Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan elixirrrrrrXXXXXX

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SETENGAH PADAT


SEDIAAN ELIXIR
09 OKTOBER 2019

KELOMPOK : 1
PENYUSUN : 1. Alya Ramadhani Baladraf (066118159)
2. Rani Ruhajjah (066118161)
3. Nurgita Zamzamah (066118171)
4. Noor Afifah (066118179)
5. Reni Lestari (066118181)
DOSEN : 1. Septi Andini, M. Farm., Apt
2. Erni Rustiani, M. Farm., Apt
3. Rini Ambarwati,M.Si., Apt
4. Cyintia Widianingrum,M. Farm., Apt
5. Wilda Nurhikmah, S. Si, M. Farm., Apt
6. Asri Wulandari, S. Farm
ASISTEN DOSEN : 1. Melyartati 6. Erisa
2. Fitri Widya S 7.MonichaSri Mahesa
3. Suci Puspa 8. Mirna
4. Shinta Mustika febriana 9. NuhaDzikri
5. Rahma Dila Novianda

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Tujuan ........................................................................................................... 3
1.2 Dasar Teori .................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
METODE KERJA................................................................................................... 5
2.1 Formula ......................................................................................................... 5
2.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 5
2.2.1 Alat ......................................................................................................... 5
2.2.2 Bahan ..................................................................................................... 5
2.3 Preformulasi .................................................................................................. 6
2.4 Metode Kerja............................................................................................... 12
2.4.1 Pembuatan Sediaan Elixir .................................................................... 12
2.4.2 Evaluasi Sediaan .................................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 14
3.1 Data Pengamatan ......................................................................................... 14
3.2 Perhitungan ................................................................................................. 18
3.2.1 Perhitungan Bahan ............................................................................... 18
3.2.2 Perhitungan BJ (Berat Jenis) ................................................................ 19
3.3 Grafik .......................................................................................................... 20
3.3.1 Grafik pH ............................................................................................. 20
3.3.2 Grafik Viskositas .................................................................................. 20
3.4 Pembahasan ................................................................................................. 21
BAB IV ................................................................................................................. 23
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
a. Mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat pengaruh
kombinasi pelarut dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
b. Melakukan pengujian mutu sediaan eliksir

1.2 Dasar Teori


Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital dan biasanya ditambah perasa untuk menambah kelezatan. Eliksir
bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi
dari senyawa obat yang dikandungnya. (Ansel, 2008)
Eliksir Teofilin merupakan salah satu jenis sediaan larutan yang merupakan
campuran air dan etanol mengandung zat aktif Teofilin. Kelarutan Teofilin sukar
larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam amonia, agak sukar larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter. Sehingga digunakan campuran berbagai pelarut yaitu air,
etanol dan propilenglikol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan. Inilah
yang menjadikan alasan dipilih eliksir untuk membuat sirup dengan bahan aktif
Teofilin. (Kemenkes RI, 2014)
Teofilin mempunyai khasiat antara lain berdaya sebagai spasmolitis terhadap
otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung dan mendilatasinya.
Teofilin juga menstimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP) dan pernapasan, serta bekerja
diuretis lemah dan singkat. Teofilin memiliki mekanisme kerja dengan melemaskan
otot polos pembuluh darah bronkial saluran udara dan paru-paru dan mengurangi
respon saluran napas untuk histamin, metakolin, adenosin, dan alergen. Secara
kompetitif menghmabat fosfodiestare (FDE) tipe III dan tipe IV, enzim yang
berperan untuk menghentikan siklik AMP dalam sel otot polos, mungkin
mengakibatkan bronkodilatasi. (Hoan and Kirana, 2007)

