0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
335 tayangan1 halaman
Ijma merupakan kesepakatan para mujtahid dalam menetapkan hukum syara'. Terdapat beberapa jenis ijma, seperti ijma' kauli yang dilakukan secara lisan atau tulisan, serta ijma' sukuti yang dilakukan dengan diam tanpa menolak pendapat orang lain. Ijma' menjadi hujjah yang kuat bila memenuhi unsur-unsur seperti kesepakatan seluruh mujtahid dan didasarkan pada Alquran dan Hadis
Ijma merupakan kesepakatan para mujtahid dalam menetapkan hukum syara'. Terdapat beberapa jenis ijma, seperti ijma' kauli yang dilakukan secara lisan atau tulisan, serta ijma' sukuti yang dilakukan dengan diam tanpa menolak pendapat orang lain. Ijma' menjadi hujjah yang kuat bila memenuhi unsur-unsur seperti kesepakatan seluruh mujtahid dan didasarkan pada Alquran dan Hadis
Ijma merupakan kesepakatan para mujtahid dalam menetapkan hukum syara'. Terdapat beberapa jenis ijma, seperti ijma' kauli yang dilakukan secara lisan atau tulisan, serta ijma' sukuti yang dilakukan dengan diam tanpa menolak pendapat orang lain. Ijma' menjadi hujjah yang kuat bila memenuhi unsur-unsur seperti kesepakatan seluruh mujtahid dan didasarkan pada Alquran dan Hadis
Ijma adalah kesepakatan semua mujtahidin dikalangan Jumhur ulama‟ ushul fiqh berpendapat apabila rukun-rukun umat islam pada suatu masa, setelah kewafatan ijma‟ telah terpenuhi, maka ijma‟ tersebut menjadi hujjah Rasulullah SAW atas suatu hukum syar’I mengenai yang qath‟i (pasti) wajib diamalkan dan tidak boleh suatu kejadian ataupun kasus. Ijma hanya ditetapkan mengingkarinya, bahkan orang yang mengingkarinya setelah wafatnya Rasulullah SAW, karena ketika beliau dianggap kafir. Di samping itu, permasalahan yang telah masih hidup, beliau sendirilah tempat kembalinya ditetapkan hukumnya melalui ijma‟, menurut para ahli hukum syariat Islam ushul fiqh, tidak boleh menjadi pembahasan ulama generasi b. Untuk mengetahui macam-macam ijma‟ berikutnya, karena hukum yang ditetapkan melalui ijma‟ Ada beberapa macam Ijma‟ antara lain merupakan hukum syara‟ yang qath‟i dan menempati a. Ijma‟ kauli/ijma‟ sharih, yaitu ijma‟ yang urutan ketiga sebagai dalil syara‟ setelah Al-Qur‟an dan dikeluarkan oleh para mujtahid secara lisan Sunnah maupun tulisan yang mengeluarkan Tingkatan Ijma’ persetujuannya atas pendapat mujtahid lain pada Dilihat dari segi cara terjadinya kesepakatan terhadap zamannya. hukum syara‟ itu, para ulama ushul fiqh membagi ijma‟ b. Ijma‟ sukuti/ijma‟ ghairul sharih, yaitu ijma‟ yang kepada dua bentuk, yaitu ijma‟ sharih lafzhi dan ijma‟ dikeluarkan oleh para mujtahid dengan cara diam, sukuti. tidak mengeluarkan pendapatnya yang diartikan Ijma‟ sharih lafzhi ialah kesepakatan para mujtahid, baik setuju atas pendapat mujtahid lainnya. melalui pendapat maupun melalui perbuatan terhadap Jumhur ulama berpendapat bahwa ijma‟ yang dapat hukum masalah tertentu dijadikan landasan hukum adalah ijma‟ sharih, Adapun ijma‟ sukuti adalah pendapat sebagian mujtahid sedangkan ijma‟ sukuti tidak pada suatu masa tentang hukum suatu masalah dan c. Bagaimana Ijma‟ menjadi hukum Islam ? tersebar luas, sedangkan sebagian mujtahid lainnya hanya Karena Semua mujtahid dan bahkan semua umat Islam diam saja setelah meneliti pendapat mujtahid yang sepakat (ijma‟) menetapkan sunah sebagai salah satu dikemukakan di atas, tanpa ada yang menolak pendapat sumber