Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Askep Waham

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

“Asuhan Keperawatan Waham”

Oleh :

KELOMPOK 3

1. Fajar Sidiq (………….)


2. Kharen Nadillah (20170303014)
3. Monica Caterin Sukma (20170303011)
4. Novita Fauziah (20170303010)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk


terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara
optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal
individu-individu yang lain.

Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala
klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang
berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman , tidak tentram dan rasa nyeri),
distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau
meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas.

Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah


waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran
yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak coco dengan
intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang
dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya
atau tidak benar secara umum.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan
waham.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi waham
b. Untuk mengetahui jenis-jenis waham
c. Untuk mengetahui penyebap waham
d. Untuk mengetahui tanda gejala waham
e. Untuk mengetahui proses terjadinya waham
f. Mengidentifikasi Asuhan keperawatan Waham (Pengkajian, Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/
terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat,
2011).

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,


tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer
yang dapat mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak
mungkin (misal FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya .Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat
dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis .

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol

B. Jenis-jenis Waham

Jenis-jenis waham dapat dibagi sebagai berikut ini :

1. Waham Kebesaran
Yaitu menyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “Saya
ini adalah salah satu keturunan dari ratu Elizabeth di Inggris lho.
“ atau.”saya pernah menjabat sebagai presiden Amerika Serikat sebelum
Barak Obama”
2. Waham curiga
Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai

3
kenyataan. Contohnya “Saya tau anda ingin membunuh saya karena iri
dengan keberhasilan saya.”
3. Waham agama
Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Kalau
saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian serba putih setiap
hari.”
4. Waham somatik
Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya “ Saya terkena penyakit Kanker.” Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien
tetap mengatakan ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “ Ini kan
alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

C. Penyebap Waham

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya menyalahkan orang lain

D. Tanda dan gejala Waham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

4
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul

3. Prilaku dan Hubungan Sosial


a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga

4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun

E. Proses terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang
–orang dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara social dan ekonomi tetapi kesenjangan antara reality dengan
self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).

5
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah

3. Fase control internal – eksternal


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa – apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan, lingkungan hanya menjadi
pendengar fasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang – ulang. Dari siniah mulai terjadilah kerusakan control diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.

6
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interaksi social (isolasi social).

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan – kebuthan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.

7. Proses terjadinya waham menurut Ns. Ali Mustofa dijelaskan dalam pohon
masalah sebagai berikut :

Kerusakan komunikasi verbal risiko tinggi mencederai

diri sendiri, orang lan, lingkungan

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

7
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN WAHAM

A. Pengkajian

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua


informasi yang diberikan oleh pasien tengang wahamnya. Untuk
mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan
menyangkal, menolak atau menerima keyakinan pasien.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai


panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :

1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang


diungkapkan dan menetap
2. Pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh
dan tidak nyata
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya
5. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau dibicarakan oleh orang lain
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orag lain atau ketakutan dari luar
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain membaca pikirannya

8
B. Diagnosa keperawatan Jiwa
1. Diagnosa 1 gangguan proses pikir : waham

Tujuan umum : Klien dapat mengontrol wahamnya

Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Rencana tindakan :
a. Beri salam
b. Perkenalkan diri, Tanyakan nama, serta nama panggilan yang disukai
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya
e. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur
g. Perhatikan kebutuhan dasar dan bantu pasien memenuhinya

b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang


dalam pikiran klien

Rencana tindakan :

a. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini


termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja, sekolah,
dsb
b. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung atau
menentang pernyataan wahamnya
c. Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien

c. Klien dapat mengidentifikasi stresor atau pencetus wahamnya

Rencana tindakan :

a. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang


menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargai
b. Diskusikan kebutuhan atau harapan yang belum terpenuhi
c. Diskusikan cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
kejadian traumatik

9
d. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya
2. Diagnosa 2: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Tujuan Umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Rencana Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.

Rencana Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

3) Utamakan pemberian pujian yang realitas

c.Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri


sendiri dan keluarga

Rencana Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang


ke rumah

d.Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai


kemampuan yang dimiliki

Rencana Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.

2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien


10
e.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Rencana Tindakan :
1) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rencana Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

3. Diagnosa 3: Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan


Lingkungan

Tujuan Umum:
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus:
a. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

b. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

c. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

d. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

Rencana Tindakan :
1) Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan

2) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

a) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang


positif

c) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

d) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh


pasien

e) Merencanakan yang dapat pasien lakukan

11
3)Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara


penyelesian masalah

c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang


lebih baik.

C. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan rencana


keperawatan dan strategi pelaksanaan yang telah disusun.

D. Evaluasi

Lakukan evaluasi setelah dilakukannya implementasi.

12
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : Waham Kebesaran

Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran

3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

I. Fase Orientasi
 “Hallo, selamat siang pak’
 “ Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak segar
sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
 “ Kenalkan, nama saya Febri, biasa dipanggil Bruder Febri”. Nama bapak
siapa?, suka dipanggil siapa? O…nama bapak Sukarno, suka dipanggil pak
Bung karno ya, baiklah.”
 “Saya mahasiswa Keperawatan Universitas Esa Unggul pak, Saya
bertugas di sini selama 14 hari, saya akan merawat bapak selama saya
bertugas di sini, tiap hari kita akan ketemu dan bincang-bincang”
 “ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih saling mengenal,
waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara? Bagaimana
kalau sambil duduk di teras?”
 “Di depan sana pak, ok baiklah kalau begitu.”

13
II. Fase Kerja
 “Bagaimana perasaan dan keadaan bapak hari ini?”
 “Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-
bincang?”
 “ Pak nggak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya
dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Pak
Karno”
 “Pak Karno, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat,
keluarga, hobi atau mungkin keinginan sekarang?”
 “Wah terima kasih Pak Karno karena sudah mau berkenalan dengan saya
dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Pak Karno mau kan
mendengarkan?”
 “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman,
jadi Pak Karno tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan
pada saya, Pak Karno mau kan berteman dengan saya?”
III. Fase terminasi

 “Sementara itu dulu yang kita bicarakan ya Pak?”


 “Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?”
 “ Wah, bagus sekali Pak bisa ingat nama saya.”
 “Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Pak Karno dan Pak Karno
sudah bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan
dan berteman dengan saya.”
 “Besok kita ketemu lagi ya? Dan bincang-bincang lagi tentang cara
mempraktekkan membina hubungan dengan orang lain dan
membicarakan kemampuan yang dimiliki Pak Karno, jam 10.30 WIB,
tempatnya disini lagi, bagaimana Bung Karno setuju?”
 “Baiklah, saya minta pamit dulu, terimakasih, sampai bertemu besok ya?”

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan


yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol. Jenis-jenis waham meliputi; kebesaran, curiga, agama, somatic, dan
nililistik. Penyebab terjadinya waham; Gagal melalui tahapan perkembangan
dengan sehat, Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian, Hubungan
yang tidak harmonis dengan orang lain, Perpisahan dengan orang yang
dicintainya, Kegagalan yang sering dialami, Keturunan, paling sering pada
kembar satu telur, Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak
sehat. Adapun beberapa fase dalam waham yang meliputi; fase lack of human
need, lack of self esteem, control internal-eksternal, environment support,
comvorting, improving. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
gangguan jiwa dengan waham; Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan, Kerusakan komunikasi verbal, Gangguan konsep diri : Harga
Diri Rendah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Jakarta : EGC

Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan
Mahasiswa Keperawatan.

Aziz R, dkk, 2003, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, RSJD Dr. Amino
Gunohutomo, Semarang.

16

Anda mungkin juga menyukai