Pedoman Akuntansi LPD
Pedoman Akuntansi LPD
Pedoman Akuntansi LPD
1. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan dan kinerja keuangan. Selain itu laporan
keuangan LPD juga bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan.
Suatu laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dapat
dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pihak-
pihak yang berkepentingan karena secara umum laporan keuangan hanya
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non-keuangan. Walaupun demikian, dalam beberapa hal LPD
perlu menyediakan informasi non-keuangan yang mempunyai pengaruh keuangan di
masa depan.
3. ACUAN PENYUSUNAN
Laporan keuangan LPD disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Secara teknis pencatatan atau pelaporan dan
sistem pertanggungjawaban keuangan berpedoman kepada :
1) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 tahun 2007 tentang Lembaga Perkreditan
Desa.
2) Pedoman Pelaksanaan Prinsip Kehatihatian Pengelolaan LPD yang dikeluarkan oleh
PT Bank BPD Bali tahun 2007, sebagai pedoman pelaksana atas Perda Provinsi Bali
nomor 3 tahun 2007.
3) Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 11 tahun 2013 tentang Lembaga Perkreditan
Desa.
Laporan Keuangan disusun berdasarkan prinsip akrual dan menggunakan dasar
nilai historis kecuali atas pengakuan pendapatan bunga pinjaman yang diberikan dengan
kolektibilitas lancar dan pendapatan administrasi pinjaman masih disusun berdasarkan
asas cash.
Laporan keuangan juga memuat beberapa pengungkapan dan penyajian akun-akun
tertentu sesuai dengan kebijakan manajemen LPD. Dalam hal ini berkaitan dengan akun
laporan arus kas disusun berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
yang dikelompokkan ke dalam kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dengan
menggunakan metode tidak langsung.
4. KETENTUAN LAIN
a. Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan
ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. Dengan demikian LPD dapat mengembangkan
metode pencatatan dan pembukuan sesuai sistem masing-masing sepanjang
memberikan hasil akhir yang tidak berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam
Pedoman ini menggambarkan akuntansi secara manual dan tidak ada transaksi antar
kantor/cabang.
b. Transaksi LPD yang dicantumkan dalam Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi
yang umum terjadi pada LPD.
c. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan
bisnis dan produk LPD, ketentuan standar akuntansi keuangan, dan ketentuan lain
yang terkait dengan LPD.
BAB II
TATA CARA PENYESUAIAN
ATAS POS-POS LAPORAN KEUANGAN
BAB III
LAPORAN KEUANGAN
1. KETENTUAN UMUM
a. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
b. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan.
c. Bahasa Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia.
d. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
Pimpinan LPD bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
e. Mata Uang Pelaporan
Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.
f. Kebijakan Akuntansi
1) Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati – hatian dan mencakup semua
hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
2) Dalam hal SAK ETAP belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian
atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka manajemen harus
menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan
informasi yang:
a) relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan;
b) dapat diandalkan, dengan pengertian:
(1) mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan LPD;
(2) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak
semata-mata bentuk hukumnya;
(3) netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
(4) mencerminkan kehati-hatian; dan
(5) mencakup semua hal yang material.
3) Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus mempertimbangkan:
a) Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan hal yang
serupa dan terkait.
b) Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban, pendapatan,
dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai dampak manfaat luas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan) dari SAK ETAP.
c) Persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan dengan hal
yang serupa dan terkait.
g. Penyajian
1) Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2) Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan
kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
3) Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya
yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama LPD dan
kegiatan lainnya.
4) Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan
penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas yang sifatnya
memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, termasuk
komitmen dan kontinjensi serta transaksi- transaksi lainnya.
h. Perubahan Akuntansi
1) Perubahan estimasi akuntansi
a) Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan jumlah tercatat aset
dan kewajiban atau jumlah pemanfaatan periodik aset yang berasal dari pengujian
status saat ini dan ekspektasi manfaat akan datang dari aset dan kewajiban.
b) Perubahan estimasi akuntansi diterapkan secara prospektif.
2) Perubahan kebijakan akuntansi
a) Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila:
(1) Dipersyaratkan oleh SAK ETAP
(a) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus mengikuti ketentuan
transisi dalam SAK ETAP.
(b) Dalam hal tidak diatur ketentuan transisi dalam SAK ETAP, maka
dampak perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif.
atau
(2) Akan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan andal. Dampak
perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif.
b) Dampak retrospektif perubahan kebijakan akuntansi dilakukan dengan
menyajikan ulang seluruh periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap
masa sebelum periode sajian. Periode sajian adalah periode yang wajib disajikan
dalam penyusunan laporan keuangan yang umumnya meliputi 2 (dua) periode
laporan keuangan terakhir secara komparatif.
c) Dalam hal perlakuan secara retrospektif tidak praktis (setelah melakukan semua
usaha yang wajar/rasional) maka perubahan kebijakan akuntansi tersebut
diterapkan pada tanggal kebijakan tersebut dimungkinkan dapat diberlakukan.
i. Konsistensi Penyajian
1) Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten, kecuali:
a) Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi LPD (sepanjang
dimungkinkan oleh ketentuan yang berlaku);
b) Terjadi perubahan yang bertujuan menghasilkan penyajian yang lebih baik sesuai
kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi; atau
c) Dipersyaratkan oleh SAK ETAP.
2) Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka
penyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi untuk memastikan daya banding.
Selain itu alasan reklasifikasi juga harus diungkapkan. Dalam hal reklasifikasi
dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya.
j. Materialitas dan Agregasi
1) Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas.
2) Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan,
sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat
atau fungsi yang sejenis.
3) Informasi dianggap material apabila kelalaian untuk mencantumkan (omission), atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement) informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan yang diambil.
k. Saling Hapus
1) Jumlah aset dan kewajiban yang disajikan pada neraca tidak boleh disalinghapuskan
dengan kewajiban atau aset lain kecuali secara hukum dibenarkan dan saling hapus
tersebut mencerminkan prakiraan realisasi atau penyelesaian aset atau kewajiban.
2) Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan, kecuali aset dan
kewajiban yang disalinghapuskan sebagaimana dimaksud di atas.
l. Periode Pelaporan
Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwin. Dalam hal
LPD baru berdiri, laporan keuangan dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari
satu tahun takwin. Selain itu untuk kepentingan pihak lainnya, LPD dapat membuat dua
laporan yaitu dengan menggunakan periode tahun takwin dan periode efektif, dengan
mencantumkan:
1) Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan.
2) Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam dua periode laporan neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.
m. Informasi Komparatif
1) Laporan keuangan tahunan harus disajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya.
2) Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan
keuangan periode berjalan.
1. PENDAHULUAN
Aset adalah sumber daya yang dikuasai LPD sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
diharapkan menjadi sumber perolehan manfaat ekonomi di masa depan. Pos-pos aset yang
umum dimiliki oleh LPD adalah sebagai berikut:
a. Kas;
b. Pendapatan bunga yang akan diterima
c. Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito, dan sertifikat deposito);
d. Kredit
e. Agunan yang diambil alih;
f. Aset tetap dan inventaris;
g. Aset tidak berwujud
h. Aset lain-lain
2. KAS
a. Definisi
Kas adalah mata uang kertas dan logam rupiah yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah.
b. Dasar Pengaturan
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. (SAK
ETAP paragraf 2.12(a)) c.
c. Penjelasan
1) Dalam pengertian kas termasuk kas besar, kas kecil, kas dalam mesin Anjungan
Tunai Mandiri dan kas dalam perjalanan.
2) Mata uang rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran tidak berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku.
Mata uang dimaksud tidak termasuk dalam pengertian kas dan disajikan dalam aset
lain-lain.
3) Tidak termasuk dalam pengertian kas adalah emas batangan, uang logam yang
diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional (commemorative coins/notes) dan
mata uang emas.
d. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
Transaksi kas diakui sebesar nilai nominal.
Penyajian
Kas disajikan dalam pos tersendiri.
Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1) Rincian jumlah kas;
2) Jumlah kas pada mesin ATM.
e. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat penerimaan setoran:
Db. Kas
Kr. Rekening yang dituju
2) Pada saat penarikan:
Db. Rekening yang ditarik
Kr. Kas
3) Pada saat mata uang rupiah dicabut dan ditarik dari peredaran:
Db. Aset lain-lain
Kr. Kas
I Bab IV
Akuntansi Aset
d) Pada saat pembentukan penyisihan kerugian:
Db. Beban penyisihan kerugian deposito pada bank lain Kr. Penyisihan kerugian deposito
pada bank lain e) Pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening Kr. Deposito pada bank lain 3) Sertifikat deposito
a) Pada saat penyetoran:
Db. Sertifikat deposito Kr. Sertifikat deposito – Diskonto Kr. Kas/Rekening b) Pada saat
amortisasi diskonto:
Db. Sertifikat deposito – Diskonto Kr. Pendapatan bunga c) Pada saat pembentukan
penyisihan kerugian:
Db. Beban penyisihan kerugian sertifikat deposito Kr. Penyisihan kerugian sertifikat
deposito d) Pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening Kr. Sertifikat deposito e) Pengalihan sertifikat deposito sebelum jatuh
tempo
Db. Kas/Rekening Db. Sertifikat deposito – Diskonto Kr. Sertifikat deposito Db./Kr.
Laba/Rugi pengalihan sertifikat deposito
5. KREDIT
6. PENYISIHAN KERUGIAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN
7. RESTRUKTURISASI KREDIT
8. AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH
9. ASET TETAP DAN INVENTARIS
10. ASET TIDAK BERWUJUD
11. ASET LAIN-LAIN