3
Eliksir teofilin ini ditujukan untuk anak-anak sehingga menggunakan dosis
untuk anak yaitu anak 1-9 tahun 4mg/kg BB setiap 6 jam dan anak 9-12 tahun 3
mg/kg BB setiap 6 jam dengan takaran sekali pakainya 5 ml (1 sendok takar).
(Depkes, 2007)
Dibuat dalam sediaan eliksir karena disebabkan oleh beberapa alasan.
Pemakaian ditujukan untuk anak-anak karena anak-anak sulit untuk menelan obat
dalam bentuk sediaan tablet, kapsul atau puyer, sehingga dibuat sediaan larutan
untuk meningkatkan akseptabilitas pasien. Selain itu dibuat sediaan larutan dalam
bentuk eliksir karena teofilin sukar larut dalam air tetapi agak sukar larut dalam
etanol. (Kemenkes RI, 2014)
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi
sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol
berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10%. Untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan utnuk pelarut, dapat ditambahkan
kosolven lain seperti gliserin, sorbitol, dan propilen glikol. Bahan tambahan yang
digunakan antara lain pemanis, pengawet, pewarna, dan pewangi, sehingga
memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup
gula. (Syamsuni, 2007)
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-
masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang
berbeda. Komponen eliksir terdiri dari bahan aktif dan eksipien yang terdiri dari air,
alkohol, pelarut lain sebagai kosolven, buffer pH, pemanis, perasa, dan pewarna.
Eliksir paling baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya
untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan. Disebabkan karena eliksir
mengandung alkohol. (Ansel, 1989)
Dalam eliksir, diperlukan perhitungan Konstanta Dielektrik (KD) untuk
menentukan kepolaran suatu zat. Besarnya konstanta dielektrik menurut moore
dapat diatur dengan penambahan pelarut lain dengan polaritas yang berbeda.
(Ansel, 1989)

4
BAB II
METODE KERJA

2.1 Formula

Bahan F1 F2 F3
Teofilin 50 mg / 5 ml
Sorbitol 2% 1,5% 1,5%
Alkohol 10% 15% 20%
Natrium Siklamat 0,1 %
Natrium Benzoat 0,1 %
Pewarna Qs
Essence Qs
Aquadest Ad 200 ml

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1. Batang pengaduk 10. PH Universal
2. Beaker glass 11. Pipet tetes
3. Botol 200ml 12. Sendok tandu
4. Cawan uap 13. Spatel
5. Gelas ukur 14. Sudip
6. Kertas Perkamen 15. Stamper
7. Klip plastik 16. Timbangan Analitik
8. Mortir 17. Tissue / Lap
9. Penangas air 18. Vial

2.2.2 Bahan
1. Alkohol 5. Natrium Siklamat
2. Aquadest 6. Pewarna
3. Essence 7.Sorbitol
4. Natrium Benzoat

5
2.3 Preformulasi
PREFORMULASI ZAT AKTIF (Teofilin)
Zat Aktif Theophyllin (Teofilin) (FI V hlm. 1250-1251)
Struktur

(FI V hlm. 1250)

Rumus molekul C7H8N4O2.H2O (FI V hlm. 1250)


Titik lebur Antara 270° dan 274° C (FI IV hlm. 835)
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa pahit; stabil di udara.
(FI V hlm. 1251)
Kelarutan Sukar larut dalam air; tetapi lebih mudah larut daam air panas;
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam amonia;
agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
(FI V hlm. 1251)
Stabilita  Panas : tidak ditemukan di pustaka The Pharmaceutical
Codex, Farmakope Indonesia Edisi V, Farmakope Indonesia
Edizi IV, British Pharnacopeia, European Pharmacopeia,
Japanese Pharmacopeia, dan ANESTESIA AND
ANAIGESIA Vol. 6, June 1982
 Cahaya : Teofilin sensitif terhadap cahaya, menjadi warna
kuning jika terpapar cahaya dalam waku lama (TPC 6th
p.1069)
 Air : Stabil terhadap air (TPC 6th p.1069)
 pH : Larutan teofilin stabil dengan berbagai pH meskipun
mungkin terurai pada pH rendah dan tinggi. Tidak ada
penurunan konsentrasi teofilin setelah larutan aqua teofilin
0,1% dengan pH 3,5; 6,5; dan 7 di autoklaf pada 120oC
selama 20 menit (TPC 6th p.1069)

