Laporan Kromatografi Uas
Laporan Kromatografi Uas
Laporan Kromatografi Uas
KROMATOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI
INSTRUMENTASI KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
Pendahuluan
Pembahasan
2. Pompa
Pompa berfungsi untuk mendorong eluen dan sampel masuk
kedalam kolom. Biasanya pompa harus inert, laju alir 0,1-10 µm, keluaran
bebas pulsa, bahan yang tahan terhadap korosi dan memiliki tekanan
dengan kisaran 6000 psi. Kecepatan alir dapat dikontrol dan perbedaan
kecepatan dapat mengakibatkan perbedaan hasil. Pompa dibedakan
menjadi 2 tipe berdasarkan kegunaannya yaitu pompa reciprocating dan
pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang
berdenyut teratur (pulsating) sehingga membutuhkan peredam elektronik
untuk menghasilkan garis dasar detektor yang stabil serta ukuran
reservoirnya tidak terbatas. Sedangkan pompa syringe menghasilkan
aliran yang tidak berdenyut teratur serta reservoirnya terbatas.
3. Injektor
Injektor berfungsi sebagai tempat memasukkan sampel dan
mendistribusikan sampel kedalam fase gerak yang mengalir dibawah
tekanan menuju ke kolom. Penginjeksian sampel dilakukan dengan
menggunakan jarum suntikan yang bernama syring yang terbuat dari
tembaga tahan karat. Volume jarum suntikan sebesar 100 µL untuk
memudahkan dalam proses penginjeksian. Posisi injektor pada alat KCKT
ada 2 yaitu posisi load dan posisi injeksi. Pada posisi load yaitu sampel
berada di posisi terisolasi dari fase gerak dan terbuka terhadap atmosfer
sehingga sampel yang masuk langsung keluar ke limbah pembuangan
tanpa melalui kolom. Sedangkan posisi injeksi yaitu sampel akan dibawa
oleh fase gerak menuju kolom (Syenina 2011).
Gambar 2 Posisi Load dan Injeksi pada KCKT
4. Kolom
Kolom berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang terdapat dalam
sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluen dapat memberikan hasil
puncak yang maksimal, namun apabila tidak ada kecocokan maka tidak
akan memunculkan puncak. Kolom memiliki berbagai macam ukuran
tergantung penggunaannya yaitu kolom analitik dan kolom preparatif
(Gambar 3). Kolom terdiri dari 3 bagian yaitu guard colom, body colom,
dan post colom. Pada guard colom berfungsi sebagai penyaring kotoran
yang terdapat di sampel maupun eluen sehingga kotoran tidak ikut masuk
kedalam kolom, karena dapat merusak kolom itu sendiri. Body colom
berfungsi untuk memisahkan senyawa-senyawa yang akan dianalisis
berdasarkan tingkat kepolarannya. Post colom berfungsi sebagai pewarna
reagen sehingga memperjelas adanya reaksi dan senyawa yang dianalisis
dapat dideteksi oleh detektor (Syenina 2011).
Gambar 3 Jenis-jenis kolom
5. Detektor
Detektor berfungsi untuk membaca ion yang lewat ke dalam
detektor. Detektor harus memiliki karakteristik respon terhadap senyawa
yang cepat dan reprodusibel, sensitifitas yang tinggi, stabil, mempunyai
volume sel yang tinggi sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita,
sinyal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut, tidak
peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak. Terdapat 3
macam detektor yaitu detektor umum, detektor spesifik dan deterktor
yang umum terhadap solut. Detektor umum yaitu detektor akan
memberikan respon terhadap fasa gerak yang dimodulasi dengan adanya
solut. Detektor spesifik yaitu detektor yang memberikan respon terhadap
beberapa sifat solut yang tidak dimiliki oleh fasa gerak. Sedangkan
detektor yang bersifat umum terhadap solut yaitu setelah fasa gerak
dihilangkan dengan penguapan. Jenis-jenis detektor yaitu detektor UV-
VIS, detektor indeks refraksi, detektor elektrokimia, detektor IR, detektor
fluorometer, detektor konduktivitas dan detektor MS. Detektor UV-VIS
berdasarkan adanya penyerapan radiasi sinar ultraviolet (UV) dan sinar
tampak (VIS) pada kisaran panjang gelombang 190-800 nm oleh spesies
solut yang mempunyai gugus kromoforik (Rohman 2009).
Daftar Pustaka
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM
KROMATOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018/2019
Pendahuluan
Tujuan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah gelas piala, labu takar,
mortar, alu, neraca analitik, sudip, pipet mohr, neraca analitik, kaca arloji, pipet
tetes, corong, suntikan, kertas saring, instrumen HPLC(high liquid perfomance
chromatography).
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel minuman
kratingdaeng, M-150, coca cola, obat bintang 7, akuabides.
Prosedur
Pada penelitian ini digunakan tiga sampel minuman energi dan obat
sakit kepala pemilihan sampel ini dikarenakan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, dan dikatakan juga memiliki kadar kafein yang tinggi. Sampel yang
digunakan dalam praktikum yakni kratingdaeng, coca cola, m-150, dan obat
bintang tujuh.
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh, dan biji coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang
bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi
otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan
efek farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke
minuman. Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat
menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang.
Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis kafein yang diizinkan 100-
200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum kafein
dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein
sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga
sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein
berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi (Kesia 2013). Berikut data sampel
kafein pada percobaan.
Tabel 1 Data sampel kafein
No Sampel Kemasan Volume / Warna Rasa Bau Massa
massa kafein
(perkemas dalam
an) kemasan
1. Kratingdae Botol 150 mL Kuning Asam Jeru 50 mg
ng kaca Muda k
2. Coca-cola Botol 250 mL Coklat Manis Cola 24 mg
plastik tua
3. Puyer obat Sachet 1 gram Putih Pahit Obat 50 mg
bintang (karton)
tujuh
4. M-150 Botol 150 mL Kuning Asam Per 50 mg
kaca men
kare
t
Berikut hasil penentuan kafein dalam sampel. Sampel yang telah di
diamkan di lemari es, selanjutnya dianalisis dengan HPLC dengan pelarut
methanol-air. Kafein bersifat polar oleh karena itu digunakan pelarut methanol-
air. Panjang gelombang digunakan dalam detektor yakni 276nm, hasil penentuan
kafein disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil penentuan kafein dalam sampel
No Sampel Watu Luas area Bobot/volume [kafein]
retensi sampel (ppm)
1. Standar 5,152 3286747 - 100
2. Ratingdaeng 5,033 158798 5 mL 241,57
3. Coca-cola 5,089 21774 5 mL 32,129
4. Bintang 5,015 1027665 0,5 gram 3126,69
Toedjoeh
5. m-150 5,061 193937 5 mL 295,03
Daftar Pustaka