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit tuberkoliosis
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit tuberkoliosis
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit tuberkoliosis
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit tuberkoliosis
8. Bagaiman asuhan keperawatan dari penyakit tuberkoliosis
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit tuberkolosis beserta
rumusan masalah yang diatas. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.
Baik itu manfaat pengetahuan, maupun cara menanganinya secara klinis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu hasil aerobic tahan asam, yang ditularkan melalui
udara. Droplet dikeluarkan selama batuk, tertawa, atau bersin. (Niluh, dkk, 2004).
Tuberculosis atau TB adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh hasil
Mikrobacterium Tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon (Andra,dkk,2013)
B. Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah Mycrobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe Bovin.
Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastisis tuberkolosis usus, basil
ini jarang ditemukan berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis.
Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah atau droplet dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.
Setela organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan sampai
bertahun-tahun. (NANDA, 2015: 210)
C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakkan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara( airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
6
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanyasel T) adalah sel
imunitas seperti biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas
(lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambran yang relative padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosiskaseosa. daerah yang mengalami nekrosiskaseosis
dan jaringan grainulasi di sekitar yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru – paru dinamakan fokusgohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nikrosis adalah pencairan, dimana bahan cairan lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kebagian lain
dari paru-paru, atau hasil dapat terbawa sampai kelaring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bilapera dangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas
keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosismilier. Ini
7
tejadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organism masuk
kedalam system vascular dan tersebar ke oragan-organ tubuh. (Andra dkk, 2013: 139).
E. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
Deteksi dan diagnosis TB dicapai denga tes objektif dan temuan pengkajian
subjektif. Perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus terus mempertahankan indeks
kecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok yang berisiko tinggi. Lesi pengapuran
dan tes kulit positif sering kali merupakan satu-satunya indikasi infeksi TB primer telah
terjadi. Pemeriksaan diagnostik berikut biasanya dilakukan untuk menegakkan infeksi
TB.
- Kultur sputum: positif untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit
8
- Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam): positif untuk basil tahan asam.
- Tes kulit Mantoux (PPD, OT): reaksi yang signifikan pada individu yang sehat
biasanya menunjukkan TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
- Ronsen dada: menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit
kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi.
Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area vibrosa.
- Biopsi jarum jaringan paru: positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
- AGD: mungkin abnormal tergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru
residual.
- Pemeriksaan fungsi fulmonal: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi,
peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan
saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi/fibrosis parenkim. (Niluh, dkk, 2004).
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru stadium lanjut, yaitu
hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari lobus
akibat retraksi bronkial, brokoiectasis dan fibrosis bronkial pada paru, pneumotoraks
spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. penyebaran infeksi ke organ lain
seperti otak, tulang, persendrian, ginjal dan sebagainya, insufisiensi kardio pulmoner dan
resistensi kuman dimana pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien
tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak
tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus
diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat
(Depkes, 2003).
G. Penatalaksanaan
9
Pengobatan Tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat
utama dan tambahan.
1.Obat anti Tuberkulosis (OAT)
10
1) TB paru disertai keadaan/ komplikasi sbb: batuk darah (Profus), keadaan
umum buruk, pneumotoraks, Empiema, Efusi Pleura masif/ bilateral, sesak
napas berat.
2) TB di luar paru yang mengancam jiwa: TB paru milear, Meningitis TB.
3. Terapi Pembedahan
a. Indikasi Mutlak
1) Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
2) Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
b. Indikasi relatif
1) Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
2) Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
3) Sisa kaviti yang menetap
4. Tindakan Invasif
a. Bronkoskopi
b. Punksi pleura
c. Pemasangan WSD (water Sealed Drainage). (NANDA, 2015 : 217)
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan
satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB paru yang lain.
b. Riwayat kesehatan sekrang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengobatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberculosis paru Antara lain ISPA, efusi pleura
serta tuberculosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit kelurga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberculosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah kebawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberculosis paru yang lain.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
12
Pada klien dengan TB paru biasaya tinggal didaerah yang berdesak-desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal di rumah yang
sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam mikssi
maupun defekasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan aadanya baatuk, sesak napas dan nyeri dada akan mengganggu
aktivitas.
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adaanyaa sesak naapas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru kan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
8) Pola presepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
kaarena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengakibatkan penolakan terhadap
pengobatan.
11) P0la tata nilai dan kepercayaan
13
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkn sistem-sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
a) Inspeksi: adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah.
b) Palpasi: fremitus suara meningkat
c) Perkusi: suara ketok redup
d) Auskultasi: suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
3. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk keindraan tidak ada kelainan
4. Sistem kardiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras
5. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun
6. Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari-hari yang kurang menyenangkan
7. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS: 456
8. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada gebetalia
B. Diagnosa
14
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Hipertermia
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
6. Resiko syok hipovolemik
C. Diagnosa Keperawatan
15
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
-tanda-tanda vital dalam
rentang normal
16
-weight control -berikan informasi
Kriteria Hasil: tentang kebutuhan
-Adanya peningkatan nutrisi.
berat badan sesuai tujuan. - ajarkan pasien
-Berat badan ideal sesuai bagaimana membuat
dengan tinggi badan catatan makanan
-Mampu mengidentifikasi harian.
kebutuhan nutrisi
-tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
-menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
4. Hipertermia Thermoregulation -monitor suhu sesering
Kriteria Hasil: mungkin
-suhu tubuh dalam rentang -monitor IWL
normal -monitor warna dan
-nadi dan RR dalam suhu kulit
rentang normal -monitor tekanan darah
-tidak ada perubahan nadi dan RR
warna kulit dan tidak ada -monitor penurunan
pusing tingkat kesadaran
17
5. Ketidakefektifan -respiratory status: -Auskultasi suara napas
bersihan jalan napas ventilation sebelum dan sesudah
-respiratory status: airway suctioning
pantenci -informasikan kepada
Kriteria Hasil: pasien dan keluarga
-mendemonstrasikan tentang suctioning
batuk efektif dan suara -minta klien napas
napas yang bersih, tidak dalam sebelum suction
ada sianosis dan dispneu dilakukan.
(mampu mengeluarkan -gunakan alat yang
sputum, mampu bernapas steril setiap melakukan
dengan mudah, tidak ada tindakan.
pursed lips)
-menunjukkan jalan napas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
napas, frekuensi
pernapasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
napas abnormal)
-mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
napas
18
6. Resiko syok -syok prevention -Monitor status
Hypovolemik -syok management sirkulasi BP, warna
Kriteria Hasil: kulit, suhu kulit, denyut
-nadi dalam batas yang jantung, HR dan ritme,
diharapkan nadi perifer, dan
-irama jantung dalam kapiler refill.
batas yang diharapkan -monitor suhu dan
-frekuensi napas dalam pernapasan
batas yang diharapkan -monitor tanda awal
-natrium serum dbn syok
-Ph darah serum dbn -ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok.
19
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh uman Mycobacterium
tuberculosis tipe humanus. Kuman tuberkoliosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tahun 1882. Jenis kuman tersebut adalah Mycobacterium tubercoliosis, Mycobacterium
afrixcanum, dan Mycobacterium bovis.
1. Batuk
2. Sputum mukoid atau purulen
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispnea
6. Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir. (Tabrani, 2013: 159).
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi yang primer
dapat tanpa gejala dan sembu sendiri atau dapat berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas
ringan. Pada tuberculosis post primer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin
pada malam hari, temperatur subfebris batuk berdahak lebih dari 2 minggu, sesak napas,
hemoptisis akibat dari terlukanya pembulu darah di sekitar bronkus, sehingga menyebabakan
bercak-bercak pada sputum, sampai ke batuk darah yang pasif. (Tabrani, 2013: 159)
20
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Hipertermia
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
6. Resiko syok hipovolemik
21
DAFTAR PUSTAKA
22