Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Isi Farmakologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika
mengalami reaksi alergi atau infeksi. Namun jika diproduksi secara
berlebihan,histamin bisa menyebabkan masalah dan mengganggu beberapa fungsi
tubuh. Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
reaksi alergi, seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat sengatan serangga, reaksi alergi
makanan, urtikaria atau biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap
digunakan untuk mengatasi gejala mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh
mabuk kendaraan.

Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam
di dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada
proses pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun,
ketika lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat
menimbulkan sakit maag, dengan gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa,
dan perut kembung.

Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin


melalui kerja langsung terhadap ginjal.istilah dieresis mempunyai dua
pengertian,pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi
dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.Proses
deuresis dimulai dengan mengalirnya darah keglomeruli (gumpalan kapiler)yang
terletak dibagian luar ginjal (cortex).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari obat histamin dan antihistamin?
2. Apa pengertian dari obat antasida?
3. Apa pengertian dari obat diuretik?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuannya adalah untuk mengetahui tentang
penggolongan obat
a. Obat histamine dan antihistamin
b. Obat antasida
c. Obat diuretika

1
D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang penggolongan obat histamin, antihistamin,
antasida dan diuretik.
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis.
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapati.
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian
materi tentang penggolongan obat histamine, antihistamin, antasida,dan
diuretik.
3. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang penggolongan
obat histamine, antihistamin, antasida,dan diuretik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Obat Histamin dan Antihistamin

Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika
mengalami reaksi alergi atau infeksi. Namun jika diproduksi secara berlebihan,histamin bisa
menyebabkan masalah dan mengganggu beberapa fungsi tubuh.

Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi


alergi, seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat sengatan serangga, reaksi alergi makanan,
urtikaria atau biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk
mengatasi gejala mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.

Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Zat
histamin, pada dasarnya berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika
histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang
yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa
membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya
debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi
alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.

Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan generasi kedua.
Antihistamin generasi pertama lebih menyebabkan rasa kantuk dibandingkan dengan generasi
kedua.obat-obat generasi pertama; Chlorpheniramine, Cyproheptadine
,Hydroxyzine,Ketotifen dan Promethazine.Sedangkan obat-obat antihistamin generasi kedua
adalah: Desloratadine, Fexofenadine, Levocetirizine, Cetirizine dan Loratadine.

 Peringatan:
 Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan,
perlu menyesuaikan jenis dan dosis antihistamin menurut anjuran dokter.
 Hati-hati jika ingin memberikan antihistamin pada anak-anak. Penggunaan
tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
 Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika menderita gangguan
ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih,
pembengkakan prostat, dan glaukoma.

3
 Jika diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat
alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan antihistamin bersama dengan obat-
obatan lainnya, termasuk produk herba, karena dikhawatirkan dapat
menyebabkan efek samping yang membahayakan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Efek Samping Antihistamin
Sama seperti obat-obat lain, obat antihistamin juga berpotensi menyebabkan
efek samping. Beberapa efek samping yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi
obat antihistamin ini adalah:
 Mengantuk
 Mulut kering
 Disfagia
 Pusing
 Sakit kepala
 Nyeri perut
 Sulit buang air kecil
 Mudah marah
 Penglihatan kabur.
 Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Antihistamin
Berikut ini dosis antihistamin berdasarkan jenis-jenis obatnya. Sebagai informasi,
penggunaan masing-masing jenis obat ini dilarang bagi kelompok usia yang tidak disebutkan
di bawah.Untuk mendapatkan penjelasan secara rinci mengenai efek samping, peringatan,
atau interaksi dari masing-masing obat antihistamin, silahkan lihat pada Obat A-Z.
1. Brompheniramine
Merek dagang: Alco Plus, Alco Plus DMP, Ares Cold & Allergy, Ares Cold & Cough
Bentuk obat: Sirop
 Indikasi
Brompheniramine adalah obat yang digunakan untuk mengatasi hidung berair , bersin,
gatal, serta mata berair akibat alergi, pilek, atau flu.
 Kontra indikasi
Obat ini tidak boleh dikonsumsi;
1. Anak dibawah 4 tahun

4
2. Wanita hamil dan menyusui tidak mendapatkan persetujuan dokter.
 Dosis
Anak usia 13 tahun-dewasa; 4mg tiap 4-6 jam
Anak usia 7-12 tahun ; 2 mg tiap 4-6 jam
Anak usia 2-6 tahun ; 1 mg tiap 4-6 jam.
 Efek samping
Ada 2 jenis efek samping;
- Efek samping serius diantranya detak jantung yang cepat/tidak
beraturan,perubahan suasana hati,kejang, tremor, nafas pendek, dan jarang buang
kecil.
- Efek samping yang kurang serius yaitu pusing, mengantuk, mulut kering,
konstipasi, penglihatan kabur , dan perasaan gelisah.
 Farmakokinetik
Brompheniramine termasuk golongan obat antihistamin. Obat ini berkerja dengan
cara mengurangi jumlah histamine dalam tubuh. Pasalnya histamine adalah zat yang
menyebabkan gejala bersin, gatal, mata berair, dan hidung berair.
 Farmakodinamik
1. Brompheniramine meningkatkan efek sedasi dari CNS depresan ( barbiturat,
ansiolitik, hipnotik, opiod, analgesic, antipsikotik).
2. Brompheniramine menigkatkan efek antimuskarinik dari obat antimuskarinik
(atropine, obat golongan TCA dan MAOI ).
3. Brompheniramine dapat menutupi gejala kerusakan akibat obat ototoksik
(aminoglikosida).

2.Chlorpheniramine

Merek dagang Chlorpheniramine: Alpara, Brontusin, Ceteem, Chlorphenamine Maleate,


Dextral, Etaflusin, Lodecon, Omecold, Pacdin Cough, Tilomix

Bentuk obat: Tablet, sirop, suspense.

5
 Indikasi
Untuk meredakan gejala alergi yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, gigitan
serangga, paparan debu atau bulu binatang,serta alergi serbuk sari.
 Konta indikasi
Chlorpheniramine injeksi tidak boleh diberikan kepada orang dengan penurunan
kesadaran. Chlorpheniramine tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat monoamine
oxidase(MAO) Inhibitors, seperti isocarboxazid, atau phenelzine. Hentikan konsumsi
obat MAO inhibitors setidaknya 14 hari sebelum mengonsumsi chlorpheniramine.
Perinagatan untuk berhati-hati dalam memberikan chlorpheniramine pada kondisi
orang lanjut usia, glaucoma sudut tertutup, hipertrofi prostat, retensi urine, lesi fokal
voorteks serebrum dan asthma. Peringatan untuk tidak mengonsumsi obat ini jikka
akan mengemudikan kendaraan atau mengoprikasikan mesin.
 Dosis
Dewasa ; 4 mg tiap 4-6 jam maksimal 24 mg /hari
Anak usia 1-2 tahun ; 1 mg dua kali sehari
Anak usia 2-5 tahun ; 1 mg tiap 4-6 jam
Anak usia 6-12 tahun ; 2 mg tiap 4-6 jam.
(Dosis maksimal untuk usia 1-5 tahun adalah 6 mg per hari dan untuk usia 6-12 tahun
adalah 12 mg per hari).
 Efek samping
Efek sampan yang mungkin timbul setelah mengonsumsi adalah sakit kepala,
mengantuk, mual, muntah, nafsu makan berkurang, sembelit atau konstipasi, mulut
hidung dan tenggorokan kering, gangguan penglihatan dan sulit buang air kecil.
 Farmokinetik
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja histamine,senyawa didalam tubuh
yang memicu terjadinya gejala alergi. Saat alergi, terjadi produksi histamine dalam
tubuh meningkat secara berlebihan sehingga memunculkan gejala ndari reaksi alergi.
Gejala dari reaksi alergi ini dapat bermacam-macam bentuk, contohnya mata berair,
hidung, tersumbat, pilek, bersin-bersin, gatal dan ruam pada kulit, serta
pembengkakan dibeberapa bagian tubuh,misalnya wajah.
 Farkodinamik
Hindari pengunaan obat pereda rasa nyeri tingkat sedang hingga berat (analgesic
opioid) eperti morfin, obat anticemas seperti clonazepam, antipsikoosis seperti
haloperidol,obat antimuskarinik seperti atropine, dan antidepresan trisiklik seperti
6
amitripltylinr, Karena dapat meningkatkan efek dari
chlorpheniramin.chlorpheniramine bersama dengan phenytoin karena dapat
menghambat kinerja phenytoin.

3.Cyproheptadine

Merek dagang Cyproheptadine: Bimatonin, Cydifar, Ennamax, Erphacyp, Graperide,


Heptasan, Lexahist, Nobor, Poncohist, Pronam
Bentuk obat: Tablet
 Indikasi
Untuk Meredakan gejala alergi dan Mengobati dan mencegah migraine.
 Kontra indikasi
Tidak boleh dikonsumsi oleh orang penderita/sakit ; Hipersensitivitas, glaukoma, tukak
lambung, hipertrofi prostat, dan lainnya.
 Dosis
Alergi
Dewasa 12-16 mg/hari dibagi kedalam 3-4 kali dosis. Dosis maksimal adalah 32
mg/hari.
Anak usia 2-6 tahun ;2 mg, 2-3 kali /hari .dosis maksimal 12 mg/hari.
Anak usia 7-12 tahun ; 4 mg,2-3 kali/hari.dosis maksimal 16 mg /hari.
Migrain
dewasa: 4 mg, dapat diulang kembali setelah 30 menit. Dosis tidak melebihi 8 mg
dalam 4-6 jam. Dosis pemeliharaan adalah 4 mg tiap 4-6 jam.
 Efek samping
. Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan obat ini adalah:
 Mulut kering
 Pusing

 Sakit kepala

7
 Vertigo

 Tremor

 Penglihatan buram
 Penglihatan ganda
 Kejang

 Gangguan irama jantung


 Tekanan darah rendah atau tinggi
 Sulit atau nyeri saat buang air kecil
 Mual dan muntah
 Sembelit

 Diare

 Gatal-gatal

 Ruam kulit
 Farmakokinetik
Diminum setelah atau sebelum makan
 Farmakodinamik
Berikut adalah beberapa risiko yang dapat terjadi, jika cyproheptadine digunakan
bersamaan dengan obat lain:
- Rentan mengalami efek samping jika digunakan bersama dengan obat
antidepresan jenis penghambat monoamin oksidase (MAOi), misalnya phenelzine.
- Meningkatkan efek kantuk jika digunakan bersama obat anticemas dan obat
penenang.