Inkompatibilitas Karena alkalinitas larutan yang mengandung teofilin. Obat


yang bersifat alkali-labil harus dihindari pada campuran

6
termasuk didalamnya epinephrine HCl, levalterenol, bitartrat,
isoproterenol HCl dan Penicillin G potassium (ANESTESIA
AND ANAIGESIA Vol. 6, June 1982)
Keterangan lain Kegunaan : Spasmolotikum bronkial (FI V hlm. 1251)
Penyimpanan Dalam wadah tetutup baik (FI V hlm. 1251)

PREFORMULASI EKSIPIEN

1. Sorbitol

Zat Sorbitol (HOPE 6th, p : 679 - 681)


Sinonim Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite; Dsorbitol;
Sorbitol Instan; sorbitolum; Sorbogem.
(HOPE 6th, p : 679-681)
Struktur

(HOPE
6th, p : 679 - 681)
Rumus molekul RM : C6H14O6 ; BM : 182,17 (HOPE 6th, p : 679 - 681)
Titik lebur 110 – 112o C dalam bentuk anhidrat
(HOPE 6th, p : 679 - 681)
Pemerian Sorbitol adalah D-glucitol yang tidak berwarna, berwarna putih,
kristalin, serbuk higroskopis, kemanisannya 50 – 60 % mendekati
sukrosa. (HOPE 6th, p : 679 - 681)
Kelarutan Kelarutan dalam air 1 : 0,5, praktis tidak larut dalam eter dan
klorofom, sedikit larut dalam metanol(HOPE 6th, p : 679 - 681)
Stabilita Bersifat inert dan kompatibel dengan hampir semua exipien. Stabil
di udara karena tidak ada katalis, pada kondisi dingin, asam encer
dan basa. Tidak mengalami penggelapan atau dekomposisi pada

7
saat suhu dinaikkan atau saat ada amina. Tidak mudah terbakar,
non korosif, dan tidak mudah menguap. Tahan terhadap fermentasi
oleh banyak mikroorganisme, sebaiknya pengawet ditambahkan
pada larutan sorbitol. Larutan dimpan pada wadah gelas, plastik,
aluminium dan anti karat. Larutan injeksi disterilisasi oleh autoklaf
(HOPE 6th, p : 679 - 681)
Inkompatibilitas Sorbitol akan membentuk kelat yang larut air dengan banyak ion
logam divalen dan trivalen pada kondisi basa dan asam kuat.
Penambahan cairan polietilen glikol pada larutan sorbitol dengan
agitasi yang kuat mengahasilkan sebuah lilin, gel larut air dengan
titik didih 35–400C. Larutan sorbitol akan bereaksi dengan besi
oksida sehingga menjadi tidak berwarna. Sorbitol mempercepat
degradasi penisilin pada larutan yang netral
(HOPE 6th, p : 679 - 681)
Keterangan lain Kegunaan :
Pemanis, humektan, penstabil, pengencer tablet dan kapsul, dan
anticaplocking agent (HOPE 6th, p : 679 - 681)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan
kering. (HOPE 6th, p : 679 - 681)
Kadar Larutan oral : 20-35% (HOPE 6th, p : 679 - 681)
penggunaan

2.Etanol

Zat Etanol (96%) (HOPE 6th, p 17)


Sinonim Aethanolum, Etanol, Alkohol, Etil alkohol (HOPE 6th, p 17)
Struktur

(HOPE 6th, p 17)


Rumus molekul C2H6O (HOPE 6th, p 17)

