Askep Waham
Askep Waham
Askep Waham
Oleh :
KELOMPOK 3
JAKARTA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala
klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang
berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman , tidak tentram dan rasa nyeri),
distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau
meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan
waham.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi waham
b. Untuk mengetahui jenis-jenis waham
c. Untuk mengetahui penyebap waham
d. Untuk mengetahui tanda gejala waham
e. Untuk mengetahui proses terjadinya waham
f. Mengidentifikasi Asuhan keperawatan Waham (Pengkajian, Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/
terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat,
2011).
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
B. Jenis-jenis Waham
1. Waham Kebesaran
Yaitu menyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “Saya
ini adalah salah satu keturunan dari ratu Elizabeth di Inggris lho.
“ atau.”saya pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat sebelum
Barak Obama”
2. Waham curiga
Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
3
kenyataan. Contohnya “Saya tau anda ingin membunuh saya karena iri
dengan keberhasilan saya.”
3. Waham agama
Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Kalau
saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian serba putih setiap
hari.”
4. Waham somatik
Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya “ Saya terkena penyakit Kanker.” Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien
tetap mengatakan ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “ Ini kan
alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
C. Penyebap Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya menyalahkan orang lain
4
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
5
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah
6
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interaksi social (isolasi social).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan – kebuthan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.
7. Proses terjadinya waham menurut Ns. Ali Mustofa dijelaskan dalam pohon
masalah sebagai berikut :
7
BAB III
A. Pengkajian
8
B. Diagnosa keperawatan Jiwa
1. Diagnosa 1 gangguan proses pikir : waham
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Rencana tindakan :
a. Beri salam
b. Perkenalkan diri, Tanyakan nama, serta nama panggilan yang disukai
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya
e. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur
g. Perhatikan kebutuhan dasar dan bantu pasien memenuhinya
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
9
d. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya
2. Diagnosa 2: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rencana Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rencana Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
Rencana Tindakan :
1) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Rencana Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
Tujuan Umum:
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:
a. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
Rencana Tindakan :
1) Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
11
3)Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
C. Implementasi Keperawatan
D. Evaluasi
12
STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
I. Fase Orientasi
“Hallo, selamat siang pak’
“ Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak segar
sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
“ Kenalkan, nama saya Febri, biasa dipanggil Bruder Febri”. Nama bapak
siapa?, suka dipanggil siapa? O…nama bapak Sukarno, suka dipanggil pak
Bung karno ya, baiklah.”
“Saya mahasiswa Keperawatan Universitas Esa Unggul pak, Saya
bertugas di sini selama 14 hari, saya akan merawat bapak selama saya
bertugas di sini, tiap hari kita akan ketemu dan bincang-bincang”
“ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih saling mengenal,
waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara? Bagaimana
kalau sambil duduk di teras?”
“Di depan sana pak, ok baiklah kalau begitu.”
13
II. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan dan keadaan bapak hari ini?”
“Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-
bincang?”
“ Pak nggak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya
dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Pak
Karno”
“Pak Karno, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat,
keluarga, hobi atau mungkin keinginan sekarang?”
“Wah terima kasih Pak Karno karena sudah mau berkenalan dengan saya
dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Pak Karno mau kan
mendengarkan?”
“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman,
jadi Pak Karno tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan
pada saya, Pak Karno mau kan berteman dengan saya?”
III. Fase terminasi
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan
Mahasiswa Keperawatan.
Aziz R, dkk, 2003, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, RSJD Dr. Amino
Gunohutomo, Semarang.
16