4.Hydroxyzine
Merek dagang Hydroxyzine: Bestalin
Bentuk obat: Tablet, sirop
 Indikasi

8
untuk mengatasi gatal-gatal yang disebabkan alergi.
 Kontra indikasi
Tidak boleh dikonsumsi dengan adanya riwayat penyakit epilepsi atau gangguan
kejang lainnya asma, emfisema, atau masalah pernafasan lainnya, glaucoma, penyakit
jantung atau tekanan darah tinggi, borok perut, hambatan pada perut atau usus,
gangguan tiroid, pembesaran prostat atau masalah dengan buang air, penyakit hati dan
penyakit ginja.
 Dosis
Dewasa: Dosis awal adalah 25 mg yang dikonsumsi pada malam hari. Atau 25 mg, 3-
4 kali/hari.
Anak usia 6 bulan-6 tahun: Dosis awal adalah 5-15 mg per hari, ditingkatkan 50
mg/hari. Anak usia 7 tahun atau lebih: Dosis awal adalah 15-25 mg per hari,
ditingkatkan menjadi 50-100 mg per hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
 Efek samping
Efek samping serius seperti:
 pergerakan otot gelisah pada mata, lidah, dagu, atau leher Anda
 tremor (getaran tak terkendali)
 bingung

 kejang-kejang (konvulsi)
Efek samping kurang serius dapat termasuk:
 pusing, kantuk
 penglihatan kabur, mulut kering
 sakit kepala
 Farmakokinetik
bekerja dengan menghambat zat alami tertentu (histamine) yang tubuh Anda buat
saat reaksi alergi. Hydroxyzine juga dapat digunakan dalam jangka pendek untuk
mengatasi kecemasan atau membantu Anda merasa mengantuk/relaks sebelum atau
setelah operasi. Gunakan obat ini lewat mulut dengan atau tanpa makanan sesuai
arahan dokter Anda, biasanya 3 atau 4 kali setiap hari. Jika Anda menggunakan
bentuk cairan obat ini, berhati-hati mengukur dosis menggunakan alat
pengukur/sendok khusus. Jangan gunakan sendok rumah karena Anda mungkin tidak
mendapatkan dosis yang tepat.

9
Dosis ditetapkan berdasarkan usia, kondisi medis, dan respon terhadap pengobatan
Anda. Pada anak-anak, dosis juga dapat berdasarkan berat badan. Jangan
meningkatkan dosis atau menggunakan obat ini lebih sering dari yang diarahkan.
 Farmakodinamik
Interaksi dengan obat lain dapat memengaruhi cara kerja obat dan meningkatkan
risiko efek samping yang berbahaya. Catatlah semua produk obat yang Anda gunakan
(termasuk obat resep, nonresep, dan herbal) dan perlihatkan kepada dokter serta
apoteker Anda. Jangan memulai, menghentikan, atau mengubah dosis obat apapun
tanpa seizin dokter.
Sebelum menggunakan hydroxyzine, katakan pada dokter Anda jika Anda secara
teratur menggunakan obat lain yang membuat Anda tertidur (seperti obat pilek atau
alergi, pil penenang, obat nyeri, pil tidur, peregang otot, dan obat kejang, depresi, atau
gelisah), karena bisa menambah rasa kantuk yang disebabkan obat ini.

5.Ketotifen
Merek dagang Ketotifen: Astifen, Ditensa, Intifen, Profilas, Scanditen, Tosma, Zaditen
Bentuk obat: Tablet, Sirop
 Indikasi
Meredakan gejala rinitis alergi dan Terapi tambahan untuk asma
 Kontra indikasi
- Hati-hati dalam menggunakan ketotifen bila sedang atau pernah mengalami
gangguan hati, ginjal, usus halus dan prostat, glaukoma, epilepsi, dan porfiria.
- Hindari penggunaan obat antidiabetes selama mengonsumsi ketotifen.
- Hindari menyetir kendaraan atau mengoperasikan mesin selama mengonsumsi
ketotifen, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk.

10
 Dosis
Anak usia 3 tahun hingga dewasa: 1 mg, 2 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2
mg, dua kali sehari jika diperlukan.
 Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi, antara lain:
 Pusing
 Sakit kepala
 Mulut kering
 Cystitis (peradangan kandung kemih)
 Mengantuk

 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan menghentikan efek histamin penyebab reaksi alergi.
ketotifen juga dapat digunakan sebagai terapi tambahan asma untuk mengurangi
frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan penyakit asma. Namun, ketotifen tidak bisa
digunakan untuk meredakan kondisi pasien saat asma menyerang.
 Farmakodinamik
Penggunaan ketotifen bersamaan dengan obat lain dapat menyebabkan interaksi,
antara lain:
 Mengurangi jumlah trombosit, jika dikonsumsi dengan obat antidiabetes.
 Meningkatkan efek samping obat penenang dan obat

6.Promethazine

Merek dagang Promethazine: Berlifed, Erpha Allergil, Halfilyn, Hufallerzine expectorant,


Nufapreg, Phenerica, Prome, Promedex, Promethazine, Zenirex
Bentuk obat: Tablet, sirop (promethazine hydrochloride)
 Indikasi
Untuk mencegah rasa mual karena mabuk perjalanan. Juga digunakan untuk
menangani beberapa kondisi seperti
- Mengatasi gangguan tidur atau insomnia

11
- Menangani reaksi alergi yang timbul akibat pajanan debu, gigitan serangga,
serbuk sari, dan bulu binatang.
 Kontra indikasi
- Berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika menderita gangguan prostat,
gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan pembuluh darah, epilepsy, glaucoma,
gangguan pernapasan (seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis), tukak
lambung, penyumbatan usus, dan penyumbatan pada saluran kemih.
- Waspadai juga penggunaan obat ini bila pernah atau sedang mengalami cedera
maupun gangguan pada otak,sindrom reye, sindrom neuroleptik meligna
(NMS),sleep apnea,gangguan pada sumsum tulang, atau penyakit kuning.
 Dosis
Dewasa: 25 mg yang dikonsumsi pada malam hari. Dapat ditingkatkan menjadi 25
mg. 2x sehari.
Anak usia 2-5 tahun: 5-15 mg/hari , dibagi menjadi 1-2 kali dosis.
Anak usia 6-10 tahun: 10-25 mg, dibagi menjadi 1-2 kali dosis per hari.
 Efek samping
Efek sampingnya antara lain;
 Pandangan kabur
 Mengantuk
 Mulut kering
 Sakit kepala
 Konstipasi
 Nyeri perut
 Sulit buang air kecil
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan cara menghambat histamine untuk meredakan reaksi alergi,
serta mempengaruhi asetilkolin dan bagian tertentu pada otak untuk meredakan mual,
nyeri, dan member efek penenang. Promethazine dapat dikonsumsi sebelum atau
sesudah makan.
 Farmakodinamik
Promethazine dapat meningkatkan efek obat antikolinergik (seperti atropine),asam
trikloroasetat (TCA) dan obat penenang.

12
7.Cetirizine
Merek dagang Cetirizine: Berzin, Cetirizine, Cetirizine Hydrocholride, Esculer, Estin,
Gentrizin, Intrizin, Lerzin, Ritez Simzen
Bentuk obat: Tablet, tablet kunyah, sirop, Drops (Tetes oral)
 Indkasi
Untuk mengatasi gejala-gejala alergi, seperti pilek, hidung tersumbat, mata berair,
bersin-bersin, rasa gatal pada mata atau hidung serta ruam kulit.
 Kontra indikasi
Bagi anak-anak dan wanita yang sedang hamil, menyusui, atau berencana hamil,
sesuaikan dosis dan frekuensi pemakaian cetirizine dengan anjuran dokter. Dan
berhati-hati pada penderita gangguan ginjal, gangguan hati, diabetes, dan porfiria,atau
memiliki alergi terhadap obat-obatan golongan antihistamin.
 Dosis
Dewasa ; 10mg sekali/hari atau 5 mg,2 kali/hari.
Bayi usia 6-23 bulan ; 2,5 mg sekali/hari yang dapat ditingkatkan hingga dosis
maksimal 2,5mg, 2 kali /hari untuk bayi usia 12 bulan ke atas.
Anak usia 2-5 tahun; 5 mg, 1-2/hari
Anak usia 6 tahun atau lebih ; 10 mg,1-2 kali/hari
Lansia ; dosis awal 5 mg sekali/hari.
 Efek samping
Efek samping yang biasanya terjadi setelah seseorang mengonsumsi obat antihistamin
ini adalah;
- Mengantuk
- Pusing
- Lemas dan lelah
- Mual
- Pusing

13
- Mulut kering
- Iritasi hidung
- Sakit tenggorokan
- Sakit perut
- Diare.
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi senyawa histamin yang diproduksi oleh
tubuh. Senyawa inilah yang menyebabkan gejala alergi. Meskipun begitu, cetirizine
tidak dapat digunakan untuk mencengah biduran atau untuk mencegah dan mengatasi
reaksi alergi yang parah seperti syok anafulaktik. Obat ini bisa dikonsumsi sebelum
atau sesudah makan.
 Farmakodinamik
Hindari penggunaan hydroxyzine dan levocetirizin untuk mencegah overdosis, karena
keduanya tersebut memiliki fungsi yang hampir sama dengan cetirizine. Hindari
mengonsumsi minuman beralkohol Karena dapat menggandakan efek samping
cetirizine. Hindari penggunaan cetirizine bersamaan dengan obat penenang karena
dapat meningkatkan efek sedasi.

8.Desloratadine
Merek dagang Desloratadine: Aerius, Aerius D-12, Aleron, Desdin, Desloratadine, Destavell,
Eslor, Simdes
Bentuk obat: Tablet, sirop
 Indikasi
Untuk meredakan gejala alergi, seperti bersin, pilek, biduran, mata gatal, mata merah,
mata berair, serta sesak napas.
 Konta indikasi
Hati-hati mengonsumsi obat ini bila menderita gangguan ginjal atau gangguan hati
dan umur bayi dibawah 6 bulan.