hukum umat Islam Selain itu, ijma‟ ini harus tersebut berdasarkan kepada Al-Qur‟an dan sunnah dan tidak Kemungkinan Terjadinya Ijma’ boleh didasarkan kepada yang lainnya. Para ulama ushul fiqh klasik dan modern telah membahas 2.2 Rukun dan Syarat ijma’ persoalan kemungkinan terjadinya ijma‟, mayoritas ulama Jumhur ulama ushul fiqh mengemukakan bahwa rukun klasik mengatakan tidaklah sulit untuk melakukan ijma‟, ijma‟ itu ada lima, yaitu : bahkan secara aktual ijma‟ itu telah ada. Mereka 1. Yang terlibat dalam pembahasan hukum syara mencotohkan hukum-hukum yang telah disepakati seperti melalui ijma‟ tersebut adalah seluruh mujtahid. kesepakatan pembagian warisan bagi nenek seperenam Apabila ada diantara mujtahid yang tidak setuju, dari harta warisan dan larangan menjual makanan yang sekalipun jumlahnya kecil, maka hukum yang belum ada di tangan penjual. Akan tetapi ulama klasik dihasilkan itu tidak dinamakan hukum ijma‟. lainnya seperti Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan bahwa 2. Mujtahid yang terlibat dalam pembahsan hukum itu siapa yang mengatakan adanya ijma‟ terhadap hukum adallah seluruh mujtahid yang ada pada masa suatu masalah, maka ia berdusta, karena mungkin saja ada tersebut dari berbagai belahan dunia Islam. mujtahid yang tidak setuju. Oleh sebab itu, menurutnya, 3. Kesepakatan itu diawali setelah masing-masing sangat sulit untuk mengetahui adanya ijma‟ terhadap mujtahid mengemukakan pandangannya. hukum suatu masalah. Apabila ada orang yang bertanya 4. Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara‟ apakah ijma‟ itu ada dan secara aktual terjadi, menurut yang bersifat aktual dan tidak hukumnya secara Imam Ahmad ibn Hanbal, jawaban yang paling tepat adalah rinci dalam Al-Qur‟an. “kami tidak mengetahui adanya mujtahid yang tidak setuju 5. Sandaran hukum ijma‟ tersebut haruslah al-Qur‟an dengan hukum ini.” dan atau hadist Rasulullah saw. Contoh-contoh Ijma’ Terjadinya Ijma’ Dikumpulkan dan dibukukannya nash Al-Qur‟an sejak masa Terjadinya Ijma‟ disebabkan oleh beberapa hal yaitu ; pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah bentuk a. Karena pernah terjadi, dan hal itu diakui secara kesepakatn dari para ulama zaman sahabat. Ide muttawatir pengumpulan Al-Qur‟an ini berasal dari Umar bin Khattab, b. Pada masa awal islam,para mujtahid masih sedikit tapi kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq mengumpulkan para dan terbatas sehingga memungkinkan bagi mereka ulama saat itu , sehingga terjadi perdebatan, karena hal itu untuk melakukan ijma‟ dan menetapkan suatu tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw. tetapi akhirnya ketetapan hukum. para ulama menyepakati untuk mengumpulkan dan c. Ijma pada zaman sekarang sangat sulit terjadi, membukukan Al-Qur‟an. karena jika seluruh mujtahid umat Muhammad 1. Penetapan tanggal satu Ramadhan atau tanggal satu SAW berkumpul, artinya seluruh dunia berkumpul Syawwal harus disepakati oleh ulama di negerinya untuk bersepakat dalam menetapkan suatu masing-masing berdasarkan ru‟yatul hilal. ketetapan hukum. 2. Nenek mendapatkan harta warisan 1/6 dari cucunya d. Ijma tidak mungkin terjadi, tidak akan ada dan tidak jika tidak terhijab. Ketetapan huum ini berdasarkan akan pernah ada, karena persoalan agama sejak ijma‟ para sahabat, dan tidak ada yang membantahnya. diutusnya nabi hingga kiamat merupakan masalah yang disepakati.