Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
606 tayangan12 halaman

Laporan Praktikum Kembang Kerut Tanah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

LAPORAN PRAKTIKUM

INDEKS COLE

Dosen Pengampu :

Ferdinand Chrismanto (1707226370)

Nurul Aizah (170722637005)

Rizma Atiqotul Maula (1707226370)

GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


Dasar Teori

Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang
akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam
(natural material) dipermukaan bumi. Tanah sangat penting peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karena tanah adalah tempat makhluk hidup untuk
berpijak dan tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara
dan air sekaligus penopang akar agar tanaman bisa tumbuh dengan baik. Di bumi
ini terdapat berbagai jenis tanah. Jenis tanah menentukan tingkat kesuburan tanah
untuk ditumbuhi oleh tanaman. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi
oleh cuaca dan iklim.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,


bahanorganik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari
golongan fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai
ukuran dan sifat yang berbeda-beda.
Pasir memiliki ukuran 0,05 mm – 2 mm, bersifat plastis, tidak liat, dan
daya menahan airnya rendah. Debu memiliki ukuran 0,002 mm – 0,05 mm,
memiliki sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan liat memiliki
ukuran < 0,002 mm, berbentuk lempeng, lengket bila dibasahi, sangat plastis, sifat
mengembang dan mengkerut yang besar.

Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk


mengetahuikandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah
dan kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya derajat kerut
tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Namun
kandungan bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan


sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya, yaitu kemampuan untuk
menjadi kerasdan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas,
kemudahan untukditembus akar, aerasi, dan kemampuan menahan retensi unsure-
unsur hara tanaman yang semuanya berhubungan dengan kondisi fisik tanah.
Kondisi meliputi warnatanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.

Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar
dankedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan
hasilkarya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda.

Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral


didalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan
tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok
untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah
faktor utamadalam budidaya pertanian.

Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih
lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir, debu dan lempung. Fraksi tanah
ialah sekelompok zarah tanah berukuran diantara batas-batas tertentu (Notoh
adi prawiro, 1998).
Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-
batas tertentu. Dalam analisis besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih
lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran
dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dan tidak liat,
daya menahan air rendah, ukurannnya yang menyebabkan pori
akro lebih banyak, perkolas cepat, sehingga aerasi dan drainase
tanah pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002 mm – 0,05 mm) sebenarnya merupakan pasir
mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu
mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3. Liat ( < 0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng bila dibasahi
amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan
mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap
energi panas, bila dibasahi terjadi pengembang volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan
(Hardjowigeno, 1987).

Tanah secara umum mempunyai 2 (dua) sifat utama, yaitu sifat fisis dan
sifat mekanis.

1. Sifat Fisis Tanah

Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan
massa tanah yang ada, misalnya volume tanah, kadar air, dan berat tanah. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu butiran padat (solid),
bagian air (water), dan bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara
biasanya menempati pada ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut.

2. Sifat Mekanis Tanah

Sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah
pada dikenai suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis mekanis.
Parameter kekuatan tanah terdiri dari kohesi, tegangan air pori negatif, bagian
butiran,kuat geser undrained (Aburizal et all, 2012).

Tujuan

1. Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis


tanah.
2. Untuk membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah.
Langkah Kerja

1. Ambil tanah secukupnya

2. Letakkan pada nampan plastic

3. Beri aquades secukupnya kemudian uleni hingga tanah kalis

4. Masukkan adonan tanah di suntik tanah sampai padat kemudian keluarkan

5. Pada saat mengeluarkan adonan usahakan jangan sampai patah

6. Lalu ukur panjangnya ketika basah

7. Lalu ukur panjangnya ketika basah

8. Kemudian diamkan selama 24 jam

9. Lalu ukur panjangnya ketika kering

10. Analisis
Pembahasan

Definisi ilmiah tanah (soil) merupakan kumpulan dari benda alam di


permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran
bahan mineral, bahan organik, air, dan udara, dan merupakan media untuk
tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2010). Menurut Hanafiah (2007) tanah
didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara ;yang secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara dan nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial); secara biologis
berfungsi sebagai habitai biota (organisme) yang berpartisipasi dalam penyediaan
hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; serta secara integral mampu
menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik
tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga yaitu panjang;
lebar, dan kedalaman, menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk terhadap bahan induk pada
kondisi topografi/relief tertentu dan selama waktu tertentu (Pandutama, 2003).
Menurut Foth (1984), tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan
yang teratur dan unik yang terdiri atas lapisan-lapisan atau horison-horison yang
berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan
horison dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan, atau
translokasi.

Hardjowigeno (2003) berpendapat bahwa teknik pengambilan contoh tanah


dibagi dan terdapat empat teknik yaitu :
1. Contoh tanah utuh (undistrubed soil sample), digunakan untuk penetapan-
penetapan berat volume (bulk density), porositas tanah, kurva pH, dan
permeableitas.
2. Contoh tanah dengan agregrat utuh (undistrubed soil agregrat) digunakan
untuk penetapan agregrat dan nilai COLE (Coeffisient of Linear
Extensibility).
3. Contoh tanah terganggu atau tidak utuh (distrubed soil sample), digunakan
untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi, dan batas-batas
angka atterberg, warna, dan sebagainya.
4. Contoh tanah dari suatu profil, yaitu gabungan dari cara pengambilan contoh
tanah utuh, tanah agregrat utuh, dan tanah terganggu/tidak utuh.
Cara pengambilan contoh dibedakan menjadi tiga. Adapun cara
pengambilan contoh tanah yaitu sebagai berikut:
1. Contoh tanah utuh (Undisturbed Soil Sample)
Digunakan untuk penetapan berat jenis isi, berat jenis partikel, porositas
tanah, kurva pF, dan permeabilitas tanah. Tanah utuh merupakan contoh
tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu,
sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan.
2. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (disturbed Soil Sample)
Digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna
tanah, dan analis kimia tanah. Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai
contoh tanah biasa (disturbedsoil sample), merupakan contoh tanah yang
diambil dengan menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman
tertentu sebanyak 1-2 kg.
3. Contoh tanah dengan agrergat utuh (undistrubed soil agregrat)
Digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang, dan
mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE.Contoh tanah agregat utuh
adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah
pecah.
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup
berat volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah,
permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk
ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air
tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau
pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser
tanah (Ridwandi, 2013).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga
merupakan indkator kondisi drainase dan aerase tanah. Tanah yang poreus berarti
tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-
keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus. Porositas
ditentukan melalui dua cara yaitu selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah
kering oven dan nisbah ukuran volume tanah yang ditempati bahan padat.
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
tekstur tanah (Hanafiah, 2007).

Menurut Foth. H (1984), persentase volume ruang pori disebut dengan


porositas. Untuk menentukan porositas tanah ditempatkan pada tempat beisi air
sehingga jenuh dan kemudian “cores” ditimbang. Sebagai akibatnya suatu
substansi dapat menjadi porous, dan belum begitu sangat permeabel terhadap air.
Permeabilitas merupakan kemudahan cairan, gas, akar menembus tanah.
Permeabilitas tanah untuk air merupakan konduktivitas hidraulik. Berbagai
macam kelas-kelas konduktivitas hidraulik untuk gerakan vertikal diketahui dalam
tanah jenuh air antara lain kelas sangat tinggi, tinggi, sedang agak rendah, rendah
dan sangat rendah.

Pengujian indeks properties tanah dilakukan untuk menguji sifat fisik atau
indeks properties yang meliputi kadar air, berat jenis tanah, berat isi tanah,
atterberg limit, dan analisa saringan. Data yang sudah didapatkan dari masing-
masing indeks properties kemudian diolah dan dianalisa untuk menentukan jenis
tanahnya. Berat jenis isi dan berat jenis partikel tanah digunakan untuk
menujukkan tipe tanah tertentu dalam suatu percobaan. Sedangkan menurut
pendapat Abror, dkk (2017), berat jenis tanah (BJ) pada setiap jenis tanah tertentu
memiliki kisaran ukuran baku yang menentukan menunjukkan bahan penyusun
tanah tersebut. Nilai BJ tanah apabila tanah mineral berkisar antara 2,6—2,7 g
cm-3 atau cenderung tinggi, sedangkan tanah organik umumnya berkisar antara
1,3-1,5 g cm-3.
Menurut Hanafiah (2007), pengertian bobot tanah merupakan
kerapatantanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu :
1. Kerapatan partikel (Bobot Partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat per
volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 g cm-3 .
2. Kerapatan massa (Bobot isi, BI) merupakan bobot massa tanah kondisi
lapang yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nila kerapatan massa tanah
berbanding lurus dengan tingkat kekerasan partikel-partikel tanah, makin
kasar makin berat.tanah lapisan atas yang bertekstur lait dan granuler
mempunyai BI anara 1,0—1,3 g cm-3 , sedangkan yang bertekstur kasar ber
BI antara 1,3—1,8 g cm-3 . BI air = 1 g cm-3 = 1 ton m3.
Menurut Hardjowigeno (2010), Beberapa tanah mempunyai sifat
mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Sifat mengembang dan
mengerutnya tanah disebakan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang
tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai
COLE (Co efficient of Linear Extensibilty) atau PVC (Potential Volume Change
= indeks pengembangan).
Pentingnya nilai COLE antara lain:
1. Jika COLE > 0,09 menujukkan bahwa tanah mengembang dan mengerut
dengan nyata, kandungan liat montmorillonit tinggi.
2. Jika COLE > 0,03 menujukkan bahwa tanah memiliki kandungan mineral liat
montmorillonit agak tinggi.
Kebenaran pengambilan contoh tanah sangatlah berpengaruh pada hasil
analisa tanah baik secara sifat fisik maupun sifat kimia tanah yang akan dilakukan
pengujian. Hal ini dikarenakan pada setiap jenis tanah tertentu, tersusun atas
bahan mineral dan bahan organik yang memiliki proporsi jenis, ukuran, dan
persentase bahan yang berbeda dan beragam macamnya yang menyusun tanah
tersebut. Terkait penyusun bagian-bagian tanah tersebut menentukan jenis tanah
yang terbentuk. Kandungan-kandungan bahan penyusun tanah tersebut akan
menunjukkan sifat-sifat yang berbeda pada sitiap jenisnya baik secara sifat fisik
maupun kimianya. Tanah yang tersusun atas bahan organik akan menunjukkan
sifat fisik berupa warnanya yang lebih gelap dibanding tanah dari bahan mineral.
Pada umumnya bahan mineral yang menyusun tanah akan memberikan warna
khas cenderung terang yang menujukkan kandungan bahan mineral dominan
adalm tanah tersebut. Secara kimiawi jika diuji dengan larutan H2O2, bahan
organik akan menghasilkan gelembung-gelembung pada tanah sedang bahan
mineral tidak. Sehingga setiap jenis tanah memiliki bahan penyusun yang
berbeda. Hal ini juga berkaitan dengan umur tanah yang digunakan sebagai
contoh tanah. Pada jenis tanah tertentu memiliki umur yang muda ,dewasa hungga
tua. Pada tanah muda kandungan paling banyak yaitu bahan organik misalnya
Entisol. Sehingga menimbulkan sifat dan reaksi pengujian kimia yang berbeda.
Pada tanah tua telah terjadi pencician dan kandungan hara tanah sedikit (miskin)
dan umumnya menunjukkan sifat masam. Misalnya tanah Ultisol yang tergolong
tanah tua. Begitupun dengan tanah dewasa yang merupakan tanah yang
produktivitasnya paling tinggi. Hal ini ketika dilakukan analisa secara sifat fiski
ataupun kimia akan menimbulkan tipe sifat yang berbeda. Ketepatan dalam
melakukan pengambilan contoh tanah dan pemilihan jenis tanah dilahan akan
menentukan dalam penganalisaan dari tanah tersebut akan termasuk jenis tanah
tertentu.
Pada praktikum kali ini menganalisa tanah dengan menggunakan Indeks
Cole. Sampel tanah yang diambil yakni di wilayah kecamatan kepanjen dengan
sampel kawasan persawahan dan pemukiman. Setelah mengambil sampel , tanah
kemudian di analisa dengan menggunakan indeks cole. Sampel tanah di dalam
ring dikeluarkan kemudian diberi aquades dan dimasukkan ke suntikan untuk
kemudia diukur derajat kerutnya ketika basah dan ketika kering. Pada sampel
tanah sawah basah panjangnya 11cm dan ketika kering menyusut menjadi 9,9cm,
pemukiman ketika tanah basah panjangnya 10,5cm, dan ketika kering menyusut
menjadi 10cm. Kedua sampel tanah tersebut merupakan latosol dan regosol, tanah
jenis ini sangat cocok untuk pertanian karena subur. Dilihat dari kondisi fisiknya
daerah kepanjen memang cocok untuk lahan pertanian

Kesimpulan
Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

- Aburizal,F,dkk. 2012. “Studi Perubahan Karateristik Fisik, Mekanik dan

Dinamik Terhadap Siklus Pembasahan pada Tanah Lereng dengan

Kedalaman 5-20 m di Ngantang – Malang”. Jurnal Teknik Pomits.

Volume 1, Nomor 1: 1-6

- Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan

University.

- Bohn, John Marley. 2009. “ Estimation of erosion using radionuclide Cs-

137 in three diverse areas in eastern Australia”, Appl. Geogr., I3, p. 109 –

188.

- Frenkeldan Shainberg, 2006. ”Physical and chemical parameters affecting

transport of 137Cs and watershed”, Wat. Res.Res., 13, p. 923-927.

- Foth, Henry. 2006. The Nature and Properties of Soils. The MacMillan

Company.

- Triana, Aranah Muslimah. 2006. “Keragaman Spasial Beberapa Sifat

Tanah sebagai Fungsi Lereng Dibawah Vegetasi Pinus Merkusii dan

Hutan Alam disub DAS Genteng, Kabupaten Sumedang”. Vol. 3 (2) : 12-

13. Jurnal IPB Online.


- Hamzah, Karismata. 2007. “Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada

Lahan Persawahan di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi

Tengah”. Journal Agroland Indonesian. 16 (1): 45-52.

- Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

- Iskandar, Daddy , Yetti Mulyati, Sri Pudjiraharti, Diah Ratnaningrum.

2003. “Kandungan Inulin dari Umbi Dahlia Sp yang Ditanam pada Jenis

Tanah Vertisol, Inceptisol, danAndisol”.Jurnal Kepertanian Tingkat

Kawasan Indonesia. Volume 16 No. 1: 25-26.

- Kohke, 1968. Soils and Classification. The United States Of America.

USA Company.

- Notoh adi prawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

- Poerwowidodo. 1991. “Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Inceptisol dari

Berbagai Bahan Induk daerah Magelang, Jawa Tengah”. Jurnal Ilmu-Ilmu

Pertanian Indonesia. Volume 9 No. 1. Hlm: 21-25.

- Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung:

PT Pustaka Buana.

Anda mungkin juga menyukai