8
Titik lebur -
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78oC, mudah terbakar
(HOPE 6th, p 17)
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik (HOPE 6th, p 17)
Stabilita Larutan etanol encer disterilisasi dengan autoklaf atau dengan
filtrasi (HOPE 6th, p 17)
Inkompatibilitas Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan bahan
pengoksidasi campuran alkali warnanya dapat menjadi gelap
disebabkan oleh reaksi dengan sejumlah residu aldehid. Garam
organik/akasida dapat mengendapkan dari larutan encer atau
dispersi. Larutan etanol juga inkompatibel dengan yang
mengandung alumunium dan dapat berpengaruh dengan sejumlah
obat (HOPE 6th, p 17)
Keterangan lain Kegunaan : pengawet, antimikroba, desinfektan, penetrrant kulit,
pelarut (HOPE 6th, p 17)
Penyimpanan Etanol disimpan di temapat sejuk (HOPE 6th, p 17)
Kadar Antimikroba : ≥10 %
penggunaan Kosolven larutan oral : sesuai dengan kebutuhan pasien (HOPE
6th, p 17)
Anak < 6 tahun : maksimal 0,5%
Anak 6-12 tahun : maksimal 5%
Anak > 12 tahun dan dewasa : maksimal 10%
(FDA)

9
3. Natrium benzoat

Zat Natrium Benzoat (HOPE 6th p.627)

Sinonim Benzoic acid sodium salt; benzoate of soda; E211; natrii benzoas;
natrium benzoicum; sobenate; sodii benzoas; sodium benzoic acid.
(HOPE 6th p.627)

Struktur

(HOPE 6th p.627)

Rumus molekul C7H5NaO2. (HOPE 6th p.627)

Titik lebur Titik lebur : -

Titik beku : 0.24oC (1.0% w/v)

Densitas : 1.497–1.527 g/cm3 at 24oC (HOPE 6th p.627)

Pemerian Merupakan butiran putih atau Kristal, sedikit higroskopis, tidak


berbau atau berbau samar, rasanya manis dan asin tidak
menyenangkan. (HOPE 6th p.627)

Kelarutan Dalam suhu 20oC kelarutan dalam etanol 95% adalah 1:75

Dalam etanol 90% 1:50

Dalam air 1:1,8

Dalam air 100oC kelarutannya 1:1,4 (HOPE 6th ed.p. 628)

Stabilitas Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. (HOPE 6th
p.628)

pH stabiitas : 2-5 (HOPE 6th p.628)

10
Inkompatibilitas Tidak compatible dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi,
garam kalsium dan logam berat, aktifitas pengawetnya berkurang
jika berinteraksi dengan kaolin. (HOPE 6th p.628)

Keterangan lain Asupan harian maksimal Natrium Benzoat menurut WHO adalah 5
mg/ kg berat badan. Efek sampingnya iritasi lambung,
ultikariahingga anafilaksis. (HOPE 6th p.628)

Penyimpanan disimpan dalam wadah yang tertutup, ditempat yang sejuk dan
kering. (HOPE 6th p.628)

Kadar Pengawet anti mikroba 0,02%- 0,5%. (HOPE 6th p.628)


penggunaan

4. Aquadest

Zat Aquadest (HOPE 6th , p.766-770)


Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide (HOPE 6th p.766-770)
Struktur

(HOPE 6th p.766-770)


Rumus molekul H2O (HOPE 6th p.766-770)
Titik lebur 00C (HOPE 6th p.766-770)
Densitas: 1,00 g/cm3 (HOPE 6th p.766-770)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
(HOPE 6th p.766-770)
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. (HOPE 6th p.766-
770)
Stabilitas Stabilitas baik pada keadaan fisik (padat, cair, gas)
(HOPE 6th p.766-770)
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan bahan tambahan lain
yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam adanya air atau

