2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5039
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI ANTI-AGING DARI
SEDIAAN MASKER PEE L-OFF YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU
(Passiflora edulis Sims.)
SKRIPSI
OLEH:
VITANIA REBECCA GURNING
NIM 141501155
SKRIPSI
OLEH:
VITANIA REBECCA GURNING
NIM 141501155
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
berjudul Formulasi dan Uji Anti-Aging dari Sediaan Masker Peel-off yang
bebas. Masker peel-off merupakan salah satu produk kosmetika yang mudah
digunakan dan mampu mencegah sel-sel kulit mati dan kotoran pori dengan cepat
dibandingkan masker tipe lain. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasi
serta mengevaluasi efektivitas masker peel-off dari ekstrak kulit buah markisa
ungu (Passiflora edulis Sims.) sebagai anti-aging. Hasil uji aktivitas anti-aging
sediaan masker peel-off ekstrak kulit buah markisa ungu pada konsentrasi 15%
dapat meningkatkan kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori,
melanin dan jumlah keriput pada wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan
dengan konsentrasi lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber
menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.,
kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,
selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi
iv
Universitas Sumatera Utara
fasilitas selama perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara..
Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak
memberikan masukan dan saran atas skripsi ini, serta kepada Ibu Dr. Sumaiyah,
M. Si., Apt., sebagai dosen penasihat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di
Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis
Ibunda Ns. Dahliana Marpaung, S. Kep., abang saya Aditya Elkana, S. Kep., serta
seluruh keluarga di Jakarta maupun Medan yang selalu memberikan doa dan
yakni Vriona, Dina, Bella, dan Anggi, KTB WWJD Elsa, Debo, Nona, Anis,
Tommy, dan Wira, Kakak Rohani terkasih Kak Rimma, Kak Ingrid, dan Kak Ita,
Pengurus IMPERATIF Airin, Mega, Yunus, Danu, Gloria, Dicky, Adik terkasih
segala doa, dukungan, canda dan tawa dalam proses pengerjaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI ANTI-AGING DARI
SEDIAAN MASKER PEEL-OFF YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU (Passiflora edulis Sims.)
ABSTRAK
Latar belakang: Penuaan dini merupakan proses yang dialami oleh tubuh dimana
fungsi bagian-bagian tubuh semakin berkurang, antara lain kulit yang semakin
menipis dan kemudian muncul keriput. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi penuaan dini adalah radikal bebas. Kulit buah markisa
mengandung flavonoid dan tannin yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan
untuk mencegah penuaan dini akibat radikal bebas. Masker peel-off mudah
digunakan dan mampu mengangkat sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori dengan
cepat dibandingkan dengan masker tipe lain.
Tujuan: Memformulasi serta mengevaluasi efektivitas masker peel-off dari
ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) sebagai anti-aging.
Metode: Kulit buah markisa ungu yang sudah dikeringkan dimaserasi dengan
etanol 96%, disaring dan larutan di evaporasi dalam rotary evaporator pada suhu
40oC dan dikeringkan hingga didapat ekstrak kental. Pembuatan masker peel-off
dimulai dengan pencampuran basis gel masker peel-off kemudian ditambah
ekstrak dengan konsentrasi 2,5%(F1); 5% (F2), 7,5%(F3); 10%(F4); dan
12,5%(F5), 15%(F6) dan tanpa menggunakan ekstrak (blanko). Evaluasi sediaan
masker peel-off meliputi pengamatan organoleptis (bau dan warna), uji pH, uji
viskositas, uji stabilitas selama 12 minggu penyimpanan, homogenitas, uji iritasi
terhadap sukarelawan dan uji evaluasi efektifitas anti-aging sediaan masker peel-
off yang mengandung ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sediaan masker peel-off
berwarna coklat muda hingga coklat tua, berbau khas, homogen juga stabil
selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, tidak mengiritasi kulit
sukarelawan. Hasil uji aktivitas anti-aging sediaan masker peel-off ekstrak kulit
buah markisa ungu pada konsentrasi 15% paling optimal dalam meningkatkan
kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori, melanin dan jumlah keriput
pada wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
Kesimpulan: Ekstrak kulit buah markisa ungu dapat diformulasikan sebagai
sediaan masker peel-off dan stabil pada penyimpanan 12 minggu, masker peel-off
ekstrak kulit buah markisa ungu 15% memiliki efektifitas anti-aging yang lebih
baik dibandingkan dengan formula lainnya.
Kata kunci : Formulasi, Ekstrak kulit buah markisa ungu, Masker peel-off, Anti
aging
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND ANTI-AGING EVALUTION OF PEEL-OFF MASK
CONTAINED PURPLE PASSION FRUIT PEEL EXTRACT
(Passiflora edulis Sims.)
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Nama Daerah ............................................................ 8
x
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Fungsi Produk Anti-Aging ......................................... 24
xi
Universitas Sumatera Utara
3.4 Formulasi Sediaan Masker Peel-Off .................................... 36
xii
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Kehalusan .................................................................... 51
LAMPIRAN .............................................................................................. 68
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.7 Data hasil pengukuran pori-pori (pore) pada kulit sukarelawan ... 53
4.8 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan .......... 56
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.5 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada wajah sukarelawan .... 58
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi dan pengaturan suhu
tubuh, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
Penuaan dini (aging) merupakan proses yang dialami oleh tubuh dimana
menipis dan kemudian muncul keriput, daya cerna semakin berkurang sehingga
pada kulit merupakan suatu proses biologis yang kompleks yang dihasilkan dari
penuaan intrinsic (dari dalam tubuh seperti genetic) dan perubahan yang
berkembang seiring waktu serta dampak ekstrinsik yang sangat berperan dalam
penuaan adalah ekspresi wajah repetitive, posisi tidur yang buruk, merokok, dll.
Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni kerutan halus, kulit tipis dan
transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan atau tanpa
gatal, ketidak mampuan untuk berkeringat cukup, rambut beruban, rambut rontok,
rambut yang tidak diinginkan, penipisan lempeng kuku, hilangnya kuku setengah
17
adalah teori radikal bebas. Radikal UV merupakan pemicu yang sangat potensial
dalam pembentukan radikal bebas ROS (Reactive Oxygen Species) pada kulit
(Masaki, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif
bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat
Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging
memperlambat efek penuaan supaya seseorang menjadi lebih segar, cantik, dan
Masker wajah adalah pasta krim (gel) yang diterapkan pada wajah setelah
berbagai jenis masker untuk tujuan yang berbeda: deep cleansing dengan
pencerah untuk mencerahkan warna kulit secara bertahap. Masker wajah dapat
dihilangkan dengan membilas wajah dengan air atau menyeka wajah dengan kain
lembab hingga bersih (Aceng R. F dan Rina Nurmarlina, 2012). Masker wajah
dalam bentuk gel merupakan masker yang praktis, karena setelah kering masker
tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas, dikenal sebagai masker peel-
off. Pemakaian masker peel-off ditujukan untuk mengangkat kotoran dan sel kulit
mati agar kulit bersih dan segar, mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit,
18
wajah (Lucida et al., 2017). Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di
pasaran adalah bentuk pasta dan serbuk, sedangkan masker bentuk peel-off masih
2000).
simplisia dan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu menunjukkan bahwa kulit
penelitian yang dilakukan oleh Ginting et al, (2016), nilai IC50 ekstrak etanol
kulit buah markisa adalah 30,23 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
belakangan tahun ini, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau
mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).
menambahkan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.)
sebagai anti-aging.
19
penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut selama empat minggu
perawatan?
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Perbedaan konsentrasi yang semakin tinggi dari ekstrak kulit buah markisa
dan kehalusan serta penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut
serta penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut selama empat
minggu perawatan.
20
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula sediaan masker
peel-off yang memiliki efek anti-aging dari ekstrak kulit buah markisa ungu
dioleskan pada area wajah. Terdapat 3 variabel bebas yaitu simplisia kulit
buah mariksa ungu, ekstrak etanol kulit buah markisah ungu, formulasi
masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa. Variabel terikat yaitu uji
21
TINJAUAN PUSTAKA
daerah, nama asing, sistematika tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan dari
tumbuhan.
Markisa ungu adalah tanaman yang berasal dari Brazil bagian selatan yaitu
tanam didaerah dataran tinggi tropis dan didaerah subtropis pada ketinggian 700
sampai 2000 m diatas permukaan laut, curah hujan 2000 sampai 3000 mm/tahun
dan suhu 18 sampai 25oC. Daerah penghasil markisa ungu masih terpusat di
Dairi, Tapanuli Utara) dan provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Gowa, Sinjai,
Tator, Enrekang dan Polmas). Markisa ungu dapat tumbuh di berbagai tipe tanah,
namun tanah yang sesuai adalah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, mempunyai pH 5,5-7,5 dan memiliki aerasi dan drainase yang baik. Buah
markisa ungu biasanya dapat di panen pada umur 85 dan 95 hari setelah bunga
mekar. Tanda-tanda buah markisa ungu yang siap di panen adalah warnanya ungu
kehijauan-ungu karena buah ini memiliki karakteristik fisik dan kimia yang baik
22
tumpang tindih. Pada tanaman muda, cabang berwarna hijau dan setelah tua
menjadi hijau kecoklatan. Daunnya sangat rimbun tumbuh secara bergantian pada
batang atau cabang. Bentuk daun menjari, bergerigi, berwarna hijau, mengkilap
dengan panjang tangkai 2-3 cm, panjang daun 9-12 cm dan lebar 7-9 cm
(Rukmana, 2003).
tangkai bergerigi, panjang 3-4 cm dan berwarna hijau. Benang sari bertangkai,
lima dan mahkota bunga juga lima berbentuk lonjong dengan permukaan beralur
berwarna ungu, jumlah benang sari lima dan putik tiga. Markisa dapat berbunga
Desember/Januari dan Juni. Buah markisa berbentuk agak bulat lonjong, panjang
4-6 cm. Kulit hijau muda, setelah masak berubah warna menjadi violet. Kulit buah
tipis, liat dan tahan benturan pada saat pengangkutan. Bagian dalam buah diliputi
oleh lapisan berwarna putih (endocarp) yang mengandung banyak petkin. Buah
memiliki banyak biji berwarna hitam dan dibungkus oleh selaput berisi sari buah
(juice) yang masam manis dan beraroma harum semerbak (Hermanto, dkk., 2013).
23
daerah seperti buah monyet (Sunda), markisah (Melayu) dan buah negri (Jawa)
(Belanda), Aul Aanp (Nepal), dan buah Susu (Malaysia) (Duke, 1929).
berikut:
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malpighiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Daun markisa ungu mengandung tanin, glikosida, flavonoid, saponin dan alkaloid.
24
(Akanbi, et al., 2011). Sementara kulit buah markisa ungu mengandung flavonoid,
2.1.8 Kegunaan
tubuh dan kekuatan antibodi dalam darah. Markisa juga mampu menyaring,
memisahkan dan membuang racun dari dalam tubuh. Selain itu, markisa juga
dapat meningkatkan kesegaran kulit tubuh dan merangsang pertumbuhan sel muda
pada kulit wajah. Markisa mengandung vitamin C dosis tinggi dan antioksidan
(Hermanto, dkk., 2013). Kulit buah markisa memiliki aktivitas antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh karna memiliki nila IC (inhibitory
concentration) yang sangat kuat yakni 30,23 µg/ml serta memiliki aktivitas
antimutagenik (Ginting et al, 2016), selain itu juga memiliki aktivitas antibakteri
2.2 Kulit
rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007). Sebagai bagian tubuh yang
paling kelihatan, kulit menjadi sumber kecantikan dan daya pikat dari seseorang.
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar
25
kurang 2 m2, dengan berat sebesar 10kg dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa
lemak. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15%
Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai
lapisan paling luar dan dermis (korium, kutis, kulit jangat). Di bawah dermis
2.2.1.1 Epidermis
berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling
tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut.
26
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas dan terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami
ini sebagian besar terdiri atas keratin (protein yang tidak larut dalam air)
dan sangat resisten terhadap bahan kimia. Secara alami, sel-sel yang mati
lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung lembab tipis bersifat asam disebut
Lapisan ini disebut juga lapisan barrier yang letaknya tepat di bawah
elaidin, dan sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri, berinti
27
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan
diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel
Latifah, 2007).
2.2.1.2 Dermis
Bagian ini terdiri dari serabut kolagen dan elastin, yang berada dalam
rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak
2.2.1.3 Keratinisasi
28
Latifah, 2007).
tipis lembab bersifat asam yang disebut dengan mantel asam kulit. Pada
bersifat asam lemah. Oleh karena itu sediaan kosmetik dibuat pada kisaran
(Marchionini,1929):
maka semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi lelah,
terinfeksi. Oleh karena itu, pH sediaan yang dibuat diusahakan agar sama
atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis mantel asam kulit dan disebut
29
a. Proteksi (perlindungan)
d. Absorpsi (penyerapan)
Latifah, 2007):
a. Kulit normal
Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan
mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
b. Kulit berminyak
c. Kulit kering
Kulit kering adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang
kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat
kerutan.
30
menurunnya libido, menurunnya daya tahan tubuh dan lain-lain, hamper pasti
dialami oleh setiap orang yang mencapai usia lanjut (Fauzi dan Nurmalina, 2012)
Aging (penuaan dini) adalah proses yang dialami tubuh dimana fungsi
dan kemudian muncul keriput, daya cerna yang semakin berkurang sehingga
(Waluyo, 2010).
Muncuk di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan dan
tangan
c. Kulit kasar
Rusaknya kolagen dan elastin akitbat paparan sinar matahari membuat kulit
31
Faktor penyebab yang berperan dalam proses penuaan dini antara lain
(Noormindhawati, 2013).:
1. Faktor internal
a. Genetik
Sebagian orang tampak lebih muda daripada umur yang sebenarnya. Kualitas
kulit yang baik seperti ini bisa saja terjadi karena faktor genetic dengan kata
seseorang juga bisa jadi sangat terpengaruh faktor genetik (Prianto, 2014).
tubuh, sehingga sirkulasi makanan dan didalam tubuh dan pembuangan zat
2. Faktor eksternal
a. Polusi
32
c. Stres
Stress akan memicu produksi hormone kortisol. Hormone ini dapat merusak
d. Kurang tidur
Proses regenerasi kulit terjadi saat kita tidur. Oleh karena itu, kurang tidur
asam glikolat, dan retin-A secara berlebihan justru membuat kulit menjadi
kering.
Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam Photoaging
dan penuaan intrinsik. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah,
tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu
karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar
sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).
33
2008).
Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari, radiasi UV yang diserap oleh
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada
34
merata merata
melanosom Amelanosom
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada
jumlahnya menebal
35
gelombang 200-3000 nm, yaitu sinar UV, sinar tampak, dan infra merah
(Misnadiarly, 2006):
mencapai bumi, yaitu 100 kali UV-B, tetapi dengan kekuatan lemah,
sel kanker. Lapisan ozon mengabsorpsi 90% segmen UV-B terutama pada
36
Dengan adanya kebocoran lapisan ozon saat ini, maka sinar UV-C dapat
Radikal bebas adalah molekul atau fragmen molekular yang memiliki atau
atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit luar atom atau molekulnya
(Valko et al, 2007) Molekul ini kurang stabil dibandingkan molekul lain, namun
radikal bebas dapat menarik elektron dari molekul lain. Radikal bebas dapat
berasal dari endogen atau eksogen (Pham, 2008). Radikal bebas yang endogen
merupakan radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Sumber dari
dalam tubuh yang menghasilkan radikal bebas adalah mitokondria, sel fagosit,
xantin oksidase, reaksi besi dan benda metal, jalur arakidonat, peroksisom, latihan
yang berlebihan, inflamasi, iskemia (Lobo et al, 2010). Radikal bebas eksogen
adalah radikal bebas yang berasal dari luar tubuh seperti rokok, alkohol, polutan
gentamisin, bleomisin), pestisida, limbah industri, benda metal (Cd, Hg, Pb, Fe,
As), makanan (daging asap, minyak, lemak), ozon (Pham, 2008). Radikal bebas di
dalam sel dapat berupa reaksi enzimatik atau nonenzimatik (Pham, 2008) Reaksi
37
sintesis prostaglandin, dan sitokrom P450. Reaksi nonenzimatik dapat terjadi pada
(Halliwell, 2001).
Radikal bebas terbentuk dari banyak faktor, antara lain adalah sinar
senyawa dalam sel seperti DNA dan protein, contohnya berikatan dengan
menjadi kurang elastis. Selain itu radikal bebas dapat berikatan dengan
dengan DNA sehingga sel kulit akan rusak. Sel kulit yang rusak/ abnormal
stabil disebabkan oleh faktor inisiasi seperti sinar X dan sinar UV.
(Best, 2011)
2.4.2 Antioksidan
38
yang larut air seperti natruim metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C; dan
antioksidan sehingga dapat melindungi sel dari efek toksik radikal bebas
stres oksidatif Antioksidan yang berasal dari makanan antara lain tannin,
39
komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik
2.5 Anti-Aging
aging) (Prianto, 2014). Anti-aging atau antipenuaan adalah suatu usaha untuk
mencegah proses degenerative. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejala-
gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap
(Fauzi dan Nurmalina, 20012). Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang
Suriana, 2013).
40
dikenal dan banyak digunakan. Masker bekerja mendalam dalam mengangkat sel-
sel tanduk yang sudah mati pada kulit. Ia digunakan setelah massage (pengurutan)
dengan cara dioleskan pada kulit wajah kecuali alis, mata, dan bibir (Muliyawan
salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat
di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel
keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan
dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran
elastis (Harry,1973).
b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara
mendalam
kulit
41
c. Kulit yang ruti dirawat menggunakan masker wajag akan terhindar dari
d. Wajjah senantiasa tampak lebih cerah, segar, dan sehat (Mulyawan dan
Suriana, 2013)
Masker tipe pasta memiliki warna buram dan mengandung resin vinil asetat.
Cara pengaplikasian masker tipe pasta sama dengan masker tipe gel Masker
dioleskan pada wajah dan setelah kering dapat dibersihkan dengan dikelupas
b. Masker bubuk
Masker tipe serbuk dibuat dari kaolin, talk, atau magnesium oksida. Cara
air dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya dioleskan pada wajah dan
c. Masker topeng
Masker topeng berlubang dibagian mata dan mulut. Tekstur masker topeng
2003).
42
Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker
krim baik untuk kulit kering, karena fungsi masker ini bisa mengangkat kulit
beberapa lubang di bagian mata, lubang hidung, dan mulut. Sedangkan masker
kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan. Masker kertas maupun kain
harus dicelup atau dibasahi dengan cairan tertentu sesuai dengan kebutuhan
kulit, antara lain berupa minyak esensial, pelembab berbentuk cairan, dan
f. Masker clay
Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk
g. Masker gel
Masker tipe gel memiliki sifat fisik berwarna transparan atau bening. Masker
polimer (Sadao, 1982). Masker ini biasa dikenal dengan masker peel off.
Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati
agar kulit bersih dan segar. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta sel-sel
43
meningkat sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengantaran zat-zat
gizi ke lapisan permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat lebih
segar. Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran darah yang lebih lancar,
maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa metabolisme dikeluarkan
ke permukaan kulit untuk kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering.
Cairan yang berasal dari masker dan zat aktif akan diserap oleh lapisan tanduk
(stratum corneum). Setelah masker mengering, lapisan tanduk akan tetap kenyal,
bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat keriput kulit
berkurang, sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang. Setelah
masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan
(Annisa, 2015)
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter
yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi
44
dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan
moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)
Pengukuran Parameter
(Noda) noda
Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan
rumus (C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak di
45
200.000. Polivinil alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem,
dan tidak berbau (Rowe et al., 2009). Polivinil alkohol larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol (95%), dan tidak larut dalam pelarut organik. Polivinil alkohol
umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini bersifat
noniritan pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan 10%, serta
pendispersi, lubrikan, pelindung kulit, digunakan pada formulasi gel dan lotion,
shampo, tabir surya, masker, serta beberapa aplikasi kosmetik dan perawatan kulit
lainnya. Namun, salah satu kelemahan dari polivinil alkohol adalah lapisan film
yang dihasilkan cenderung lebih kaku dan memiliki fleksibilitas yang tergolong
46
adalah polimer yang larut dalam air yang terbuat dari monomer N-
vinylpyrrolidone (Haaf et al, 1985). Fungsi dan kegunaan PVP, antara lain:
4. Kombinasi PVP dan PVA merupakan gelling agent yang mudah terbentuk
2.8.3 Gliserin
pemanis agen, pengawet antimikroba, dan peningkatan viskositas agen. Ini juga
digunakan sebagai plasticizer dan lapisan film. Gliserin juga digunakan dalam
47
(SLS), sodium laurilsulfate atau sodium dodecyl sulfate (SDS atau NaDS)
pembersih dan kebersihan. Molekul ini memiliki ekor 12 atom karbon, melekat
dari deterjen. SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakan dalam
tugas apa pun yang membutuhkan penghapusan noda dan residu berminyak.
2.8.5 Nipagin
C8H8O3 memiliki bentuk Kristal atau bubuk Kristal, tidak berwarna atau putih,
berbau atau hamper tidak berbau, dan memiliki rasa terbakar sedikit. Nipagin
48
trisilikat, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin
Etanol memiliki nama lain etil alcohol dengan rumus kimia C2H6O.
Memiliki bentuk cairan dengan, dengan warna jernih, tidak berwarna dengan bau
khas, dan rasa seperti terbakar pada lidah. Etanol 96% mudah menguap pada suhu
rendah, mendidih pada 78oC, dan mudah terbakar. Etanol 96% dapat bercampur
dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic. Etanol 96%
2.8.7 Aquadest
yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses
lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan Air Murni
selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan Uji Sterilitas
<71>, atau gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap kontaminasi
49
METODE PENELITIAN
menggunakan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10;
12,5; 15% dan blanko, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan organoleptis,
3.1.1 Alat-alat
cawan porselin, objek gelas, pipet tetes, pot plastik, botol kaca, penangas air,
batang pengaduk, sudip, spatula, kertas perkamen, aluminium foil, plastic wrap,
rotary evaporator, skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), pH meter
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah markisa
ungu, etanol 96%, polivinil alkohol (PVA), polivinil pirolidon (PVP), gliserin,
50
3.2 Sukarelawan
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan
yang digunakan adalah kulit dari buah markisa ungu yang telah matang yang
diperoleh dari Pasar Pringgan, Jalan Iskandar Muda, Barbura, Medan Baru, Kota
Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran
1.
51
Kulit buah markisa dibersihkan dari buahnya lalu dicuci bersih, ditiriskan
dan ditimbang. Keringkan kulit buah markisa dalam lemari pengering dengan
suhu 40-50 oC. Setelah kering, kulit buah markisa kemudian diserbukkan dengan
menggunakan blender dan ditimbang hingga diperoleh serbuk simplisia kulit buah
markisa ungu.
dituangi dengan 75 bagian (3 liter) etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari
diremaserasi lagi dengan 1 liter etanol 96% pada bejana tertutup, dibiarkan di
tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari sambil sesekali diaduk, diserkai,
pada suhu 40-50 °C sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM, 1979).
Humektan 2 - 10 %
Surfaktan 2 - 5%
Alkohol 10 - 30%
52
Pengawet q.s
Parfum q.s
Pewarna q.s
R/ Polivinil alkohol 6
Polivinil pirolidon 7
Gliserin 6
Nipagin 0,2
Etanol 96% 20
± 80°C sambil diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan PVP dalam air
gliserin, dan natrium lauril sulfat. Diaduk konstan hingga homogen lalu dibiarkan
masker peel-off.
ekstrak etanol kulit buah markisa. Sebagai blanko digunakan masker peel-off tanpa
53
sebanyak 100 g dan dibagi dua penggunaannya untuk pengujian stabilitas dan uji
efektivitas anti-aging. Formula masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Konsentrasi (%)
No Bahan F0 FI FII FIII FIV FV FVI
1. Ekstrak - 2,5 5 7,5 10 12,5 15
etanol kulit
buah markisa
2. Basis masker ad ad ad ad ad ad ad
peel-off 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g
Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5 %
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5 %
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5 %
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10 %
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15 %
Cara pembuatan:
dengan basis masker peel-off hingga 100 g dan diaduk hingga homogen.
54
tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
warna dan aroma pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan
selama 12 minggu pada 50C dan 400C (Ansel, 1989). Dalam penelitian ini
3.5.3 Pengukuran pH
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga
pH tersebut. Kemudian elektoda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektoda dicelupkan dalam
mengoleskan masker peel-off ke sebagian wajah area pipi dengan tebal kira-kira 1
mm dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu
55
yang kering.
Brookfield. Dengan cara menimbang 100 gram sediaan masker peel-off etanol
kulit buah markisa kemudian diatur spindle dan kecepatan yang digunakan dan
terbaca.
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off etanol kulit buah
markisa dengan maksud untuk mengetahui apakah masker peel-off yang dibuat
dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi
pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru
timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM,
1985).
tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai masker tersebut di tempat
lain misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga. Setelah
dibiarkan selama 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka
56
Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah
1. Kadar air (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat
3. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan
hingga merata pada wajah yang telah ditandai setiap satu minggu 1 kali
57
ditetapkan di atas. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu
58
standar masker peel-off (Rieger, 2000). Formula standar ini dimodifikasi dimana
sebagian bahan digantikan. Ekstrak etanol kulit buah markisa ungu yang
konsentrasi masing-masing 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15%. Sediaan masker yang
etanol kulit buah markisa ungu (EKBMU) menunjukkan bahwa semua sediaan
tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada
kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki
susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil uji homogenitas dapat dilihat
59
peel-off disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna, pH, dan
viskositas. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel
4.1.
Waktu (Minggu)
Parameter Formula 2 4 6 8 10 12
F0 Bening Bening bening bening bening bening
FI CM CM CM CM CM CM
Warna FII CT CT CT CT CT CT
FIII CT CT CT CT CT CT
FIV CT CT CT CT CT CT
FV CH CH CH CH CH CH
FVI CH CH CH CH CH CH
F0 Khas Khas khas khas khas khas
FI Khas Khas khas khas khas khas
Bau FII Khas Khas khas khas khas khas
FIII Khas Khas khas khas khas khas
FIV Khas Khas khas khas Khas khas
FV Khas Khas khas khas Khas khas
FVI Khas Khas khas khas Khas khas
F0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
FI 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8
pH FII 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8
FIII 5,6 5,6 5,6 5,6 5,5 5,5
FIV 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2
FV 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2
FVI 5,2 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1
Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
CM : Coklat muda
CT : Coklat tua
CH : Coklat kehitaman
60
markisa menunjukkan bahwa warna dan bau sediaan masker tidak mengalami
menunjukkan bahwa sediaan masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa
yang dibuat stabil. Pada pemeriksaan pH sediaan masker peel-of, didapatkan hasil
pewarna ekstrak kulit buah markisa ungu yang digunakan karena ekstrak kulit
buah markisa ungu mempunyai pH asam yaitu 3,5. Setelah penyimpanan selama
dibuat. Meskipun terjadi penurunan pada pH, tetapi sediaan tersebut masih aman
digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5
konsentrasi ekstrak etanol kulit buah markisa yang ditambahkan ke dalam masker
peel-off maka pH sediaan tersebut semakin menurun atau semakin asam. Hal ini
dapat disebabkan karena pH ekstrak etanol kulit buah markisa yang asam yaitu
dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu
dari saat mulai dioleskannya masker peel-off pada kulit wajah hingga terbentuk
61
data yang diperoleh masker peel-off masih memenuhi waktu mengering yang baik
penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker peel off untuk
mengering semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan masker
peel off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang
tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan
cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dengan mengurangi penguapan air dari
sediaan (Barel, et al., 2009). Hasil pengujian waktu sediaan mengering masker
mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari masker peel-off.
Masker peel-off yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat
aktif tetap terdispersi dalam basis masker peel-off dan meningkatkan konsistensi
62
spindel nomor 64 dan kecepatan 12. Hasil pengamatan viskositas sediaan masker
penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat disebabkan karena lama penyimpanan,
sehingga sediaan lama terpengaruh oleh lingkungan seperti udara. Sediaan masker
tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan
cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan (Barel, et al., 2009). Hasil pengukuran
dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker peel-off pada kulit belakang
terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit
63
yang disimpulkan bahwa sediaan masker peel-off yang dibuat aman untuk
digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit
Sukarelawan
Pengamatan F0 FI FII FIII FIV FV FVI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan:
(-) : tidak ada reaksi
(+) : kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
ukuran pori-pori (pore), banyak noda (spot) dan jumlah kerutan (wrinkle) dengan
tujuan melihat seberapa besar pengaruh masker peel-off dari EKBMU untuk
mengatasi penuaan dini pada kulit, dilihat dari persen pemulihan. Berdasarkan uji
normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non
64
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelembapan pada
65
rata persen pemulihan sebesar 36,7%, dan pada formula blanko 3,1%. Grafik
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan pada minggu 1, 2, 3
peningkatan kelembapan pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil
kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05) antara semua konsentrasi formula
(termasuk blanko).
Membran sel mahluk hidup terdiri dari membran sel (PUFA/ HUFA) dan
66
Selain itu masker peel-off ini mengandung gliserin yang merupakan bahan
sediaan untuk mengabsorbsi air dari luar menuju ke dalam kulit untuk
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kondisi awal kehalusan kulit
sukarelawan berkisar antara 38-46 yaitu pada kondisi normal. Setelah penggunaan
kulit (9,8%), sedangkan pada F1, F2, dan F3 menunjukkan peningkatan kehalusan
22,5%, 30,2% dan 36,1%. F3, F4, F5, F6 menunjukkan peningkatan kehalusan
terhadap kahalusan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu
ketiga yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula. Untuk
bahwa terdapat perbedaan peningkatan kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05)
antara semua konsentrasi formula (termasuk blanko). Data dan Grafik pengaruh
67
selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Relawan Kehalusan Kulit % Peningkatan
Tingkat
Formula
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Kehalusan
Kulit
1 45 45 45 43 43 4,6 %
2 41 41 41 39 39 4,8 %
F0
3 41 41 41 39 39 4,8 %
Mean 42,3 42,3 42,3 40,3 40,3 4,7 %
1 42 41 40 39 38 9,5 %
2 37 36 36 35 34 8,1 %
FI
3 42 41 40 39 37 11,9 %
Mean 40,3 39,3 38,6 37,6 36,3 9,8 %
1 45 44 42 40 38 15,5 %
2 40 39 37 36 34 15 %
FII
3 39 38 36 34 32 17,9 %
Mean 41,3 40,3 38,3 36,6 34,67 16,0 %
1 40 38 36 34 32 20,0 %
2 43 41 39 37 35 18,6 %
FIII
3 38 36 34 32 30 21,0 %
Mean 40,3 38,3 36,3 34,3 32,3 19,8 %
1 39 38 36 33 30 23 %
2 38 37 34 31 28 26,3 %
FIV
3 44 38 36 33 32 27,2%
Mean 40,3 37,6 35,3 32,3 30 25,5 %
1 42 39 36 32 29 30,9 %
2 39 36 32 28 27 30,7 %
FV
3 45 40 36 33 32 28,8 %
Mean 42 38,3 34,6 31 29,3 30,2 %
1 45 40 36 32 28 37,7 %
2 46 41 37 33 29 36,9 %
FVI
3 42 40 36 32 28 33,3 %
Mean 44,3 40,3 36,3 32,3 28,3 36,1 %
Keterangan: Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
68
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit
mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari,
kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel
menjadi kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar. Selain itu, kulit juga
akan terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk
melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru
(Wasitaatmadja, 1997).
oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh paparan sinar ultra violet pada kulit,
degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan dini
69
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelompok blanko tidak
menunjukkan pengecilan ukuran pori sebesar 5,7%, sedangkan pada F1, F2, F3,
70
pori berukuran besar (46) menjadi pori berukuran sedang (29). Grafik pengaruh
pemakaian masker peel-off terhadap ukuran pori kulit sukarelawan selama empat
45
ukuran pori-pori
42 F0 (blanko)
39 FI (2,5%)
36 FII (5%)
33
FIII (7,5%)
30
27 FIV(10%)
24 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
sukarelawan
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa masker peel-off formula 6 lebih cepat
mengecilkan pori-pori kulit dari pada blanko. Data yang diperoleh setelah
perawatan selama empat minggu selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal Wallis
dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu kedua, ketiga dan keempat yang
Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.Dari hasil uji Mann-
kulit sukarelawan setelah pemakaian masker peel off. Pengecilan ukuran pori-pori
kulit terjadi karena masker peel off dapat mengangkat kotoran dan sel-sel kulit
71
disebabkan oleh bertambahnya usia yang membuat pori-pori menjadi lebih besar
karena semakin berkurangnya elastisitas kulit dan terpapar sinar matahari secara
juga membuat ukuran pori membesar (Bogadenta, 2012). Flavonoid, tannin dan
asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan regenerasi sel-sel kulit mati
(Bhagavan, 1992).
lensa perbesaran 60 kali dengan lampu sensor jingga. Hasil pengukuran kondisi
masker peel-off ekstrak etanol buah markisa, dapat dilihat bahwa formula blanko
Pada FI, FII, FIII, FIV, FV dan FVI menunjukkan adanya efek pengurangan noda
dengan persentase pemulihan 8,4%, 14,2%,17,3%, 24,1%, 29,3%, dan 35,2% dan
perubahan kategori jumlah noda banyak menjadi jumlah noda sedang. Hasil
72
Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya
pada kulit sukarelawan pada minggu kedua, minggu ketiga dan minggu keempat.
73
49
F0 (blanko)
banyaknya noda
46
43 FI (2,5%)
40 FII (5%)
37 FIII (7,5%)
34 FIV(10%)
31 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kulit wajah
sukarelawan
(hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang
belum tua oleh berbagai penyebab. Bercak-bercak hitam yang terdapat pada orang
yang masih muda menunjukkan bahwa kulit mengalami penuaan dini. Bercak-
bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet dari sinar matahari
yang menembus epidermis kulit. Semakin lama kulit terpapar sinar matahari,
(Zwegel, et al., 2011) yang menghambat tirosin menjadi DOPA dan dopakuinon,
sehingga dapat menghambat dam menurunkan jumlah melanin pada sel melanosit
serta juga mempunyai efek antioksidan yang dapat berfungsi melindungi kulit dari
74
Data hasil pengukuran jumlah kerutan dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
Gambar 4.6.
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah
sukarelawan
75
pengurangan jumlah keriput dengan persentase pemulihan 3,5%. FI, FII, FIII,
31,7%.
dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p<0,05 pada minggu
dalam menurunkan jumlah keriput pada kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji
52
banyaknya keriput
49 F0 (blanko)
46 FI (2,5%)
43 FII (5%)
40 FIII (7,5%)
37 FIV(10%)
34 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)
Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya keriput (wrinkle) pada kulit
wajah sukarelawan
disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga
76
Selain itu, terjadi atrofi tulang, otot, jaringan lemak subkutan berkurang disertai
lipatan kulit (Yaar dan Gilchrest, 2007). Perubahan-perubahan ini akan sangat
terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat
kerusakan kulit oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh paparan sinar ultra
violet pada kulit, dengan mengikat singlet oksigen dan menghambat peroksidasi
lipid. Dengan terjadinya hambatan tersebut, sintesis MMP-1 akan berkurang dan
proses degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan
dini akibat paparan sinar ultra violet tersebut (Fisher, et al., 2001).
77
5.1 Kesimpulan
menjadi lebih baik, meliputi kadar air kulit meningkat, kulit semakin
5.2 Saran
sediaan masker peel-off ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.)
pada sukarelawan yang memang telah mengalami tanda dan gejala penuaan dini.
78
Aceng R. F., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit & Wajah. Jakarta : Elex
Media Komputindo. Hal. 32.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Hal. 1-10.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2009). Cosmetic Science and
Technology. 2nd Ed. New York: John Willy and Son Inc. Hal. 626-629.
Basuki, K.S. (2003). Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utrama. Hal. 28-32.
CIR publication (1983). Final Report on the Safety Assessment of Sodium Lauryl
Sulfate and Ammonium Lauryl Sulfate. International Journal of
Toxicology 2 (7). Hal. 127–181.
Desmiaty Y., Ratih H., dan Dewi M.A. (2008). Penentuan Jumlah Tanin Total
pada Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk) dan Daun Sambing
Darah (Excoecaria bicolor Hassk) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi
Biru Prusia. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Universitas Andalas
Vol08 (01). Hal. 106 -109.
79
Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputind. Hal. 60.
Fisher, G. J., Kang, S., dan Varani, J. (2001). Mechanism of Photoaging and
Chronological Skin Aging. Arch Dermatol. Journal of Department of
Dermatology, University of Michigan, Ann Arbor. Vol 138. Hal. 1462-
1470.
Gayatri. (2011). Buku Cerdas untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gagas Media. Hal.
64.
Ginting, H., Reveny, J., dan Surjanto. Efek toksisitas akut ekstrak kulit buah
markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) pada mencit. The International
Seminar on Pharmacology and Clinical Pharmacy (ISPCP) Bandung,
2016. Hal 21-23.
Halliwell, B. (2001). Free radicals and other reactive species in disease. Encycl.
Journal of Life Sci. Nature Publishing Group. Hal. 1–7.
Harry, R.G. (1973). Harry’s Cosmetology Edisi keenam. New York: Chemical
Publishing Co., Inc. Hal. 103-109.
Helfrich, Y.R., Sachs, D.L., dan Voorhees, J.J. (2008). Overview Of Skin
Aging And Photoaging. Journal of Dermatology Nursing. 20 (3). Hal.
177-183.
Hermanto, C., Indriani, N.L., dan Hadiati, S. (2013). Keragaman dan Kekayaan
Buah Tropika Nusantara. Jakarta: IAARD Press. Hal. 88-89.
80
Leyden, J.L., dan Anthony, V.R. (2002). Skin Moisturization. New York: Marcel
Dekker, Inc. Hal. 120.
Lucida, A., Kalew, R., dan Suhelda, S. (2017). Formulasi Masker Peel-off dari
Ekstrak Etanol Kulit Buah Asam Kandis (Gancinia cowa, Roxb) dan Uji
Aktivitas Antioksidannya. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas Andalas Vol19 (01). Hal. 31-32.
Lynde, C. W. (2005). Moisturizers: What They Are and How They Work. [serial
online] [Diakses pada 25 April 2018]. Diambil dari: URL: HYPERLINK.
http://www.skintheraphyletter.com.
Madan, J., dan Singh, R. (2010). Formulation and Evalution of Aloe vera topical
gels. International Journal of Pharmaceutical Sciences. 2(2). Hal. 551-
555.
Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media Komputindo. Hal.16-17.
Nugraha, S.N. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi
Kulit Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims) Terhadap Bakteri
81
Valko K., Leibfritz D., dam Moncol J. (2008). Free Radicals And Antioxidants In
Normal Physiological Functions And Human Disease. Int. J. Biochem.
Cell Bio (39). Hal. 44–84.
82
Zwergel, C., Gaascht, F., dan Valente, S. G. (2011). Aurones: Interesting Natural
and Synthetic Compounds with Energing Biological
Potential.International Singapore Journal of Bio-Sci 45 (03). Hal. 234-
236.
83
84
Simplisia
Serbuk simplisia
85
Tambahkan gliserin
86
Nama lengkap
87
88
89
90
91
1. Kadar Air
(Kondisi Awal)
(Minggu I)
92
(Minggu III)
93
(Kondisi Awal)
94
(Minggu II)
95
(Minggu IV)
96
(Kondisi Awal)
(Mingu I)
97
(Minggu III)
98
4. Kerutan
(Kondisi Awal)
99
(Minggu II)
100
(Minggu IV)
101
Tests of Normality
Formul Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
a
Statisti df Sig. Statisti df Sig.
c c
Kondisi F0 .253 3 . .964 3 .637
Awal
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .229 3 . .981 3 .739
F4 .343 3 . .842 3 .220
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 1 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .204 3 . .993 3 .843
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .269 3 . .949 3 .567
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .219 3 . .987 3 .780
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .265 3 . .953 3 .583
Minggu 3 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .343 3 . .842 3 .220
F6 .265 3 . .953 3 .583
Minggu 4 F0 .276 3 . .942 3 .537
F1 .219 3 . .987 3 .780
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .384 3 . .752 3 .005
a. Lilliefors Significance Correction
102
a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.798 -1.993 -1.964 -1.993 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .046 .050 .046 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 8.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.107 -1.964 -1.993 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .050 .046 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
103
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.964 -1.993 -1.993 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .046 .046 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
d. F0 dengan F4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.218 -1.964 -1.964 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .050 .050 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
e. F0 dengan F5
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.696 -1.993 -1.993 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .487 .046 .046 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .700 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
104
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.993 -1.993 -1.964 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .046 .050 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Kehalusan kulit
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Kondisi
F3 .219 3 . .987 3 .780
Awal
F4 .328 3 . .871 3 .298
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .292 3 . .923 3 .463
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 1 F3 .219 3 . .987 3 .780
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .292 3 . .923 3 .463
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 2 F3 .219 3 . .987 3 .780
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 3 F0 .385 3 . .750 3 .000
105
a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 2.000 .000 2.000 4.500
Wilcoxon W 10.000 8.000 6.000 8.000 10.500
Z -.225 -1.291 -2.023 -1.291 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .822 .197 .043 .197 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .400 .100 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
106
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 2.000 2.000 2.000 4.500
Wilcoxon W 8.500 8.000 8.000 8.000 10.500
Z -.899 -1.107 -1.107 -1.107 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .369 .268 .268 .268 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .400 .400 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
c. F0 dengan F3
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 1.000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 8.000 7.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.107 -1.623 -1.993 -1.993 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .105 .046 .046 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .200 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
d. F0 dengan F4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 .000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 8.000 6.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.107 -2.023 -2.023 -2.023 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .043 .043 .043 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .100 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
107
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.500 .000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 10.500 6.000 6.000 6.000 10.500
Z .000 -1.993 -2.023 -1.993 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .046 .043 .046 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
f. F0 dengan F6
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.500 1.000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 7.500 7.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.348 -1.650 -2.023 -2.023 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .178 .099 .043 .043 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .200 .200 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .219 3 . .987 3 .780
Kondisi
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Awal
F4 .253 3 . .964 3 .637
F5 .337 3 . .855 3 .253
F6 .219 3 . .987 3 .780
F0 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
108
a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 11.561 10.099 13.250 15.512 17.466
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .073 .121 .039 .017 .008
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
109
b. F0 dengan F2
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 4.000 3.000 2.500 1.500
Wilcoxon W 8.000 10.000 9.000 8.500 7.500
Z -1.091 -.225 -.674 -.886 -1.328
Asymp. Sig. (2-tailed) .275 .822 .500 .376 .184
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 1.000 .700 .400 .200
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
c. F0 dengan F3
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 1.500 2.500 4.500
Wilcoxon W 6.000 6.000 7.500 8.500 10.500
Z -1.964 -1.964 -1.328 -.886 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .050 .184 .376 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .200 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
d. F0 dengan F4
110
e. F0 dengan F5
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 4.500 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 10.500 7.000 6.000 6.000
Z -1.771 .000 -1.528 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .077 1.000 .127 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 1.000 .200 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
f. F0 dengan F6
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 1.500 3.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 7.500 9.500 6.000 6.000
Z -1.964 -1.328 -.443 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .184 .658 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .200 .700 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
111
112
a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 9.283 9.704 14.416 17.506 18.501
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .158 .138 .025 .008 .005
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 3.500 2.500 2.500 3.000
Wilcoxon W 8.000 9.500 8.500 8.500 9.000
Z -1.107 -.471 -.886 -.886 -.696
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .637 .376 .376 .487
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .700 .400 .400 .700
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.500 4.500 2.500 1.500 1.000
Wilcoxon W 9.500 10.500 8.500 7.500 7.000
Z -.449 .000 -.886 -1.328 -1.623
Asymp. Sig. (2-tailed) .653 1.000 .376 .184 .105
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .700 1.000 .400 .200 .200
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
c. F0 dengan F3
113
d. F0 dengan F4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.236 -2.121 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .814 .034 .046 .046 .043
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
e. F0 dengan F5
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 4.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 10.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.798 -.236 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .814 .046 .046 .043
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 1.000 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
f. F0 dengan F6
114
Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .304 3 . .907 3 .407
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Kondisi Awal F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .292 3 . .923 3 .463
F2 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .292 3 . .923 3 .463
F2 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 2 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 3 F0 .337 3 . .855 3 .253
115
a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 12.274 7.635 8.652 12.411 14.886
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .056 .266 .194 .053 .021
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 3.500 4.000 4.500 4.000
Wilcoxon W 8.500 9.500 10.000 10.500 10.000
Z -.886 -.443 -.225 .000 -.225
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 .658 .822 1.000 .822
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .700 1.000 1.000 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2
116
c. F0 dengan F3
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.000 3.000 3.000 3.000
Wilcoxon W 6.000 8.000 9.000 9.000 9.000
Z -1.993 -1.107 -.664 -.655 -.664
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .268 .507 .513 .507
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .700 .700
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
d. F0 dengan F4
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.000 3.000 3.000 4.000
Wilcoxon W 6.000 8.000 9.000 9.000 10.000
Z -1.993 -1.107 -.664 -.655 -.232
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .268 .507 .513 .817
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .700 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
117
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.500 3.000 2.500 .000
Wilcoxon W 6.000 8.500 9.000 8.500 6.000
Z -1.993 -.886 -.664 -.943 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .376 .507 .346 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .400 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
f. F0 dengan F6
a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 3.000 4.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 9.000 10.500 6.000 6.000
Z -1.993 -.664 .000 -1.993 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .507 1.000 .046 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .700 1.000 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
118
3,1%
Rata-rata = x 100% =
F1
22%
1. x 100% = 25 %
F4
11,4%
Rata-rata = x 100% = 28,1
F2
%
1. x 100% = 18,7 %
F5
119
4,7%
3. x 100% = 28,1%
F1
Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 9,5 %
28,1%
2. x 100% = 8,1%
F6
9,8%
3. x 100% = 33,3%
F2
Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 15,5 %
33,3%
2. x 100% = 15 %
Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 4,6%
16,0%
2. x 100% = 4,8%
F3
2. x 100% = 18,6%
120
19,8%
Rata-rata = x 100% =
F4
36,1%
1. x 100% = 23,0 %
Penurunan Ukuran Pori
F0
2. x 100% = 26,3 %
1. x 100% = 5,7%
3. x 100% = 27,2 %
2. x 100% = 5,4%
Rata-rata = x 100% =
3. x 100% = 5,7%
25,5 %
F5
Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 30,9 %
5,7%
F1
2. x 100% = 30,7 %
1. x 100% = 9,5%
3. x 100% = 28,8%
2. x 100% = 9,3%
Rata-rata = x 100% =
3. x 100% = 11,09%
30,2%
F6
Rata-rata = x 100% = 11,6%
1. x 100% = 37,7%
F2
121
24,5%
2. x 100% = 14,6 %
F5
3. x 100% = 16,6 %
1. x 100% = 30,7%
Rata-rata = x 100% =
2. x 100% = 31,5%
16,6%
3. x 100% = 35,5%
F3
33,6%
2. x 100% = 17,7%
F6
3. x 100% = 20,9%
1. x 100% = 41,4%
Rata-rata = x 100% =
2. x 100% = 36,9%
19,3%
3. x 100% = 38,6%
F4
F0
1. x 100% = 4,1%
122
F1 F4
8,4% 24,1%
F2 F5
F3 29,3%
1. x 100% = 17,0%
123
1. x 100% = 41,4%
8,5%
F2
2. x 100% = 35,4%
1. x 100% = 10,8 %
3. x 100% = 36,0%
2. x 100% = 11,3 %
Rata-rata = x 100% =
3. x 100% = 13,3 %
35,2%
1. x 100% = 16,0%
1. x 100% = 4,7%
3. x 100% = 15,3%
3. x 100% = 2,0%
Rata-rata = x 100% =
Rata-rata = x 100% = 3,5%
15,7%
F1
F4
1. x 100% = 7,6%
1. x 100% = 18,0%
2. x 100% = 8,8%
2. x 100% = 17,3%
3. x 100% = 9,3%
124
25,3%
Rata-rata = x 100% =
F6
17,8%
1. x 100% = 30,7%
F5
31,7%
125