Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 126

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Formulasi dan Uji Anti-Aging dari


Sediaan Masker Peel-Off yang
Mengandung Ekstrak Kulit buah Markisa
Ungu (Passiflora edulis Sims.)

Gurning, Vitania Rebecca


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5039
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI ANTI-AGING DARI
SEDIAAN MASKER PEE L-OFF YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU
(Passiflora edulis Sims.)

SKRIPSI

OLEH:
VITANIA REBECCA GURNING
NIM 141501155

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


FORMULASI DAN UJI ANTI-AGING DARI
SEDIAAN MASKER PEEL-OFF YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU
(Passiflora edulis Sims.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
VITANIA REBECCA GURNING
NIM 141501155

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudul Formulasi dan Uji Anti-Aging dari Sediaan Masker Peel-off yang

Mengandung Ekstrak Kulit buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims.)

Kulit buah markisa mengandung flavonoid dan tannin yang memiliki

kemampuan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan dini akibat radikal

bebas. Masker peel-off merupakan salah satu produk kosmetika yang mudah

digunakan dan mampu mencegah sel-sel kulit mati dan kotoran pori dengan cepat

dibandingkan masker tipe lain. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasi

serta mengevaluasi efektivitas masker peel-off dari ekstrak kulit buah markisa

ungu (Passiflora edulis Sims.) sebagai anti-aging. Hasil uji aktivitas anti-aging

sediaan masker peel-off ekstrak kulit buah markisa ungu pada konsentrasi 15%

dapat meningkatkan kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori,

melanin dan jumlah keriput pada wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan

dengan konsentrasi lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber

informasi bagi penelti selanjutnya.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis tidak lupa

menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga

menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi

iv
Universitas Sumatera Utara
fasilitas selama perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara..

Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.,

dan Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak

memberikan masukan dan saran atas skripsi ini, serta kepada Ibu Dr. Sumaiyah,

M. Si., Apt., sebagai dosen penasihat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di

Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis

selama duduk di bangku perkuliahan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Denny G. Gurning, S.H.,

Ibunda Ns. Dahliana Marpaung, S. Kep., abang saya Aditya Elkana, S. Kep., serta

seluruh keluarga di Jakarta maupun Medan yang selalu memberikan doa dan

dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada sahabat – sahabat

yakni Vriona, Dina, Bella, dan Anggi, KTB WWJD Elsa, Debo, Nona, Anis,

Tommy, dan Wira, Kakak Rohani terkasih Kak Rimma, Kak Ingrid, dan Kak Ita,

Pengurus IMPERATIF Airin, Mega, Yunus, Danu, Gloria, Dicky, Adik terkasih

Intan dan Putri, 12 IPA SAMOCA’14, Coky, teman-teman angkatan 2014,atas

segala doa, dukungan, canda dan tawa dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua khusunya dibidang farmasi.

Medan, Mei 2018


Yang membuat pernyataan

Vitania Rebecca Gurning


NIM 141501155

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Vitania Rebecca Gurning

Nomor Induk Mahasiswa : 141501155

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Anti-Aging dari Sediaan Masker


Peel-Off yang Mengandung Ekstrak Kulit Buah
Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims.)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2018


Yang membuat pernyataan

Vitania Rebeccs Gurning


NIM 141501155

vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI ANTI-AGING DARI
SEDIAAN MASKER PEEL-OFF YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU (Passiflora edulis Sims.)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan dini merupakan proses yang dialami oleh tubuh dimana
fungsi bagian-bagian tubuh semakin berkurang, antara lain kulit yang semakin
menipis dan kemudian muncul keriput. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi penuaan dini adalah radikal bebas. Kulit buah markisa
mengandung flavonoid dan tannin yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan
untuk mencegah penuaan dini akibat radikal bebas. Masker peel-off mudah
digunakan dan mampu mengangkat sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori dengan
cepat dibandingkan dengan masker tipe lain.
Tujuan: Memformulasi serta mengevaluasi efektivitas masker peel-off dari
ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) sebagai anti-aging.
Metode: Kulit buah markisa ungu yang sudah dikeringkan dimaserasi dengan
etanol 96%, disaring dan larutan di evaporasi dalam rotary evaporator pada suhu
40oC dan dikeringkan hingga didapat ekstrak kental. Pembuatan masker peel-off
dimulai dengan pencampuran basis gel masker peel-off kemudian ditambah
ekstrak dengan konsentrasi 2,5%(F1); 5% (F2), 7,5%(F3); 10%(F4); dan
12,5%(F5), 15%(F6) dan tanpa menggunakan ekstrak (blanko). Evaluasi sediaan
masker peel-off meliputi pengamatan organoleptis (bau dan warna), uji pH, uji
viskositas, uji stabilitas selama 12 minggu penyimpanan, homogenitas, uji iritasi
terhadap sukarelawan dan uji evaluasi efektifitas anti-aging sediaan masker peel-
off yang mengandung ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sediaan masker peel-off
berwarna coklat muda hingga coklat tua, berbau khas, homogen juga stabil
selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, tidak mengiritasi kulit
sukarelawan. Hasil uji aktivitas anti-aging sediaan masker peel-off ekstrak kulit
buah markisa ungu pada konsentrasi 15% paling optimal dalam meningkatkan
kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori, melanin dan jumlah keriput
pada wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
Kesimpulan: Ekstrak kulit buah markisa ungu dapat diformulasikan sebagai
sediaan masker peel-off dan stabil pada penyimpanan 12 minggu, masker peel-off
ekstrak kulit buah markisa ungu 15% memiliki efektifitas anti-aging yang lebih
baik dibandingkan dengan formula lainnya.

Kata kunci : Formulasi, Ekstrak kulit buah markisa ungu, Masker peel-off, Anti
aging

vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND ANTI-AGING EVALUTION OF PEEL-OFF MASK
CONTAINED PURPLE PASSION FRUIT PEEL EXTRACT
(Passiflora edulis Sims.)

ABSTRACT

Background: The process of aging is a process experienced by the body in which


the function of the body parts decreases, including the skin is thinning and then
appear wrinkles. Extrinsic factors that most affect premature aging are free
radicals. Compounds that can counteract free radicals are antioxidants. Passion
fruit peel contains flavonoids and tannins that have the ability as an antioxidant to
prevent aging due to free radicals. Peel-off mask is easy to use and is able to
remove dead skin cells and impurities on the pores quickly compared to other
types of masks.
Purpose: Formulate and evaluate the effectiveness of peel-off mask from purple
passion fruit peel extract (Passiflora edulis Sims.) as anti-aging.
Method: Dried purple passion fruit peel was macerated with ethanol 96%,
filtered, and the solution was evaporated in rotary avaporator at 40oC and dried
until the concentrated extract was obtained. After that, the preparation of peel-off
mask started from mixing the peel-off mask gel base and extract with
concentration 2.5%(F1); 5%(F2); 7.5%(F3); 10%(F4); 12.5%(F5); 15% (F6) and
without extract. The peel-off mask evaluation was organoleptic (odor and color),
pH test, stability test for 12 weeks storage, viscosity test, homogeneity, irritation
test to volunteers, and evaluation test of anti-aging activity from peel-off mask
product contained purple passion fruit (Passiflora edulis Sims.) peel extract.
Result: The result showed that all peel-off mask product was light brown to dark
brown, typical smell, homogenous also stable at 12 weeks storage and no skin
irritation to volunteers. Anti-aging activity test result from peel-off mask product
contained purple passion fruit peel extract at 15% was the most optimum to
increase water content and evenness, decrease pore size, melanin, and number of
wrinkles to volunteer’s face better than the other formulas.
Conclusion: Purple passion fruit skin extract can be formulated as peel-off mask
product and stable at 12 weeks storage, the peel-off mask product contained
purple passion fruit skin extract 15% has anti-aging activity better than the other
formulas

Keyword : Formulation, Purple Passion Fruit Skin Extract, Peel-off mask,


Anti-aging

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

ABSTRACT .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4

1.3 Hipotesis ............................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Markisa Ungu ................................................................... 6

2.1.1 Uraian Tumbuhan ..................................................... 6

2.1.2 Daerah Tumbuh ........................................................ 6

2.1.3 MorfologiTumbuhan ................................................ 7

ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Nama Daerah ............................................................ 8

2.1.5 Nama Asing .............................................................. 8

2.1.6 Sistematika Tumbuhan ............................................. 8

2.1.7 Kandungan Kimia .................................................... 8

2.1.8 Kegunaan .................................................................. 9

2.2 Kulit ................................................................................... 9

2.2.1 Struktur Kulit ............................................................ 10

2.2.1.1 Epidermis ..................................................... 10

2.2.1.2 Dermis .......................................................... 12

2.2.1.3 Keratinasi ..................................................... 12

2.2.1.4 Mantel Asam Kulit ....................................... 13

2.2.2 Fungsi Kulit .............................................................. 14

2.2.3 Jenis Kulit ................................................................. 14

2.3 Penuaan Dini ..................................................................... 15

2.3.1 Pengertian Penuaan Dini .......................................... 15

2.3.2 Tanda-tanda Penuaan Dini ....................................... 15

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Penuaan Dini ...................... 16

2.3.4 Proses Terjadinya Penuaan Dini ............................... 17

2.3.5 Sinar Ultra Violet ..................................................... 20

2.4 Radikal Bebas dan Antioksidan.......................................... 21

2.4.1 Pengertian Radikal Bebas ......................................... 21

2.4.2 Antioksidan ............................................................... 22

2.5 Anti-Aging ......................................................................... 24

2.5.1 Pengertian Anti-Aging .............................................. 24

x
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Fungsi Produk Anti-Aging ......................................... 24

2.6 Masker ............................................................................... 25

2.6.1 Fungsi dan Manfaat Masker ..................................... 25

2.6.2 Jenis-jenis Masker .................................................... 26

2.6.3 Mekanisme kerja masker peel-off secara umum ...... 28

2.7 Skin Analyzer ..................................................................... 28

2.8 Komponen Bahan Masker Peel-off ................................... 29

2.8.1 Polivinil Alkohol ...................................................... 29

2.8.2 Polivinil Pirolidone ................................................... 30

2.8.3 Gliserin ..................................................................... 31

2.8.4 Natrium Lauril Sulfat ............................................... 32

2.8.5 Nipagin ..................................................................... 32

2.8.6 Etanol 96% ............................................................... 33

2.8.7 Aquadest ................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 34

3.1 Alat dan Bahan ...................................................................... 34

3.1.1 Alat-alat ...................................................................... 34

3.1.2 Bahan .......................................................................... 34

3.2 Sukarelawan ......................................................................... 35

3.3 Sampel Tumbuhan ............................................................... 35

3.3.1 Pengambilan Bahan .................................................... 35

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ................................................ 35

3.3.3 Pembuatan Simplisia KBMU ...................................... 36

3.3.4 Pembuatan Ekstrak KBMU ........................................ 36

xi
Universitas Sumatera Utara
3.4 Formulasi Sediaan Masker Peel-Off .................................... 36

3.4.1 Formula Standar ........................................................... 36

3.4.2 Formula Modifikasi ..................................................... 37

3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan Masker Peel-Off Ekstrak


Etanol Etanol Kulit Buah Markisa ............................... 37

3.4.4 Formulasi Masker Peel-Off .......................................... 37

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ............................................. 38

3.5.1 Uji Homogenitas ......................................................... 39

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan ................................... 39

3.5.3 Pengukuran pH ........................................................... 39

3.5.4 Pengujian Waktu Sediaan Mengering ......................... 39

3.5.5 Pengujian Viskositas Sediaan ..................................... 40

3.6 Uji Iritasi Sukarelawan .......................................................... 40

3.7 Pengujian Efektivitas Anti-Aging ........................................ 41

3.8 Analisis Data ........................................................................ 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 43

4.1. Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-Off ........................ 43

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ......................... 43

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas ................................ 43

4.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan .......................... 44

4.2.3 Hasil Pengujian Sediaan Mengering ........................... 45

4.2.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan ......................... 46

4.2.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ............. 47

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging .................................. 48

4.3.1 Kadar Air (Moisture) .................................................. 49

xii
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Kehalusan .................................................................... 51

4.3.3 Pori (Pore) .................................................................. 53

4.3.4 Noda (Melanin) ........................................................... 56

4.3.5 Keriput (Wrinkle) ......................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 62

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 62

5.2 Saran ..................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63

LAMPIRAN .............................................................................................. 68

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan interinsik dan photoaging


pada perubahan epidermis ........................................................... 18

2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan interinsik dan photoaging


pada perubahan dermis .................................................................. 19

2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ....................... 29

3.1 Formula masker peel-off ............................................................... 38

4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan ............................................ 44

4.2 Hasil Uji Waktu Sediaan Mengering ............................................ 46

4.3 Data hasil Pengukuran Viskositas Sediaan .................................. 47

4.4 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ........................... 48

4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit


sukarelawan .................................................................................. 49

4.6 Data hasil pengukuran Kehalusan (evenness) pada kulit


sukarelawan .................................................................................. 51

4.7 Data hasil pengukuran pori-pori (pore) pada kulit sukarelawan ... 53

4.8 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit sukarelawan .......... 56

4.9 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit sukarelawan . 59

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur dasar kulit wajah manusia ......................................... 10

2.2 Rumus struktur polivinil alcohol ........................................... 30

2.3 Rumus struktur polivinil pirolidon ........................................ 30

2.4 Rumus struktur gliserin .......................................................... 31

2.5 Rumus struktur natrium lauril sulfat ...................................... ` 32

2.6 Rumus struktur nipagin .......................................................... 32

2.7 Rumus struktur etanol 96% .................................................... 33

4.1 Hasil uji homogenitas sediaan ..................................................... 43

4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada wajah


sukarelawan .................................................................................. 50

4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada wajah


sukarelawan ................................................................................ 52

4.4 Grafik hasil pengukuran pori-pori (pore) pada wajah


sukarelawan ................................................................................ 55

4.5 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada wajah sukarelawan .... 58

4.6 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada wajah


sukarelawan ................................................................................ 60

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ................................................. 68

2. Bagan pembuatan EKBMU ................................................... 69

3. Bagan Pembuatan Masker Peel-Off ...................................... 70

4. Contoh surat pernyataan sukarelawan .................................. 71

5. Gambar Alat dan Bahan ........................................................ 72

6. Gambar sediaan masker peel-off dan pengaplikasiannya ..... 75

7. Gambar hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer .. 76

8. Data Hasil Uji Statistik ......................................................... 86

9. Perhitungan persentase aktivitas anti-aging .......................... 103

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi dan pengaturan suhu

tubuh, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya

sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Fatma, 2007)

Penuaan dini (aging) merupakan proses yang dialami oleh tubuh dimana

fungsi bagian-bagian tubuh semakin berkurang, misalnya kulit yang semakin

menipis dan kemudian muncul keriput, daya cerna semakin berkurang sehingga

terjadi penimbunan lemak dibeberapa bagian tubuh (Waluyo, 2010). Penuaan

pada kulit merupakan suatu proses biologis yang kompleks yang dihasilkan dari

penuaan intrinsic (dari dalam tubuh seperti genetic) dan perubahan yang

berkembang seiring waktu serta dampak ekstrinsik yang sangat berperan dalam

penuaan adalah ekspresi wajah repetitive, posisi tidur yang buruk, merokok, dll.

Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni kerutan halus, kulit tipis dan

transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan atau tanpa

gatal, ketidak mampuan untuk berkeringat cukup, rambut beruban, rambut rontok,

rambut yang tidak diinginkan, penipisan lempeng kuku, hilangnya kuku setengah

bulan, dll (Mackiewicz dan Rimkevicius, 2008).

17

Universitas Sumatera Utara


Teori yang sering dikaitkan sebagai penyebab faktor-faktor penuaan dini

adalah teori radikal bebas. Radikal UV merupakan pemicu yang sangat potensial

dalam pembentukan radikal bebas ROS (Reactive Oxygen Species) pada kulit

(Masaki, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif

dengan electron yang tidak memiliki pasangan (Winarsi, 2007).

Senyawa yang dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan. Sebagai

bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat

oksidasi sehingga dapat mencegah penuaan dini (anti-aging) (Masaki, 2010).

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging

berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan

terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau

memperlambat efek penuaan supaya seseorang menjadi lebih segar, cantik, dan

awet muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Masker wajah adalah pasta krim (gel) yang diterapkan pada wajah setelah

dibersihkan. Masker sering mengandung mineral, vitamin, dan protein. Ada

berbagai jenis masker untuk tujuan yang berbeda: deep cleansing dengan

menembus pori-pori, menyembuhkan bekas jerawat atau hiperpigmentasi,

pencerah untuk mencerahkan warna kulit secara bertahap. Masker wajah dapat

dihilangkan dengan membilas wajah dengan air atau menyeka wajah dengan kain

lembab hingga bersih (Aceng R. F dan Rina Nurmarlina, 2012). Masker wajah

dalam bentuk gel merupakan masker yang praktis, karena setelah kering masker

tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas, dikenal sebagai masker peel-

off. Pemakaian masker peel-off ditujukan untuk mengangkat kotoran dan sel kulit

mati agar kulit bersih dan segar, mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit,

18

Universitas Sumatera Utara


bahkan dengan pemakaian teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit

wajah (Lucida et al., 2017). Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di

pasaran adalah bentuk pasta dan serbuk, sedangkan masker bentuk peel-off masih

jarang dijumpai, padahal masker bentuk peel-off mempunyai keuntungan,

diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibersihkan (Rieger,

2000).

Hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Nugraha (2015) terhadap

simplisia dan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu menunjukkan bahwa kulit

buah markisa ungu mengandung flavonoid, glikosida, saponin, tannin dan

steroid/terpenoid. Kemampuan suatu zat dalam menghambat oksidasi

(antioksidan) dikenal dengan istilah inhibitory concentration (IC). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Ginting et al, (2016), nilai IC50 ekstrak etanol

kulit buah markisa adalah 30,23 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak

etanol memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak diteliti

belakangan tahun ini, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau

mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai

beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti-diare, antibakteri dan antioksidan

(Desmiaty et al., 2008).

Berdasarkan kandungan antioksidan pada kulit buah markisa ungu, maka

peneliti membuat sediaan kosmetik dalam bentuk masker peel-off dengan

menambahkan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.)

sebagai anti-aging.

19

Universitas Sumatera Utara


1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Apakah perbedaan konsentrasi dari ekstrak kulit buah markisa ungu

(Passiflora edulis Sims.) dalam sediaan masker peel-off dapat mempengaruhi

efektifitas anti-aging dalam peningkatan kadar air dan kehalusan serta

penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut selama empat minggu

perawatan?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Perbedaan konsentrasi yang semakin tinggi dari ekstrak kulit buah markisa

ungu (Passiflora edulis Sims.) dalam sediaan masker peel-off dapat

meningkatkan aktivitas anti-aging dan menunjukan peningkatan kadar air

dan kehalusan serta penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut

selama empat minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi dari ekstrak kulit buah

markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) dalam sediaan masker peel-off

terhadap efektifitas anti-aging dalam peningkatan kadar air dan kehalusan

serta penurunan ukuran pori, jumlah noda dan jumlah kerut selama empat

minggu perawatan.

20

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membuat formula sediaan masker

peel-off yang memiliki efek anti-aging dari ekstrak kulit buah markisa ungu

(Passiflora edulis Sims.) sehingga dapat digunakan dalam sediaan kosmetik.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 21 orang relawan, sediaan masker peel-off

dioleskan pada area wajah. Terdapat 3 variabel bebas yaitu simplisia kulit

buah mariksa ungu, ekstrak etanol kulit buah markisah ungu, formulasi

masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa. Variabel terikat yaitu uji

efek anti-aging dengan skin analyzer.

Variabel bebas Variabel terikat Parameter


Kadar Air
Simplisia kulit buah
markisa ungu Kehalusan
Ekstrak etanol kulit
Uji efek anti-aging Ukuran pori-pori
buah markisa ungu
Formulasi masker Jumlah noda
peel-off kulit buah
markisa ungu Keriput

21

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Markisa Ungu

2.1.1 Uraian tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh, morfologi tumbuhan, nama

daerah, nama asing, sistematika tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan dari

tumbuhan.

2.1.2 Derah tumbuh

Markisa ungu adalah tanaman yang berasal dari Brazil bagian selatan yaitu

dari Paraguay hingga Argentina bagian utara. Di Indonesia, markisa ungu di

tanam didaerah dataran tinggi tropis dan didaerah subtropis pada ketinggian 700

sampai 2000 m diatas permukaan laut, curah hujan 2000 sampai 3000 mm/tahun

dan suhu 18 sampai 25oC. Daerah penghasil markisa ungu masih terpusat di

beberapa kabupaten di provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Karo, Simalungun,

Dairi, Tapanuli Utara) dan provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Gowa, Sinjai,

Tator, Enrekang dan Polmas). Markisa ungu dapat tumbuh di berbagai tipe tanah,

namun tanah yang sesuai adalah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan

organik, mempunyai pH 5,5-7,5 dan memiliki aerasi dan drainase yang baik. Buah

markisa ungu biasanya dapat di panen pada umur 85 dan 95 hari setelah bunga

mekar. Tanda-tanda buah markisa ungu yang siap di panen adalah warnanya ungu

kehijauan-ungu karena buah ini memiliki karakteristik fisik dan kimia yang baik

(Karsinah, dkk., 2010).

22

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Morfologi tumbuhan

Tanaman markisa merupakan tumbuhan semak yang hidup menahun dan

bersifat merambat hingga sepanjang 20 m atau lebih. Batang tanaman sedikit

berkayu, bersulur dan memiliki banyak percabangan yang terkadang tumbuh

tumpang tindih. Pada tanaman muda, cabang berwarna hijau dan setelah tua

menjadi hijau kecoklatan. Daunnya sangat rimbun tumbuh secara bergantian pada

batang atau cabang. Bentuk daun menjari, bergerigi, berwarna hijau, mengkilap

dengan panjang tangkai 2-3 cm, panjang daun 9-12 cm dan lebar 7-9 cm

(Rukmana, 2003).

Markisa berbunga tunggal, bulat, berkelamin dua, terletak di ketiak daun,

tangkai bergerigi, panjang 3-4 cm dan berwarna hijau. Benang sari bertangkai,

berbentuk tabung, panjang sekitar 6 cm dan berwarna kuning. Jumlah kelopak

lima dan mahkota bunga juga lima berbentuk lonjong dengan permukaan beralur

berwarna ungu, jumlah benang sari lima dan putik tiga. Markisa dapat berbunga

setiap waktu, namun musim utama di Indonesia terjadi pada bulan

Desember/Januari dan Juni. Buah markisa berbentuk agak bulat lonjong, panjang

4-6 cm. Kulit hijau muda, setelah masak berubah warna menjadi violet. Kulit buah

tipis, liat dan tahan benturan pada saat pengangkutan. Bagian dalam buah diliputi

oleh lapisan berwarna putih (endocarp) yang mengandung banyak petkin. Buah

memiliki banyak biji berwarna hitam dan dibungkus oleh selaput berisi sari buah

(juice) yang masam manis dan beraroma harum semerbak (Hermanto, dkk., 2013).

23

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Nama daerah

Tanaman markisa ungu di Indonesia memiliki berbagai macam nama

daerah seperti buah monyet (Sunda), markisah (Melayu) dan buah negri (Jawa)

(Depkes, RI., 1999).

2.1.5 Nama asing

Buah markisa ungu memiliki nama lain seperti Granadiglia (Italia),

Eetbare Passiebloem (Belanda), Purple granadilla (Inggris), marajuca doce

(Brazil), Ji dan guo (Cina), Linmangkon (Thailand), paarse passievrucht

(Belanda), Aul Aanp (Nepal), dan buah Susu (Malaysia) (Duke, 1929).

2.1.6 Sistematika tumbuhan

Menurut Rukmana (2013), sistematika tumbuhan markisa ungu sebagai

berikut:

Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Malpighiales

Suku : Passifloraceae

Marga : Passiflora

Jenis : Passiflora edulis Sims.

2.1.7 Kandungan kimia

Markisa ungu mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder.

Daun markisa ungu mengandung tanin, glikosida, flavonoid, saponin dan alkaloid.

Batang tanaman markisa ungu mengandung glikosida, flavonoid, saponin dan

24

Universitas Sumatera Utara


alkaloid. Sedangkan buah mengandung tanin, glikosida, flavonoid dan alkaloid

(Akanbi, et al., 2011). Sementara kulit buah markisa ungu mengandung flavonoid,

glikosida, saponin, tannin dan steroid/terpenoid (Nugraha, 2015).

2.1.8 Kegunaan

Markisa banyak mengandung senyawa kimia yang mampu membunuh sel

kanker, kaya vitamin B dan potassium. Markisa berkhasiat menyembuhkan gejala

alergi kronis, memulihkan penyakit liver dan ginjal, meningkatkan kekebalan

tubuh dan kekuatan antibodi dalam darah. Markisa juga mampu menyaring,

memisahkan dan membuang racun dari dalam tubuh. Selain itu, markisa juga

dapat meningkatkan kesegaran kulit tubuh dan merangsang pertumbuhan sel muda

pada kulit wajah. Markisa mengandung vitamin C dosis tinggi dan antioksidan

(Hermanto, dkk., 2013). Kulit buah markisa memiliki aktivitas antioksidan yang

dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh karna memiliki nila IC (inhibitory

concentration) yang sangat kuat yakni 30,23 µg/ml serta memiliki aktivitas

antimutagenik (Ginting et al, 2016), selain itu juga memiliki aktivitas antibakteri

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Nugraha, 2015).

2.2 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan

rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007). Sebagai bagian tubuh yang

paling kelihatan, kulit menjadi sumber kecantikan dan daya pikat dari seseorang.

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi

utama sebagai pelindung dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar

25

Universitas Sumatera Utara


(Tranggono dan Latifah, 2007). Kulit manusia memiliki luas rata-rata lebih

kurang 2 m2, dengan berat sebesar 10kg dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa

lemak. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15%

berat badan (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Struktur kulit

Gambar 2.1 Struktur dasar kulit wajah manusia (Yahya, 2003)

Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai

lapisan paling luar dan dermis (korium, kutis, kulit jangat). Di bawah dermis

terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Yahya, 2003).

2.2.1.1 Epidermis

Lapisan kulit yang paling luar disebut epidermis. Pada berbagai

bagian tubuh, epidermis memiliki ketebalan yang berbeda, paling tebal

berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling

tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut.

Sel epidermis juga sebagai keratinosit (Yahya, 2003).

Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu:

26

Universitas Sumatera Utara


a. Stratum corneum (lapisan tanduk)

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas dan terdiri atas

beberapa lapis sel pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami

metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan

ini sebagian besar terdiri atas keratin (protein yang tidak larut dalam air)

dan sangat resisten terhadap bahan kimia. Secara alami, sel-sel yang mati

di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan

lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung lembab tipis bersifat asam disebut

mantel asam kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Stratum lucidum (lapisan jermih)

Lapisan ini disebut juga lapisan barrier yang letaknya tepat di bawah

stratum corneum. Lapisan ini merupakan lapisan tipis, jernih, mengandung

elaidin, dan sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin

tipis disebut rein’s barrier (Szakall) yang tidak dapat ditembus

(impermeable) (Yahya, 2003).

c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk poligonal,

berbutir kasar, berinti mengkerut. Dalam butir keratohyalin tersebut

terdapat bahan logam, khususnya tembaga, sebagai katalisator proses

pertandukan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri, berinti

27

Universitas Sumatera Utara


besar dan berbentuk oval. Setiap sel berisi filamen kecil terdiri atas serabut

protein. Cairan limfe ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan ini

(Tranggono dan Latifah, 2007).

e. Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalamnya

terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan

fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan melalui dendrit-dendrit

diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel

keratinosit dan disebut dengan unit melanin epidermal (Tranggono &

Latifah, 2007).

2.2.1.2 Dermis

Bagian ini terdiri dari serabut kolagen dan elastin, yang berada dalam

substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin

mukopolisakarida. Serabut kolagen mencapai 72% dari keseluruhan berat

kulit manusia tanpa lemak (Tranggono dan Latifah, 2007).

Di dalam dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila

rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak

rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak

yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis)

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1.3 Keratinisasi

Sel keratinosit pada lapisan basal atau lapisan tanduk akan

memperbanyak diri, berdiferensiasi, terdesak menuju ke permukaan kulit

28

Universitas Sumatera Utara


sehingga menjadi sel-sel yang mati, kering, dan pipih dalam stratum

corneum. Kandungan air dalam stratum corneum hanya sekitar 25%,

sedangkan pada lapisan lainnya dapat mencapai 70% (Tranggono dan

Latifah, 2007).

2.2.1.4 Mantel Asam Kulit

Menurut Marchionini (1929), stratum corneum dilapisi suatu lapisan

tipis lembab bersifat asam yang disebut dengan mantel asam kulit. Pada

umumnya pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5–6,5 sehingga

bersifat asam lemah. Oleh karena itu sediaan kosmetik dibuat pada kisaran

pH tersebut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok, yaitu

(Marchionini,1929):

a. Sebagai penyangga (buffer) untuk menetralisir bahan kimia yang

terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.

b. Dengan sifat asamnya, dapat membunuh atau menekan pertumbuhan

mikroorganisme yang berbahaya bagi kulit

c. Dengan sifat lembabnya, dapat mencegah kekeringan kulit.

Semakin asam atau semakin alkalis bahan yang mengenai kulit,

maka semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi lelah,

serta kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan mudah

terinfeksi. Oleh karena itu, pH sediaan yang dibuat diusahakan agar sama

atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis mantel asam kulit dan disebut

sediaan dengan pH balanced (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.2 Fungsi kulit

29

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit, yaitu:

a. Proteksi (perlindungan)

b. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan tempratur tubuh)

c. Persepsi sensoris (menerima rangsangan)

d. Absorpsi (penyerapan)

e. Fungsi ekskresi dan sekresi (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.2.3 Jenis kulit

Pada umumnya, keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis (Tranggono dan

Latifah, 2007):

a. Kulit normal

Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan

mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan

kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya

pori-pori kulit besar sehingga kesannya kasar dan lengket.

c. Kulit kering

Kulit kering adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang

kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat

kerutan.

30

Universitas Sumatera Utara


2.3 Penuaan Dini

2.3.1 Pengertian penuaan dini

Proses penuaan dini (aging process) dengan segala manifestasinya seperti

kelemahan, kemunduran fungsi, pikun, memutihnya warna rambut, kulit kendor

keriput, berkurangnya ketajaman pengelihatan, kelemahan otot-otot rangka,

menurunnya libido, menurunnya daya tahan tubuh dan lain-lain, hamper pasti

dialami oleh setiap orang yang mencapai usia lanjut (Fauzi dan Nurmalina, 2012)

Aging (penuaan dini) adalah proses yang dialami tubuh dimana fungsi

bagian-bagian tubuh semakin berkurang, misalnya kulit yang semakin menipis

dan kemudian muncul keriput, daya cerna yang semakin berkurang sehingga

terjadi penimbunan lemak yang menyebabkan perut gendut, dan sebagainya

(Waluyo, 2010).

2.3.2 Tanda-tanda penuaan dini

Tanda-tanda penuaan dini pada kulit, antara lain (Noormindhawati, 2013):

a. Keriput dan mengendur

Seiing bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin

berkurang. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak

keriput dan mengendur.

b. Muncul age spot (noda hitam)

Muncuk di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan dan

tangan

c. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akitbat paparan sinar matahari membuat kulit

menjadi kering dan kasar

31

Universitas Sumatera Utara


d. Pori-pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.

2.3.3 Faktor penyebab penuaan dini

Faktor penyebab yang berperan dalam proses penuaan dini antara lain

(Noormindhawati, 2013).:

1. Faktor internal

a. Genetik

Sebagian orang tampak lebih muda daripada umur yang sebenarnya. Kualitas

kulit yang baik seperti ini bisa saja terjadi karena faktor genetic dengan kata

lain diturunkan dari generasi sebelumnya. Proses metabolism dan hormonal

seseorang juga bisa jadi sangat terpengaruh faktor genetik (Prianto, 2014).

b. Sakit yang berkepanjangan

c. Kurang asupan gizi

Kulit membutuhkan cukup nutrisi vitamin dan mineral. Makanan yang

dikonsumsi sangat dibutuhkan untuk pembentukan kulit yang sehat dari

dalam tubuh kita. Makanan berserat sangat direkomendasikan untuk

membantu proses detoksifikasi (pembuangan zat yang tak berguna) di dalam

tubuh, sehingga sirkulasi makanan dan didalam tubuh dan pembuangan zat

sisa akan berjalan teratur (Prianto, 2014).

2. Faktor eksternal

a. Polusi

Polusi memicu terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas akan merusak

kolagen dan elastin

32

Universitas Sumatera Utara


b. Sinar ultraviolet (UV)

Sinar UV menyebabkan kulit keriput, timbulnya pigmentasi, dan berpotensi

menyebabkan kanker kulit.

c. Stres

Stress akan memicu produksi hormone kortisol. Hormone ini dapat merusak

kolagen dan elastin.

d. Kurang tidur

Proses regenerasi kulit terjadi saat kita tidur. Oleh karena itu, kurang tidur

akan mengganggu regenerasi kulit.

e. Perawatan yang tidak tepat

Penggunaan produk kosmetik yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan

penuaan dini. Misalnya penggunaan anti-aging yang mengandung alkohol,

asam glikolat, dan retin-A secara berlebihan justru membuat kulit menjadi

kering.

2.3.4 Proses terjadinya penuaan dini

Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging.

Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam Photoaging

dan penuaan intrinsik. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah,

tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu

karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar

sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik

dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

Kolagen merupakan satu diantara komponen utama kulit manusia yang

mempengaruhi elastisitas kulit. Fibroblast dermal memproduksi molekul

33

Universitas Sumatera Utara


prekursor yang disebut prokolagen, yang selanjutnya akan diubah menjadi

kolagen. Ada dua regulator penting dalam pembentukan kolagen, yaitu

transforming growth factor (TGF)-β dan activator protein (AP)-1. (TGF)-β

adalah cytokine yang merangsang pembentukan kolagen, sedangkan (AP)-1

adalah faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan

meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang

disebut matrix metalloproteinase (MMPs) (Helfrich, Sachs, dan Voorhees,

2008).

Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari, radiasi UV yang diserap oleh

kulit dapat menghasilkan komponen berbahaya yaitu Reactive Oxygen Species

(ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen selular

seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV

menyebabkan pembentukan ROS danmenginduksi (AP)-1 yang menyebabkan

peningkatan produksi MMP dan kemudian meningkatkan penghancuran

kolagen. Selain itu, radiasi UV juga menyebabkan penurunan (TGF)-β yang

merangsang pembentukan kolagen, sehingga pembentukan kolagen menurun.

Peningkatan penghancuran kolagen dan penurunan produksi kolagen akibat

radiasi sinar UV inilah penyebab dari terjadinya photoaging (Helfrich, Sachs,

dan Voorhees, 2008).

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada

perubahan epidermis (Mitsui, 1997)

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Lapisan epidermis - Tebal - Tipis

Sel-sel epidermis - Sel-sel tidak seragam - Sel-sel seragam

34

Universitas Sumatera Utara


(keratinosit) - Sel-sel terdistribusi tidak - Sel-sel terdistribusi secara

merata merata

- Pembesaran berkala - Pembesaran mendadak

Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel - Lapisan sel normal

- Ukuran serta bentuk - Ukuran dan bentuk

korneosit bervariasi Akorneosit seragam

Melanosit - Peningkatan jumlah sel - Pengurangan jumlah sel

- Sel-sel bervariasi - Sel-sel seragam

- Peningkatan produksi - Penurunan produksi

melanosom Amelanosom

Sel-sel Langerhans - Pengurangan sel dalam - Pengurangan sel dalam

jumlah yang besar jumlah yang kecil

- Sel-sel bervariasi - Sel-sel seragam

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada

perubahan dermis (Mitsui, 1997)

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik

Jaringan elastis - Meningkat secara - Meningkat tetapi masih

drastis dalam keadaan normal

- Berubah menjadi massa

yang tidak berbentuk

Kolagen - Serat kolagen dan - Serat kolagen tidak

jaringan ikat menurun beraturan, jaringan ikat

jumlahnya menebal

Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal

35

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Sinar ultraviolet

Radiasi sinar matahari yang menyinari bumi bervariasi antara panjang

gelombang 200-3000 nm, yaitu sinar UV, sinar tampak, dan infra merah

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Sinar UV yang mempengaruhi kehidupan biologik mempunyai panjang

gelombang antara 250-400 nm, dengan pembagian segmen sebagai berikut

(Misnadiarly, 2006):

a. Segmen UV-A dengan panjang gelombang 315-400 nm, paling banyak

mencapai bumi, yaitu 100 kali UV-B, tetapi dengan kekuatan lemah,

1:1000 UV-B. Segmen sinar ini masuk ke dalam dermis, menyebabkan

kerusakan jaringan dermis sehingga menyebabkan proses penuaan dini,

menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan bersama UV-B berperan dalam

proses pembentukan kanker kulit (Misnadiarly, 2006). Sinar UV-A

memiliki Minimal Erythemal Dose (MED) antara 50.000-60.000 mJ/cm2

(De Polo, 1998).

b. Segmen UV-B, antara 280-315 nm, merupakan sinar terkuat yang

mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada di bagian

bawah epidermis, berupa luka bakar (sunburn) dan memicu terbentuknya

sel kanker. Lapisan ozon mengabsorpsi 90% segmen UV-B terutama pada

panjang gelombang 290-300 nm (Misnadiarly, 2006). Radiasi sinar UV-B

mencapai permukaan kulit dengan 70% dipantulkan lapisan epidermis,

20% berpenetrasi lebih dalam ke epidermis, dan 10% mencapai dermis.

Sinar UV-B memiliki Minimal Erythemal Dose (MED) antara 20-

35mJ/cm2 (De Polo, 1998).

36

Universitas Sumatera Utara


c. Segmen UV-C antara 200-280 nm, merupakan sinar terkuat yang

diabsorpsi oleh lapisan ozon sehingga tidak mencapai permukaan bumi.

Dengan adanya kebocoran lapisan ozon saat ini, maka sinar UV-C dapat

mencapai bumi dan sangat membahayakan lingkungan. Pembentukan

radikal bebas intrasel yang reaktif akan mempercepat proses kerusakan

dan penuaan kulit (Misnadiarly, 2006).

2.4. Radikal Bebas dan Antioksidan

2.4.1 Pengertian Radikal bebas

Radikal bebas adalah molekul atau fragmen molekular yang memiliki atau

atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit luar atom atau molekulnya

(Valko et al, 2007) Molekul ini kurang stabil dibandingkan molekul lain, namun

reaktivitasnya lebih kuat. Karena memiliki elektron yang tidak berpasangan,

radikal bebas dapat menarik elektron dari molekul lain. Radikal bebas dapat

berasal dari endogen atau eksogen (Pham, 2008). Radikal bebas yang endogen

merupakan radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Sumber dari

dalam tubuh yang menghasilkan radikal bebas adalah mitokondria, sel fagosit,

xantin oksidase, reaksi besi dan benda metal, jalur arakidonat, peroksisom, latihan

yang berlebihan, inflamasi, iskemia (Lobo et al, 2010). Radikal bebas eksogen

adalah radikal bebas yang berasal dari luar tubuh seperti rokok, alkohol, polutan

lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet, beberapa obat (siklosporin, takrolimus,

gentamisin, bleomisin), pestisida, limbah industri, benda metal (Cd, Hg, Pb, Fe,

As), makanan (daging asap, minyak, lemak), ozon (Pham, 2008). Radikal bebas di

dalam sel dapat berupa reaksi enzimatik atau nonenzimatik (Pham, 2008) Reaksi

37

Universitas Sumatera Utara


enzimatik terbentuknya radikal bebas terdapat pada rantai respirasi, fagositosis,

sintesis prostaglandin, dan sitokrom P450. Reaksi nonenzimatik dapat terjadi pada

fosforilasi oksidatif di mitokondria. Radikal bebas terutama berasal dari oksigen

(Reactive Oxygen Species/ROS) dan nitrogen (Reactive Nitrogen Species/RNS)

(Halliwell, 2001).

Radikal bebas terbentuk dari banyak faktor, antara lain adalah sinar

UV A dan B. Kulit merupakan organ terluar tubuh sering sekali terpapar

radikal bebas dari matahari. Radikal bebas mudah berikatan dengan

senyawa dalam sel seperti DNA dan protein, contohnya berikatan dengan

protein kolagen kulit sehingga kolagen rusak dan menyebabkan kulit

menjadi kurang elastis. Selain itu radikal bebas dapat berikatan dengan

dengan DNA sehingga sel kulit akan rusak. Sel kulit yang rusak/ abnormal

menimbulkan keriput. Kulit yang tidak elastis dan keriput tersebut

merupakan tanda penuaan dini (Best, 2011).

Mekanisme pembentukan radikal bebas terdiri dari tiga tahapan:

a. Inisiasi, yaitu tahap terbentuknya radikal bebas dari molekul yang

stabil disebabkan oleh faktor inisiasi seperti sinar X dan sinar UV.

b. Propagasi, yaitu tahap berlanjutnya reaksi radikal bebas yang

terbentuk dari proses inisiasi

c. Terminasi, yaitu tahap terjadinya reaksi antara radikal-radikal bebas

(Best, 2011)

2.4.2 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul

yang dapat memberikan elektron dengan cuma-cuma kepada molekul

38

Universitas Sumatera Utara


radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutuskan reaksi

berantai dari radikal bebas. Antioksidan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

yang larut air seperti natruim metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C; dan

larut lemak seperti BHT dan BHA (Kumalaningsih, 2006).

Untuk menetralkan kelebihan radikal bebas, tubuh memproduksi

antioksidan sehingga dapat melindungi sel dari efek toksik radikal bebas

Dikenal antioksidan endogen dan eksogen. Antioksidan endogen antara lain

antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Antioksidan enzimatik antara lain

superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GPx),

glutation reduktase (GRx). Antioksidan non enzimatik endogen dihasilkan

oleh metabolisme, seperti asam lemak, glutation, L- ariginin, koenzim Q10,

melatonin, asam urat, bilirubin, metal-chelating proteins, transferrin, dan lain-

lain. Antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang berasal dari makanan

atau nutrient dan penting untuk membantu antioksidan endogen menetralisasi

stres oksidatif Antioksidan yang berasal dari makanan antara lain tannin,

flavonoid, dll (Pham, 2008).

Flavonoid merupakan komponen polifenol yang ada pada tumbuhan.

Flavonoid diklasifikasikan menjadi flavanol, flavanon, flavon, isoflavon,

katekin, antosianin, proantosianidin. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan

yang poten. Flavonoid dilaporkan memiliki efek untuk mencegah atau

menghambat terjadinya penyakit kronik dan degenerative seperti kanker,

penyakit kardiovaskular, artritis, penuaan, katarak, demensia, stroke,

Alzheimer, inflamasi, dan infeksi (Pham, 2008). Tanin merupakan senyawa

aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu

39

Universitas Sumatera Utara


sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan

komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik

yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari

larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008).

2.5 Anti-Aging

2.5.1 Pengertian anti-aging

Segala bentuk produk yang menghambat atau lebih tepatnya

memperlambat proses penuaan dapat kita kategorikan sebagai antipenuaan (anti-

aging) (Prianto, 2014). Anti-aging atau antipenuaan adalah suatu usaha untuk

mencegah proses degenerative. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejala-

gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap

(Fauzi dan Nurmalina, 20012). Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang

berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga

mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2.5.2 Fungsi produk anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit

b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit

c. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit

d. Merangsang produksi kolagen, glikosaminoglikan dan elastin

e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).

40

Universitas Sumatera Utara


2.6 Masker

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup

dikenal dan banyak digunakan. Masker bekerja mendalam dalam mengangkat sel-

sel tanduk yang sudah mati pada kulit. Ia digunakan setelah massage (pengurutan)

dengan cara dioleskan pada kulit wajah kecuali alis, mata, dan bibir (Muliyawan

dan Suriana, 2013). Kosmetika wajah tersedia dalamberbagai bentuk sediaan,

salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat

di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel

masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai beberapa

keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan

dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran

elastis (Harry,1973).

2.6.1 Fungsi dan manfaat masker

Fungsi masker antara lain:

a. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif

b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara

mendalam

c. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan dan menjaga kelembaban

kulit

d. Mencegah, mengurangi dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit

seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi

e. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit

(Mulyawan dan Suriana, 2013).

41

Universitas Sumatera Utara


Manfaat masker antara lain:

a. Kulit yang rutin dirawat menggunakan masker wjah akan meningkatkan

taraf kebersihan, kesehatan dan kecantikannya

b. Kulit tampak lebih kencang, halus, dan lembut.

c. Kulit yang ruti dirawat menggunakan masker wajag akan terhindar dari

gejala penuaan dini

d. Wajjah senantiasa tampak lebih cerah, segar, dan sehat (Mulyawan dan

Suriana, 2013)

2.6.2 Jenis-jenis masker

Banyak jenis masker yang saat ini beredar di pasaran, diantaranya:

a. Masker tipe pasta

Masker tipe pasta memiliki warna buram dan mengandung resin vinil asetat.

Cara pengaplikasian masker tipe pasta sama dengan masker tipe gel Masker

dioleskan pada wajah dan setelah kering dapat dibersihkan dengan dikelupas

atau dicuci (Sadao, 1982)

b. Masker bubuk

Masker tipe serbuk dibuat dari kaolin, talk, atau magnesium oksida. Cara

pengaplikasian masker tipe serbuk adalah serbuk masker di campur dengan

air dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya dioleskan pada wajah dan

setelah kering dapat dicuci bersih (Sadao, 1982).

c. Masker topeng

Masker topeng berlubang dibagian mata dan mulut. Tekstur masker topeng

juga lentur sehingga dapat menyesuaikan dengan lekuk-lekuk wajah (Basuki,

2003).

42

Universitas Sumatera Utara


d. Masker krim

Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker

krim baik untuk kulit kering, karena fungsi masker ini bisa mengangkat kulit

mati dan melembabkan kulit (Basuki, 2003).

e. Masker kertas/ kain

Masker kertas biasanya berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan

beberapa lubang di bagian mata, lubang hidung, dan mulut. Sedangkan masker

kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan. Masker kertas maupun kain

harus dicelup atau dibasahi dengan cairan tertentu sesuai dengan kebutuhan

kulit, antara lain berupa minyak esensial, pelembab berbentuk cairan, dan

serum khusus untuk wajah yang dapat mengangkat kotoran, menghaluskan

kulit serta mencerahkan kulit (Basuki, 2003).

f. Masker clay

Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk

membersihkan pori-pori tersumbat. Masker ini cocok untuk kulit berminyak

karena kemampuannya menyerap kandungan minyak pada wajah sekaligus

mengencangkan permukaan kulit (Gayatri, 2010)

g. Masker gel

Masker tipe gel memiliki sifat fisik berwarna transparan atau bening. Masker

tipe gel mengandung polivinil alkohol, hidroksietil selulosa atau karboksivinil

polimer (Sadao, 1982). Masker ini biasa dikenal dengan masker peel off.

Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati

agar kulit bersih dan segar. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta sel-sel

kulit mati akan ikut terangkat (Basuki, 2003).

43

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Mekanisme kerja masker peel-off secara umum

Masker yang diaplikasikan pada wajah menyebabkan suhu kulit wajah

meningkat sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengantaran zat-zat

gizi ke lapisan permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat lebih

segar. Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran darah yang lebih lancar,

maka fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa metabolisme dikeluarkan

ke permukaan kulit untuk kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering.

Cairan yang berasal dari masker dan zat aktif akan diserap oleh lapisan tanduk

(stratum corneum). Setelah masker mengering, lapisan tanduk akan tetap kenyal,

bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat keriput kulit

berkurang, sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang. Setelah

masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan

menguap akibatnya terjadi penurunan suhu kulit sehingga menyegarkan kulit

(Annisa, 2015)

2.6 Skin analyzer

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada

analisa konvensional diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan

pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi

analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan

yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi

44

Universitas Sumatera Utara


lebih dalam kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi

dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan

akurat. Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu

moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle

(keriput), dan kedalam keriput. Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan

skin analyzer dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)

Pengukuran Parameter

Moisture Dehidrasi Normal Hidrasi

(Kadar air) (%) 0-29 30-50 51-100

Evenness Halus Normal Kasar

(Kehalusan) 0-31 32-51 52-100

Pore Kecil Besar Sangat besar

(Pori) 0-19 20-39 40-100

Spot Sedikit Banyak noda Sangat banyak

(Noda) noda

0-19 20-39 40-100

Wrinkle Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah

(Kerutan) 0-19 20-52 53-100

2.8 Komponen Bahan Masker Peel-Off

2.8.1 Polivinil Alkohol

Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan

rumus (C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak di

45

Universitas Sumatera Utara


antara 500 dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000 –

200.000. Polivinil alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem,

dan tidak berbau (Rowe et al., 2009). Polivinil alkohol larut dalam air, sedikit

larut dalam etanol (95%), dan tidak larut dalam pelarut organik. Polivinil alkohol

umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini bersifat

noniritan pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan 10%, serta

digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi hingga 7% (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.2 Rumus Struktur Polivinil Alkohol (Rowe et al., 2009).

Polivinil alcohol dikenal sebagai agen pembentuk lapisan film,

pendispersi, lubrikan, pelindung kulit, digunakan pada formulasi gel dan lotion,

shampo, tabir surya, masker, serta beberapa aplikasi kosmetik dan perawatan kulit

lainnya. Namun, salah satu kelemahan dari polivinil alkohol adalah lapisan film

yang dihasilkan cenderung lebih kaku dan memiliki fleksibilitas yang tergolong

rendah (Barnard, 2011).

2.8.2 Polivinil Pirolidon

Gambar 2.3 Rumus Struktur Polivinil Pirolidon (Haaf et al, 1985)

46

Universitas Sumatera Utara


Polivinilpirolidon (PVP), juga biasa disebut polyvidone atau povidone,

adalah polimer yang larut dalam air yang terbuat dari monomer N-

vinylpyrrolidone (Haaf et al, 1985). Fungsi dan kegunaan PVP, antara lain:

1. Sebagai perekat dalam lem tongkat dan perekat lelehan panas

2. Sebagai bahan pengikat dan kompleksasi dalam aplikasi pertanian seperti

perlindungan tanaman, perlakuan benih dan pelapisan

3. Sebagai surfaktan, reduktor, agen pengendali bentuk dan dispersan dalam

sintesis nanopartikel dan perakitan sendiri (Koczkur et al, 2015)

4. Kombinasi PVP dan PVA merupakan gelling agent yang mudah terbentuk

dan lebih elastis (Mitsui, 1997).

2.8.3 Gliserin

Gambar 2.4 Rumus Struktur Gliserin (Rowe et al, 2009)

Gliserin dengan nama lain Croderol; glycon G-100; kemstrene; Optim;

Pricerine; 1,2,3-Propanetriol; trihidroksipropan glikol memiliki rumus empiris

C3H8O3. Fungsinya adalah sebagai antimikroba presertatif, emolien, humektan,

plastisizer, pelarut, sweetening agent, tonicity agent. Dalam formulasi dan

kosmetik farmasi topikal, gliserin digunakan terutama untuk humektan dan

emoliennya properti. Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut,

pemanis agen, pengawet antimikroba, dan peningkatan viskositas agen. Ini juga

digunakan sebagai plasticizer dan lapisan film. Gliserin juga digunakan dalam

formulasi topikal seperti krim dan emulsi (Rowe et al, 2009).

47

Universitas Sumatera Utara


2.8.4 Natrium Lauril Sulfat

Gambar 2.5 Rumus struktur Natrium Lauril Sulfat

Menurut jurnal toksikologi tentang SLS (1983), Sodium lauryl sulfate

(SLS), sodium laurilsulfate atau sodium dodecyl sulfate (SDS atau NaDS)

(C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionik yang digunakan dalam banyak produk

pembersih dan kebersihan. Molekul ini memiliki ekor 12 atom karbon, melekat

pada kelompok sulfat, memberikan molekul sifat amphiphilic yang dibutuhkan

dari deterjen. SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakan dalam

tugas apa pun yang membutuhkan penghapusan noda dan residu berminyak.

2.8.5 Nipagin

Nipagin dengan nama kimia Methil-4-hidroksibenzoat dan rumus molekul

C8H8O3 memiliki bentuk Kristal atau bubuk Kristal, tidak berwarna atau putih,

berbau atau hamper tidak berbau, dan memiliki rasa terbakar sedikit. Nipagin

memiliki aktivitas antimikroba.

Gambar 2. Rumus Struktur Nipagin (Rowe et al, 2009)

48

Universitas Sumatera Utara


Inkompatibilitas nipagin adalah dengan zat, seperti bentonit, magnesium

trisilikat, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin

juga bereaksi dengan berbagai gula. Fungsinya sebagai Pengawet (antimikroba).

Biasanya digunakan kombinasi sebagai pengawet dengan perbandingan metal

paraben (0,185) dan propil paraben (0,02%) (Rowe et al, 2009).

2.8.6 Etanol 96%

Gambar 2. Rumus Struktur Etanol 96% (Rowe et al, 2009)

Etanol memiliki nama lain etil alcohol dengan rumus kimia C2H6O.

Memiliki bentuk cairan dengan, dengan warna jernih, tidak berwarna dengan bau

khas, dan rasa seperti terbakar pada lidah. Etanol 96% mudah menguap pada suhu

rendah, mendidih pada 78oC, dan mudah terbakar. Etanol 96% dapat bercampur

dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic. Etanol 96%

berfungsi sebagai pelarut (Rowe et al, 2009).

2.8.7 Aquadest

Air Murni/aquades adalah air yang memenuhi persyaratan air minum,

yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses

lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan Air Murni

digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan. Bila digunakan untuk sediaan steril,

selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan Uji Sterilitas

<71>, atau gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap kontaminasi

mikroba (Ditjen POM, 1979)

49

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi:

pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan simplisia,

pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan masker peel-off sebagai anti-aging,

menggunakan ekstrak etanol kulit buah markisa ungu sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10;

12,5; 15% dan blanko, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan organoleptis,

uji homogenitas, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering dan

pengukuran viskositas), uji iritasi, dan pengujian efektifitas anti-aging sediaan.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Kosmetologi dan Farmasi

Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas,

cawan porselin, objek gelas, pipet tetes, pot plastik, botol kaca, penangas air,

batang pengaduk, sudip, spatula, kertas perkamen, aluminium foil, plastic wrap,

rotary evaporator, skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), pH meter

(Hanna), neraca analitik (Boeco), dan viskometer Brookfield.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah markisa

ungu, etanol 96%, polivinil alkohol (PVA), polivinil pirolidon (PVP), gliserin,

50

Universitas Sumatera Utara


natrium lauril sulfat, nipagin, larutan dapar pH asam (4,01), dan larutan dapar pH

netral (7,01) dan air suling.

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan

kemampuan sediaan untuk memberikan efek anti-aging berjumlah 21 orang

dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3 Sampel Tumbuhan

3.3.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan

yang digunakan adalah kulit dari buah markisa ungu yang telah matang yang

diperoleh dari Pasar Pringgan, Jalan Iskandar Muda, Barbura, Medan Baru, Kota

Madya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanese (MEDA),

Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran

1.

51

Universitas Sumatera Utara


3.3.3 Pembuatan Simplisia Kulit Buah Markisa Ungu

Kulit buah markisa dibersihkan dari buahnya lalu dicuci bersih, ditiriskan

dan ditimbang. Keringkan kulit buah markisa dalam lemari pengering dengan

suhu 40-50 oC. Setelah kering, kulit buah markisa kemudian diserbukkan dengan

menggunakan blender dan ditimbang hingga diperoleh serbuk simplisia kulit buah

markisa ungu.

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Markisa Ungu

Pembuatan ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims)

dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Menurut

Farmakope Indonesia Edisi III (1979) caranya adalah sebagai berikut:

Sebanyak 400 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana,

dituangi dengan 75 bagian (3 liter) etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari

terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk, diserkai, disaring. Ampas

diremaserasi lagi dengan 1 liter etanol 96% pada bejana tertutup, dibiarkan di

tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari sambil sesekali diaduk, diserkai,

disaring. Filtrat digabungkan kemudian dipekatkan dengan alat rotary evaporator

pada suhu 40-50 °C sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM, 1979).

3.4 Formula Sediaan Masker Peel-Off

3.4.1 Formula Standar Masker Peel-off (Rieger, 2000)

R/ Polivinil alkohol 5 - 10%

Humektan 2 - 10 %

Surfaktan 2 - 5%

Alkohol 10 - 30%

52

Universitas Sumatera Utara


pH Buffer pH 4-7

Pengawet q.s

Parfum q.s

Pewarna q.s

Air suling ad 100

3.4.2 Formula Modifikasi Basis Masker Peel-off

R/ Polivinil alkohol 6

Polivinil pirolidon 7

Gliserin 6

Natrium lauril sulfat 2

Nipagin 0,2

Etanol 96% 20

Air suling ad 100

3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan Masker Peel-Off Ekstrak Etanol Etanol


Kulit Buah Markisa

Ditambahkan PVA dalam 20 ml air suling, kemudian dipanaskan pada suhu

± 80°C sambil diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan PVP dalam air

suling sebanyak 20 ml. Dilarutkan nipagin dalam 10 ml aquadest panas.

Ditambahkan massa PVP ke massa PVA, lalu ditambahkan larutan nipagin,

gliserin, dan natrium lauril sulfat. Diaduk konstan hingga homogen lalu dibiarkan

hingga dingin. Kemudian ditambahkan etanol 96% hingga membentuk basis

masker peel-off.

3.4.4 Formulasi Sediaan Masker Peel-off

Masker peel-off dibuat dalam 7 formula yang dibedakan oleh konsentrasi

ekstrak etanol kulit buah markisa. Sebagai blanko digunakan masker peel-off tanpa

53

Universitas Sumatera Utara


ekstrak etanol kulit buah markisa. Masing-masing formula sediaan masker dibuat

sebanyak 100 g dan dibagi dua penggunaannya untuk pengujian stabilitas dan uji

efektivitas anti-aging. Formula masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 3.1 Formula Masker Peel-off

Konsentrasi (%)
No Bahan F0 FI FII FIII FIV FV FVI
1. Ekstrak - 2,5 5 7,5 10 12,5 15
etanol kulit
buah markisa
2. Basis masker ad ad ad ad ad ad ad
peel-off 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g 100 g

Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5 %
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5 %
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5 %
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10 %
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15 %

Cara pembuatan:

Ekstrak etanol kulit buah markisa ditimbang sesuai konsentrasi, kemudian

ditambahkan sedikit basis masker peel-off, diaduk hingga homogen. Dicukupkan

dengan basis masker peel-off hingga 100 g dan diaduk hingga homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap sediaan masker peel-off

meliputi uji homogenitas, pengamatan organoleptis, pengukuran pH, pengujian

waktu sediaan mengering, pemeriksaan stabilitas sediaan, dan penentuan

viskositas sediaan gel.

54

Universitas Sumatera Utara


3.5.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah

tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar (Ditjen POM RI., 1979).

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan

Sebanyak 70 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam

pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa perubahan konsistensi,

warna dan aroma pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan

selama 12 minggu pada 50C dan 400C (Ansel, 1989). Dalam penelitian ini

dilakukan pengamatan pada suhu kamar selama 12 minggu penyimpanan.

3.5.3 Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral

(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga

pH tersebut. Kemudian elektoda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan

tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan

dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektoda dicelupkan dalam

larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka

yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu kering dilakukan pada suhu kamar dengan cara

mengoleskan masker peel-off ke sebagian wajah area pipi dengan tebal kira-kira 1

mm dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu

55

Universitas Sumatera Utara


dari saat mulai dioleskan masker peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan

yang kering.

3.5.5 Pengujian Viskositas Sediaan

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer

Brookfield. Dengan cara menimbang 100 gram sediaan masker peel-off etanol

kulit buah markisa kemudian diatur spindle dan kecepatan yang digunakan dan

viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari masker peel-off akan

terbaca.

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off etanol kulit buah

markisa dengan maksud untuk mengetahui apakah masker peel-off yang dibuat

dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2

kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi

pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru

timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM,

1985).

Sukarelawan yang akan menggunakan masker peel-off dapat dilakukan uji

tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai masker tersebut di tempat

lain misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga. Setelah

dibiarkan selama 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka

kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasitaatmadja, 1997).

56

Universitas Sumatera Utara


3.7 Pengujian Efektivitas Anti-aging

Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 21

orang dan dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 sukarelawan untuk masker peel-off F0 (blanko)

b. Kelompok II : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FI (2,5%)

c. Kelompok III : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FII (5%)

d. Kelompok IV : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FIII (7,5%)

e. Kelompok V : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FIII (10%)

f. Kelompok VI : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FIII (12,5%)

g. Kelompok VII : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FIII (15%)

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah

ditandai dengan menggunakan skin analyzer yang meliputi:

1. Kadar air (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat

dalam perangkat skin analyzer Aramo.

2. Kehalusan kulit (evenness), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens)

dengan sensor warna biru.

3. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan

sensor warna biru.

4. Noda (spot), menggunakan lensa perbesaran 60x (polarizing lens) dengan

sensor warna jingga.

5. Keriput (wrinkle), menggunakan lensa perbesaran 10x (normal lens) dengan

sensor warna biru.

Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasikan masker peel-off

hingga merata pada wajah yang telah ditandai setiap satu minggu 1 kali

57

Universitas Sumatera Utara


pemakaian, masker peel-off diaplikasikan berdasarkan kelompok yang telah

ditetapkan di atas. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu

dengan menggunakan alat skin analyzer.

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 17.

58

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-off

Sediaan masker peel-off anti-aging dibuat dengan menggunakan formula

standar masker peel-off (Rieger, 2000). Formula standar ini dimodifikasi dimana

sebagian bahan digantikan. Ekstrak etanol kulit buah markisa ungu yang

ditambahkan dalam sediaan masker peel-off sebagai anti-aging adalah dengan

konsentrasi masing-masing 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15%. Sediaan masker yang

diperoleh berupa masker peel-off bewarna coklat dan berbau khas.

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker peel-off ekstrak

etanol kulit buah markisa ungu (EKBMU) menunjukkan bahwa semua sediaan

tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada

kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki

susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil uji homogenitas dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Hasil uji homogenitas sediaan

59

Universitas Sumatera Utara


4.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu

dengan interval pengamatan setiap 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu. Sediaan masker

peel-off disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna, pH, dan

viskositas. Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel

4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan masker peel-off

Waktu (Minggu)
Parameter Formula 2 4 6 8 10 12
F0 Bening Bening bening bening bening bening
FI CM CM CM CM CM CM
Warna FII CT CT CT CT CT CT
FIII CT CT CT CT CT CT
FIV CT CT CT CT CT CT
FV CH CH CH CH CH CH
FVI CH CH CH CH CH CH
F0 Khas Khas khas khas khas khas
FI Khas Khas khas khas khas khas
Bau FII Khas Khas khas khas khas khas
FIII Khas Khas khas khas khas khas
FIV Khas Khas khas khas Khas khas
FV Khas Khas khas khas Khas khas
FVI Khas Khas khas khas Khas khas
F0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
FI 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8
pH FII 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8
FIII 5,6 5,6 5,6 5,6 5,5 5,5
FIV 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2
FV 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2
FVI 5,2 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1
Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
CM : Coklat muda
CT : Coklat tua
CH : Coklat kehitaman

60

Universitas Sumatera Utara


Hasil pengamatan sediaan masker peel-off ekstrak etanol kulit buah

markisa menunjukkan bahwa warna dan bau sediaan masker tidak mengalami

perubahan selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa

yang dibuat stabil. Pada pemeriksaan pH sediaan masker peel-of, didapatkan hasil

pH antara 5,1-6,0. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi

pewarna ekstrak kulit buah markisa ungu yang digunakan karena ekstrak kulit

buah markisa ungu mempunyai pH asam yaitu 3,5. Setelah penyimpanan selama

12 minggu, pH yang diperoleh sedikit turun dibandingkan dengan pH setelah

dibuat. Meskipun terjadi penurunan pada pH, tetapi sediaan tersebut masih aman

digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi ekstrak etanol kulit buah markisa yang ditambahkan ke dalam masker

peel-off maka pH sediaan tersebut semakin menurun atau semakin asam. Hal ini

dapat disebabkan karena pH ekstrak etanol kulit buah markisa yang asam yaitu

3,5. Namun walaupun pH ekstrak asam, setelah formulasi pH meningkat sehingga

masih memenuhi syarat yang ditentukan.

4.2.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan pada suhu ruangan ± 25ºC

dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu

dari saat mulai dioleskannya masker peel-off pada kulit wajah hingga terbentuk

lapisan yang kering (Vieira, 2009). Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil

61

Universitas Sumatera Utara


pengukuran lama pengeringan masker, diperoleh hasil berkisar 25-27 menit. Dari

data yang diperoleh masker peel-off masih memenuhi waktu mengering yang baik

yaitu antara 15-30 menit (Vieira, 2009).

Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa semakin lama

penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker peel off untuk

mengering semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan masker

peel off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang

tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan

cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dengan mengurangi penguapan air dari

sediaan (Barel, et al., 2009). Hasil pengujian waktu sediaan mengering masker

peel-off dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Setelah Waktu Sediaan Mengering (Menit)


Pembuatan F0 FI FII FIII FIV FV FVI
25 25 25 25,5 26 26 26,5
25 25 25 25,5 26 26 26,5
25,5 26 26 26 27 27 27,5
Rata-rata 25,2 25,3 25,3 25,7 26 26,3 26,9
Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

4.2.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Pengujian viskositas merupakan faktor yang penting karena

mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari masker peel-off.

Masker peel-off yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat

aktif tetap terdispersi dalam basis masker peel-off dan meningkatkan konsistensi

62

Universitas Sumatera Utara


masker peel-off tersebut (Madan dan Singh, 2010). Hasil penentuan viskositas

sediaan masker peel-off dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dengan

spindel nomor 64 dan kecepatan 12. Hasil pengamatan viskositas sediaan masker

peel-off selama penyimpanan 12 minggu menunjukkan bahwa sediaan mengalami

penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat disebabkan karena lama penyimpanan,

sehingga sediaan lama terpengaruh oleh lingkungan seperti udara. Sediaan masker

peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang

tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan

cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan (Barel, et al., 2009). Hasil pengukuran

viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Formula Waktu (Minggu)


2 4 6 8 10 12
Viskositas F0 8500 8500 8500 8500 8500 8375
(cp) FI 8500 8500 8500 8500 8500 8250
FII 6500 6500 6500 6500 6500 6400
FIII 4250 4250 4250 4250 4250 4150
FIV 4000 4000 4000 4000 4000 3900
FV 4000 4000 4000 4000 4000 3900
FVI 4000 4000 4000 4000 3750 3750
Keterangan:
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 21 sukarelawan yang

dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker peel-off pada kulit belakang

telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif

terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit

63

Universitas Sumatera Utara


merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut

yang disimpulkan bahwa sediaan masker peel-off yang dibuat aman untuk

digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit

sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Sukarelawan
Pengamatan F0 FI FII FIII FIV FV FVI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan:
(-) : tidak ada reaksi
(+) : kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging

Pengukuran efektivitas anti-aging dilakukan dengan mengukur kondisi

kulit sukarelawan yang meliputi kadar air (moisture), kehalusan (evenness),

ukuran pori-pori (pore), banyak noda (spot) dan jumlah kerutan (wrinkle) dengan

tujuan melihat seberapa besar pengaruh masker peel-off dari EKBMU untuk

mengatasi penuaan dini pada kulit, dilihat dari persen pemulihan. Berdasarkan uji

normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non

parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney.

64

Universitas Sumatera Utara


4.4.1 Kadar Air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo.

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan

Relawan Kadar Air Kulit %


Formula Kenaikan
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Kadar Air
1 32 32 32 32 33 3,1 %
2 32 32 32 32 33 3,1 %
F0
3 31 31 31 32 32 3,2 %
Mean 31,67 31,67 31,67 32 32,67 3,1 %
1 32 33 34 35 36 12,5 %
2 32 33 33 34 35 9,3 %
FI
3 32 33 34 35 36 12,5 %
Mean 32 33 33,67 34,67 35,67 11,4 %
1 32 34 36 37 38 18,7 %
2 32 34 36 37 38 18,7 %
FII
3 32 34 36 38 39 21,8 %
Mean 32 34 36 37,33 38,33 19,7 %
1 34 36 37 39 41 20,5 %
2 34 36 37 39 41 20,5 %
FIII
3 32 34 36 38 40 25,0 %
Mean 33,33 35,33 36,67 38,67 40,67 22,0 %
1 32 34 36 38 41 28,1 %
2 32 34 36 38 41 28,1 %
FIV
3 32 34 36 38 41 28,1 %
Mean 32 34 36 38 41 28,1 %
1 31 33 36 39 42 35,4 %
2 31 33 35 38 41 32,2 %
FV
3 32 34 36 39 41 28,1 %
Mean 31,33 33,67 35,67 38,67 41,67 31,9 %
1 32 35 38 41 44 37,5 %
2 33 36 39 42 45 36,3 %
FVI
3 33 36 38 41 44 33,3 %
Mean 32,67 35,67 38,67 41,67 44,67 36,7 %
Keterangan: Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

Data pada Tabel 4.5 menunjukkan selama empat minggu perawatan

dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelembapan pada

65

Universitas Sumatera Utara


kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari Formula VI dengan rata-

rata persen pemulihan sebesar 36,7%, dan pada formula blanko 3,1%. Grafik

pengaruh pemakaian masker peel-off terhadap kelembaban kulit sukarelawan

selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah

sukarelawan

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik

Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kelembapan kulit

sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan pada minggu 1, 2, 3

dan 4 yang menunjukkan bahwa perubahan kelembapan pada kulit signifikan.

Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi

peningkatan kelembapan pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil

uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan

kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05) antara semua konsentrasi formula

(termasuk blanko).

Membran sel mahluk hidup terdiri dari membran sel (PUFA/ HUFA) dan

fosfolipid. Polyunsaturated fatty acid (PUFA) memiliki fungsi normalisasi

aktivitas metabolisme dan meningkatkan fluiditas membran sel. Radikal bebas

66

Universitas Sumatera Utara


akan melakukan aktivitas fotooksidasi pada asam lemak tak jenuh sehingga

menurunkan fluiditas membrane sel dan menyebabkan kulit kehilangan

kelembabannya. Antioksidan bekerja untuk menghambat reaksi fotooksidasi

sehingga meningkatkan kelembaban kulit (Bhagavan, 1992).

Selain itu masker peel-off ini mengandung gliserin yang merupakan bahan

sintetik yang bersifat humektan dimana gliserin dapat meningkatkan kemampuan

sediaan untuk mengabsorbsi air dari luar menuju ke dalam kulit untuk

mempertahankan kelembabannya (Lynde, 2005).

4.4.2 Kehalusan (evenness)

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kondisi awal kehalusan kulit

sukarelawan berkisar antara 38-46 yaitu pada kondisi normal. Setelah penggunaan

masker peel-off, kelompok blanko tidak menunjukkan peningkatan kehalusan

kulit (9,8%), sedangkan pada F1, F2, dan F3 menunjukkan peningkatan kehalusan

kulit dengan persentase pemulihan masing-masing sebesar 9,8%, 16,0%, 19,8%,

22,5%, 30,2% dan 36,1%. F3, F4, F5, F6 menunjukkan peningkatan kehalusan

kulit dari kondisi normal menjadi halus.

Kemudian data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu

dianalisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula

terhadap kahalusan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu

ketiga yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula. Untuk

mengetahui formula mana yang berbeda, maka data selanjutnya diuji

menggunakan Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan peningkatan kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05)

antara semua konsentrasi formula (termasuk blanko). Data dan Grafik pengaruh

67

Universitas Sumatera Utara


pemakaian masker peel-off terhadap peningkatan kehalusan kulit sukarelawan

selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Relawan Kehalusan Kulit % Peningkatan
Tingkat
Formula
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Kehalusan
Kulit
1 45 45 45 43 43 4,6 %
2 41 41 41 39 39 4,8 %
F0
3 41 41 41 39 39 4,8 %
Mean 42,3 42,3 42,3 40,3 40,3 4,7 %
1 42 41 40 39 38 9,5 %
2 37 36 36 35 34 8,1 %
FI
3 42 41 40 39 37 11,9 %
Mean 40,3 39,3 38,6 37,6 36,3 9,8 %
1 45 44 42 40 38 15,5 %
2 40 39 37 36 34 15 %
FII
3 39 38 36 34 32 17,9 %
Mean 41,3 40,3 38,3 36,6 34,67 16,0 %
1 40 38 36 34 32 20,0 %
2 43 41 39 37 35 18,6 %
FIII
3 38 36 34 32 30 21,0 %
Mean 40,3 38,3 36,3 34,3 32,3 19,8 %
1 39 38 36 33 30 23 %
2 38 37 34 31 28 26,3 %
FIV
3 44 38 36 33 32 27,2%
Mean 40,3 37,6 35,3 32,3 30 25,5 %
1 42 39 36 32 29 30,9 %
2 39 36 32 28 27 30,7 %
FV
3 45 40 36 33 32 28,8 %
Mean 42 38,3 34,6 31 29,3 30,2 %
1 45 40 36 32 28 37,7 %
2 46 41 37 33 29 36,9 %
FVI
3 42 40 36 32 28 33,3 %
Mean 44,3 40,3 36,3 32,3 28,3 36,1 %
Keterangan: Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

68

Universitas Sumatera Utara


45
42 F0 (blanko)
kehalusan FI (2,5%)
39
36 FII (5%)
33 FIII (7,5%)
30 FIV(10%)
27 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit

mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari,

kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel

mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit

menjadi kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar. Selain itu, kulit juga

akan terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk

melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru

(Wasitaatmadja, 1997).

Flavonoid berperan menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan kulit

oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh paparan sinar ultra violet pada kulit,

dengan mengikat singlet oksigen dan menghambat peroksidasi lipid. Dengan

terjadinya hambatan tersebut, sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses

degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan dini

akibat paparan sinar ultra violet tersebut (Fisher, et al., 2001).

4.4.3 Pori (pore)

Hasil pengukuran besar pori semua kelompok sukarelawan selama empat

minggu dapat dilihat pada Tabel 4.7.

69

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Data hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
Sukarelawan

Relawan Ukuran Pori-pori Kulit % Penurunan


Formula Ukuran Pori-
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 pori
1 35 35 35 35 33 5,7 %
2 37 37 37 36 35 5,4 %
F0
3 38 38 38 37 36 5,2 %
Mean 36,7 36,7 36,7 36 34,6 5,7 %
1 42 41 40 39 38 9,5 %
2 43 42 41 40 39 9,3 %
FI
3 42 40 39 38 37 11,9 %
Mean 43 41 40 39 38 11,6 %
1 39 37 35 33 32 17,9 %
2 41 40 38 37 35 14,6 %
FII
3 36 35 33 31 30 16,6 %
Mean 38,6 37,3 35,3 33,6 32,3 16,6 %
1 41 39 37 35 33 16.3 %
2 45 43 41 39 37 17,7 %
FIII
3 43 42 40 38 34 20,9 %
Mean 43 41,3 39,3 37,3 34,6 19,3 %
1 42 38 5 33 31 26,1 %
2 36 35 33 30 28 22,2 %
FIV
3 40 38 35 33 30 25 %
Mean 39,3 37 34,3 32 29,6 24,5 %
1 39 36 33 30 27 30,7 %
2 38 35 32 29 25 31,5 %
FV
3 45 41 36 32 29 35,5 %
Mean 40,6 37,3 33,6 30,3 27 33,6 %
1 41 37 32 28 24 41,4 %
2 46 42 38 34 29 36,9 %
FVI
3 44 40 36 31 27 38,6 %
Mean 43,6 39,6 35,3 31 26,6 38,9 %
Keterangan: Pori berukuran kecil 0-19; Pori berukuran sedang 20-39; Pori
berukuran besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelompok blanko tidak

menunjukkan pengecilan ukuran pori sebesar 5,7%, sedangkan pada F1, F2, F3,

F4, F5 menunjukkan adanya pengecilan ukuran pori masing-masing sebesar

11,6%, 16,6%, 19,3%,24,5%, dan 33,6%. Pada F3 pengecilan ukuran pori

70

Universitas Sumatera Utara


sukarelawan sebesar 38,9% dan pada salah satu relawan terdapat perubahan dari

pori berukuran besar (46) menjadi pori berukuran sedang (29). Grafik pengaruh

pemakaian masker peel-off terhadap ukuran pori kulit sukarelawan selama empat

minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

45
ukuran pori-pori

42 F0 (blanko)
39 FI (2,5%)
36 FII (5%)
33
FIII (7,5%)
30
27 FIV(10%)
24 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
sukarelawan
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa masker peel-off formula 6 lebih cepat

mengecilkan pori-pori kulit dari pada blanko. Data yang diperoleh setelah

perawatan selama empat minggu selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal Wallis

dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu kedua, ketiga dan keempat yang

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula dalam mengecilkan

ukuran pori kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-

Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.Dari hasil uji Mann-

Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

semua formula (p > 0,05).

Perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek pengecilan pori-pori

kulit sukarelawan setelah pemakaian masker peel off. Pengecilan ukuran pori-pori

kulit terjadi karena masker peel off dapat mengangkat kotoran dan sel-sel kulit

71

Universitas Sumatera Utara


mati (Basuki, 2003). Penumpukan sel-sel kulit mati membuat pori-pori kulit

tampak lebih besar (Noormindhawati, 2013).

Perbesaran pori-pori terkait dengan penuaan dini. Akibat penumpukan sel-

sel kulit mati, pori-pori menjadi membesar (Noormindhawati, 2013). Perbesaran

pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Selain

disebabkan oleh bertambahnya usia yang membuat pori-pori menjadi lebih besar

karena semakin berkurangnya elastisitas kulit dan terpapar sinar matahari secara

terus-menerus. Banyaknya aktifitas yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh

juga membuat ukuran pori membesar (Bogadenta, 2012). Flavonoid, tannin dan

beberapa metabolit antioksidan lainnya bekerja menghambat reaksi peroksidasi

asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan regenerasi sel-sel kulit mati

(Bhagavan, 1992).

4.4.4 Noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer

lensa perbesaran 60 kali dengan lampu sensor jingga. Hasil pengukuran kondisi

kulit sukarelawan menunjukkan bahwa pada kondisi awal, semua kelompok

sukarelawan memiliki noda yang sangat banyak (45-50). Setelah penggunaan

masker peel-off ekstrak etanol buah markisa, dapat dilihat bahwa formula blanko

memberikan efek pengurangan jumlah noda dengan persentase pemulihan 4,2%.

Pada FI, FII, FIII, FIV, FV dan FVI menunjukkan adanya efek pengurangan noda

dengan persentase pemulihan 8,4%, 14,2%,17,3%, 24,1%, 29,3%, dan 35,2% dan

perubahan kategori jumlah noda banyak menjadi jumlah noda sedang. Hasil

pengukuran banyaknya noda semua kelompok sukarelawan dapat dilihat pada

Tabel 4.8 dan Gambar 4.5.

72

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Data hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit wajah
sukarelawan

Relawan Banyak Noda Kulit % Penurunan


Formula
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Jumlah Noda
1 48 48 47 47 46 4,1 %
2 45 45 45 45 43 4,4 %
F0
3 45 45 44 44 43 4,4 %
Mean 46 46 45,3 45,3 44 4,2 %
1 47 46 44 44 43 8,5 %
2 49 48 46 46 45 8,1 %
FI
3 46 45 43 43 42 8,6 %
Mean 47,3 46,3 44,3 44,3 43,3 8,4 %
1 44 43 41 39 38 13,6 %
2 49 48 46 45 43 12,2 %
FII
3 48 46 44 42 40 16,6 %
Mean 47 45,6 43,6 42 40,3 14,2 %
1 47 45 43 41 39 17,0 %
2 45 43 41 39 37 17,7 %
FIII
3 46 44 42 40 38 17,3 %
Mean 46 44 42 40 38 17,3 %
1 45 43 41 38 34 24,4 %
2 46 43 40 38 36 21,7 %
FIV
3 46 43 40 37 34 26,0 %
Mean 45,6 43 40,3 37,6 34,6 24,1 %
1 49 46 43 39 36 26,5 %
2 48 45 42 38 34 29,1 %
FV
3 50 46 42 38 34 32,0 %
Mean 49 45,6 42,3 38,3 34,6 29,3 %
1 47 43 39 35 31 34,0 %
2 48 43 39 35 31 35,4 %
FVI
3 50 46 42 38 32 36,0 %
Mean 48,3 44 40 36 31,3 35,2 %
Keterangan: Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda
banyak 40-100 (Aramo, 2012)
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisa SPSS menggunakan uji

Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan antar formula dalam mengurangi bercak-bercak noda

pada kulit sukarelawan pada minggu kedua, minggu ketiga dan minggu keempat.

Kemudian data diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula

73

Universitas Sumatera Utara


mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara semua formula (p > 0,05).

49
F0 (blanko)
banyaknya noda

46
43 FI (2,5%)
40 FII (5%)
37 FIII (7,5%)

34 FIV(10%)

31 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kulit wajah
sukarelawan

Mulyawan dan Suriana (2013) menyebutkan bahwa bercak-bercak hitam

(hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang

belum tua oleh berbagai penyebab. Bercak-bercak hitam yang terdapat pada orang

yang masih muda menunjukkan bahwa kulit mengalami penuaan dini. Bercak-

bercak hitam ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet dari sinar matahari

yang menembus epidermis kulit. Semakin lama kulit terpapar sinar matahari,

menyebabkan pembentukan melanin kulit semakin aktif dan menimbulkan

bercak-bercak noda pada kulit (Sumaryati, 2012).

Flavonoid mempunyai efek sebagai competitive enzim tyrosinase inhibitor

(Zwegel, et al., 2011) yang menghambat tirosin menjadi DOPA dan dopakuinon,

sehingga dapat menghambat dam menurunkan jumlah melanin pada sel melanosit

serta juga mempunyai efek antioksidan yang dapat berfungsi melindungi kulit dari

radikal bebas (Moini , et al., 2002).

74

Universitas Sumatera Utara


4.4.3 Keriput (wrinkle)

Data hasil pengukuran jumlah kerutan dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan

Gambar 4.6.

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah
sukarelawan

Relawan Jumlah Keriput Kulit % Penurunan


Formula
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Jumlah Keriput
1 42 42 42 41 40 4,7 %
2 43 43 43 42 41 4,6 %
F0
3 49 49 49 48 48 2,0 %
Mean 44,6 44,6 44,6 43,6 43 3,5 %
1 52 50 49 49 48 7,6 %
2 45 44 43 42 41 8,8 %
FI
3 43 42 41 40 39 9,3 %
Mean 46,6 45,3 44,3 43,6 42,6 8,5 %
1 46 45 43 42 41 10,8 %
2 44 42 40 40 39 11,3 %
FII
3 45 44 42 40 39 13,3 %
Mean 45 43,6 41,6 40,6 39,6 12,0 %
1 50 48 46 45 42 16,0 %
2 50 48 46 44 42 16,0 %
FIII
3 52 50 48 46 44 15,3 %
Mean 50,6 48,6 46,6 45 42,6 15,7 %
1 50 48 45 43 41 18,0 %
2 52 50 48 45 43 17,3 %
FIV
3 50 48 45 44 41 18,0 %
Mean 50,6 48,6 46 44 41,6 17,8 %
1 52 49 45 42 39 25,0 %
2 52 48 45 41 38 26,9 %
FV
3 50 47 44 41 38 24,0 %
Mean 51,3 48 44,6 41,3 38,3 25,3 %
1 52 48 44 40 36 30,7 %
2 50 46 42 39 34 32,0 %
FVI
3 52 48 45 40 35 32,6 %
Mean 51,3 47,3 43,6 39,6 35 31,7 %

Keterangan: Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100


(Aramo, 2012)
F0 : Masker peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah markisa (blanko)
FI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 2,5%
FII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 5%
FIII : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 7,5%
FIV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 10%
FV : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 12,5%
FVI : Masker peel-off ekstrak etanol kulit buah markisa 15%
Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan bahwa semua kelompok

sukarelawan memiliki banyak keriput pada kulit wajah (42-52). Setelah

75

Universitas Sumatera Utara


penggunaan masker, dapat dilihat bahwa formula blanko memberikan efek dalam

pengurangan jumlah keriput dengan persentase pemulihan 3,5%. FI, FII, FIII,

FIV, FV dan FVI menunjukkan adanya efek pengurangan dengan persentase

pemulihan masing-masing sebesar 8,5%, 12,0%, 15,7%, 17,8%, 25,3% dan

31,7%.

Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya

dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p<0,05 pada minggu

keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula

dalam menurunkan jumlah keriput pada kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji

menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari

hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara semua formula (p > 0,05).

52
banyaknya keriput

49 F0 (blanko)
46 FI (2,5%)
43 FII (5%)
40 FIII (7,5%)
37 FIV(10%)
34 FV(12,5%)
0 1 2 3 4 FVI(15%)
waktu (minggu)

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya keriput (wrinkle) pada kulit
wajah sukarelawan

Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan

kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk

kembali ke tempatnya setelah peregangan (Darmawan, 2013). Kondisi ini

disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga

76

Universitas Sumatera Utara


kelenturan kulit menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya.

Selain itu, terjadi atrofi tulang, otot, jaringan lemak subkutan berkurang disertai

lapisan kulit yang tipis menyokong terbentuknya kerutan-kerutan dan lipatan-

lipatan kulit (Yaar dan Gilchrest, 2007). Perubahan-perubahan ini akan sangat

mempengaruhi penampilan dan secara langsung akan memperlihatkan gambaran

bahwa sesorang telah memasuki usia senja (Hembing, 2008).

Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat peningkatan kadar

MMP-1 (Matrix Metalloproteinase-1) sehingga akan menyebabkan peningkatan

jumlah kolagen. Matriks Mtalloproteinase-1 adalah mediator kunci yang

mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Hambatan

terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat

paparan sinar UV. Flavonoid berperan menghambat dan mencegah terjadinya

kerusakan kulit oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh paparan sinar ultra

violet pada kulit, dengan mengikat singlet oksigen dan menghambat peroksidasi

lipid. Dengan terjadinya hambatan tersebut, sintesis MMP-1 akan berkurang dan

proses degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan

dini akibat paparan sinar ultra violet tersebut (Fisher, et al., 2001).

77

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis

Sims.) dalam sediaan masker peel-off mempengaruhi efek anti-aging

dengan konsentrasi yang paling banyak menunjukan peningkatan yaitu

15% dimana pada konsentrasi ini menunjukkan peningkatan kondisi kulit

menjadi lebih baik, meliputi kadar air kulit meningkat, kulit semakin

halus, pori-pori semakin mengecil, berkurangnya jumlah noda serta

kerutan yang paling signifikan selama empat minggu perawatan.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji efektivitas

sediaan masker peel-off ekstrak kulit buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.)

pada sukarelawan yang memang telah mengalami tanda dan gejala penuaan dini.

78

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aceng R. F., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit & Wajah. Jakarta : Elex
Media Komputindo. Hal. 32.

Annisa, D. (2015). Formulasi Masker Peel-Off Ekstrak Etanol Beras Merah


(Oryza Sativa L.) Sebagai Anti-Aging. Skripsi Fakultas Farmasi USU:
Medan. Hal. 21.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Hal. 1-10.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2009). Cosmetic Science and
Technology. 2nd Ed. New York: John Willy and Son Inc. Hal. 626-629.

Basuki, K.S. (2003). Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utrama. Hal. 28-32.

Best, B. Mechanism Aging. [serial online] Jan-Mar [diakses 6 April 2018],


Diambil dari: URL: HYPERLINK. http://www.benbest./lifeext.html

Bhagavan, N. V. (1992). Medical Biochemistry. Burlington: Jones and Barlett


Publisher. Hal. 179.

Bogadenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan


Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Hal. 15.

CIR publication (1983). Final Report on the Safety Assessment of Sodium Lauryl
Sulfate and Ammonium Lauryl Sulfate. International Journal of
Toxicology 2 (7). Hal. 127–181.

De Polo, K.F. (1998). A Short Textbook of Cosmetology. Ausburg, Germany:


Verlag Fur Chmische Industrie. Hal. 19-20, 97

Depkes RI. (1999). Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Jakarta.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 141.

Desmiaty Y., Ratih H., dan Dewi M.A. (2008). Penentuan Jumlah Tanin Total
pada Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk) dan Daun Sambing
Darah (Excoecaria bicolor Hassk) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi
Biru Prusia. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Universitas Andalas
Vol08 (01). Hal. 106 -109.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ke III. Jakarta. Departemen


Kesehatan RI. Hal. 8.

79

Universitas Sumatera Utara


Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta. Departemen
Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Duke, J. A. (1929) Duke’s Handbook of Medicinal Plants of Latin America.


London: CRC Press Taylor and Francis Grup. Hal. 500.

Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputind. Hal. 60.

Fisher, G. J., Kang, S., dan Varani, J. (2001). Mechanism of Photoaging and
Chronological Skin Aging. Arch Dermatol. Journal of Department of
Dermatology, University of Michigan, Ann Arbor. Vol 138. Hal. 1462-
1470.

Gayatri. (2011). Buku Cerdas untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gagas Media. Hal.
64.

Ginting, H., Reveny, J., dan Surjanto. Efek toksisitas akut ekstrak kulit buah
markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) pada mencit. The International
Seminar on Pharmacology and Clinical Pharmacy (ISPCP) Bandung,
2016. Hal 21-23.

Giorgio, P. (2000). Flavonoid an Antioxidant. Journal National Product. 63. Hal.


1035-1045.

Haaf, F., Sanner, A., dan Straub, F. (1985). Polymers of N-Vinylpyrrolidone:


Synthesis, Characterization and Uses. Polymer Journal. 17. Hal.143.

Halliwell, B. (2001). Free radicals and other reactive species in disease. Encycl.
Journal of Life Sci. Nature Publishing Group. Hal. 1–7.

Harry, R.G. (1973). Harry’s Cosmetology Edisi keenam. New York: Chemical
Publishing Co., Inc. Hal. 103-109.

Helfrich, Y.R., Sachs, D.L., dan Voorhees, J.J. (2008). Overview Of Skin
Aging And Photoaging. Journal of Dermatology Nursing. 20 (3). Hal.
177-183.

Hermanto, C., Indriani, N.L., dan Hadiati, S. (2013). Keragaman dan Kekayaan
Buah Tropika Nusantara. Jakarta: IAARD Press. Hal. 88-89.

Karsinah, R.C.H., dan Mansyur, A. (2010). Markisa Asam. Jurnal Iptek


Hortikultura Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (6). Hal. 30.

Kavakka, J. S., KilpeläInen, I., dan Heikkinen, S. (2009). General


Chromatographic NMR Method in Liquid State for Synthetic Chemistry:
Polyvinylpyrrolidone Assisted DOSY Experiments. Organic Letters. 11 (6).
Hal. 1349–52.

80

Universitas Sumatera Utara


Kumalaningsih. (2006). Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana.
Hal.16.

Leyden, J.L., dan Anthony, V.R. (2002). Skin Moisturization. New York: Marcel
Dekker, Inc. Hal. 120.

Lucida, A., Kalew, R., dan Suhelda, S. (2017). Formulasi Masker Peel-off dari
Ekstrak Etanol Kulit Buah Asam Kandis (Gancinia cowa, Roxb) dan Uji
Aktivitas Antioksidannya. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas Andalas Vol19 (01). Hal. 31-32.

Lobo V, Patil A, dan Phatak A. (2010). Free Radicals, Antioxidants And


Functional Foods: Impact On Human Health. Journal of Pharmacogn
Rev.;4(8). Hal.118– 26.

Lynde, C. W. (2005). Moisturizers: What They Are and How They Work. [serial
online] [Diakses pada 25 April 2018]. Diambil dari: URL: HYPERLINK.
http://www.skintheraphyletter.com.

Mackiwickz, Z., dan Rimkevicius, A. (2008). Skin Aging. Journal of


Gerontologija, 9(2). Hal. 103-108.

Masaki, H. (2010). Role of Antioxidant in the Skin: Anti-aging Effects. Journal of


Dermatological Science 17(1). Hal. 11-24.

Madan, J., dan Singh, R. (2010). Formulation and Evalution of Aloe vera topical
gels. International Journal of Pharmaceutical Sciences. 2(2). Hal. 551-
555.

Misnadiarly. (2006). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan


Kulit. Jakarta: Garamedia. Hal. 152, 43-45.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier


Science. Hal. 38-46.
Moini, H., Packer, L., dan Erik, N. (2002). Antioxidant and Prooxidant Activites
of a-Lipoic Acid and Dihydrolipoic Acid. Journal of Toxicology and
Applied Pharmacology (182). Hal. 84-90.

Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media Komputindo. Hal.16-17.

Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:


Kompas Gramedia. Hal.2-5.

Nugraha, S.N. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi
Kulit Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims) Terhadap Bakteri

81

Universitas Sumatera Utara


Staphylococcus aureus dan Escheirichia coli. Skripsi Fakultas Farmasi
USU Medan. Hal. 32.

Pham-Huy L.A., He H., dan Pham-Huy C. (2008). Free Radicals, Antioxidants In


Disease And Health. Int. Journal Biomed. Sci; 4(2). Hal. 89–95.

Prianto, J. (2014). Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama. Hal. 144-147.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics Edisi XVIII. London:


Bailierre Tindall. Hal.22, 355.

Rieger, M, M. (2000). Harry’s Cosmeticology Edisi VIII. New York: Chemical


Publishing Co.Inc. Hal. 471-483.

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. (2009). Handbook of Pharmaceutical


Excipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Hal 300-302.

Rukmana, R. (2003). Usaha Tani Markisa. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 7-8.

Sadao, O. (1982). Antioxidant. Journal Europe Patent of Antioxidant (063). Hal.


201-202.

Sumaryati, E. (2012). Senam Kecantikan dan Anti Penuaan. Yogyakarta: Citra


Media. Hal.34-36.

Swei, J., dan Talbot, J. B. (2006). Development of high-definition aqueous


polyvinylpyrrolidone photoresists for cathode ray tubes. Journal of
Applied Polymer Science. 102 (2). Hal.1637.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Hal.1, 11-32, 167.

Valko K., Leibfritz D., dam Moncol J. (2008). Free Radicals And Antioxidants In
Normal Physiological Functions And Human Disease. Int. J. Biochem.
Cell Bio (39). Hal. 44–84.

Vieira, R.P. (2009). Physical and Physicochemical Stability Eavluation of


Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animals. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences
45(3). Hal. 515-525.

Waluyo, S. (2010). The Book of Antiaging Rahasia Awet Muda Mind-Body-Spirit.


Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 31-32.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas


Indonesia. Hal.16-21.

82

Universitas Sumatera Utara


Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Hal 21-23.

Yahya, H. (2003). Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di Dalamnya.


Bandung: Dzikra. Hal. 40-42.

Zwergel, C., Gaascht, F., dan Valente, S. G. (2011). Aurones: Interesting Natural
and Synthetic Compounds with Energing Biological
Potential.International Singapore Journal of Bio-Sci 45 (03). Hal. 234-
236.

83

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

84

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Bagan pembuatan ekstrak kulit buah markisa ungu (EKBMU)

Buah markisa ungu (20 kg)

dicuci dengan air sampai bersih


ditiriskan, dipisahkan isi dengan
kulitnya
dipotong menjadi lebih kecil
ditimbang berat basahnya (2 kg)
dikeringkan dalam lemari pengering

Simplisia

ditimbang beratnya (970 g)


dihaluskan dengan blender

Serbuk simplisia

Pembuatan Ekstrak Etanol

85

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Bagan pembuatan masker peel-off ekstrak kulit buah markisa ungu
(EKBMU)

PVA PVP Nipagin Natrium


Lauril Sulfat

Dilarutkan dengan Dilarutkan dengan Dilarutkan dengan Dilarutkan


air suling air suling diaduk air suling kemudian dengan
kemudian hingga terbentuk panaskan sambil etanol,
panaskan sambil masa gel diaduk hingga larut diaduk
diaduk hingga hingga larut
terbentuk masa

Campurkan, aduk hingga homogen

Campurkan, aduk hingga homogen

Tambahkan gliserin

Campurkan, aduk hingga homogen


hingga terbentuk massa masker peel-off

Tambah EKBMU (2,5%, 5%, 7,5%, Masker peel-off tanpa


10%, 12,5%, 15%) sedikit demi sedikit, EKBMU (blanko)
digerus sampai terbentuk masker peel-
offf yang homogen

Masker peel-off EKBMU dengan


konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%,

86

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Contoh surat pernyataan sukarelawan

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA


DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama lengkap :
Umur :
Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa punggung tangan saya akan


digunakan sebagai daerah yang akan diuji. Setelah mendapat penjelasan
secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk
ikut serta dalam penelitian VITANIA REBECCA GURNING dengan judul
“FORMULASI DAN UJI ANTI AGING DARI SEDIAAN MASKER PEEL-OFF
YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH MARKISA UNGU
(Passiflora edulis Sims.)”sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan masker
peel-off yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan. Saya menyatakan
sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Januari 2018


Sukarelawan

Nama lengkap

87

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Gambar alat dan bahan

Skin analyzer Moisture checker Viskometer Brookfield

Lumpang dan alu Alat gelas

88

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. (Lanjutan)

Penangas air Timbangan analitik

Rotary Evaporator Ph meter

89

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. (Lanjutan)

Buah markisa ungu Kulit buah markisa ungu

Sampel dalam lemari Simplisia kulit buah


pengering markisa ungu

Ekstrak kulit buah markisa ungu

90

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Gambar sediaan masker peel-off dan pengaplikasiannya

Sediaan masker peel-off pada awal pembuatan

Sediaan masker peel-off setelah penyimpanan 12 minggu

Pengaplikasian masker peel-off pada volunteer

91

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Gambar hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer

1. Kadar Air

(Kondisi Awal)

(Minggu I)

92

Universitas Sumatera Utara


(Minggu II)

(Minggu III)

93

Universitas Sumatera Utara


(Minggu IV)

2. Kelembutan dan pori-pori

(Kondisi Awal)

94

Universitas Sumatera Utara


(Minggu I)

(Minggu II)

95

Universitas Sumatera Utara


(Minggu III)

(Minggu IV)

96

Universitas Sumatera Utara


3. Noda

(Kondisi Awal)

(Mingu I)

97

Universitas Sumatera Utara


(Minggu II)

(Minggu III)

98

Universitas Sumatera Utara


(Minggu IV)

4. Kerutan

(Kondisi Awal)

99

Universitas Sumatera Utara


(Minggu I)

(Minggu II)

100

Universitas Sumatera Utara


(Minggu III)

(Minggu IV)

101

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Hasil data uji SPSS
Kadar Air (Moisture)
1. Uji Normalitas

Tests of Normality
Formul Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
a
Statisti df Sig. Statisti df Sig.
c c
Kondisi F0 .253 3 . .964 3 .637
Awal
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .229 3 . .981 3 .739
F4 .343 3 . .842 3 .220
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 1 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .204 3 . .993 3 .843
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .269 3 . .949 3 .567
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .219 3 . .987 3 .780
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .265 3 . .953 3 .583
Minggu 3 F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .343 3 . .842 3 .220
F6 .265 3 . .953 3 .583
Minggu 4 F0 .276 3 . .942 3 .537
F1 .219 3 . .987 3 .780
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .384 3 . .752 3 .005
a. Lilliefors Significance Correction

102

Universitas Sumatera Utara


2. Uji Kruskal Wallis

a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Chi-Square 7.764 12.335 12.646 12.715 12.969


Df 4 4 4 4 4
.101 .015 .013 .013 .011
Asymp. Sig.

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.798 -1.993 -1.964 -1.993 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .046 .050 .046 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 8.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.107 -1.964 -1.993 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .050 .046 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

103

Universitas Sumatera Utara


c. F0 dengan F3

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.964 -1.993 -1.993 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .046 .046 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

d. F0 dengan F4

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.218 -1.964 -1.964 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .050 .050 .046 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

e. F0 dengan F5

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.696 -1.993 -1.993 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .487 .046 .046 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .700 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

104

Universitas Sumatera Utara


f. F0 dengan F6

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.993 -1.993 -1.964 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .046 .050 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

Kehalusan kulit
1. Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Kondisi
F3 .219 3 . .987 3 .780
Awal
F4 .328 3 . .871 3 .298
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .292 3 . .923 3 .463
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 1 F3 .219 3 . .987 3 .780
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .292 3 . .923 3 .463
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 2 F3 .219 3 . .987 3 .780
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 3 F0 .385 3 . .750 3 .000

105

Universitas Sumatera Utara


F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .253 3 . .964 3 .637
F3 .219 3 . .987 3 .780
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .314 3 . .893 3 .363
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Kruskall Wallis

a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Chi-Square 5.265 8.259 12.203 15.123 .000


df 6 6 6 6 6
.510 .220 .058 .019 1.000
Asymp. Sig.

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 2.000 .000 2.000 4.500
Wilcoxon W 10.000 8.000 6.000 8.000 10.500
Z -.225 -1.291 -2.023 -1.291 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .822 .197 .043 .197 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .400 .100 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

106

Universitas Sumatera Utara


b. F0 dengan F2

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 2.000 2.000 2.000 4.500
Wilcoxon W 8.500 8.000 8.000 8.000 10.500
Z -.899 -1.107 -1.107 -1.107 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .369 .268 .268 .268 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .400 .400 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

c. F0 dengan F3

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 1.000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 8.000 7.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.107 -1.623 -1.993 -1.993 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .105 .046 .046 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .200 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

d. F0 dengan F4

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 .000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 8.000 6.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.107 -2.023 -2.023 -2.023 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .043 .043 .043 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .100 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

107

Universitas Sumatera Utara


e. F0 dengan F5

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.500 .000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 10.500 6.000 6.000 6.000 10.500
Z .000 -1.993 -2.023 -1.993 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .046 .043 .046 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

f. F0 dengan F6

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.500 1.000 .000 .000 4.500
Wilcoxon W 7.500 7.000 6.000 6.000 10.500
Z -1.348 -1.650 -2.023 -2.023 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .178 .099 .043 .043 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .200 .200 .100 .100 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

Ukuran Pori-Pori Kulit


1. Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .385 3 . .750 3 .000
F2 .219 3 . .987 3 .780
Kondisi
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Awal
F4 .253 3 . .964 3 .637
F5 .337 3 . .855 3 .253
F6 .219 3 . .987 3 .780
F0 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000

108

Universitas Sumatera Utara


F2 .219 3 . .987 3 .780
F3 .292 3 . .923 3 .463
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .328 3 . .871 3 .298
F6 .219 3 . .987 3 .780
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .219 3 . .987 3 .780
Minggu 2 F3 .292 3 . .923 3 .463
F4 .364 3 . .800 3 .114
F5 .292 3 . .923 3 .463
F6 .253 3 . .964 3 .637
F0 .175 3 . 1.000 3 1.000
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 3 F3 .292 3 . .923 3 .463
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .253 3 . .964 3 .637
F6 .175 3 . 1.000 3 1.000
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 .219 3 . .987 3 .780
Minggu 4 F3 .292 3 . .923 3 .463
F4 .253 3 . .964 3 .637
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .219 3 . .987 3 .780
a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Kruskal Wallis

a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 11.561 10.099 13.250 15.512 17.466
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .073 .121 .039 .017 .008
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

109

Universitas Sumatera Utara


a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.993 -1.964 -1.964 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .050 .050 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 4.000 3.000 2.500 1.500
Wilcoxon W 8.000 10.000 9.000 8.500 7.500
Z -1.091 -.225 -.674 -.886 -1.328
Asymp. Sig. (2-tailed) .275 .822 .500 .376 .184
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 1.000 .700 .400 .200
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

c. F0 dengan F3

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 1.500 2.500 4.500
Wilcoxon W 6.000 6.000 7.500 8.500 10.500
Z -1.964 -1.964 -1.328 -.886 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .050 .184 .376 1.000
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .100 .200 .400 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

d. F0 dengan F4

110

Universitas Sumatera Utara


a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 3.500 .500 .000 .000
Wilcoxon W 8.000 9.500 6.500 6.000 6.000
Z -1.091 -.471 -1.771 -1.993 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .275 .637 .077 .046 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .700 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

e. F0 dengan F5

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 4.500 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 10.500 7.000 6.000 6.000
Z -1.771 .000 -1.528 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .077 1.000 .127 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 1.000 .200 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

f. F0 dengan F6

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 1.500 3.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 7.500 9.500 6.000 6.000
Z -1.964 -1.328 -.443 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .184 .658 .050 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .200 .700 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

Jumlah Noda pada Kulit


Ukuran Pori-Pori Kulit
1. Uji Normalitas

111

Universitas Sumatera Utara


b
Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .314 3 . .893 3 .363
Kondisi Awal F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .253 3 . .964 3 .637
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .219 3 . .987 3 .780
Minggu 1
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .219 3 . .987 3 .780
Minggu 2 F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .253 3 . .964 3 .637
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 3 F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .385 3 . .750 3 .000
F1 .253 3 . .964 3 .637
F2 .219 3 . .987 3 .780
Minggu 4 F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Minggu 1 is constant when Formula = F4. It has been omitted.

112

Universitas Sumatera Utara


2. Uji Kruskal Wallis

a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 9.283 9.704 14.416 17.506 18.501
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .158 .138 .025 .008 .005
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 3.500 2.500 2.500 3.000
Wilcoxon W 8.000 9.500 8.500 8.500 9.000
Z -1.107 -.471 -.886 -.886 -.696
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .637 .376 .376 .487
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .700 .400 .400 .700
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.500 4.500 2.500 1.500 1.000
Wilcoxon W 9.500 10.500 8.500 7.500 7.000
Z -.449 .000 -.886 -1.328 -1.623
Asymp. Sig. (2-tailed) .653 1.000 .376 .184 .105
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .700 1.000 .400 .200 .200
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

c. F0 dengan F3

113

Universitas Sumatera Utara


a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 1.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 7.000 6.000 6.000 6.000
Z -.232 -1.623 -1.964 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .817 .105 .050 .050 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .200 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

d. F0 dengan F4

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Z -.236 -2.121 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .814 .034 .046 .046 .043
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed 1.000 .100 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

e. F0 dengan F5

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .500 4.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 6.500 10.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.798 -.236 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .814 .046 .046 .043
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 1.000 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

f. F0 dengan F6

114

Universitas Sumatera Utara


a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.500 2.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 7.500 8.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.348 -1.124 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .178 .261 .046 .046 .043
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .200 .400 .100 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

Jumlah Keriput pada Kulit


Ukuran Pori-Pori Kulit
1. Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Formula Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .304 3 . .907 3 .407
F2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Kondisi Awal F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .292 3 . .923 3 .463
F2 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .175 3 . 1.000 3 1.000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .337 3 . .855 3 .253
F1 .292 3 . .923 3 .463
F2 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 2 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 3 F0 .337 3 . .855 3 .253

115

Universitas Sumatera Utara


F1 .304 3 . .907 3 .407
F2 .385 3 . .750 3 .000
F3 .175 3 . 1.000 3 1.000
F4 .175 3 . 1.000 3 1.000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .385 3 . .750 3 .000
F0 .343 3 . .842 3 .220
F1 .304 3 . .907 3 .407
F2 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 F3 .385 3 . .750 3 .000
F4 .385 3 . .750 3 .000
F5 .385 3 . .750 3 .000
F6 .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Kruskal Wallis

a,b
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 12.274 7.635 8.652 12.411 14.886
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. .056 .266 .194 .053 .021
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 3.500 4.000 4.500 4.000
Wilcoxon W 8.500 9.500 10.000 10.500 10.000
Z -.886 -.443 -.225 .000 -.225
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 .658 .822 1.000 .822
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .400 .700 1.000 1.000 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

116

Universitas Sumatera Utara


a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 4.500 2.000 1.500 1.500
Wilcoxon W 9.000 10.500 8.000 7.500 7.500
Z -.655 .000 -1.124 -1.348 -1.348
Asymp. Sig. (2-tailed) .513 1.000 .261 .178 .178
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .700 1.000 .400 .200 .200
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

c. F0 dengan F3

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.000 3.000 3.000 3.000
Wilcoxon W 6.000 8.000 9.000 9.000 9.000
Z -1.993 -1.107 -.664 -.655 -.664
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .268 .507 .513 .507
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .700 .700
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

d. F0 dengan F4

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.000 3.000 3.000 4.000
Wilcoxon W 6.000 8.000 9.000 9.000 10.000
Z -1.993 -1.107 -.664 -.655 -.232
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .268 .507 .513 .817
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .700 1.000
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

117

Universitas Sumatera Utara


e. F0 dengan F5

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.500 3.000 2.500 .000
Wilcoxon W 6.000 8.500 9.000 8.500 6.000
Z -1.993 -.886 -.664 -.943 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .376 .507 .346 .046
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .400 .700 .400 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

f. F0 dengan F6

a
Test Statistics
Kondisi Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 3.000 4.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 9.000 10.500 6.000 6.000
Z -1.993 -.664 .000 -1.993 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .507 1.000 .046 .050
b b b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed .100 .700 1.000 .100 .100
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

118

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Perhitungan persentase
3. x 100% = 21,8 %
aktivitas antiaging
 Penurunan Tingkat Kadar air
Rata-rata = x 100% =
 F0
19,7%
1. x 100% = 3,1%
 F3

2. x 100% = 3,1% 1. x 100% = 20,5%

3. x 100% = 3,2% 2. x 100% = 20,5%

Rata-rata = x 100% = 3. x 100% = 25%

3,1%
Rata-rata = x 100% =
 F1
22%
1. x 100% = 25 %
 F4

2. x 100% = 9,3% 1. x 100% = 28,1 %

3. x 100% = 12,5% 2. x 100% = 28,1 %

Rata-rata = x 100% = 3. x 100% = 28,1 %

11,4%
Rata-rata = x 100% = 28,1
 F2
%
1. x 100% = 18,7 %
 F5

2. x 100% = 18,7 % 1. x 100% = 35,4 %

119

Universitas Sumatera Utara


2. x 100% = 32,2 % Rata-rata = x 100% =

4,7%
3. x 100% = 28,1%
 F1

Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 9,5 %

28,1%
2. x 100% = 8,1%
 F6

1. x 100% = 37,5% 3. x 100% = 11,9%

2. x 100% = 36,3% Rata-rata = x 100% =

9,8%
3. x 100% = 33,3%
 F2

Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 15,5 %

33,3%
2. x 100% = 15 %

 Kenaikan Angka Kehalusan


3. x 100% = 17,9 %
 F0

Rata-rata = x 100% =
1. x 100% = 4,6%

16,0%
2. x 100% = 4,8%
 F3

3. x 100% = 4,8% 1. x 100% = 20,0%

2. x 100% = 18,6%

120

Universitas Sumatera Utara


3. x 100% = 21% 2. x 100% = 36,9%

Rata-rata = x 100% = 3. x 100% = 33,3%

19,8%
Rata-rata = x 100% =
 F4
36,1%
1. x 100% = 23,0 %
 Penurunan Ukuran Pori

 F0
2. x 100% = 26,3 %

1. x 100% = 5,7%
3. x 100% = 27,2 %

2. x 100% = 5,4%
Rata-rata = x 100% =

3. x 100% = 5,7%
25,5 %

 F5
Rata-rata = x 100% =

1. x 100% = 30,9 %
5,7%

 F1
2. x 100% = 30,7 %

1. x 100% = 9,5%
3. x 100% = 28,8%

2. x 100% = 9,3%
Rata-rata = x 100% =

3. x 100% = 11,09%
30,2%

 F6
Rata-rata = x 100% = 11,6%

1. x 100% = 37,7%
 F2

121

Universitas Sumatera Utara


1. x 100% = 17,9 % Rata-rata = x 100% =

24,5%
2. x 100% = 14,6 %
 F5

3. x 100% = 16,6 %
1. x 100% = 30,7%

Rata-rata = x 100% =
2. x 100% = 31,5%

16,6%
3. x 100% = 35,5%
 F3

1. x 100% = 16,3% Rata-rata = x 100% =

33,6%
2. x 100% = 17,7%
 F6
3. x 100% = 20,9%
1. x 100% = 41,4%

Rata-rata = x 100% =
2. x 100% = 36,9%

19,3%
3. x 100% = 38,6%
 F4

1. x 100% = 26,1% Rata-rata = x 100% =

2. x 100% = 22,2% 38,9%

3. x 100% = 25%  Penurunan Jumlah Noda

 F0

1. x 100% = 4,1%

122

Universitas Sumatera Utara


2. x 100% = 4,4% 2. x 100% = 17,7%

3. x 100% = 4,4% 3. x 100% = 17,3%

Rata-rata = x 100% = 4,2% Rata-rata = x 100% = 17,3%

 F1  F4

1. x 100% = 8,5% 1. x 100% = 24,4%

2. x 100% = 8,1% 2. x 100% = 21,7%

3. x 100% = 8,6% 3. x 100% = 32,0%

Rata-rata = x 100% = Rata-rata = x 100% =

8,4% 24,1%

 F2  F5

1. x 100% = 13,6 % 1. x 100% = 26,5%

2. x 100% = 12,2 % 2. x 100% = 29,1%

3. x 100% = 16,6 % 3. x 100% = 32%

Rata-rata = x 100% = 14,2% Rata-rata = x 100% =

 F3 29,3%

1. x 100% = 17,0%

123

Universitas Sumatera Utara


 F6
Rata-rata = x 100% =

1. x 100% = 41,4%
8,5%

 F2
2. x 100% = 35,4%

1. x 100% = 10,8 %
3. x 100% = 36,0%

2. x 100% = 11,3 %
Rata-rata = x 100% =

3. x 100% = 13,3 %
35,2%

Rata-rata = x 100% = 12,0%


 Penurunan Jumlah Keriput
 F3
 F0

1. x 100% = 16,0%
1. x 100% = 4,7%

2.. x 100% = 16,0%


2. x 100% = 4,6%

3. x 100% = 15,3%
3. x 100% = 2,0%

Rata-rata = x 100% =
Rata-rata = x 100% = 3,5%

15,7%
 F1
 F4
1. x 100% = 7,6%
1. x 100% = 18,0%

2. x 100% = 8,8%
2. x 100% = 17,3%

3. x 100% = 9,3%

124

Universitas Sumatera Utara


3. x 100% = 18,0% Rata-rata = x 100% =

25,3%
Rata-rata = x 100% =
 F6
17,8%
1. x 100% = 30,7%
 F5

1. x 100% = 25,0% 2. x 100% = 32,0%

2. x 100% = 26,9% 3. x 100% = 32,6%

3. x 100% = 24,0% Rata-rata = x 100% =

31,7%

125

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai