Makalah 1
Makalah 1
Makalah 1
PENDAHULUAN
Terminologi yang saat ini digunakan untuk menggambarkan keadaan klinis adanya
penambahan ukuran besar gingiva adalah Gingiva Enlargement atau Gingiva Overgrowth.1
Gingiva Enlargement atau pembesaran gingiva merupakan salah satu gambaran umum
penyakit gingiva yang merupakan kondisi multifaktorial yang berkembang dalam bentuk
respon terhadap berbagai macam stimulus dan interaksi antara host dan lingkungan. Respon
dan interaksi tersebut dapat berupa adanya plak yang menginduksi atau berhubungan dengan
keadaan sistemik berupa gangguan hormonal. Dapat juga terjadi sebagai manifestasi yang
berhubungan dengan penyakit kelainan pembuluh darah seperti leukemia, trombositopenia
atau trombositopathi. Jenis lainnya (jarang) dapat berupa fibromatosis gingiva “Idiopathic
Gingival Fibromatosis” yang diturunkan dari keluarga.2 Berdasarkan pada perluasan dan
tingkat keparahannya, pembesaran gingiva ini bias menyebabkan gangguan fungsional seperti
perubahan bicara, kesulitan dalam pengunyahan/mastikasi serta masalah estetik dan
psikologis.
Pada perawatan pembesaran gingiva, klinisi harus benar-benar memahami penyebab dan
perubahan patologis yang terjadi. Perawatan pembesaran gingiva ini perlu mendapat
perhatian pasien dan dokter gigi karena adanya berbagai masalah terutama dalam melakukan
kontrol plak, gangguan fungsi (pengunyahan, erupsi gigi dan pengucapan) dan estetis. Oleh
karena adanya perbedaan penyebab pembesaran gingiva, maka perawatan setiap jenis
pembesaran gingiva ini disesuaikan dengan individu masing-masing.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
4. Pembesaran Neoplastik ( tumor gingiva)
a. Benign tumor
b. Malignant tumor
5. False Enlargement
3
2.2.1 Pembesaran Inflamasi Akut
Abses gingiva merupakan lesi yang terlokalisasi,sangat sakit, berkembang dengan
cepat dan akut. Adapun tanda-tanda dan simtom abses gingiva sebagai berikut:1
a. Lesi berkembang dengan cepat, biasanya terbatas pada marginal gingiva atau
interdental papilla.
b. Memiliki tanda klinis: adanya udema kemerahan dengan permukaan lembut yang
berkilat dan sangat sakit bila diperkusi di gigi yang terlibat.
c. Lesinya fluktuatif dan memiliki mata lesi (pointed) yang menjadi tempat keluarnya
eksudat purulent, lesi juga mudah ruptur.
Etiologi
Abses gingiva terjadi karena adanya keterlibatan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan gingiva bersama benda asing seperti bulu sikat gigi atau bagian sisa makanan
yang terpendam di dalam jaringan gingiva.1
Histopatologi
Abses gingiva terdiri dari eksudat purulent yang dibatasi oleh infiltrate leukosit
polimorfonuklear, jaringan yang oedematus dan pembuluh darah yang vasodilatasi.
Pada permukaan epitelium terdapat ulser dan menunjukkan adanya edema pada intra
dan ekstraseluler, dibatasi oleh leukosit.1
Abses periodontal (abses lateral) tidak hanya menyebabkan terjadinya pembesaran
gingiva, namun juga melibatkan jaringan periodontal pendukung.1
4
Perawatan Abses Gingiva
Pada perawatan abses gingiva dilakukan tahap perawatan sebagai berikut:1
1. Penyebab abses harus dihilangkan terlebih dahulu.
2. Drainase dapat dilakukan dengan berkumur air garam hangat setiap 2 jam.
3. Bila lesi menetap, dapat dilakukan kuretse setelah dianastesi pada jaringan sekitar
atau insisi bila terdapat mata lesi.