11
uap air) pada suhu yang tinggi. Air juga dapat bereaksi dengan
logam alkali seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Selain
itu air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk
hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu
dan kalsium karbida. (HOPE 6th p.766-770)
Keterangan lain Kegunaan: Pelarut untuk pembuatan produk obat-obatan dan
sediaan farmasi, tidak cocok untuk digunakan dalam pembuatan
produk parenteral. (HOPE 6th p.766-770)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapt. Jika disimpan dalam jumlah
besar, kondiri penyimpanan harus dirancang untuk membatasi
pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah kontaminasi
kegunaan. (HOPE 6th p.766-770)

2.4 Metode Kerja


2.4.1 Pembuatan Sediaan Elixir
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang bahan dan kalibrasi botol 200 ml.
3. Dimasukkan teofilin ke dalam beaker glass dan ditambahkan air panas sampai
larut dan homogen.
4. Ditambahkan alkohol sedikit demi sedikit sampai larut dan homogen.
5. Sorbitol yang telah ditimbang diencerkan dengan 5 ml aquadest aduk ad
homogen masukkan ke dalam beaker glass utama, bilas dengan 2 ml aquadest
sebanyak 2 kali, hasil bilasan tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass utama,
aduk ad homogen.
6. Natrium benzoat yang telah ditimbang tadi tadi dilarutkan dengan 2 ml aquadest
di beaker glass 50 ml, aduk ad larut masukkan ke dalam beaker glass utama, bilas
dengan aquadest secukupnya sebanyak 2 kali, hasil bilasan tersebut dimasukkan ke
dalam beaker glass utama, aduk ad homogen.
7. Aquadest ditambahkan hingga kira-kira 80% nya, aduk ad homogen.
8. Ditambahkan essence strawberry 3 tetes dan pewarna sebanyak 1 tetes

12
9. Volume sediaan digenapkan hingga 200 mL, kemudian sediaan diaduk hingga
homogen.
10. Sediaan yang telah homogen tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah
dikalibrasi hingga batas kalibrasi lalu botol ditutup, diberi etiket dan dikemas.

2.4.2 Evaluasi Sediaan


1. penetuan pH dengan kertas indicator
2. penentuan organoleptis sediaan : warna, bau, rasa
3. penentuan berat jenis dengan piknometer :
a. ditimbang piknometer 25 ml kosong
b. ditimbang piknometer 25 ml yang sudah berisi masing masing formula
4. penentuan viskositas larutan dengan BROOKFIELD
a. dipasang spindle 2 pada gantungan spindle
b. diturunkan spindle sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelupkan
c. ke dalam formula terbaik
d. diklik “select spindle”, diatur spindle 2, diklik “set speed”, diatur set
e. speed nya, diklik “timed option”, diatur time optionnya, diklik “auto range”.
Ditunggu hingga waktu berhenti.

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
1. Suhu kamar

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Mera Mera Mera


Warna Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
h h h

Straw Strawb Straw Strawber Strawber Strawber Straw Strawb Strawbery Strawbery Strawb Strawb Strawb Strawb Straw Straw Strawbe Strawbe
Bau bery ery bery y y y bery ery ery ery ery ery bery bery ry ry

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit


Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit
manis manis manis manis manis manis

0,910 0,910
BJ 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103
3 3

pH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

14
2. Suhu panas

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Mera Mera Mera


Warna Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
h h h

Straw Strawb Straw Strawber Strawber Strawber Straw Strawb Strawbery Strawbery Strawb Strawb Strawb Strawb Straw Straw Strawbe Strawbe
Bau bery ery bery y y y bery ery ery ery ery ery bery bery ry ry

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit


Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit
manis manis manis manis manis manis

0,910 0,910
BJ 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103
3 3

pH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

15
3. Suhu dingin

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Mera Mera Mera


Warna Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
h h h

Straw Strawb Straw Strawber Strawber Strawber Straw Strawb Strawbery Strawbery Strawb Strawb Strawb Strawb Straw Straw Strawbe Strawbe
Bau bery ery bery y y y bery ery ery ery ery ery bery bery ry ry

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit


Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit
manis manis manis manis manis manis

