Keperawata Anak
Keperawata Anak
Keperawata Anak
BRONKOMALASIA
Dosen Pembimbing
Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok 1
S1 KEPERAWATAN
STIKes PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga makalah
Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ini dapat kami selesaikan. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas dalam melengkapi bahan materi untuk mata kuliah Keperawatan Anak I.
Makalah ini berisi tentang Bronkomalsia dapat dideskripsikan sebagai efek kelahiran pada
bronkus di traktus respiratorius. Ulasan yang kami sediakan ini semoga dapat menambah
wawasan sehingga memperjelas pembahasan materi. Kami mengambil sumber dari buku-
buku, internet, serta dan lain-lain.
Dengan tersusunnya makalah ini kami harap, makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Makalah kami masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun
akan sangat membantu kami dalam memperbaiki makalah selanjutnya.
penyusun
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIS....................................................................................................... 3
A. Defenisi ................................................................................................................ 3
B. Etiologi ........................................................................................................................... 4
F. Patofisiologi ................................................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................... 13
H. Pengobatan ........................................................................................................... 14
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 30
B. Saran .......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronko dan malakia, merupakan degenerasi dari jaringan penyangga dan jaringan
elastin bronkus. Kata bronkomalesia juga di gunakan untuk kelemahan kartilago pada
dinding bronkus, mengenai anak/ bayi usia di baawah 6 tahun dapat di temukan rhonki.
Bronkomalasia dapat didekskripsikan sebagai defek kelahiaran pada bronkus di
traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah
satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala
yang berfariasi yang dapat berupa wehaeezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah
rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi respirasi .
Selama priode 10 tahun dan didefinisikan aspek keterkaitan dan asosiasi. Dua
ratus Sembilan kasus gangguan malacia 34% yang diamati di 885 prosedur bronkoskopi.
Batuk, mengi, dan srridor berkisar antara 24% untuk kasus tracheobroncomalasia.
Alasan kelompok membuat makalah ini untuk mengetahui tentang penyakit
bronkomalasia pada bayi atau anak-anak dan untuk mengetahui asuhan keperawatan
untuk penyakit bronkomalasia.
B. Rumusan masalah
KONSEP MEDIS
1. Apa Defenisi Bronkomalasia?
2. Apa Etiologi Bronkomalasia?
3. Apa Menifestasi Klinik pada Bronkomalasia?
4. Bagaimana Anatomi Fisiologi Bronkhus pada Bronkomalasia?
5. Apa Patofisiologi Sesak Bronkomalasia?
6. Apa Patofisiologi Bronkomalasia?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnosa pada Bronkomalasia?
8. Bagaimana Pengobatan pada Bronkomalasia?
KONSEP KEPERAWATAN
1. Bagaimana Pengkajian Keperawatan pada Bronkomalasia?
2. Bagaimana Pemeriksaan Fisik pada Bronkomalasia?
3. Bagaimana Diagnose pada Bronkomalasia?
4. Bagaimana Intervensi pada Bronkomalasia?
5. Apa Luaran pada Bronkomalasia?
1
C. Tujuan
KONSEP MEDIS
1. Mampu Mengetahui Defenisi dari Bronkomalasia.
2. Mampu Mengetahui Etiologi Bronkomalasia.
3. Mampu Mengetahui Menifestasi Klinik pada Bronkomalasia.
4. Mampu Mengetahui Anatomi Fisiologi Bronkhus pada Bronkomalasia.
5. Mampu Mengetahui Patofisiologi Sesak pada Bronkomalasia.
6. Mampu Mengetahui Patofisiologi pada Bronkomalasia.
7. Mampu Mengetahui Pemeriksaan diagnose pada Bronkomalasia.
8. Mampu Mengetahui Pengobatan pada Bronkomalasia.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Mampu Mengetahui Pengkajian Keperawatan pada Bronkomalasia.
2. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Fisik pada Bronkomalasia.
3. Mampu Mengetahui Diagnosa Keperawatan pada Bronkomalasia.
4. Mampu Mengetahui Intervensi Keperawatan pada Bronkomalasia.
5. Mampu Mengetahui Luaran pada Bronkomalasia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Bronko dan Malacia, merupakan degenerasi dari jaringan penyangga dan jaringan
elastin bronkus. Kata bronkomalasia juga digunakan untuk kelemahan kartilago pada dinding
bronkus, mengenai anak/ bayi usia di bawah 6 tahun, dapat ditemukan rhonki dan atau
wheezing (mengi).
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari tulang rawan yang berkurang
dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan
melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau
mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak
respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah satu dari
3
beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi
yang dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu
Bronchomalacia adalah istilah untuk tulang rawan lemah di dinding saluran bronkial ,
sering terjadi pada anak di bawah enam tahun. Bronchomalacia berarti 'kelemahan' dari
beberapa bagian bronkus. Pasien datang dengan napas bising atau mengi. Ada keruntuhan
batang bronkus utama saat pernafasan . Jika trakea juga terlibat, istilah tracheobronchomalacia
(TBM) digunakan. Jika hanya jalan nafas atas trakea yang terlibat itu disebut
defisiensi cincin kartilago. Bronkomalasia sekunder dapat terjadi dengan kompresi ekstrinsik
dari pembuluh yang membesar, cincin pembuluh darah atau kista bronkogenik. Meskipun
B. ETIOLOGI
pernapasan . Malacia kongenital pada saluran napas besar adalah salah satu dari beberapa
penyebab obstruksi saluran napas yang tidak dapat diperbaiki pada anak-anak, dengan gejala
bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bagian bawah yang berulang hingga
dispnea yang parah dan kekurangan pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di kemudian hari
karena peradangan kronis atau berulang yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit saluran
napas lainnya.
a. Bronkomalasia primer
kongenital (cacat lahir) pada bayi. Terapinya akan disesuaikan dengan beratnya gejala.
Pada bronkomalasia yang ringan, gejala biasanya akan membaik dengan sendirinya saat
anak semakin besar. Bila gejala cukup berat, anak bisa diberikan continuous positive
4
airway pressure atau CPAP yang memberikan aliran udara secara terus menerus untuk
b. Bronkomalasia sekunder
dapat dari pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
Pada orang dewasa, yang biasanya terjadi adalah kelemahan pada tulang rawan di
sekitar trakea juga (bukan hanya pada bronkus) sehingga lebih disebut dengan
trakeobronkomalasia. Kondisi ini bisa terjadi karena trauma/cedera pada area trakea,
intubasi berkepanjangan, infeksi ataupun peradangan kronis pada trakea dan bronkus.
Dalam kondisi seperti ini, terapi lebih ditujukan pada mengatasi penyebab terjadinya
diatasi).
Malacia jalan nafas sekunder didefinisikan sebagai malacia jalan nafas sekunder
akibat atresia esofagus, asosiasi VATER / VACTERL (kondisi dengan anomali vertebral,
atresia dubur, penyakit jantung bawaan, fistula trakeo-esofagus atau atresia esofagus,
anomali renourinary, atau cacat ekstremitas radial lainnya, kompresi vaskular atau defek
C. MENIFESTASI KLINIK
Sesak nafas
Kelelahan
Apnea
5
b. Gejala penyakit yang akan muncul
Pneumonia
Bronkitis
Polychondritis
Asma
Struktur utama sistem pernapasan terdiri dari saluran pernapasan bagian atas
(jalan napas) dan saluran pernapasan bagian bawah (saluran napas). Batas antara
saluran pernapasan bagian atas dan bawah adalah pinggir bawah kartilago krikoidea.
Saluran udara pernapasan bagian bawah dimulai dari ujung bawah trakea (kartilago
krikoidea) sampai bronkiolus terminalis. Trakea yang panjangnya antara 10-12 cm,
dibentuk oleh sekitar 20 lapis kartilago berbentuk huruf C dan berakhir ketika
Trakea bercabang dua di karina menjadi brokus utama kanan dan bronkus
utama kiri. Pada tempat masuknya bronkus utama, kedua ujung kartilago bertemu
membentuk cincin kartilago yang sempurna, namun tidak lagi berbentuk huruf C
dengan bronkus utama kiri serta sudut yang dibentuk oleh bronkus utama kanan
terhadap trakea lebih tajam daripada sudut yang dibentuk oleh bronkus utama kiri
untuk mencegah kolaps selama perubahan tekanan udara dalam paru paru. Cabang-
cabang dari trakea dilapisi dengan silia dan epitel yang menghasilkan mukus. Apabila
ada benda asing atau debu yang masuk akan terperangkap di mukosa kemudian
disapukan oleh silia ke laring dan dibatukkan keluar (Gibson, 2003). Bronkus
6
bercabang-cabang lagi dan seterusnya menjadi semakin kecil, membentuk bronkiolus
yang tidak memiliki penyokong kartilago, melainkan memiliki dinding otot polos
Gambar 2.1
Potongan Sagittal
dan kiri (ekstrapulmonal) kemudian menjadi bronkus yang lebih kecil dan masuk ke
dalam paru (intrapulmonal). Di dalam paru (intrapulmonal) cincin tulang rawan hialin
digantikan oleh lempeng tulang rawan hialin tidak beraturan yang mengelilingi
bronkus. Sewaktu bronkus terus bercabang dan berkurang ukurannya, jumlah dan
intrapulmonal dilapisi epitel bertingkat semu silindris bersilia yang ditunjang oleh
lapisan tipis lamina propria, jaringan ikat halus dengan serat elastik dan beberapa
7
limfosit. Selapis tipis otot polos mengelilingi lamina propria dan memisahkannya dari
2012)
Menurut Mescher dalam buku Atlas Histologi dasar Junqueira, 2012 setiap
tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara struktural mirip dengan
Gambar 2.3
8
Tissue (MALT) relatif bertambah banyak seiring dengan mengecilnya bronkus dan
9
E. PATOFISIOLOGI SESAK
Dispnea atau yang biasa dikenal dengan sesak napas adalah Perasaan sulit
bernapas dan biasanhya merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonal. Orang
yang mengalamisesak napas sering mengeluh napas nya terasa pendek dan
a. Reseptor reseptor mekanik pada otot otot pernapasan, paru, dinding dada dalam
Dispnea dapat terjadi jika tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang
otot
sesak napas.
beberapa hal berikut :1. Usia2. Jenis kelamin3. Ketinggian tempat4. Jenis latihan
fisik Pasien denagn gejala dispnea biasanya memiliki keadaanseperti berikut yaitu
Sensasi dispnea berawal dari aktivasi sistem sensorik yang terlibat dalam sistem
napasDispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
10
pertukaran gas antara O2 Dan CO2sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
11
F. PATOFISIOLOGI
KELAINAN KONGENITAL
BRONKOMALASIA
SESAK NAFAS
Ketika kita hirup oksigen akan masuk dan keluar, udara masuk ke dalam
hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang
terbagi menjadi dua cabang (bronkus kanan dan bronkus kiri) dan bronkus terbuat dari
cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan napas. Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara
bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk
aneh, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya
12
sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal
ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, atau napas cepat. Biasanya tulang
rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tidak lagi terjadi
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
bronkodilator.
penurunan efisema.
f. FEV 1/ FVC : Rasio volume expirasi kuat degan kafasitas vital kuat menurun
PaO2 menurun, dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan
emfisema) tetapi sering menurun pada asma; pH normal atau asidotik, alkalosis
13
h. Bronkogram: Dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi; kulaps
ronkial pada expirasi kuat (emfisema); pembesaran ductus mukosa yang terlihat
eosinophil (asma).
atrial (bronkitis), peninggian gelombang Pada leat II, III, AVF (Bronkitis,
m. EKG Latihan, test setres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,
H. PENGOBATAN
a. Time
kontinu.
c. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran udara
14
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. INSPEKSI
saat anda mengamati klien dan respon klien terhadap pernyataan. Perhatikan
manifastasi distress pernafasan saat ini : posisi yang nyaman, takipnea, mengap-
kulit, wajah dan bibir, dan penggunaan otot –otot asesoris pernapasan. Perhatikan
Paling mudah dilakukan dari kepala dan area leher untuk mengetahui
kelainan yang menggangu pernapasan, perhatikan bau napas dan apakah ada
b. PALPASI
mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medulla spinalis adalah
inflamasi.
Palpasi dengan perlahan letakkan ibu jari pada trakhea dan jari lainnya
pada sisi sebelahnya gerakkan trakhea sambil palpasi terhadap adanya massa
15
krepitus, atau deviasi dari garis tengah. Trakhea biasanya agak mudah di
defek atau nyeri tekan di dada; tonus otot; edema; dan fremitus taktil, atau vibrasi
dan tangan pemeriksa di letakkan pada dinding dada posterior klien ( bagian
punggung). Ibu jari berhadapan satu sama lain, saat klien mengirup napas tangan
Palpasi dinding saat klien mengucapkan kata vibrasi yang relatif keras
(mis. Tujuh-tujuh). Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan
c. PERKUSI
atas jaringan paru normal, bunyi hiperesonan terdengar saat meningkatnya udara
dalam paru-paru atau spasium pleural, bunyi pekak terjadi saat jaringan paru
padat, bunyi datar terjadi saat jaringan tidak mengandung udara, bunyi timpani
untuk menghirup nafas dalam dan menahannya ketika anda memperkusi kearah
bawah bidang paru posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang berubah dari
bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini menggunakan pena kaji kedua sisi kanan
16
d. AUSKULTASI
mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi tambahan,
dan karakter suara yang di ucapkan, untuk mendengar bunyi napas seluruh bidang
paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang, sampai napas
B. PEMERIKSAAN FISIK
lakukan dan manfaatnya dalam hubungan rasionalnya dengan risiko akibat pemajanan
a. Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diagrafma, dan jalan
napas atas
b. Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta,
d. Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokas lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area fibrosis,
17
d. Menetapkan posisi selang dan kateter
Pemeriksaan sinar-x standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi
duduk atau berbaring dapat di lakukan. pemajanan standar untuk pemeriksaan ini
adalah :
18
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. NANDA
(1980,1996,1998)
Batasan karakteristik
Objektif : gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal,
tidak normal (misalnya, pucat, dan kehitaman), Konfusi, sianosis (hanya pada
gelisah,somnolen, takikardia.
b. SDKI
Penyebab :
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Subjektif : dyspnea
PO2 menurun
19
Takikardia
kesadaran menurun.
Definisi: fungsi menelan abnormal akibat defisit struktur atau fungsi oral,
Penyebab :
1. Defek laring
2. Defek trakea
3. Defek nasal
Objektif :
3. Tersedak
20
Gejala dan tanda mayor:
Objektif : Oral
2. Refluks nasal
3. Tidak
7. Sulit mengunyah
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor external
Subjektif :
21
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
Objektif :
5) Sariawan
8) Diare
c. DOENGES
22
Dapat di hubungkan dengan : gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas
ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. SIKI
observasi :
Terapeutik :
23
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi :
Observasi :
Terapeutik:
Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum memberi asupan oral
Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidk sdar
Pertahankan kepatenan jalan nafas (min. tehnik head tilt chin lift, jaw thrust, in
line)
24
Sediakan suction di ruangan
Terapeutik :
b. DOENGES
1. Mandiri
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
f. Palpasi fremitus.
25
fase akut. Mungkinkah pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan
Rasional
proses penyakit.
latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dyspnea, dan kerja
napas.
c. Sianosis mungkin parier (latihan pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Pengisapan dibutuhkan bila batuk
tidak efektif.
e. Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
jantung.
terjebak.
26
h. Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
2. Mandiri
Rasional
menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih keci tau lebih
penyelamatan hidup.
27
3. Kolaborasi
b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
hati-hati
E. LUARAN
PERTUKARAN GAS
a. DEFINISI
b. KRITERIA HASIL
Dispnea menurun 5
Takikardia menurun 5
Pusing menurun 5
Diafooresis menurun 5
Gelisah menurun 5
PCO2 membaik 5
PO2 membaik 5
28
PH arteri membaik 5
Sianosis membaik 5
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronko dan Malacia, merupakan degenerasi dari jaringan penyangga dan jaringan
elastin bronkus. Kata bronkomalasia juga digunakan untuk kelemahan kartilago pada
dinding bronkus, mengenai anak/ bayi usia di bawah 6 tahun, dapat ditemukan rhonki dan
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari tulang rawan yang
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang
waktu, atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak
B. Saran
Demikian dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada
semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini
selanjutnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/73056736-D-patofisiologi-ketika-kita-
hirup-masuk-dan-keluar-udara-masuk-ke-dalam-hidung-dan-mulut-melalui-kotak-suara-
laring-ke-dalam-tenggorokan.html (dikutip pada 26 nov 19)
https://www.google.com/amp/s/yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia-
bronchomalacia/amp/(dikutip pada 26 nov 19)
https://www.coursehero.com/file/46593142/408115746-Kep-Anak-Bronkomalasiapdf/
(dikutip pada 26 nov 2019)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/4
1730/3/jiptummpp-gdl-atikarachm-48502-3
bab2.pdf&ved=2ahUKEwif_p7fuZDmahVYU30KHYtUBaEQFjALegQICRAB&usg=AOvV
aw05WclMXznBp8elzxdxmaX0 (dikutip pada 29 nov 2019)
31