Laporan Kasus Abotus Iminens
Laporan Kasus Abotus Iminens
Laporan Kasus Abotus Iminens
Disusun oleh:
dr. Alnesti Purnama Yunisa
Pembimbing internship:
dr.Suhair Quzwain SpOG
1
1.1 Latar Belakang
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Novi anggraini
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : lebak bandung, jelutung
Tanggal masuk : 15 November 2019
No. RM :038164
Tanggal masuk : 15-11-2019
Tanggal keluar : 18-11-2019
Biaya pengobatan : BPJS
II. ANAMNESIS
Keluhan utama: Keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang melalui IGD dengan keluhan keluar darah seperti
flek dari jalan lahir sejak 6 jam yang lalu. Darah berwarna merah segar,
bergumpal (-) kenceng-kenceng pada perut (+). Tes kehamilam (+). BAB
BAK tidak ada keluhan. Riwayat trauma disangkal. Riwayat perjalanan
jauh menggunakan motor disangkal. Riwayat pijat disangkal. Riwayat
minum obat/ jamu disangkal.
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun.
Lama haid : 3-4 hari, siklus haid 28 hari teratur
HPHT : 24 September 2019
3
HPL : 31 Juni 2020
Riwayat Menikah
Riwayat Obstetri
Riwayat ANC
Di bidan 1x
Di dokter 1x
Riwayat KB
Alat kontrasepsi yang telah dipakai : suntik 3 bulan terakhir 6 tahun yang
lalu
Alasan berhenti : ingin punya anak.
Perilaku Kesehatan
Merokok : disangkal
Minum-minuman beralkohol : disangkal
Konsumsi narkoba : disangkal
4
Riwayat Diabetes melitus : disangkal
Riwayat Penyakit jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat ISK : disangkal
Riwayat IMS : disangkal
Riwayat TORCH : disangkal
Riwayat penyakit selama kehamilan : disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal
(hanya konsumsi vitamin dari bidan).
Riwayat HEG sekitar 2 minggu yang lalu
Riwayat gastritis dan fatty liver 2 tahun yang lalu
Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes melitus : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Alergi : disangkal
5
o Nadi : 80x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
o Nafas : 20x/menit
o Suhu : 36.8oC (axiler)
Status Internus
Dextra Sinistra
6
Depan
Belakang
o Abdomen :
- Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (-),
striae gravidarum (-), bekas sc (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
- Perkusi : Sulit dinilai
- Palpasi : TFU belum dapat di nilai
o Genitalia : terdapat pengeluaran darah seperti haid
berwarna merah segar, gumpalan (-), jaringan (-)
o Extermitas : akral hangat crt < 2 dtk, edema (-)
7
Status obstetri
Pemeriksaan luar
o Abdomen :
- Inspeksi : sedikit membuncit, linea nigra(-), striae
gravidarum (-), bekas sc (-)
- Palpasi :
Leopold I : belum dapat dinilai
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam :
o Vaginal Toucher :oue menutup, jaringan (-), gumpalan (-)
Pemeriksaan laboratorium : 15 November 2019
o Darah rutin
Hemoglobin : 13.2 g/%
Hematokrit : 38.8 %
Eritrosit : 4.49 jt/mmk
Lekosit : 12.79 rb/mmk
Trombosit : 340 rb/mmk
o Kimia klinik
Glukosa sewaktu : 119 mg/dl
o Se-imun
HbsAg : non reaktif (-)
8
Pemeriksaan USG
9
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0 gravida 7-8 minggu + Abortus imminens
V. INITIAL PLAN
1. Dx kerja :
G2P1A0 gravida 7-8 minggu + Abortus imminens
2. Dx :
S : flek (+)
O:
KU : baik
Kesadaran : komposmentis, GCS 15
Tanda Vital :
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 80x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
o Nafas : 20x/menit
o Suhu : 36.8oC (axiler)
HPL : 31 Juni 2020
Abdomen :
o Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (-), striae
gravidarum (-), bekas sc (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
o Perkusi : Sulit dinilai
o Palpasi : TFU belum dapat dinilai
Genitalia : terdapat pengeluaran darah minimal, gumpalan (-),
jaringan (-), oue menutup
VI. Penatalaksanaan
Observasi perdarahan
Bedrest total
10
IVFD RL 20 tpm
VII. Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
ancaman abortus
Tirah baring
Mengingatkan untuk tidak melakukan hubungan seksual
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Penyebab3,4,5
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
11
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat
usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma
ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus, disebut teratogen.
2.3 Klasifikasi
12
1. Abortus Imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, OStium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mules sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam.Ostium uteri masih tertutup besarnya
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan
dengan melihat kadar hormone HCG pada urin dengan cara melakukan tes
urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran
1/10. Bilahasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah
13
baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatifmaka prognosisnya dubia ad
malam. Pengelolaan penderitaan ini sangat bergantungan pada informed
consent yang diberikan.
2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita merasa mules karena kontraksi yang sering dan kuat,
Perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
umur kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapatkan pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerakan janin dan gerakan jantung janin masih jelas walau
mungkin sudah mulai tidak normal, basanya terlihat penipisan serviks
uterus atau pembukaannya.
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila
perdarahan banyak. Pada umur kehamilan diatas 12 minggu, uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus
hati-hati, jika perlu dilakukan evakuasi dengan digital yang kemudian
disusul dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini
diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.
3. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil kondepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal.
Abortus inkomplit terpacang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam kavum uterus dimana pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
14
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya
masih terjadi masih jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantunng
pada jaringan yang tersisa. Yang menyebabkan sebagian placenta
sitemasih terbuka
4. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, Osteum uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan
bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin
biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengolalaan penderita
tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya
diberikan roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
15
USG Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG
dapat digunakan untuk mengetahui prognosis.Pada umur kehamilan tujuh
minggu, fetal poledan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter.
Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong
gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada
usia gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.Apabila terdapat
yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah
7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila embrio 10mm,
angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu
kurang lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna
untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata
lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa
mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan
nilai prediksi positif 100%.Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan
dengan prognosis buruk. Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan
berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis
buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor
risiko (bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang
crown to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan
pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya
menunjukkan presentase kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi
setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin
dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya
kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%.
16
Biokimia serum ibu
Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial Evaluasi harus
mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan
intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan
kehamil-an ektopik.Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan
untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed
abortion.Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali
dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah
penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml
dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus
imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang
mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka prediksi
positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi
dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak
memberikan data tentang aktivitas jantung janin.
17
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan
dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan
ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care(ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi
kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir
dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran
sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan
bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu
penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko
rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya
menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh
banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui
konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk. (2003), ibu hamil yang
tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko
kelahiran prematur.
Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279
(96%) dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang
terjadi pada awal kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang
merasa hal tersebut perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal
tersebut bekerja baik. Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT )
18
tentang efek tirah baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61
wanita hamil yang mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
delapan minggu yang viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu
injeksi hCG, plasebo atau tirah baring. Persentase terjadinya keguguran dari
ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan
signifi kan tampak antara kelompok injeksi hCG dan tirah baring namun
perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan plasebo atau antara kelompok
plasebo dan tirah baring tidak signifi kan. Meskipun pada penelitian
tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan tirah baring,
namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium, dan
mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak
relevan dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan
untuk tidak melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam
sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan
keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita
yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan
seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah
studi kohort observasional terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens
yang direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami
keguguran dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina,
ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi
tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat
dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama
beberapa hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak
melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan
sehari-hari.
Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau
19
akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens.Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan.Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus
luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju
namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya.
Meskipun bukti terbataspercobaan pada 421 wanita abortus imminens
menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada penatalaksanaan abortus
imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan
pada 154wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang
dari 13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi
(95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok
yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.Meskipun tidak ada bukti kuat
tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi
uterus lebih
20
cepat daripada tirah baring,terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada
abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed abortion,progestogen pada
penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi
kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu.
Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan
kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah lebih besar untuk
memperkuat kesimpulan.
21
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens.
Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala
berat mendekati 12 minggu.
2.9 Prognosis 3
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran
prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun,
tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks.
22
BAB IV
ANALISA KASUS
23
- Inkompetensi serviks uterus
- Mioma uteri
- Sindroma Asherman
3. Autoimun
- Autoimun
- Mediasi imunitas humoral
- Mediasi imunitas seluler
4. Defek Fase Luten
- Factor endokrin eksternal
- Antibody antitiroid hormonal
- Sintesis LH yang tinggi
5. Infeksi
6. Hematologic
7. Lingkungan
8. Faktor faktor immunologis
9. Trauma fisik dan Trauma emosional
10. Dan beberapa penyebab lainnya :
a. Kelainan Utreus
b. Obat obatan
c. Nutrisi
Klasifikasi
1. Abortus Imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, Ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
24
3.Abortus Inkomplit
Sebagian hasil kondepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal.Abortus inkomplit terpacang pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
4. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, Osteum uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan
25
BAB V
KESIMPULAN
26
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan
penggunaannya.
6. Profi laksis Rh - konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin
anti-D pada kasus-kasus dengan perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau
kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu
27
DAFTAR PUSTAKA
28