0,910 0,910
BJ 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103
3 3

pH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

16
4. Cyling test

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
Merah, Merah, Merah, Merah, Merah, Mera Merah, Merah,
Mera Merah, Mera
Warna Merah Merah Merah ada ada ada Merah Merah ada ada Merah Merah h, ada ada ada
h ada kristal h
kristal kristal kristal kristal kristal kristal kristal kristal
Straw Strawb Straw Strawber Strawber Strawber Straw Strawb Strawbery Strawbery Strawb Strawb Strawb Strawb Straw Straw Strawbe Strawbe
Bau bery ery bery y y y bery ery ery ery ery ery bery bery ry ry

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit


Rasa Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit Pahit
manis manis manis manis manis manis

0,910 0,910
BJ 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,9103 0,770 0,9199 0,770 0,9199 0,9103
3 3

pH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

17
5. Data Pengamatan Viskositas
Formula terbaik
RPM CP %Torsi
(2)
20 4.00 0,2
Viskositas awal 50 7.20 0,9
100 10,8 2.7
20 8.00 0.4
Viskositas akhir 50 10.4 1.3
100 11.6 2.9

3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan Bahan
Formula 1
200 𝑚𝑙
1. Teofilin : 50 mg × = 2000 mg ≈ 2 g
5 𝑚𝑙
2
2. Sorbitol : × 200 ml = 4 g
100
10
3. Alcohol : × 200 ml = 20 g
100
0,1
4. Na. siklamat : × 200 ml = 0,2 g
100
0,1
5. Na. benzoate : × 200 ml = 0,2 g
100

Formula 2
200 𝑚𝑙
1. Teofilin : 50 mg × = 2000 mg ≈ 2 g
5 𝑚𝑙
1,5
2. Sorbitol : × 200 ml = 3 g
100
15
3. Alcohol : × 200 ml = 30 g
100
0,1
4. Na. siklamat : × 200 ml = 0,2 g
100
0,1
5. Na. benzoate : × 200 ml = 0,2 g
100

Formula 3
200 𝑚𝑙
1. Teofilin : 50 mg × = 2000 mg ≈ 2 g
5 𝑚𝑙
1,5
2. Sorbitol : × 200 ml = 3 g
100

18
20
3. Alcohol : × 200 ml = 40 g
100
0,1
4. Na. siklamat : × 200 ml = 0,2 g
100
0,1
5. Na. benzoate : × 200 ml = 0,2 g
100

3.2.2 Perhitungan BJ (Berat Jenis)


𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Formula 1
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
47,3740 𝑔 −24,1111 𝑔
BJ = = 0,770 g/cm3
25 𝑚𝑙

Formula 2
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
47,1108 𝑔 −24,1111 𝑔
BJ = = 0,9199 g/cm3
25 𝑚𝑙

Formula 3
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
46,8710 𝑔 −24,1111 𝑔
BJ = = 0,9103 g/cm3
25 𝑚𝑙

19
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik pH

Grafik pH
7
6 6 6 6 6 6
6

4
pH

0
rabu kamis jumat sabtu senin selasa

Ph formula 1 ph formula 2 ph formula 3

3.3.2 Grafik Viskositas

Grafik Viskositas
3.5

2.5
% torsi

1.5

0.5

0
20 rpm 50 rpm 100 rpm

t0 ta

20
3.4 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, dibuat formula sediaan larutan eliksir yang memiliki
bahan aktif Teofilin dengan bahan tambahan Etanol, , Sorbitol, Natrium benzoat,
Natrium siklamat, Perasa Strawberry, dan penambahan aquadest hingga volume
yang diinginkan.
Teofilin merupakan golongan obat keras dengan tanda lingkaran merah dengan
garis tepi hitam dan huruf K ditengah lingkaran yang menyentuh garis tepi
lingkaran. Obat ini adalah obat yang harus dibeli dengan resep dokter di Apotek
atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dalam pembuatan eliksir teofilin, pelarut utama yang digunakan adalah Etanol.
Eliksir teofilin ini tidak dianjurkan untuk anak anak karena mengandung etanol
sebanyak 15 %. Penggunaan etanol pada sediaan untuk ditujukan kepada anak anak
maksimal 5% untuk anak usia 1-6 tahun.
Dalam pembuatan sediaan eliksir teofilin ini terdapat beberapa masalah.
Teofilin memiliki rasa yang pahit sehingga diperlukan penambahan pemanis seperti
sirupus simpleks yang dibuat dari sukrosa 65% dan air hingga 100%. Kemudian
untuk mencegah terbentuknya kristal gula (sukrosa) karena larutan sudah jenuh dan
gulanya kembali karena adanya penguapan, maka ditambahkan sorbitol untuk
mencegah terjadinya kristalisasi gula pada tutup botol. Lalu, sediaan digunakan
secara berulang (multiple dose) dan mengandung air serta gula yang dapat menjadi
media juga nutrisi bagi pertumbuhan mikroorganisme maka ditambahkan pengawet
atau antimikroba yaitu Natrium benzoat.
Seharusnya, penggunaan pengawet itu mengacu ada pH sediaan yang akan
dibuat, namun pada praktikum kali ini terjadi kesalahan pemilihan pengawet.
Karena pH dari Natrium benzoat adalah 2-5 sedangkan pH sediaan jadi adalah 6.
Sehingga mungkin kerja dari pengawet ini kurang efektif terhadap sediaan.
Untuk pengemasan, sediaan ini seharusnya dikemas dalam botol coklat karena
bahan aktif (Teofilin) sensitif terhadap cahaya dan akan menjadi warna kuning jika
terpapar cahaya dalam waktu lama. Volume sediaan harus sesuai dengan yang
tertera pada etiket dan harus memenuhi syarat volume terpindahkan. Sehingga

21
volume sediaan tiap botolnya dilebihkan 2%. Sediaan harus dijamin agar tidak
hilang selama proses pembuatan, maka jumlah volume sediaan dilebihkan 10%.
Untuk mendapatkan formula yang tepat dan memiliki akseptabilitas yang tinggi
terhadap pasien, maka perlu dibuat optimasi sediaan larutan eliksir sebanyak 1 botol
(100ml) hingga didapatkan fomula yang optimal. Teofilin stabil di berbagai pH
sehingga tidak perlu penambahan dapar untuk mempertahankan pH nya. Untuk
mendapatkan pH sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, ditambahkan
adjust pH berupa NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N secukupnya, bila perlu. Pada sediaan
ini, tidak perlu penambahan adjust pH karena pH sediaan sudah memenuhi
spesifikasi.
Dikarenakan sediaan sangat pahit, maka ditambahkan pemanis buatan yaitu
Natrium siklamat untuk meningkatkan rasa manis pada sediaan. Dalam sediaan
larutan biasanya ditambahkan perasa dan pewarna. Viskositas yang dihasilkan pada
awal sediaan dibuat hingga hari kelima mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan
alcohol yang ada dalam sediaan sebagian menguap dan pemanis nya mengalami
pengentalan. Seharusnya eliksir teofilin ini ditempatkan pada wadah botol yang
berwarna coklat sehingga tidak mengalami peruraian bahan. Viskositas pada hari
pertama adalah 2,7 % dan hari kelima 2,9 %. pH stabil pada angka 6.

22
BAB IV
KESIMPULAN
1. Hasil pengamatan pada evaluasi, sediaan dinyatakan memenuhi syarat
walaupun ada satu uji yang tidak memenui syarat, yaitu pada uji viskositas.
2. Evaluasi sediaan pH stabil
3. Formula terbaik adalah formula 2 yang memiliki rasa manis dibanding
formula lainnya

23
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press.


Jakarta
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi
IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Direktorat bina farmasi dan


klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi


V, Jakarta: Departemen Kesehatan.

Syamsuni. 2007. Ilmu Resep, Jakarta, EGC

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai