Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Kasus Abotus Iminens

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

G2P1A0 gravida 7-8 minggu + Abortus Imminens

Disusun oleh:
dr. Alnesti Purnama Yunisa

Pembimbing internship:
dr.Suhair Quzwain SpOG

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RS PERTAMEDIKA BAITURRAHIM
KOTA JAMBI
2019

1
1.1 Latar Belakang

Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai


viabilitas (usia kehamilan 20 minggu) dan kelahiran janin dengan berat
badan kurang dari 500 gram.1

abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,


sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut
abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus
kriminalis.Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter
untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan dilakukan oleh minimal 3
dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesilais
Penyakit Dalam, dan Spesialis Jiwa.2

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus


provokatus banyak tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi
komplikasi.Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya
sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasannya ibu tidak
melaporkan atau berobat.Sementara itu kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang
berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran yang berurutan.2

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam.Sebagian besar studi


menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua
kehamilan.Pada tahun 1988 Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi
terhadap 221 perempuan yang diikuti selama 707 siklus haid total.
Didapatkan 198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum
saat haid berikutnya.1

2
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Novi anggraini
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : lebak bandung, jelutung
Tanggal masuk : 15 November 2019
No. RM :038164
Tanggal masuk : 15-11-2019
Tanggal keluar : 18-11-2019
Biaya pengobatan : BPJS

II. ANAMNESIS
Keluhan utama: Keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang melalui IGD dengan keluhan keluar darah seperti
flek dari jalan lahir sejak 6 jam yang lalu. Darah berwarna merah segar,
bergumpal (-) kenceng-kenceng pada perut (+). Tes kehamilam (+). BAB
BAK tidak ada keluhan. Riwayat trauma disangkal. Riwayat perjalanan
jauh menggunakan motor disangkal. Riwayat pijat disangkal. Riwayat
minum obat/ jamu disangkal.
Riwayat Haid

 Menarche : 14 tahun.
 Lama haid : 3-4 hari, siklus haid 28 hari teratur
 HPHT : 24 September 2019

3
 HPL : 31 Juni 2020

Riwayat Menikah

Pernikahan pertama, usia 20 th lama pernikahan 10 tahun

Riwayat Obstetri

N Tahun Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Ket


o partus kehamilan persalinan JK/BB

1 2010 Aterm Normal Bidan - L/3000 Hidup

Riwayat ANC

 Di bidan 1x
 Di dokter 1x

Riwayat KB
Alat kontrasepsi yang telah dipakai : suntik 3 bulan terakhir 6 tahun yang
lalu
Alasan berhenti : ingin punya anak.

Perilaku Kesehatan

 Merokok : disangkal
 Minum-minuman beralkohol : disangkal
 Konsumsi narkoba : disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Abortus : disangkal


 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal

4
 Riwayat Diabetes melitus : disangkal
 Riwayat Penyakit jantung : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat ISK : disangkal
 Riwayat IMS : disangkal
 Riwayat TORCH : disangkal
 Riwayat penyakit selama kehamilan : disangkal
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal
(hanya konsumsi vitamin dari bidan).
 Riwayat HEG sekitar 2 minggu yang lalu
 Riwayat gastritis dan fatty liver 2 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga

 Asma : disangkal
 Hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes melitus : disangkal
 Penyakit Jantung : disangkal
 Alergi : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai


karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan
ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Pasien
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Komposmentis
 GCS : 15 (E 4, V 5, M 6)
 Tanda Vital :
o Tekanan darah : 120/80 mmHg

5
o Nadi : 80x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
o Nafas : 20x/menit
o Suhu : 36.8oC (axiler)

Status Internus

 Mata: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); edem


palpebra (-/-); Pupil isokor 3mm/3mm
 Hidung: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
 Telinga: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-)
 Mulut: Lembab (+), Sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)
 Leher:Pembesaran limfonodi(-/-),pembesaran tiroid (-/-),
 Thorax :
o Cor :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V LMCS, tak
kuat angkat
- Perkusi :
o Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
o Batas Pinggang jantung:ICSIII Linea
parasternalsinistra
o Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial
Lineamid clavicula sinistra
o Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea
sternalisdextra
- Auskultasi: Bunyi jantung I & II normal, bising (-),gallop
(-)
 Pulmo

Dextra Sinistra

6
Depan

- Inspeksi Simetris statis & Simetris statis &


dinamis, retraksi (-) dinamis, retraksi (-)

Stem fremitus normal Stem fremitus normal


- Palpasi kanan = kiri kanan = kiri

- Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang


paru paru

Suara dasar paru Suara dasar paru


- Auskultasi vesikuler (+), suara vesikuler(+),suara
tambahanparu: tambahanparu:
wheezing (-), ronki(-) wheezing (-), ronki (-)

Belakang

- Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal


kanan = kiri kanan = kiri

- Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang


paru paru
- Auskultasi
SD paruvesikuler (+), SD paruvesikuler (+),
suara tambahanparu : suara tambahan paru:
wheezing (-), ronki (-) wheezing (-), ronki (-)

o Abdomen :
- Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (-),
striae gravidarum (-), bekas sc (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
- Perkusi : Sulit dinilai
- Palpasi : TFU belum dapat di nilai
o Genitalia : terdapat pengeluaran darah seperti haid
berwarna merah segar, gumpalan (-), jaringan (-)
o Extermitas : akral hangat crt < 2 dtk, edema (-)

7
Status obstetri

 Pemeriksaan luar
o Abdomen :
- Inspeksi : sedikit membuncit, linea nigra(-), striae
gravidarum (-), bekas sc (-)
- Palpasi :
Leopold I : belum dapat dinilai
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
 Pemeriksaan dalam :
o Vaginal Toucher :oue menutup, jaringan (-), gumpalan (-)
 Pemeriksaan laboratorium : 15 November 2019
o Darah rutin
Hemoglobin : 13.2 g/%
Hematokrit : 38.8 %
Eritrosit : 4.49 jt/mmk
Lekosit : 12.79 rb/mmk
Trombosit : 340 rb/mmk

o Kimia klinik
Glukosa sewaktu : 119 mg/dl
o Se-imun
HbsAg : non reaktif (-)

8
 Pemeriksaan USG

9
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0 gravida 7-8 minggu + Abortus imminens

V. INITIAL PLAN
1. Dx kerja :
G2P1A0 gravida 7-8 minggu + Abortus imminens
2. Dx :
S : flek (+)
O:
 KU : baik
 Kesadaran : komposmentis, GCS 15
 Tanda Vital :
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 80x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
o Nafas : 20x/menit
o Suhu : 36.8oC (axiler)
 HPL : 31 Juni 2020
 Abdomen :
o Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (-), striae
gravidarum (-), bekas sc (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)
o Perkusi : Sulit dinilai
o Palpasi : TFU belum dapat dinilai
 Genitalia : terdapat pengeluaran darah minimal, gumpalan (-),
jaringan (-), oue menutup

VI. Penatalaksanaan

 Observasi perdarahan

 Bedrest total

10
 IVFD RL 20 tpm

 Cefixime tab 2 x 200 mg

 Inj.As. tranexamat 3 x 500 mg

 Uterogestan 2x 200 mg vaginal supp

 Inj. Ondansetron 2x1 amp

VII. Edukasi :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
ancaman abortus
 Tirah baring
 Mengingatkan untuk tidak melakukan hubungan seksual

6. Prognosis : Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus Imminens


Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
viabel, dan serviks tertutup. 1,2

2.2 Penyebab3,4,5
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.

11
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat
usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma
ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus, disebut teratogen.

2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan


menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,


pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri,


atau kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas
yang tidak dijahit.

2.3 Klasifikasi

12
1. Abortus Imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, OStium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mules sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam.Ostium uteri masih tertutup besarnya
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan
dengan melihat kadar hormone HCG pada urin dengan cara melakukan tes
urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran
1/10. Bilahasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah

13
baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatifmaka prognosisnya dubia ad
malam. Pengelolaan penderitaan ini sangat bergantungan pada informed
consent yang diberikan.
2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita merasa mules karena kontraksi yang sering dan kuat,
Perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
umur kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapatkan pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerakan janin dan gerakan jantung janin masih jelas walau
mungkin sudah mulai tidak normal, basanya terlihat penipisan serviks
uterus atau pembukaannya.
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila
perdarahan banyak. Pada umur kehamilan diatas 12 minggu, uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus
hati-hati, jika perlu dilakukan evakuasi dengan digital yang kemudian
disusul dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini
diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.

3. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil kondepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal.
Abortus inkomplit terpacang pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam kavum uterus dimana pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum

14
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya
masih terjadi masih jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantunng
pada jaringan yang tersisa. Yang menyebabkan sebagian placenta
sitemasih terbuka

4. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, Osteum uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan
bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin
biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengolalaan penderita
tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya
diberikan roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.

2.4 Tanda dan Gejala 3,5


Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan
punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa
kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.

2.5 Diagnosis 2,3,5


•Tanda dan gejala abortus imminens
•Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari
ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang
serviks atau adneksa
•Tes kehamilan positif, dan
•Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

2.6 Pemeriksaan penunjang 3,5

15
 USG Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG
dapat digunakan untuk mengetahui prognosis.Pada umur kehamilan tujuh
minggu, fetal poledan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter.
Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong
gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada
usia gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.Apabila terdapat
yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah
7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila embrio 10mm,
angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu
kurang lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna
untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata
lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa
mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan
nilai prediksi positif 100%.Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan
dengan prognosis buruk. Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan
berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis
buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor
risiko (bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang
crown to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan
pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya
menunjukkan presentase kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi
setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin
dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya
kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%.

16
 Biokimia serum ibu
Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial Evaluasi harus
mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan
intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan
kehamil-an ektopik.Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan
untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed
abortion.Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali
dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah
penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml
dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus
imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang
mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka prediksi
positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi
dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak
memberikan data tentang aktivitas jantung janin.

 Pemeriksaan kadar progesteron


Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan
dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan
yang viabel dengan sensitivitas 100%.

2.7 Pencegahan 1,3

17
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan
dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan
ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care(ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi
kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir
dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran
sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan
bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu
penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko
rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya
menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh
banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui
konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk. (2003), ibu hamil yang
tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko
kelahiran prematur.

2.8 Penatalaksanaan Aktif 1,3,5


Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya
penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun
banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus
imminens, penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:

 Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279
(96%) dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang
terjadi pada awal kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang
merasa hal tersebut perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal
tersebut bekerja baik. Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT )

18
tentang efek tirah baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61
wanita hamil yang mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
delapan minggu yang viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu
injeksi hCG, plasebo atau tirah baring. Persentase terjadinya keguguran dari
ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan
signifi kan tampak antara kelompok injeksi hCG dan tirah baring namun
perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan plasebo atau antara kelompok
plasebo dan tirah baring tidak signifi kan. Meskipun pada penelitian
tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan tirah baring,
namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium, dan
mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak
relevan dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan
untuk tidak melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam
sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan
keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita
yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan
seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah
studi kohort observasional terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens
yang direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami
keguguran dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina,
ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi
tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat
dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama
beberapa hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak
melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan
sehari-hari.

 Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau

19
akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.

 Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens.Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan.Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus
luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju
namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya.
Meskipun bukti terbataspercobaan pada 421 wanita abortus imminens
menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada penatalaksanaan abortus
imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan
pada 154wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang
dari 13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi
(95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok
yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.Meskipun tidak ada bukti kuat
tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi
uterus lebih

20
cepat daripada tirah baring,terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada
abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed abortion,progestogen pada
penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi
kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu.
Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan
kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah lebih besar untuk
memperkuat kesimpulan.

 hCG (human chorionic gonadotropin)


hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan
ke-hamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk
mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga penelitian yang melibatkan 312
partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan
hCG pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meski-pun tidak
terdapat laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang pengaruh hCG pada keguguran.

 Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi


Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki fl ora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri
abdomen dan perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.

 Relaksan otot uterus


Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens.Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup

21
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens.

 Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala
berat mendekati 12 minggu.

2.9 Prognosis 3
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran
prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun,
tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks.

Tabel 2.1 Faktor yang berpengaruh terhadap abortus immines

22
BAB IV
ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?


Dari anamnesis Ny. N (31th) mengeluh ± keluar darah seperti flek dari
jalan lahir sejak 6 jam yang lalu. Darah berwarna merah segar, bergumpal (-)
kenceng-kenceng pada perut (+). Riwayat trauma disangkal. Riwayat
perjalanan jauh menggunakan motor disangkal. Riwayat pijat disangkal.
Riwayat minum obat/ jamu disangkal.
 HPHT : 24 September 2019 = usia kehamilan 7-8 minggu
 HPL : 31 Juni 2020

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80


mmHg,RR:20 x/menit, N: 80 x/menit, T: 36,5˚ C. Pada pemeriksaan fisik,
sesuai dengan usia kehamilan dan hasil laboratorium darah lengkap dalam
batas normal. os perdarahan lewat jalan lahir. Pada pemeriksaan ginekologi
dari Inspeksi tampak perdarahan (+) tidak aktif. Pada pemeriksaan USG
ditemukan kantung janin baik reguler.
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas
(usia kehamilan 20 minggu) dan kelahiran janin dengan berat badan kurang
dari 500 gram.1
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:2
1. Genetika. Translokasi parental keseimbangan genetic
- Mendelian
- Multifactor
- Robertosonian
- resiprokal
2. kelainan kongenita uterus
- anomaly duktus Mulleri
- Septum uterus
- Uterus bikornis

23
- Inkompetensi serviks uterus
- Mioma uteri
- Sindroma Asherman
3. Autoimun
- Autoimun
- Mediasi imunitas humoral
- Mediasi imunitas seluler
4. Defek Fase Luten
- Factor endokrin eksternal
- Antibody antitiroid hormonal
- Sintesis LH yang tinggi
5. Infeksi
6. Hematologic
7. Lingkungan
8. Faktor faktor immunologis
9. Trauma fisik dan Trauma emosional
10. Dan beberapa penyebab lainnya :
a. Kelainan Utreus
b. Obat obatan
c. Nutrisi
Klasifikasi
1. Abortus Imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, Ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

24
3.Abortus Inkomplit
Sebagian hasil kondepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal.Abortus inkomplit terpacang pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

4. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, Osteum uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak
sesuai dengan umur kehamilan

Pada pasien ini diagnosis sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang yang sudah memenuhi kriteria diagnosis
tegaknya G2P1A0 Gravida 7-8 minggu + abortus Iminens.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?


Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan terapi pada
perdarahan post partum. Karena pada Prinsip penatalaksanaannya adalah:

1. Tidak perlu pengobatan khusus cukupdengan tirah baring total


2. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau berhubungan seksual
3. Jika perdarahan :
berhenti: lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilain terus
berlangsung : nilai kondis janin .perdarahan berlanjut khususnya jika
ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan.3

25
BAB V
KESIMPULAN

Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang


serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat
badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban
pecah dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan
USG transvaginal penting dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis
dan penatalaksanaan, menentukan apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan
intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortionserta menggambarkan prognosis
ibu hamil yang mengalami gejala abortus imminens. Gambaran aktivitas jantung
janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat keberhasilan kehamilan,
sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan antara
perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran
sebelumnya memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum β-hCG,
progesteron, namun tes ini mungkin tidak berguna dalam penanganan primer.
Belum ada cukup bukti yang menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus
imminens baik melalui pemberian asupan vitamin dan ANC rutin.
Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak
ada bukti pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih
aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan
dapat mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan
dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, selain itu
penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan
antepartum yang merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu,
penggunaan progestogen dan hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.

26
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan
penggunaannya.
6. Profi laksis Rh - konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin
anti-D pada kasus-kasus dengan perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau
kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. hal 305-306
2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan
Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25
3. Sucipto, N. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7, hal 492-496
4. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC,
Rouse DJ, Spong CY, editors. 24rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2014.
hal 350-355
5. William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD,
editor. 23 rd ed. McGraw-Hill; 2013. hal 2-3

28

Anda mungkin juga menyukai