4. Obat-obatan antibiotik dapat diresepkan.
5. Perawatan lanjutan untuk mengeliminasi poket dapat dilakukan dengan kuretase
subgingiva atau gingivektomi local
Lokalisata / Generalisata
Pada pembesaran inflamasi kronis lokalisata, terdapat beberapa tanda dan simtom:1,3
a. Lesi berbentuk gelembung, konsistensi lunak dan kemerahan di Papilla interdental
atau margin gingiva yang disebabkan karena adanya oedema dan infiltrat seluler.
b. Pada tahap awal, lesi dimulai tonjolan kecil disekeliling gigi yang terlibat dan
lama-kelamaan lesi membesar menutupi hampir seluruh bagian mahkota gigi.
c. Lesi berkembang lambat dan hampir tidak sakit meskipun dimulai adanya infeksi
akut atau trauma.
Gambar 3. Pembesaran gingiva terinflamasi kronis, terlokalisir pada regio anterior bawah 3
5
c. Pemilihan teknik bedah yang tepat tergantung ukuran pembesaran dan karakter
jaringan yang ada. Bila gingiva membesar memiliki konsistensi lunak & rapuh
setelah SRP, maka bedah gingivektomi lebih diindikasikan karena bila
melakukan bedah flap, dibutuhkan adanya jaringan lebih keras yang
memungkinkan dilakukannya insisi & tahapan bedah flap lainnya.3
d. Pertimbangan lainnya, bila insisi gingivektomi dapat menyebabkan
berkurangnya lebar gingiva cekat dan berkeratin yang akhirnya dapat
menimbulkan masalah mukogingiva, maka bedah flap lebih diindikasikan.3
Gambar 4. Pembesaran inflamasi kronis grade III pada pasien wanita berumur 40 th
dengan tidak adanya riwayat konsumsi obat-obatan yang dapat menginduksi terjadinya
pembesaran gingiva, kedalaman poket > 5 mm, BOP pada semua regio gigi. (1) fotograf
ekstraoral pre-operatif, (2) fotograf intraoral pre-operatif, (3) terdapat poket yang dalam,
dilakukan terapi inisial, (4) gingivektomi dengan insisi bevel internal, (5) dilakukan flap
mukoperiosteal dan graft DFBA ditempatkan, (6) suturing, (7) penempatan Coe-pack, (8)
foto intraoral 7 hari post-operatif , ( 9) foto intraoral 3 bulan post-operatif, (10) foto
ekstraoral 3 bulan post-operatif4
Discrete/Tumor-like
Lesi ini merupakan massa menyerupai tumor dan tidak bertangkai (sessile). Lesi
ini biasanya terdapat pada bagian interproksimal/marginal/ attached gingiva.1
6
Etiologi
Lesi ini dapat disebabkan oleh adanya faktor iritasi lokal yang berlangsung lama
seperti oral hygiene yang buruk, hubungan gigi-geligi yang abnormal, gangguan
fungsional gigi-geligi, karies servikal, restorasi gigi inadekuat, impaksi makanan,
iritasi komponen gigi tiruan lepasan, obstruksi nasal, kebiasaan seperti mouth-
breathing dan tongue thrusting.1
Perawatan Discrete/Tumor-like
a. Skeling rootplaning dan kuretase; bila ukuran pembesaran gingiva tidak
memungkinkan untuk dilakukannya eliminasi deposit, maka perawatan lanjutan
adalah kuretase.1
b. Prosedur bedah, dengan indikasi:1
Pembesaran gingiva dengan adanya jaringan fibrous tidak sembuh setelah SRP.
Bila ukuran besarnya pembesaran gingiva menghalangi akses pengangkatan
deposit pada permukaan akar.
7
Gambar 5. Tabel Pembesaran gingiva non-inflamasi1
Gambaran klinis
Pembesaran gingiva yang diinduksi phenytoin memiliki gambaran klinis
sebagai berikut:1,3
1. Pembesaran gingiva biasanya terlihat jelas 3 bulan setelah penggunaan obat
phenytoin dan berkembang dengan cepat 1 tahun setelahnya.
2. Secara klinis tidak terdapat rasa sakit, pembesaran pada daerah margin fasial
dan lingual serta papilla interdental dimulai dari adanya bentuk pembesaran
bead-like.
8
3. Pada tahap selanjutnya, pembesaran pada marginal dan papilari semakin
membesar dan berkembang hingga ke lipatan mukosa dan hampir menutupi
mahkota gigi.
4. Bila tidak disertai adanya inflamasi, lesi berbentuk mulberry, kaku dan dan
getas, berwarna pale-pink dan tidak berdarah.
5. Pembesaran terlihat dibawah margin gingiva yang dibatasi adanya groove
linier.
6. Biasanya terjadi secara menyeluruh di dalam rongga mulut dengan keparahan
pada daerah maksila dan anterior mandibular
7. Biasanya terjadi pada daerah bergigi
8. Membesarnya gingiva akan menyebabkan terjadinya proses inflamasi sekunder
yang memperparah hyperplasia gingiva yang diinduksi obat-obatan.
9. Pada inflamasi sekunder, gingiva berubah menjadi berwarna kemerahan atau
bluish-red dan mudah berdarah.
Cyclosporine
Agen immunosupresif potensial yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penolakan transplantasi organ & terapi penyakit autoimmun1,5
Memiliki kemampuan untuk menghambat sel T-helper yang berperan pada
respon imun humoral dan seluler1,5
Pada 30% kasus pernah dilaporkan, terjadi kasus pembearan gingiva.1,5
Gambaran klinis dan makroskopis, pembesaran gingiva diinduksi Cyclosporine
mirip dengan pembesaran gingiva diinduksi obat Phenytoin.1,5
Nifedipine
Nifedipine merupakan salah satu obat golongan calcium channel blocker yang
langsung merangsang terjadinya dilatasi pada arteri dan arteriol coroner,
meningkatkan suplai oksigen ke otot jantung.1,5
9
Nifedipine juga berperan untuk menurunkan tekanan darah dengan cara
pelebaran aliran darah periper.1,5
Pembesaran gingiva terjadi pada sekitar 20% kasus.1,5
Kombinasi Obat
Pada pengobatan penyakit sistemik, segala upaya harus dilakukan untuk
memperkecil efek samping obat seperti dengan menurunkan dosis obat. 6
Pada beberapa kasus penggunaan obat-obatan kombinasi seperti cyclosporine
yang sering dikombinasikan dengan azathioprine dan prednisone dapat secara
massif memperparah terjadinya pembesaran gingiva.6
Gambar 8. (a) Pembesaran gingiva yang parah pada maksila dan mandibula pada pasien
yang mengkonsumsi Cyclosporine-A dan Nifedipine, (b) bedah gingivektomi diikuti
gingivoplasti pada maksila dan mandibular, ( c ) terjadi rekurensi pada Maksila 6
10
Perawatan pembesaran gingiva yang diinduksi obat-obatan
Perawatan pembesaran gingiva yang diinduksi obat-obatan harus sesuai dengan
pengobatan yang diterima pasien dan gambaran klinis pada masing-masing kasus.
Beberapa tahapan perawatan yaitu Subsitusi obat-obatan, Terapi non bedah dan bedah.
1. Substitusi obat-obatan
Klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan meneruskan pengobatan dengan
obat yang sama atau mengganti dengan obat lain. Dalam hal ini, klinisi harus
bekerjasama dengan dokter yang merawat pasien selama ini. Keputusan
menghentikan obat bukan merupakan tindakan mudah, namun mengganti
pengobatan dengan jenis obat lain dapat menjadi pilihan yang lebih tepat. Bila obat
telah diganti dengan jenis obat lain, maka pasien perlu dievaluasi kembali dalam
waktu 6-12 bulan berikutnya, apakah obat baru juga menyebabkan pembesaran
gingiva dan apakah perlu juga dihentikan penggunaannya. Keputusan untuk
melakukan tindakan bedah dilakukan setelah waktu evaluasi terhadap obat-obatan
selesai.
Pilihan pengobatan sebagai pengganti obat anticonvulsant phenytoin antara lain
yaitu carbamazepine dan asam valproid, dimana kedua jenis obat ini pernah
dilaporkan lebih sedikit menyebabkan terjadinya pembesaran gingiva.
Bagi pasien yang mengkonsumsi nifedipine, dimana pernah dilaporkan
prevalensi nifedipine menyebabkan pembesaran gingiva hingga 44%, dapat
mengganti dengan pilihan obat golongan calcium channel blocker lainnya seperti
diltiazem atau verapamil. Penggunaan jenis obat antihipertensi lainnya selain
golongan calcium channel blocker juga harus dievaluasi, yang juga dapat
menyebabkan terjadinya pembesaran gingiva.
Substitusi obat cyclosporine sangat terbatas. Tacrolimus merupakan
imunosupresan lain yang digunakan pasien dengan transplantasi organ. Insidensi
terjadinya pembesaran gingiva pada pasien yang mendapat terapi tacrolimus adalah
65% lebih rendah disbandingkan pasien yang mendapat terapi cyclosporine. Uji
kilinis juga menunjukkan bahwa substitusi obat cyclosporine dengan tacrolimus
menghasilkan penuruan yang signifikan pada keparahan pembesaran gingiva
dibandingkan dengan pasien yang tetap melanjutkan terapi dengan cyclosporine.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa substitusi cyclosporine dengan obat
golongan yang sama lainnya menghasilkan perbaikan drastis pada pembesaran
gingiva lebih dari 70%. Selanjutnya, dokter gigi harus mengkonsultasikan pasien
11
dengan pembesarn gingiva kepada dokter spesialis yang merawat pasien untuk
mengganti terapi obat imunosupresan dengan obat lainnya yang merupakan satu
tahapan perawatan pembesaran gingiva yang diinduksi cyclosporine.
Penggunaan antibiotic azithromycin telah menunjukkan adanya penurunan
tingkat keparahan pembesaran gingiva yang diinduksi oleh cyclosporine.
Penggunaan azithromycin selama 3 hari telah menunjukkan adanya perbaikan
pembesaran gingiva, dan efek keberhasilannya jelas terlihat selama 7-30 hari
penggunaan obat azithromycin. Penggunaan obat azithromycin sebagai tambahan
pada terapi inisial telah terbukti secara signifikan menurunkan tingkat keparahan
pembesaran gingiva dibandingkan dengan hanya mendapat terapi inisial skeling
rootplaning saja.
3. Terapi bedah
Pada beberapa pasien, pembesarn gingiva tetap ada meskipun sudah dilakukan
terapi inisial dan substitusi obat. Pada pasien ini selanjutnya dapat dilakukan terapi
bedah seperti gingivektomi atau flap periodontal.
12
Gambar 10. Diagram tahapan perawatan pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan3
Gingivektomi
Prosedur bedah gingivektomi merupakan tindakan bedah yang mudah dan
cepat, namun terdapat kekurangan yaitu adanya rasa tidak nyaman dan dapat
meningkan terjadinya perdarahan paska bedah. Pada bedah gingivektomi juga
mengorbankan jaringan gingiva yang berkeratin sehingga tidak memungkinkan
lagi untuk dilakukannya bedah tulang recounturing meskipun bedah ini
diperlukan. Keputusan para klinisi yang akan melakukan terapi bedah harus
mempertimbangkan perluasan daerah operasi, ada tidaknya periodontitis dan
defek tulang dan lokasi dasar poket yang berhubungan dengan batas
mukogingiva.3
Pada umumnya, bila daerah dimana terjadi pembesaran gingiva itu kecil ( 1
samapi 6 gigi) dengan tidak adanya kehilangan perlekatan (dan tidak diperlukan
tindakan bedah recounturing tulang), maka bedah gingivektomi dapat secara
efektif dilakukan untuk perawatan pembesaran gingiva. Salah satu hal yang
perlu dipertimbangkan adalah luas dari jaringan ang berkeratin. Jaringan
berkeratin yang harus dipertahankan paska bedah sedikitnya memiliki lebar
13
3mm. Gingivektomi dan gingivoplasti juga dapat dilakukan denganalat
elektrosurgery atau dengan menggunakan laser. Pada suatu penelitian
menunjukkan bahwa rekurensi yang terjadi pada pasien dengan pembesaran
gingiva yang dirawat dengan laser lebih rendah dibandingkan dengan pasien
yang dirawat dengan terapi bedah konvensional.3
Gambar 11. Teknik bedah gingivektomi untuk pembesaran gingiva. Garis titik-titik
menandakan insisi bevel eksternal, dan daerah dibawah garis menunjukkan jaringan
yang dieksisi. Insisi gingivektomi mungkin tidak akan mengangkat seluruh jaringan
hiperplastik (daerah shaded) dan akan meninggalkan luka yang luas pada jaringan ikat.3
14
Bedah Flap
Bila daerah yang mengalami pembesaran gingiva lebih banyak atau bila
sudah terjadi kehilangan pelekatan dan terdapat defek tulang maka perawatan
yang dilakukan adalah dengan teknik bedah flap. Pada kasus ini, gingivektomi
tidak disarankan karena dapat menyebabkan terjadinya masalah mukogingiva.
Teknik flap periodontal yang digunakan pada perawatan pembesaran
gingiva merupakan variasi teknik seperti yang digunakan dalam perawatan
periodontitis. Adapun beberapa tahapan teknik bedah flap sebagai berikut:3
1. Anastesi daerah operasi, setelah itu melakukan sounding tulang alveolar
dengan menggunakan probe periodontal untuk menentukan keberadaan dan
perluasan defek tulang.
2. Dengan blade Bard-Parker no 15, dilakukan scallop insisi bevel internal
pada 3mm koronal dari batas mukogingiva, dan juga membuat interdental
papilla yang baru.
3. Dengan blade yang sama digunakan untuk menipiskan jaringan gingiva
pada daerah bukolingual sampai ke batas mukogingiva. Pada tahap ini,
blade tetap dipertahankan berkontak dengan tulang alveolar.
4. Dengan menggnakan pisau Orban, dasar dari setiap papila yang
berhubungan dengan insisi bukal dan lingual mulai dibentuk.
5. Jaringan eksisi pada daerah marginal dan interdental diangkat dengan kuret.
6. Jaringan gingiva dirapikan, akar gigi diskeling rootplaning, dan tulang
alveolar direcounturing sesuai keperluan.
7. Flap diposisikan kembali kemudian dilakukan penjahitan dengan teknik
interrupted atau continuous mattress, kemudian ditutup dengan dressing
periodontal.
8. Dressing periodontal dan suturing dilepas setelah 1 minggu. Kepada pasien
diinstuksikan untuk melakukan metode kontrol plak yang adekuat.
9. Pasien boleh diinstruksikan untuk berkumur dengan obat kumur
klorheksidin satu sampai dua kali sehari selama beberapa minggu.
15
Gambar 13. Diagram flap periodontal, perawatan pembesaran gingiva diinduksi obat-
obatan. A. insisi bevel internal diikuti dengan penipisan jaringan gingiva yang membesar,
garis putus-putus menandakan insisi dan daerah berwarna pink tua menunjukkan
daerah yang akan dieksisi. B. setelah elevasi flap, bagian gingiva yang membesar
diangkat. C. flap diposisikan kembali diatas tulang alveolar dan dilakukan penjahitan 3
Gambar 14. Perawatan pembesaran gingiva yang diinduksi kombinasi obat Cyclosporine
dan nifedipine dengan teknik flap periodontal pada pasien wanita berumur 35 tahun
yang mendapat allograft pada ginjal 3 tahun terakhir. A, aspek klinis prebedah pada gigi
anterior bawah menunjukkan pembesaran gingiva yang parah. B, dilakukan insisi bevel
internal, dengan mempertahankan jaringan berkeratin dan membuat papilla baru secara
bedah. C, elevasi flap full thickness dan pengangkatan bagian dalam serta penipisan
jaringan gingiva. Setelah itu dilakukan skeling rootplaning pada akar gigi dilanjutkan
dengan recounturing tulang bila diperlukan. D, flap kembai diposisikan di atas tulang
alveolar. E, 12 bulan paska bedah, terjadi pengurangan besar volume gingiva dan
tercapainya kesehatan gingiva3
16
Walaupun teknik bedah flap periodontal lebih sulit dibandingkan dengan
teknik bedah gingivektomi, namun penyembuhan paska bedah pada teknik
bedah flap lebih baik dilihat dari aspek rasa sakit yang sedikit dan perdarahan
yang berkurang. Penutupan daerah luka paska bedah flap juga lebih baik bila
dibandingkan dengan teknik bedah gingivektomi. Perawatan oral hygiene
pasien setelah dilakukan bedah flap juga dapat lebih cepat dilakukan
dibandingkan dengan teknik bedah gingivektomi.3
Rekurensi dapat terjadi dalam waktu 3-6 bulan paska bedah. Secara umum,
hasil bedah dapat dipertahankan selama 12 bulan. Dalam suatu penelitian 6
bulan paska bedah, rekurensi terjadinya pembesaran gingiva lebih cepat terjadi
pada kasus yang dilakukan bedah gingivektomi dibandingkan dengan teknik
bedah flap bila dilihat dari adanya penambahan kedalaman poket. Terkadang,
rekurensi meningkatnya ketebalan jaringan periodontal tidak dapat dievaluasi
secara objektif.3
Gambaran klinis
Fibromatosis gingiva idiopatik memiliki gambaran klinis sebagi berikut:1,7
Pembesaran gingiva melibatkan pembesaran pada marginal gingiva, papilla
interdental sampai ke gingiva cekat.
Gingiva kaku, berwarna merah muda dan memiliki konsistensi kenyal dengan
karakteristik permukaan ynag pebbled.
Pada kasus pembesaran gingiva yang parah, mahkota gigi hampir tertutup
menyeluruh dan pembesaran terjadi sampai ke vestibulum oral.
Rahang terlihat seperti mengalami distorsi karena adanya pembesaran gingiva
yang bulbous.
17
Gambar 15. Fotograf ekstraoral preoperatif8
18
Perawatan fibromatosis gingiva idiopatik
Perawatan fibromatosis gingiva idiopatik sama dengan perawatan pembesaran
gingiva yang diinduksi obat-obatan. Tahap perawatan dimulai dengan perawatan
inisial yaitu SRP, evaluasi riwayat medis, pengobatan pasien & melakukan substitusi
obat bila diperlukan, kontrol plak serta oral hygiene yang adekuat. Tindakan bedah
gingivektomi dapat dilakukan setelah terapi inisial selesai dilakukan. Kepada pasien
perlu ditekankan untuk melakukan kontrol berkala dan oral hygiene yang adekuat.8
Gambar18. (a) fotograf intraoral preoperative, (b) fotograf intraoral pada maksila postoperative 8
Gambar 19. A. fotograf IO mandibular postoperative, B. gigi dan massa gingiva yang dieksisi, C.
GTL untuk RA dan RB, D dan E. fotograf EO post operatif dan setelah pemasangan gigi tiruan. 8
19
2. Terjadinya pembesaran gingiva sebagai manifestasi penyakit sistemik dan bukan
berkaitan dengan inflamasi gingiva. Yang termasuk pada kelompok ini adalah
penyakit yang menyebabkan pembesaran gingiva dan neoplastic enlargement.
Gambaran Klinis
Pembesaran terjadi secara menyeluruh dan cenderung hanya terjadi pada daerah
interproksimal1
Gingiva yang membesar berwarna merah cerah atau magenta, konsistensi lunak dan
rapuh, dengan permukaan yang licin dan berkilat.1
Perdarahan terjadi secara spontan atau dengan trauma ringan.1
Gambaran Klinis
Lesi terlihat menyerupai suatu massa discrete mushroom-like flattened spherical
yang muncul dari papilla interdental atau margin gingiva dan melekat di dasar suatu
tangkai.
Lesi cenderung meluas secara lateral dan menekan lidah.
20
Lesi berwarna merah cerah atau magenta dengan permukaan yang licin dan sering
menunjukkan adanya tanda pinpoint.
Konsistensinya semi kaku, bervariasi dari konsistensi lunak ke konsisitensi rapuh
Biasanya tidak sakit,namun pada beberapa kasus pasien merasakan sedikit sakit.
Gambar 20. Fotograf IO pembesaran gingiva, pasien wanita 34 tahun (hamil 4 bulan)9
21
Gambar 21. (a) Bedah gingivektomi pada kasus pembesaran gingiva pada kehamilan, ( wanita
/ 34 th / hamil 4 bulan), pasien meminta tindakan bedah karena keluhan estetis. (b) fotograf IO
1 bulan paska bedah9
22
Defisiensi Vitamin C (Nutrisional)
Defisiensi akut Vit. C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan terjadinya inflamasi,
tetapi memicu terjadinya hemoragik, degenerasi kolagen dan dan edema pada jaringan
ikat gingiva. Perubahan ini dapat merubah respon gingiva terhadap dental plak.1
Gambar 23. Fotograf IO menunjukkan adanya pembesaran gingiva pada defisiensi vitamin C.,
(laki-laki / 15 tahun, tidak ada riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya).
(a) pandangan frontal, (b) aspek maksila, (c) aspek mandibular 10
Gambar 24. Fotograf IO menunjukkan penyembuhan pada gingiva 15 hari post terapi insial.
(a) aspek frontal, (b) aspek maksila, (c) aspek mandibular
23
Nonspesific Conditioned Enlargement (Pyogenic Granuloma)
Pada tipe ini pembesaran gingiva menyerupai tumor yang memmiliki respon
berlebihan terhadap trauma minor. Kondisi sistemik yang menyebabkan terjadinya
pyogenic granuloma belum diketahui secara jelas.1
Gambaran Klinis
Bentuk lesi bevariasi mulai dari bentuk menyerupai tangkai, massa yang
menyerupai tumor spherical dengan perlekatan pada tangkai sampai mendatar dan
juga dapat berbentuk keloid-like enlargement with a broad base.1
Berwarna merah cerah atau ungu, konsistensi rapuh atau kaku, tergantung
durasinya,. Pada beberapa kasus menunjukkan adanya permukaan ulserasi dan
eksudat purulent.1
Lesi cenderung berkembang menjadi suatu papilloma fibroepitelial dan tetap dengan
kondisi ini selama bertahun-tahun.1
24
Gambar 26. Pembesaran gingiva pada penyakit Leukimia 1
25
III. Rencana perawatan pada pasien leukimia selama fase akut, pasien leukimia
hanya mendapat terapi periodontal emergensi.
A. Bila terdapat perdarahan gingiva yang menetap, beberapa tindakan berikut
yang dapat dilakukan adalah:
(i) Memberihkan daerah perdarahan dengan hydrogen peroksida 3%
(ii) Secara hati-hati, lakukan pengangkatan seluruh iritan local yang
menyebabkan injuri pada gingiva.
(iii) Bersihkan kembali dengan hydrogen peroksida 3%.
(iv) Lakukan penekanan pada daerah gingiva dengan cotton pellet.
(v) Dilanjutkan penekanan dengan tampon selama 15-20 menit
(vi) Bila perdarahan tetap terjadi, tempatkan kembali cotton pellet yang
dibasahi hydrogen peroksida 3%, lalu tempatkan dressing periodontal
selama 24 jam
B. NUG : sesuai perawatan rutin pasien NUG umumnya
C. Acute Gingival atau Abses Periodontal, biasanya berhubungan dengan
kondisi limfadenopati dan kondisi sistemik lainnya. Perawatan yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
(i) Antibiotic sistemik
(ii) Insisi secara perlahan dan drainase
(iii) Bersihkan area dengan cotton pellet yang dibasahi hydrogen peroksida
3%
(iv) Tekan dengan tampon selama 15-20 menit.
D. Ulserasi Oral, dapat dilakukan perawatan dengan antibiotic dan obat kumur
topical seperti viscous xylocaine atau sirup promethazine hydrochloride. Salep
topical protektif dapat dihilangkan.
26
2.4.3 Pembesaran Neoplastik (Tumor Gingiva)
Beberapa bentuk pembesaran neoplastic adalah1
A. Benign Tumor:
Fibroma
Papilloma
Peripheral giant granuloma
Central giant cell granuloma
Leukoplakia
Gingival Cyst
B. Malignant Tumor:
Carcinoma
Malignant melanoma
Sarcoma, sebagian besar Sarkoma Kaposi
Metastasis
27
Gambar 28. Tabel Tumor malignan pada gingiva1
Gambar 29. Benign tumor dan malignan tumor pada gingiva. A. fiberotosis, B.
chondrosarcoma, C. Rhabdomyosarcoma, D. Adenocarcinoma metastasis 6
28
Lesi Tulang dibawah Gingiva.
Pembesaran yang terlihat pada gingiva dapat berupa pembesaran tulang yang secara
umum dikenal sebagai tori dan eksostosis pada penyakit Paget, fibrous dysplasia,
cherubisme, central giant granuloma, osteoma, osteosarcoma. Pada gingiva tidak
ditemukan tanda-tanda abnormalitas.1
Lesi Jaringan Lunak.
Selama fase erupsi gigi, gingiva terlihat bulbous, terdapat distorsi marginal gingiva
yang disebabkan superimposisi bagian terbesar dari gingiva dan prominensia enamel
gigi. Jenis pembesarn ini bersifat fisiologis1
29
BAB III
KESIMPULAN
Pembesaran gingiva merupakan kondisi yang jarang terjadi dan biasanya disertai
adanya riwayat penyakit/ kondisi sistemik dan pengobatan medis. Berbagai tahapan
perawatan pada kasus pembesaran gingiva harus disesuaikan dengan Diagnosis dan Etiologi
terjadinya pembesaran gingiva seperti : Pembesaran gingiva karena inflamasi, Induksi dari
obat-obatan, Adanya penyakit sistemik, dan Pembesaran Neoplastik.4
Tahapan perawatan terdiri dari terapi inisal Skeling Root Planing, Kontrol plak dan
instruksi Oral hygiene yang adekuat. Bila diperlukan, dapat dilakukan terapi bedah untuk
mencapai hasil perawatan yang lebih optimal dan lebih estetis. Pada sebagian kasus, terjadi
rekurensi pembesaran gingiva yang disebabkan masih adanya pengaruh sistemik dari
penyakit dan obat-obatan yang dikonsumsi dan kontrol Oral Hygiene yang tidak adekuat.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Reddy, S. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. 2nd Ed. New Delhi:
Jaypee Brothers. 2008
2. Jadhav, T, Bhat, KM, Bhat, GS, Varghese, JM. Chronic Inflammatory Gingival
Enlargement Associated With Orthodontuc Therapy- A Case Report. Journal of
Dental Hygiene. 2013;1:87(1)19-22.
3. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical
Periodontology. 12th ed. St. Louis: Elsevier. 2010
4. Tomar, N, Vidhi, M, Mayur, K. Inflammatory Gingival Enlargement- A Case Report.
J Adv Med dent Scie. 2014;2(1):109-113.
5. Bagtzoglou, AD. Drug-Associated Gingival Enlargement- Academy Report. J
Periodontology. 2004;75:1424-1431
6. Rateitschak KH & EM, Wolf HF, Hassell TM. Color Atlas of Dental Medicine
Periodontology. New York: Thieme.2005.
7. Karimbux, N. Clinical Cases in Periodontics. West Sussex, UK: Willey Blackwell.
2012
8. Tomar, N, Vidhi, M, Anamika, S. Pregnancy Induced Gingival Enlargement- A Case
Report. People’s J of Sci Res. 2013;6(2):60-62.
9. Jaju, PP, Desai, A, Desai RS, Jaju SP. Idiopathic Gingival Fibromatosis- A Case
Repot And Its Management. Int J of Dent. 2009: 1-6
10. Chaudhary S, Fernandes, S, Kalgudi,J,et al. Vitamin C Associated Gingival
Enlargement. Int J Adv Res. 2016; 6(5): 942-945
31