14
 Dosis
dewasa ; 5 mg sekali/hari
Bayi usia 6- 11 bulan ; 1 mg sekali/perhari
Balita usia 1-5 tahun ;1,25 mg sekali/hari
Anak usia 6-11 tahun ; 2,5 mg sekali/hari.
 Efek samping
Efek sampingnya diantaranya;
- Diare
- Hilang nafsu makan
- Mual
- Sakit perut
- Batuk
- Infeksi saluran pernafasan
- Sakit tengorokan
- Demam
- Nyeri otot
- Pusing
- Sakit kepala
- Sulit tidur
- Mudah lelah.
 Farmakokinetik
Obat ini berkerja dengan menghambat efek histamin, yaitu zat alami didalm tubuh
yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Desloratadine termasuk ke dalam golongan
antihistamin.
 Farmakodinamik
Kadar desloratadine dalam darah dapat meningkat bila dikombinasikan bersama
dengan ketoconazale, fluxetine, erythromycin, cimetidine, atau azithromycin.

15
9.Fexofenadine
Merek dagang Fexofenadine: Foxofed, Fexoven OD, Telfast, Telfast BD, Telfast HD, Telfast
OD, Telfast Plus
Bentuk obat: Tablet
 Indikasi
Untuk meredakan gejala alergi ,seperi bersin, gatal, mata berair, dan hidung berair
atau tersumbat. Fexofenadine juga bermanfaat untuk meredakan gejala alergi pada be
berapa kondisi medis, antara lain; rhinitis alergi yaitu reaksi terhadap beberapa unsur
penyebab alergi,seperti berupa hidung berair atau pilek. Urtikaria atau biduran adalah
reaksi alergi pada kulit yang menyebabkan munculnya ruam dan terasa gatal.
 Kontra indikasi
Jangan diberikan kepada anak dibawah usia 6 bulan dan pada penderita gangguan
ginjal.
 Dosis
Anak usia 12 tahun hingga dewasa: 120 mg, satu kali per hari.
Anak usia 6-11 tahun: 30 mg, dua kali per hari.
Anak usia 12 tahun hingga dewasa: 180 mg, satu kali per hari.
 Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan fexofenadine adalah;
- Pusing
- Sakit kepala
- Demam
- Batuk
- Infeksi saluran pernafasan
- Sakit maag
- Muntah
- Diare
- Gangguan tidur
- Gelisah
- Nyeri punggung
- Dysmenorrheal atau nyeri haid
 Farmakonitetik
Obat ini berkerja dengan cara menghalangi atau memblokir efek histamine, yaitu zat
alami dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi, meredakan gejala alergi.
16
 Farkodinamik
Jika mengonsumsi fexofenadine bersama dengan obat-obatan lainnya menurunkan
kadar fexofenadine dalam darah jika digunakan dengan erythromycin dan
ketoconazole. Mengurangi penyerapan fexofenadine jika digunakan dengan antasida
yang mengandung aluminium dan magnesium hidroksida.

10.Levocetirizine
Merek dagang Levocetirizine: Avocel, Levocetirizine Dihydrochloride, L-Falergi, Xyzal
Bentuk obat: Tablet
 Indikasi
Untuk menghilangkan gejal alergi seperti mata berair, pilek, gatal pada hidung atau
mata, bersin- bersin dan gatal-gatal.
 Kontra indikasi
- Hindari penggunaan obat ini untuk penderita yang memiliki riwayat alergi
terhadap obat levocetizine.
- Hipersensitivitas yang terdokumentasi
- Penyakit pernafasan bawah seperti asma (controversial)
- Bayi premature dan neonates dan wanita menyusui
- Hipersensitif terhadap levocetirizine atau cetirizine
- Penyakit ginjal tahap akhir (creatinine clearance kurang dari 10 ml/menit) atau
pasien yang menjalani hemodialisis
- Anak-anak berusia 6 bulan hingga 11 tahun dengan gangguan ginjal.
 Dosis
Dewasa ; 2,5-5 mg sekali/hari dikonsumsi pada malam hari.
Anak usia 2-5 tahun ; 1,25 mg sekali/hari dikonsumsi malam hari
Anak usia 6-11 tahun ;2,5 mg sekali/hari dikonsumsi malam hari
Anak usia 12 tahun/lebih ; 2,5-5 mg sekali/hari dikonsumsi malam hari
 Efek samping
Efek samping obat levocetizine antara lain yaitu;

17
- Mengantuk
- Pusing
- Kelelahan
- Mulut kering
- Faringiatis, pireksia, batuk
- Mimisan
- Nasofaringitis
- Diare,muntah,sembelit
- Otitis media
- Disuria, retensi urin
- Penglihatan kabur
- Angioedema
- Parestesia
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan menghalangi zat alami tertentu yaitu histamine yang dibuat
tubuh selama reaksi alergi. Histamin menyebabkan gatal, bersin, pilek, dan mata
berair. Zat ini dapat menutup saluran bronchial (saluran udara paru-paru) dan
membuat sulit bernafas.
 Farkodinamik
Menyebabkan efek berbahaya pada tubuh,contoh obat ini termasuk;
- Interaksi serius levocetrizine termasuk
 Isocarboxazid
 Tranylcypromine
- Interaksi moderat levocetrizine termasuk;
 Clobazam
 Hyaluronidase
 Lurasidone
 Fenelzin
 Ritonavir
- Interaksi ringan levocetrizine termasuk;
 Dyphylline
 teofilin

18
11.Loratadine
Merek dagang Loratadine: Alernitis, Alloris, Klinset, Loratadine, Miratadin, Rahistin
Bentuk obat: Tablet, sirop.
 Indikasi
Untuk mengobati gejala seperti gatal-gatal, ingusan, mata berair, dan bersin-bersin
karena alergi serbuk bunga dan alergi lainnya. Obat ini juga berfungsi untuk
meredakan gatal-gatal akibat alergi.
 Kontra indikasi
 Dosis
Anak usia 6 tahun hingga Dewasa: 10 mg, satu kali per hari atau 5 mg tiap 12 jam
/hari.
Anak usia 2-5 tahun: 5 mg, satu kali per hari.
 Efek samping
Efek samping serius seperti; detak jantung yang tidak teratur, merasa seperti akan
pingsan, sakit kuning (menguning pada bagian kulit atau mata) dan kejang-kejang.
Efek samping yang tidak terlalu serius dari obat loratadine adalah sakit kepala, gugup,
merasa lelah atau mengantuk, sakit perut, diare, mulut kering, tenggorokan sakit, mata
merah , pandangan kabur, hidup berdarah dan ruam kulit.
 Farmakokinetik
Obat ini berkerja untuk meredakan gejala alergi histamin yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh akan bereaksi secara berlebihan. Histaamin memerintahkan tubuh
untuk melawan alergen.

19
 Famakodinamik
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau menigkatkan risiko efek samping
yang serius. Loratadine mirip dengan desloratadine. Jangan gunakan obat yang
mengandung desloratadine selama mengonsumsi loratadine.

B.Obat Antasida
Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di
dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada proses
pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun, ketika
lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat menimbulkan sakit maag,
dengan gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa, dan perut kembung.
Antasida bekerja dengan menurunkan kadar asam di dalam lambung. Berdasarkan
bahan pembentuknya, obat ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
 Aluminium hidroksida
 Kalsium karbonat
 Magnesium karbonat
 Magnesium trisilikat
 Magnesium hidroksida
Masing-masing jenis antasida di atas pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Di
beberapa produk, antasida juga dicampurkan bahan lain, misalnya simethicone. Penggunaan
antasida akan lebih baik jika dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Merek dagang: Promag, Mylanta, Polysilane, Magtral, Antasida Doen, Gastran, Simeco,
Maag Gel, Konimag, Gastromag, Gestrig.

Tentang Antasida yaitu dikategorikan obat bebas manfaatnya menetralkan asam lambung
,dikonsumsi oleh dewasa dan anak-anak.kategori kehamilan dan menyusui yaitu bagi ibu hamil
dan menytusui antasida tergolong aman selama penggunaannya masih ssesuai dengan dosis yang
dianjurkan,sebisa mungkin tidak menggunakan obat tanpa anjuran dokter.bentuk obatnya seperti
suspense,tablet dan kaplet kunyah.

20
 Peringatan
 Jangan berikan antasida pada anak-anak di bawah 12 tahun tanpa anjuran dokter.
Beberapa produk antasida tidak diperuntukkan bagi anak usia
 Hati-hati dalam menggunakan antasida jika sedang atau pernah menderita tukak
lambung, perdarahan, penyakit hati, penyakit ginjal, atau penyakit jantung.
 Penggunaan antasida oleh pasien berusia di atas 60 tahun harus dengan anjuran dan
pengawasan dokter.
 Beberapa jenis antasida mengandung natrium atau sodium (garam) tinggi. Hati-hati
jika Anda tengah menjalankan diet rendah garam, memiliki tekanan darah tinggi, atau
menderita sirosis.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen dan
produk herba.
 Segera temui dokter apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis
 Dosis dan Cara Mengonsumsi Antasida dengan Benar
Dosis antasida (antacid) berbeda pada tiap orang, disesuaikan dengan kondisi dan
umur pasien. Ikuti keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan dengan dokter terkait
dosis yang tepat juga cara penggunaan obat secara lengkap. Antasida tersedia dalam bentuk
suspensi, serta tablet dan kaplet kunyah. Untuk antasida bentuk tablet dan kaplet kunyah,
konsumsi obat dengan mengunyahnya terlebih dahulu sebelum ditelan, dan minum air putih
setelahnya. Pada antasida suspensi, kocok obat sebelum digunakan. Pakai alat penakar yang
tersedia pada kemasan atau yang diberikan dokter. Hindari menggunakan alat penakar obat
sendiri, misalnya sendok makan. Hal itu dapat memengaruhi efektivitas obat karena dosis
tidak sesuai dengan anjuran. Antasida, baik tablet dan kaplet kunyah, atau pun suspensi,
digunakan ketika gejala muncul atau terasa akan muncul. Umumnya, antasida dikonsumsi
saat atau segera setelah makan. Jika gejala tidak kunjung membaik, muncul reaksi alergi, atau
mengalami overdosis, segera temui dokter.
 Interaksi Obat
Antasida dapat menimbulkan interaksi jika digunakan bersamaan dengan obat tertentu, di
antaranya:
 Mengganggu penyerapan tetrasiklin, penisilin, sulfanomida, digoxin, indometacin,
naproxen, phenylbutazone, quinidine, dan vitamin.
 Meningkatkan penyerapan vitamin C.

 Efek Samping Antasida

21
Efek samping antasida (antacid) jarang terjadi. Efek samping penggunaan obat ini dapat
berupa:
 Diare
 Perut kembung
 Mual dan muntah
 Kram perut
 Sembelit

Berikut penggolongan antasida berdasarkan mekanisme kerja.

a. Antihiperaciditas
Antihiperaciditas adalah obat-obat yang menetralisir kelebihan asam lambung. Basa-basa
yang digunakan untuk ini adalah antasida.Sediaan yang mengandung magnesium dapat
menyebakan diare (bersifat pencahar) sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat
menyebabkan konsntipasi (sembelit) maka senyawa ini biasanya dikombinasikan.Obat
dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan senyawa yang larut didalam air, dan
bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan alkalosis bila
digunakan dalam dosis berlebihan, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan sendawa.Obat
dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung pada luka di
lambung tetapi sebaiknya pemakaian obat ini dihindari karena bersifat neurotoksik sehingga
dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala kejang-kejang dan
kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi. kalsium dapat menyebabkan sekresi
asam lambung berlebih, kelebihan kalsium dapat menyebabkan hiperkalisemia. Obat dengan
kandungan sucralfate, alumunium hidroksida dan bismuth koloidal juga dapat digunakan
untuk melindungi tukak lambung agar tidak iritasi oleh asam lambung.
1. Sucralfate
 Merk dagang : Inpepsa , Propepsa, Ulsafate
 Bentuk Obat : tablet dan obat cair
 Jenis Obat : Obat untuk duodenum
 Indikasi : Sucralfate digunakan untuk mengobati gejala tukak
pada usus halus. Membentuk lapisan pelindung pada tukak untuk
melindunginya dari infeksi lanjutan.

22
 Kontra indikasi :
- Wanita yang sedang hamil atau menyusui sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi sukralfat.
- Hindari konsumsi sukralfat bersamaan dengan obat lain.
- Durasi maksimal penggunaan sukralfat adalah delapan minggu.
- Harap berhati-hati bagi lansia, pasien yang menerima nutrisi melalui
selang, menjalani proses dialisis, mengalami kesulitan menelan, serta
menderita gangguan ginjal.
- Selama menggunakan sukralfat, beri tahu dokter sebelum menjalani
pengobatan medis apa pun.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

 Dosis obat:
- Dosis penggunaan sukralfat pada tiap pasien berbeda-beda. Dokter akan
menentukan takaran dengan mempertimbangkan jenis penyakit dan
tingkat keparahan kondisi pasien.

- Dosis umum sukralfat dalam bentuk tablet yang sering dianjurkan untuk
pasien dewasa adalah 1 gr sebanyak empat kali sehari. Dosis maksimal
untuk obat ini adalah 8 gr per hari
 Efek samping :
Efek samping utama yang umumnya terjadi selama menggunakan obat ini
adalah konstipasi. Sementara efek samping lain yang mungkin dialami pasien
meliputi:
- Pusing atau sakit kepala.
- Mengantuk.
- Diare.
- Mual.
- Nyeri punggung.
- Perut kembung.
- Sering buang gas.
- Mulut kering.
- Segera hentikan konsumsi obat dan hubungi dokter jika Anda
mengalami efek samping yang berkelanjutan atau reaksi alergi.
 Farmakokinetik : obat ini bekerja dengan membentuk lapisan pada
bagian yang luka dan melindunginya dari asam lambung yang dapat
memperlambat penyembuhan.
 Farmakodinamik : berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi
jika mengonsumsi obat ini bersama dengan obat yang lain. Sucralfate bisa
menghambat penyerapan ketoconazole, tetracycline, teofilin, ranitidine,
cimetidine, phenytoin, norfloxacin, digoxin, dan ciprofloxacin. Beresiko berat
badan jika digunakan bersam obat kanker payudara jenis penghambat
aromatase, seperti anastrozole atau letrozole.
2. Aluminium Hidroksida :

23
 Merk dagang : Farmakrol forte
 Bentuk Obat : sirup
 Jenis Obat : Antasida
 Indikasi : Untuk menangani gejala akibat produksi asam
lambung yang berlebihan. Contoh gangguan pencernaan tersebut meliputi
dyspepsia, nyeri ulu hati, serta penyakit asam lambung.
 Kontra indikasi :
- Wanita yang mencoba untuk hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui
sebaiknya menghubungi dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini.
- Dikonsumsi dengan makanan atau setelah makan.
- Jangan dikonsumsi bersamaan dengan obat lain. Berikan jeda waktu 1-2 jam.
- Hanya diberikan kepada anak-anak dengan tujuan menurunkan kadar fosfat.
- Aluminium hidroksida tidak diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan
pada anak-anak.
- Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati,
hipofosfatemia (kadar fosfat rendah dalam darah), dan porfiria.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Dosis obat :
Jika digunakan untuk menurunkan kadar fosfat, ikuti dosis sesuai dengan
anjuran dokter. Dosis dan jangka waktu penggunaan aluminium hidroksida
tergantung pada kondisi yang diobati, tingkat keparahannya, kesehatan pasien,
dan responsnya terhadap obat. Takaran umum untuk orang dewasa adalah
sebagai berikut:
 Menurunkan kadar asam lambung, dosis perhari 1,9 gram
 Menurunkan kadar Fosfat, dosis perhari 2-10 gram
 Untuk menurunkan kadar fosfat yang berlebihan dalam anak-anak,
tanyakan dosisnya pada dokter
 Efek samping :
Efek samping yang paling umum terjadi selama menggunakan aluminium
hidroksida adalah konstipasi.Jika dibiarkan, konstipasi dapat mengakibatkan
hemoroid dan gangguan usus. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami
gejala-gejala:
- Kesulitan menelan.
- Sering muntah.
- Penurunan berat badan.
 Farmakokinetik :obat ini bekerja dengan mengikat fosfat agar tidak diserap
oleh tubuh dan dapat untuk menurunkan kadar fosfat pada penderita penyakit
ginjal.
 Farmakodinamik : penyerapan aluminium hidroksida oleh tubuh akan
mengikat jika dikonsumsi bersama dengan vitamin C dan asam sitrat.
Aluminium hidroksida dapat menggangu penyerapan penicillin, tetracycline,
indomethacin, phenylbutazone, quinidine, digoxin, suplemen zat besi,

24
naproxen, sejumlah vitamin, dan sulfonamide. Oleh karena itu, pasien
sebaiknya menunggu 2 jam sebelum atau sesudah menggunakan antasida ini
jika ingin mengonsumsi obat lain.
b. H2-receptorblocker (Antagonis receptor H2)
Semua antagonis receptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh perintang
reseptor H2 adalah ranitidin dan simetidin sekarang dikenal dengan senyawa baru famotidin
dan nizatidin.
Beberapa contoh perintang receptor H2:
1. Ranitidine
 Merk dagang : Acran, Anitid, Conranin, Curadyn, Fordin, Gastridin,
Graseric, Hexer, Hufadine, Indoran, Rancus 150, Ranilex, Ranin, Ranivell,
Raticid, Rantin, Rantinal, Scanarin, Tricker, Tyran,Ulceranin, Ultiran, Wiacid,
Xeradin, Yekaradin, Zantac, Zantadin, Zantifar, Zenti, Zumaran.
 Bentuk Obat : Tablet, kapsul, obat kunyah, bubuk, obat larut, cairan yang
diminum atau disuntik.
 Jenis Obat : Obat penghambat reseptor H2
 Indikasi : 1. Mengobati ulkus lambung dan duodenum. 2. Melindungi
lambung dari duodenum agar tidak sampai terjadi ulkus 3. Mengobati masalh
yang disebabkan oleh asam pada kerongkongan, contohnya pada GERD. 4.
Mencegah tukak lambung agar tidak berdarah. 5. Digunakan sebelum operasi
bedah, supaya asam datang tidak tinggi selama pasien tidak sadar. 6.
Mengobati sakit maag beserta gejala-gejala yang ditimbulkannya.
 Kontra indikasi :
- Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter.
- Tanyakan dosis ranitidin untuk anak-anak dengan dokter.
- Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal.
- Harap berwaspada bagi yang mengalami pendarahan, sulit menelan,
muntah, dan - penurunan berat badan tanpa alasan jelas.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Dosis obat :
Dosis dan jangka waktu penggunaan ranitidin tergantung kepada kondisi
yang diobati dan tingkat keparahannya.Pada umumnya ranitidin
dikonsumsi sebanyak 300 mg per hari.Dosis ini bisa diminum sekaligus
atau dibagi menjadi dua.Ranitidin bisa diberikan selama 2-12 minggu,
tergantung pada kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan.
 Efek samping :
Walau jarang, ranitidin berpotensi menyebabkan efek samping karena tubuh
perlu menyesuaikan diri dengan obat yang dikonsumsi. Beberapa efek
samping yang dapat terjadi antara lain:
- Muntah-muntah

25
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Sulit menelan
- Urin yang keruh
 Farmakokinetik :obat ini bekerja dalam menobati dan mencegah
berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang disebkan oleh terlalu
banyaknya asam lambung.misalnya esophagitis dan refluks asam lambung
(gaastroesophageal reflux disease).
 Farmakodinamik : interaksi ranitidine dengan obat lain yaitu sebelum
mengonsumsi ranitidine, beri tahu dokter jika sedang dalam pengobatan
dengan triazolam(halcion) jadi tidak dapat mengonsumsi ranitidine,atau
dosisnya harus disesuaikan atau harus menjalani beberapa tes khusus
selama pengobatan.
2. Simetidin
 Merk dagang : Histamine H2-receptor antagonist
 Bentuk Obat : Tablet dan cairan yang diminum
 Jenis obat : Simetidin
 Indikasi : untuk mengatasi gangguan pencernaan yang
disebabkan karena terlalu banyak asam didalam perut. Juga untuk
mengobati sindrom Zollinger-Ellison, esophagitis (radang tenggorokan),
atau aliran asam perut yang berbalik menuju esophagus (penyakit refluks
asam/GERD)
 Kontra indikasi :
- Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui, sesuaikan dosis dan
penggunaan dengan anjuran dokter.
- Tanyakan dosis cimetidine untuk anak-anak kepada dokter.
- Harap berhati-hati jika menderita gangguan ginjal dan hati.
- Harap waspada jika mengalami mual, penurunan berat badan, pendarahan,
atau kesulitan
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Dosis obat :
o Tukak lambung mengkonsumsi 400 mg dua kali sehari.
o Tukak Duodenum (usus halus) mengkonsumsi 800 mg sekali minum
sebelum tidur malam. Jika belum efektif, anda bisa mengkonsumsi 200
mg tiga kali dari pagi hingga sore dan 400 mg sekali sebelum tidur
malam. Juka masih belum efektif juga, anda bisa mnginsumsi 400 mg
empat kali sehari.
o Refluks asam mengkonsumsi 400 mg empat kali sehari
o Gangguan pencernaan mengonsumsi 200 mg empat kali sehari
o Untuk pasien anak anak, dosis juga akan disesuaikan oleh resep
dokterdengan berat badan mereka.

26
 Efek samping :
Sama seperti obat-obat lain, cimetidine juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi obat
ini adalah:
o Lelah
o Nyeri otot
o Pusing
o Sakit kepala
o Diare
 Farmakokinetik : obat ini bekerja untuk menghambat H2 (H2 blocker) yang
bekerja dengan cara mengurangi jumlah asam didalam perut. Minum obat ini
sesuai arahan dokter. Dosis dan lamanya penggunaan obat ini tergantung pada
kondisi kesehatan. Minum obat antasida untuk meredakan sakit perut, beri
jeda setidaknya 1 jam sebelum mengonsumsi obat ini.
 Farmakodinamik : interaksi obat ini dengan obat lain walaupun beberapa
jenis obat tidak bisa diminum secara bersamaan, ada juga kasus dimana obat
bisa diminum serentak jika ada interaksi. Dokter mungkin mengubah dosis,
atau mungkin perlu adanya pencegahan pada ppetugas kesehatan professional
bila minum obat tanpa resep.
c. Proton Pump Inhibitor (Inhibitor pompa proton)
Obat-obat golongan ini menghambat asam lambung dengan cara menghambat pompa
proton dari sel parietal lambung. Obat yang termasuk penghambat pompa proton adalah
Lansoprozol, Omeprazol, Pantoprazol.
1. Lansoprozol
Lansoprazole adalah jenis obat yang penggunaannya memerlukan resep
dokter.Pastikan untuk mengikuti resep yang disarankan oleh dokter menurut
kondisi kesehatan Anda.Obat ini bisa berbentuk kapsul maupun obat larut yang
dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak.
 Merk dagang : Betalans, Laz, Prosogan, Prolanz, Compraz,
Digest, Gastrolan, Laproton, Lasgan, Protica, Solans, Sopralan, Ulceran,
pysolan, Inhipraz, Loprezol
 Bentuk Obat : Kapsul, obat larut
 Jenis Obat : Proton pump inhibitor
 Indikasi :Obat ini bisa meredakan gejala akibat naiknya
asam lambung ke kerongkongan, seperti kesulitan menelan dan batuk
berkepanjangan.
 Kontra indikasi :
- Obat ini tidak dianjurkan untuk mereka yang berencana atau sedang
hamil.
- Obat ini tidak untuk dikonsumsi oleh wanita yang sedang menyusui.

27
- Penggunaan lansoprazole dalam dosis tinggi dan jangka waktu yang
panjang dapat meningkatkan risiko retak tulang terutama pada
kelompok lansia dan penderitaosteoporosis.
- Harap berhati-hati bagi penderita gangguan hati.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Dosis obat :
Dosis dan jangka waktu lansoprazole diresepkan tergantung pada kondisi
yang perlu ditangani dan respons tubuh terhadap obat.Dosis lansoprazole
umumnya adalah di antara 15-60 mg per hari.
 Efek samping :
o Diare
o Sakit perut, mual, kembung
o Konstipasi
o Sakit kepala/pusing
o Kadar besi darah rendah
 Farmakokinetik : obat ini bekerja dengan menurunkan produksi asam
oleh lambung. Obat ini juga bisa dipakai untuk meredakan gejala
seperti heartburn (panas perut), sulit menelan, dan batuk yang tak
sembuh-sembuh. Lansoprazole termasuk obat dalam golongan proton
pump inhibitor.
 Farmakodinamik :obat ini berinteraksi dapat mengubah kinerja obat
atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Simpan daftar
semua produk yang digunakan (termasuk obat-obatan resep/nonresp
dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Jangan memulai,memberhentikan,atau mengganti dosis obat apapun
tanpa persetujuan dokter.
2. Omeprazole
 Merk dagang : Lambuzole, Loklor, Losec, OMZ, Prilos,
Protop, Pumpitor, Socid, Contral, Dudencer, Norsec, Opm, Onic,
Promezol, Stomacer, Prohibit, Ulzol, Zollocid, Zepral, Lokev, Meisec,
Omevell, Ozid
 Bentuk Obat : Tablet
 Jenis Obat : Penghambat pompa proton
 Indikasi : Untuk meringankan gejala sakit maag dan
heartburn yang ditimbulkan oleh penyakit asam lambung atau tukak
lambung.
 Kontra indikasi :
o Bagi anak-anak, wanita hamil dan yang sedang menyusui,
sesuaikan dengan anjuran dokter.
o Harap berhati-hati menggunakan omeprazole jika menderita
penyakit hati, mempunyai kadar kalsium tubuh yang rendah atau
gangguan tulang.

28
o Tanyakan pada dokter sebelum mengonsumsi omeprazole jika
mengalami kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa sebab
yang jelas, mual, dan pendarahan.
o Jika terjadi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
 Dosis obat :
o Gangguan pencernaan/nyeri ulu hati 200mg per hari
o Tukak lambung 40mg per hari
o Tukak usus halus 20mg per hari
o Penyakit asam lambung/GERD 10-40mg per hari
o Infeksi H. Pylori 20-40mg per hari
o Sindrom zollinger ellinson 60-120mg per hari.
 Efek samping :
Omeprazole jarang menyebabkan efek samping pada penggunanya. Jika
punada, biasanya efek samping akan membaik setelah penyesuaian tubuh
terhadap obat ini.
Efek samping omeprazole yang berpotensi terjadi:
o Sakit kepala
o Konstipasi
o Diare
o Sakit perut
o Nyeri sendi
o Sakit tenggorokan
o Kram otot
o Hilang selera makan
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja untuk membantu penyembuhan kerusakan pada jaringan
lambung dan kerongkongan.
 Farmakodinamik
Interaksi obat ini tiak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat lain,jika
mengonsumsi obat ini dengan direkomendasikan. Dokter Tk Kn
meresepkan obat ini akan diganti beberapa obat yang sudah dikonsumsi.
3. Pantoprazole
Pantropazole adalah obat golongan penghambat pompa proton.Obat yang
hanya bisa didapat dengan menggunakan resep dokter ini juga digunakan
dalam mengobati infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan tukak
lambung, serta mengobati sindrom Zollinger-Ellison.
 Merk dagang : Pantozol
 Bentuk Obat : tablet
 Jenis Obat :Penghambat pompa proton
 Indikasi : Untuk meredakan gejala meningkatnya asam
lambung seperti sakit maag dan gejala refluks asam lambung, misalnya
rasa perih panas di dada (heartburn), sulit menelan, serta batuk yang tidak
berhenti.
29
 Konta indikasi ;
o Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui, sesuaikan dosis
dengan anjuran dokter.
o Pantoprazole hanya boleh dikonsumsi oleh orang-orang berusia
12 tahun ke atas.
o Harap berhati-hati jika menderita gangguan ginjal dan hati
o Harap waspada jika mengalami gejala berupa mual, penurunan
berat badan, kurang darah, dan sulit menelan Jika terjadi reaksi
alergi atau overdosis, segera temui dokter
 Dosis obat :
Dosis pantoprazole yang umum digunakan adalah 20 mg per
hari. Jika digunakan dalam jangka panjang untuk mencegah
kambuhnya refluks asam lambung, dosisnya adalah 20-40
mg per hari.
 Efek samping :
Sama seperti obat-obat lain, pantoprazole juga berpotensi menyebabkan
efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin saja terjadi setelah
mengonsumsi obat ini adalah:
o Pusing
o Sakit kepala
o Gangguan tidur
o Lelah
o Mulut terasa kering
o Konstipasi
o Sakit perut
o Diare
 Farmakokinetik : Bekerja dengan cara menghambat sel-sel dilapisan
lambung untuk menghasilkan asam lambung, sehingga produksi asam
lambung berkurang. Dengan berkurangnya asam lambung, luka (tukak)
pada lambung dan erosipada esophagus dapat dicegah atau dipercepat
penyembuhannya.
 Farmakodinamik : Interaksi dapat terjadi jika pantrozole dikonsumsi
bersama dengan beberapa jenis obat berikut ini: digoxin – meningkatkan
kadar atau efek digoxin akibatnya meningkatnya pH lambung. Diuretic –
meningkatkan resiko hipomagnesemia. Warfarin – meningkatkan INR
(standar efek antikoagulan oral) dan waktu pembekuan darah. Methotrexate
– meningkatkan kadar methotrexate dalam darah. Sukralfat – menghambat
penyerapan pantoprazole. Ketoconazole, itraconazole – menurunkan
penyerapan ketoconazole dan itraconazole.

30
C. Obat Diuretika
Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui
kerja langsung terhadap ginjal.istilah dieresis mempunyai dua pengertian,pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.Proses deuresis dimulai dengan
mengalirnya darah keglomeruli (gumpalan kapiler)yang terletak dibagian luar ginjal
(cortex).Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
dilintasi air,garam, dan glukosa.Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi sairan
udem,yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehngga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
Golongan diuretic dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu;
1. Diuretik Osmotik
Diuretik osmotic mempunyai tempat kerja;
 Tubuli proksimal ; diuretic osmotic ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
 Ansa henle ; diuretik osmotic ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun.
 Duktus Koligentes ; diuretik osmotik ini bekerja pada duktus koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan
aliran filtrate yang tinggi/adanya faktor lain istilah diuretik osmotik biasanya dipakai
untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. contoh dari
diuretik osmotik adalah manitol,urea,gliserin dan isisorbid.
1. Obat Manitol
Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidk mengalami
metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli bahkan praktis
dianggap tidak direabsorpsi.Manitol harus diberikan secara IV, jadi obat ini tidak praktis
untuk pengobatan udem kronik. Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya,
karena volume darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah
gagal.
Merek dagang: Infusan M-20, Mannitol, Otsu-Manitol 20
 Indikasi
Diuretiuk osmotik terutama bermanfaat pada pasien oliguria akut akibat syok
hipovolemik yang telah dikoreksi, akibat reaksi transfuse, bahkan toksik, atau sebab

31
lain yang menimbulkan nekrosis tubuli akut, karena dalam keadaan ini obat yang
kerjannya mempengaruhi fungsi tubuli tidak efektif.
 Kontaindikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria atau pada
keadaan oliguria yang tidak responsive dengan dosis percobaan: kongesti atau edema
paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intracranial kecuali bila akan
dilakukan kraniotomi.
 Dosis
Manitol. Untuk infuse intravena digunakan larutan 20%. Dosis dewasa berkisar
antara 50-100 g (250-500 ml) dengan kecepatan infuse 30-50 ml/jam. Untuk
mengurangi edema otak diberikan 0,25-2 g/kgBB selama 30-60 menit. Untuk edema
dan asites dan untuk mengatasi GGA pada keracunan digunakan dosis 500 ml dalam 6
jam.
 Efek samping
 meningkatnya urin
 mual, muntah-muntah
 demam, menggigil, sakit kepala, hidung meler
 bengkak, berat badan naik dengan cepat
 sakit dada
 kulit ruam
 pusing, penglihatan kabur

 Farmakokinetik
Untuk menimbulkan efek sisternik, manitol harus diberi secara intravena. Obat ini
tidak dimetabolisme. Monitol diekskresi melalui filtrasi glomelurus dalam waktu 30-
60 menit setelah pemberian.
 Farmakodinamik
Interaksi dengan obat lain dapat memengaruhi cara kerja obat dan meningkatkan
risiko efek samping yang berbahaya. Catatlah semua produk yang digunakan
(termasuk resep,non resep dan herbal) dan perlihatkan kedokter serta apoteker. Jangan
memulai,menghentikan, atau mengubah dosis obat apapun tanpa seizing
dokter.(arsenic trioxide, droperoidol, levomethadyl, sotalol, tobramycin, licorice).
2. Obat urea
Suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena
mengandung urea sampai 30% dalam dekstore 5 (iso-osmotik)sebab larutan urea murni dapat
menimbulkan hemmolisis. Pada tindakan bedah saraf, urea diberiakn intravena dengan dosis

32
1-1, 5g/kgBB.Sebagai deuretik, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol,
karena hampir 50% senyawa urea ini akan direabsorbsi oleh tubuli ginjal.
 Indikasi
Untuk mengobati kondisi kulit kering dan kasar
 Kontraindikasi
 Gangguan fungsi ginjal yang berat
 Dehidrasi
 Gagal hati
 Gangguan pulmoner seperti penyumbatan atau pembengkakan
 Perdarahan di otak
 Gagal jantung
 Memiliki riwayat penyakit sickle cell dengan gejala yang melibatkan
sistem saraf pusat.
 Dosis
Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi
dengan dokter sebelum menggunakan atau mengonsumsi obat.
Untuk mengatasi masalah kulit, cukup oleskan krim atau salep yang mengandung urea
selapis tipis pada area kulit yang terganggu dua sampai tiga kali sehari.
 Efek samping
Urea dapat menyebabkan efek samping yang meliputi:
 Sensasi terbakar di kulit
 Gatal
 Rasa seperti tersengat
 Kemerahan
 Iritasi
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja membantu menghilangkan jaringan yang mati pada beberapa luka
untuk membantu penyembuhan luka.
 Farmakodinamik
Interaksi obat ini dapat mengubah kinerja atau meningkatkan risiko efek samping yang
serius. Walaupun beberapa obat tidak boleh digunakan secara bersamaan bahkan jika
terjadi interaksi mungkin terjadi. Jika kedua obat terdapat bersamaan dalam resep,dokter,
mungkin akan mengubah dosis atau frekuensi menggunakan salah satu atau kedua obat
tersebut ( arsenic trioxide, droperidol, levomethadyl).

33
3. Gliserin
Gliserol atau gliserin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi atau
kesulitan buang air besar secara sementara. Obat ini diberikan melalui anus dan bekerja
dengan menarik air ke dalam usus besar, sehingga menimbulkan rangsangan buang air besar
dalam waktu 15-60 menit.
Merek dagang: Triolax, Glycerol.
 Indikasi
mutlak penggunaan gliserin adalah obstruksi gastrointestinal, impaksi berat, dan
pasien dengan hipersensitif terhadap obat atau kandungan aktif dalam obat.
 Kontraindikasi
Obstruksi usus atau saluran pencernaan.
 Efek samping
 Perut mules.
 Kram perut.
 Ketegangan otot di sekitar dubur.
 Iritasi kulit sekitar dubur.
 Dosis
dewasa
Gliserin dapat digunakan untuk konstipasi dewasa dengan dosis 4 g per rektal
diberikan satu kali setiap 24 jam. Gliserin tidak disarankan untuk diberikan secara rutin
dalam tatalaksana konstipasi.
Anak
Pada anak berusia > 6 tahun, dosis gliserin supositoria sama dengan dewasa, tetapi
pada anak berusia 2-6 tahun dosis yang digunakan adalah 1-1,7 g per rektal diberikan
satu kali.
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja untuk saat konstipasi ,kesulitan buang air besar, dan bekerja untuk
menimbulkan rangsangan buang air besar dalam jangka waktu 30-60 menit setelah
digunakan.
 Farmakodinamik
Interaksi obat ini gliserol dengan obat lain yaitu hindari menggunakan gliserol dengan
obat pencahar lainnya,kecuali disarankan oleh dokter.

34
4. Isisorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan tujuan efeknya juga sama, hanya
isisorbis menimbulkan dieresis yang lebih besar dari pada gliserin.tanpa menimbulkan
hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.
Merek dagang: Cedocard, Farsorbid, Gasorbid, Isoket Retard, Isorbid, Isosorbide Dinitrate.
 Indikasi
Untuk mencegah dan mengobati angina pada penderita penyakit jantung koroner.
 Kontra indikasi
Didikonsumsi penderita hipotensi,anemia, dehidrasi, penyakit
jantung,glaucoma,hipotiroidisme,gangguan fungsi hati atau ginjal, hati-hati penderita
yang pernah mengalami cedera kepala,kram perut, diare, dan melabsorpsi.
 Efek samping
Efek samping yang lebih umum, termasuk:
 sakit kepala, pusing ringan
 wajah kemerahan, kesemutan dah kemerahan di bawah kulit Anda
 mual, muntah, sembelit, diare
 rasa sakit di sendi kaki atau otot
 hot flashes atau sensasi hangat di sekujur tubuh
 mulut kering
 DOSIS
Dewasa
Dosis umum dewasa untuk angina pektoris profilaksis
30 – 60 mg (Imdur) diminum sekali sehari; atau
20 mg (Ismo) diminum dua kali sehari; atau
10 – 20 mg (Monoket) diminum dua kali sehari
Dosis umum dewasa untuk gagal jantung kongestif
30 – 60 mg (Imdur) diminum sekali sehari; atau
20 mg (Ismo) diminum dua kali sehari; atau
10 – 20 mg (Monoket) diminum dua kali sehari
anak-anak
Tablet extended-release, oral: 30 mg, 60 mg, 120 mg.

35
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah agar aliran darah ke otot jantung
lancer. ISDN tersedia dalam beberapa bentuk. Bentuk obat tablet sublingual dan
suntikan merupakan bentuk obat yang digunakan untuk mengobati angina.
 Farmakodinamik
Interaksi dengan obat lain adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi bersamaan
dengan obat-obat tertentudiantaranya memicu berpotensi memicu efek fatal,seperti
hipotensi berat,pingsan,atau serangan jantung .
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase.
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubulu proksimal sehingga disamping
karbonat juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air khasiat
diuretiknya hanya lemah setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxice maka perlu digunakan
secara selang seling (intermittens) diuretic bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid.
1. Contoh obat asetazolamid
Acetazolamide adalah obat golongan diuretik yang dapat digunakan untuk mencegah dan
mengurangi gejala penyakit ketinggian (altitude sickness), seperti sakit kepala, kelelahan,
pusing, muntah, dan sesak napas. Gejala ini biasanya dialami oleh seseorang yang melakukan
pendakian menuju dataran tinggi (di atas 3.000 meter di atas permukaan laut) dengan laju
yang terlalu cepat. Ketika pendakian dilakukan terlalu cepat, tubuh tidak memiliki waktu
yang cukup untuk beradaptasi dengan tekanan udara dan rendahnya kadar oksigen yang ada
di ketinggian. Hal itu menyebabkan terjadinya kebocoran cairan pada pembuluh darah
kapiler. Cairan ini akan menyebar ke otak, paru-paru, dan bagian tubuh lain, menumpuk,
hingga akhirnya menyebabkan gejala-gejala penyakit ketinggian. Acetazolamide bekerja
dengan cara mengurangi penumpukan cairan tersebut. Selain itu, acetazolamide dapat
dikombinasikan dengan obat lainnya untuk mengatasi penyakit glaukoma dan mengontrol
kejang pada epilepsi.
Merek dagang: Glauseta
 Indikasi
Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk menurunkan tekanan
intraokuler pada penyakit glaucoma Azetazomalid jarang digunakan sebagai

36
deuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah
ekskresi zat organic yang bersifat asam lemah.

 Kontraindikasi
Intoksikasi asetazolamid jarang terjadi. Pada dosis tinggi dapat timbul
parestesia dan kantuk yang terus-menerus. Asetazomamid mempermudah
pembentukan batu ginjal karena berkurangnya ekskresi sitrat, kadar kalsium dalam
urin tidak berubah atau meningkat.
 Dosis
Dewasa: 500-1000 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa jadwal
konsumsi. Dianjurkan untuk diminum 1-2 hari sebelum pendakian. Jika
diperlukan, dapat dilanjutkan selama 2 hari saat berada di dataran tinggi.
Dewasa: 250-1000 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa jadwal
konsumsi. Dapat diminum sebagai obat tunggal atau dikombinasikan
denganobatlain.
Anak di atas 12 tahun: 8-30 mg/kgBB, dalam dosis yang dibagi menjadi
beberapa jadwal konsumsi. Dosis maksimal adalah 750 mg per hari.
Diuresis
Dewasa: 230-375 mg, sekali sehari.
 Efek samping
Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi acetazolamide adalah:
 Mengantuk
 Kebingungan
 Anoreksia
 Kejang
 Kesemutan
 Sensitif terhadap sinar matahari
 Lemas
 Kelumpuhan
 Farmakokinetik
Asetazomalid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam
darah dicapai dalam 2jam dan eksresi melalui ginjal sudah sempurna dalam
24 jam.

37
 Farmakodinamik
Interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan acetazolemide dengan obat
lain; meningkatkan kadar phenytoin dalam darah dan risiko
osteomalacia,berpotensi meningkatkan efek samping obat antifolat,seperti
pyrimethamine, daapat mengurangi efektivitas lithium, meningkatkan risiko
batu ginjal jika dikonsumsi dengan obat natrium bikarbonat dan meningkatkan
kematian jika dikonsumsi dengan aspirin dosis tinggi.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik glongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium klorida.efeknya lebih lemah dan lambat tetapi
tertahan lebih lama (6-48 jam)dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan
hipertensi dan kelemahan jatung (dekompensatio cardis). obat-obat ini memiliki kurva
dosis efek datar artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya(dieresis,penurunan
tekanan darah) tidak obat-obat diuretik yang termasuk golongan ini adalah;
klorotazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon dan indapamid.
1. Contoh obat benztiazid
Komposisi yang terbentuk setelah pemberian obat ini ternyata mengandung
banyak ion klorida, efek sangat berbeda dengan senyawa induknya yaitu benzen
disulfonamid. Penelitian ini lanjut menunjukkan bahwa benzotiadiazid berefek
langsung terhadap transport Na+ dan CI- ditubuli ginjal bagian distal, lepas dari
efek penghambatannya terhadap enzim karbonik anhidrase.
nama dagang Aquatag , Dihydrex , Diucen , Edemax , Exna , Foven
 Farmakodinamik
Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium,
klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan klorusesis ini disebabkan oleh
penghambatan mekanisme breabsorpsi elektroit pada hulu tubuli distal (early
distal tubule)
Zat yang aktif sebagai penghambat karbonik anhidrase, dalam dosis yang
mencukupi, memperlihatkan efek sama seperti asetazolamid dalam eksresi
bikarbonat. Efek penghambatan enzim karbonik anhidrase diluar ginjal praktis
tidak terlihat karena tiazid tidak ditimbun di sel lain.
 Farmakokinetik

38
Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak
setelah satu jam. Klorotiazid didistribusikan keseluruh ruang ekstrasel dan
dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya timbun dalam jaringan ginjal
saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid diekresi oleh sel tubuli proksimal
kedalam cairan tubuli. Jadi bersihan ginjal obat ini besar sekali, biasanya
dalam 3-6 jam sudah diekresi dari badan. Bendroflumetiazid, politiazid dan
klortalidon mempunyai msa kerja yang lebih panjang karena ekskresinya lebih
lambat.
Klorotiazid dalam badan tidak mengalami perubahan metabolic, sedang
politiazid sebagian dimetabolisme dalam badan.
 Efek samping
Intoksikasi dalam klinik jarang terjadi, biasanya reaksi yang timbul
disebabkan oleh reaksi alergi atau karena penyakitnya sendiri. Telah
dibuktikan pada hewan cobra bahwa besarnya dosis topic beberapa kali dosis
terapi. Reaksi yang telah dilaporkan adalah berupa kelainan kulit, purpura,
dermatitis disertai fotosensitivitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada
penderita diabetes yang laten.
Tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid
plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui , tetapi tidak jelas apakah ini
meninggikan resiko terjadinya aterosklerosis
Kadar natrium, kalium, klorida dan bikarbonat plasma sebaiknya
diperiksa secara berkala pada penggunaan tiazid jangka lama walaupun
perubahannya tidak menonjol. Kombinasi tetap tiazid dengan Hcl tidak
digunakan lagi karena menimbulkan iritasi local di usus halus. Suplemen KCI
sebagai sediaan terpisah atau pemberian tiazid bersama diuretic hemat
kaliumiazi dapat mencegah hipokalemia.
Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena
tiazid langsung mengurangi aliran darah ginjal.
 Indikasi
tiazid merupaka diuretic terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung
ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasikan dengan diuretic
hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pegobatan digitalis untuk
mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
39
digitalis. Hasil yang baik juga didapat pada pengobatan tiazid untuk udem
akibat penyakit hati dan ginjal kronis.
Tiazid merupakan salah satu obat pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kmbinasi dengan obat hipertensi lain.
 Dosis
Dosis Normal untuk Orang Dewasa untuk Penghilang Rasa Sakit
Dosis awal: 1000 mg diminum satu waktu.
Perawatan: 500 mg diminum setiap 12 jam. Beberapa pasien mungkin
memerlukan 500 mg setiap 8 jam.
Dosis Normal untuk Orang Dewasa Penderita Osteoarthritis
250 sampai 500 mg diminum dua kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi sesuai dengan respon pasien. dosis
pemeliharaan yang lebih tinggi dari 1500 mg / hari tidak dianjurkan.
Dosis Normal untuk Orang Dewasa Penderita Rheumatoid Arthritis
250 sampai 500 mg diminum dua kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi sesuai dengan respon pasien. dosis
pemeliharaan yang lebih tinggi dari 1500 mg / hari tidak dianjurkan.
 Kontraindikasi
Hipersentivitas pada benzthiazide adalah sebuah kontarindikasi tidak boleh
dikonsumsi jika memiliki kondisi sensitivitas tterhadap obat sulfur dan
insufisiensi ginjal berat.
2. Obat Hidroklorotiazid
Obat diuretik yang sering digunakan untuk menangani tekanan darah
tinggi dan pembengkakan karena penimbunan cairan. Kegunaan lain termasuk
diabetes insipidus, renal tubular asidosis, dan untuk mengurangi risiko batu
ginjal pada orang-orang dengan tingkat kalsium urin tinggi. Untuk tekanan
darah tinggi obat ini sering direkomendasikan sebagai pengobatan lini
pertama.HCTZ dikonsumsi lewat mulut dan dapat dikombinasikan dengan
obat tekanan darah sebagai satu pil untuk meningkatkan efektivitas.
Merek dagang: Co-irvell, Blopress Plus, Olmetec Plus, Lodoz, Irtan Plus,
Coaprovel, Bisovell Plus, Coirvebal, Tenazide.
 Kontraindikasi
Gangguan hati berat, gangguan ginjal berat ( kreatinin klirens < 30 ml/menit),
 Indikasi

40
 Hidroklorotiazid adalah anti hipertensi lini pertama baik terapi tunggal atau
dikombinasikan dengan obat anti hipertensi lain untuk meningkatkan
efektivitasnya.
 Hidroklorotiazid digunakan juga untuk pengobatan diabetes insipidus, dan
mengurangi resiko batu ginjal pada pasien yang memiliki kadar kalsium yang
tinggi dalam urin.
 Obat ini juga digunakan untuk mengobati osteoporosis karena obat-obat kelas
tiazid bisa menurunkan kehilangan mineral sekaligus merangsang
pembentukan mineral tulang.
 Hidroklorotiazid penting dalam pengobatan edema (bengkak karena
kelebihan cairan yang disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati,
pemakaian kortikosteroid atau terapi estrogen, dan berbagai
bentuk gangguan ginjal seperti sindrom nefrotik, asidosis tubulus,
glomerulonefritis akut, termasuk gagal ginjal kronis.
 Efek samping
Efek sampingnya muncul setelah mengonsumsinya anatara lain;
 Tampak bingun
 Sakit kepala
 Pusing
 Lemas
 Tidak nafsu makan
 Ganguan sel darah
 Nyeri bagian atas perut
 Hiperkalsemia
 Hipokalemia
 Hiponatremia
 Dosis
Dewasa
25-100 mg,1-2 kali sehari atau diminum 2 hari sekali.
Anak-anak(usia dibawah 6 bulan)
1-3 mg/kgBB perhari 1-2 kali sehari.dosi maksimal adalah 37,5 mg perhari.
Lansia
12,5-25 mg sekali sehari.

41
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja dengan cara membuang garam dan cairan melalui urine
sehingga menurunkan tekanan dalaam pembuluh darah.
 Farmakodinamik
Interasksi obat ini dengan obat lain antara lain yaitu mengurangi kinerja obat
lithium, meningkatkan efek hipokalemia jika dikonsumsi dengan
kortikosteroid atau salbutammol, meningakatkan risiko munculnya efek
samping samping hydrocholorothiazide jiak dikonsumsi dengan obat
antihipertensi lain, meningkatkan risiko ganguan fungasi ginjal jika
dikonsumsi dengan obat antiinflamasi nonsteroid dan berisiko menyebabkan
hipotensi ortostatik jika dikonsumsi dengan phenobartbital dan opioid seperti
morfin.
3. Indapamide
Indapamide adalah obat yang umumnya digunakan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi. Obat ini juga digunakan untuk mengurangi kadar garam dan cairan
berlebih dalam tubuh (edema) yang disebabkan oleh masalah jantung (gagal jantung
kongestif). Penurunan kadar gula darah dapat menghindarkan Anda dari penyakit
stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Pengurangan kadar kadar garam dan
cairan berlebih dalam tubuh dapat mengurangi pembengkakan dan masalah
pernafasan yang diakibatkan oleh gagal jantung kongestif serta dapat meningkatkan
kemampuan Anda untuk berolahraga. Indapamide adalah obat diuretik yang
memungkinkan Anda untuk menghasilkan jumlah urin lebih banyak. Mengeluarkan
kadar air dan garam yang berlebih dapat mengendurkan pembuluh darah sehingga
darah dapat lebih mudah mengalir. Aliran darah yang mudah dapat menurunkan
tekanan darah dan mengurangi kerja jantung saat memompa darah.
 Indikasi
Pengobatan hipertensi, baik digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.
Obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan retensi garam dan cairan yang terkait
dengan penyakit gagal jantung kongestif.
 Kontraindikasi
Jangan menggunakan obat ini pada pasien dengan riwayat hipersensitif atau alergi
obat Indapamide.
Hipersensitivitas terhadap sulfonamida.
42
Kontraindikasi pada pasien anuria, gangguan hati atau ginjal parah, ensefalopati,
hipokalemia, atau stroke yang baru saja terjadi.

 Efek samping
 Sakit kepala
 Pusing
 Ruam kulit
 Enzim hati yang meningkat
 Kadar gula plasma meningkat
 Gangguan ginjal
 Dosis
Dewasa : 2.5 mg 1 x sehari. Jika dibutuhkan, bisa ditingkatkan sampai 5 mg/hari
Hipertensi
Dewasa : 1.25-2.5 mg 1 x sehari. Bisa digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan
obat hipertensi lainnya.
 Farmakokinetik
obat ini bekerja untuk membuang kelebihan garam dan air dalam tubuh melalui urine.
Jumlah garam,terutama natrium, yang diserap kembali oleh ginjal akan dikurangi.
Natrium tersebut akan ikut membawa cairan yang ada didalam darah, sehingga
produksi urin bertambah . akibatnya, cairan tubuh akan berkurang dan tekanan darah
akan turun.
 Farmakodinamik
Interaksi obat ini dengan obat lain dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan
risiko efek samping yang serius. Jangan memulai ,memberhentikan, atau mengganti
dosis obat apapun tanpa persetujuan dokter
4. Obat Klortalidon
Chlortalidone , juga dikenal sebagai chlorthalidone , adalah obat diuretik yang
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi , pembengkakan termasuk yang
karena gagal jantung , gagal hati , dan sindrom nefrotik , diabetes insipidus , dan
asidosis tubulus ginjal . Dalam tekanan darah tinggi itu adalah perawatan awal yang
disukai; dalam tekanan darah tinggi yang resisten, klortalidon lebih disukai daripada
hidroklorothiazid .Ia juga digunakan untuk mencegah batu ginjal berbasis kalsium. Itu
diambil melalui mulut. Efek umumnya dimulai dalam tiga jam dan bertahan hingga 3
hari.
 Indikasi

43
Asites karena sirosis pada sekelompok pasien(dibawah pengawasan dokter) edema
karena sindrom nefrotik, hipertensi, gagal jantung kronik yang ringan sapai sedang
diabetes insipidus.
 Kontraindikasi
Tidak dikonsumsi oleh penderita jika memiliki masalah ginjal dan hati yang akut. Jika
kadar potassium dalam darah anda rendah yang menyebabkan lemahnya otot, otat
berkedut, dan detak jantung tidak normal. Jika anda merasa mengalami encok atau
batu ginjal. Jika memiliki penyakit addisoen ( kondisi dimana kelenjar adrenal tidak
dapat memproduksi steroid ).
 Efek samping
Efek endokrin dan metabolik (hiperuricemia dan bisa menyebabkan encok pada
beberapa pasien, hypochloremic alkalosis, hiponatremia, hipokalemia,
hipomagnesemia, hiperglikemia & glikosuria pada penderita diabetes mellitus atau
pasien rentan lainnya); Efek GI (iritasi GI, N/V, konstipasi, anoreksia, diare); Efek
CNS (sakit kepala, kepeningan); Efek lainnya (reaksi fotosensitivitas, hipotensi
postural, impotensi, reaksi hipersensitivitas).
Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit: sakit kepala, kram otot, mulut kering,
hipotensi, kehausan, kelelahan, mengantuk, dan sebagainya.
 Dosis
Edema, hingga 50 mg sehari selama periode terbatas
Hipertensi, 25 mg pada pagi hari, jika perlu tingkatan sampai 50 mg .
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja untuk mengurangi kadar air dalam tubuh anda dengan cara
meningkatkan jumlah dalam air seni anda atau urine.
 Farmakodinamik
Interaksi dengan obat lain tidak boleh dikonsumsi bersamaan sam sekali, pada kasus
seperti ini mungkin dokter akan mengganti dosisnya, atau melakukan hal-hal
pencegahan lain yang dibutuhkan.
5. Obat Bendroflumetiazide
 Indikasi
Untuk penderita Edema, hipertensi dan hiperkalemia
 Kontraindikasi
Hipokalemia yang refraktur, hiponatremia: hiperkalsemia: gangguan ginjal dan hati
yang berat: hiperurikemia yang simtomatik : penyakit Addison

44
 Efek samping
 Terjadi ruam kulit
 Reaksi kulit yang berat
 Peningkatan kadar kolestrol
 Edema paru
 Reaksi kulit yang berat
 Dosis
Edema, dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari : dosis
penunjang 5-10 mg 1-3 kali seminggu. Hipetensi 2,5 mg pada pagi hari
 Farmakokinetik
Obat ini bekerja menghambat reabsorpsi natrium pada awal tubulus berbelit-belit
distal.
 Farmakodinamik
Interaaksi dengan obat ini tidak bekerja dengan baik jika berinteraksi dengan obat
berikut ameodarone, calcium, chlorpropamide, cholestyramine, coumarin,
diazoxide, dopamine, guanethidine, indomethacin, dan lithium.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi
Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini.
Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya
mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi
ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini
menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium
dihambat.
 Mekanisme kerja:
Tempat kerja utama obat diuretic hemat kaliaum ada pada hulu tubuli distal,
hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks. Cara kerjanya ialah
menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme
kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (tiamteren dan amilirid).

45
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat
ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada
keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan curam, artinya
bila dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah : asam etakrinat, furosemid dan
bumetamid.
1. Obat Bumetanide
Asam etakrinat termasuk deuretik yang dapat diberikan secara oral maupun
parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-
sulfomoil antranilat masih tergolong derivate asam bumetamid merupakan derivate
asam 3-aminobenzoat yang lebih poten daipada furosemid, tetapi dalam hal lain kedua
senyawa ini mirip satu dengan yang lain.
 Indikasi
Untuk mengobati kekurangan cairan (edema) pada penderita gagal jantung
kongestif, penyakit hati, atau gangguan ginjal seperti sindrom nefrotik.
 Kontraindikasi
Hipersensitivitas pada Bumetanide adalah sebuah kontraindikasi. Sebagai
tambahan, Bumetanide tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi
berikut:
Anuria
hipersensitivitas
koma hepatik
 Dosis
Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg sehari. Dosis
maksimal perhari 10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi
dengan dosis IV atau IM dosis awal antara mg: dosis diulang 2-3 jam
maksimum 10 mg/hari.
 Efek samping
Efek samping asam atakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas 1. Reaksi
toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi
dan 2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang
terjadi. Hiperuresemia relative sering terjadi, namun pada kebanyakan
penderita hal ini hanya merupakan kelainan biokimia. Dapat pula terjadi reaksi
46
berupa gangguan saluran cerna, depresi eleman darah,rash kulit, parestesia dan
difungsi hati. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam
etakrinat dai pada furosemid.sensivitas mungkin terjadi antara furosemid dan
sulfnamid yg lain.
 Farmakokinetik
Ketika obat mudah diserap melalui saluran cerna dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavailabilitas fursemid 65% sedangkan bumetanid hamper
100% deuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga
tidak difiltrasi diglomelurus tetapi cepat sekali disekresi melalui system
transportasam organic ditubuliproksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi di
cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja di daerah yang lebih distal
lagi. Probenesid dapat menghambat sekresi furosemid dan interaksi antaraa
keduanya ini hanya terbatas pada tingkat sekresi tubuli dan tidak pada tempat
kerja deuretik.
Kira-kira 2/3 asam etrakinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjungasidengan senyawa sulfhidril
terutama sistein dan N-asetil sistein.sebagian lagi diekskresi melalui hati.
Sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian
kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam
bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
 Farmakodinamik
Interaksi dengan obat lain dapat mengubah kinerja obat atau meningakatkan
risiko efek samping serius. Jika obat kedua obat yang diresepkan bersamaan,
dokter dapat mengubah dosis atau mengatur seberapa sering menggunakan
salah satu atau kedua obat antara lain arsenic trioxide, bepridil, digitoxin,
dofetilide, dropedidol, ketanserin, levomethadyl, lithium, metolazonne,
sotalol.
 Mekanisme kerja
Tempat kerja utama obat diuretic kuat ada di ansa henle bagian asenden di
bagian epitel tebal. Cara kerjanya yaitu terjadi penghambatan terhadap tansport
elektrolit Natrium, Kalium, Klorida.
Pengobatan dengan obat diuretic
1. Indikasi
2. Keadaan yang memerlukan diuresis cepat
47
3. Edema
4. Hipertensi
 Efek samping dari obat diuretic yakni:
a. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Akibatnya adalah kandungan kalium plasma
darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada
enanganan gagal jantung dengan posisi tinggi furosemida, mungkin bersama
thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang,
obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak
selalu menjadi nyata.
b. Hiperurikemia
Hiperurikemia ini disebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum
dengan asam urat mengenai transportnya di tubuli. Terutama klortalidon
memberikan resiko yang lebih tinggi untuk retensi asam urat dan serangan encok
pada pasien yang peka.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia ini biasanya terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis
tinggi, akibat dikuranginya metebolisme glukosa berhubung sekresi insulin
ditekan.
d. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total
(juga LDL dan VLDL) dan trigliserida.
e. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar
Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa
gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama
lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah
yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-
4 kali seminggu.
f. Efek samping yang lain seperti:
 Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare)
 Rasa letih
 Nyeri kepala

48
 Pusing
 Jarang reaksi alergi kulit
 Dosis pada obat diuretic
 Untuk preoperative digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb.
 Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg.
 Sedasipada analgesia regional, diberikan intravena.
 Menghilangkan halusisnasi pada pemberian kitamin.
2. Contoh obat furosemid
Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat merupakan salah
satu obat standar untuk pengobatan gagal jantung dan edema paru.
 Indikasi
Diuretika, pengobatan tambahan pada hipertensi.
 Farmakodinamik
Pada pemberian secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal
tanpa disertai peningkatan filtrasi glomelurus. Perubahan hemodinamik ginjal
ini mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan elektroit di tubuli
proksimal serta mningkatny feel awal dieresis.
 Farmakokokinetik
Diuretic kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavailabilitas oral furosemid 65% sedangkan bumetanid dan
torsemid hamper 100% . obat golongan ini terikat pada protein plasma secara
ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi
melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Dengan cara ini
obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja di daerah
yang lebih distal lagi.
 Efek samping
Gangguan metabolic, ketidak seimbangan elektrolit, gangguan saluran cerna,
nafsu makan turun, sakit kepala, pusing, hipotensi, parestesia, impotensi.
 Kontraindikasi
Anuria, penggunaan bersama terapi litium, gagal ginjal.
 Dosis
Dewasa 50-200mg/hari

49
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika
mengalami reaksi alergi atau infeksi. Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati reaksi alergi, seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat
sengatan serangga, reaksi alergi makanan, urtikaria atau biduran. Antasida (antacid)
adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di dalam lambung. Pada
dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada proses pencernaan serta
membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Diuretika adalah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja langsung terhadap ginjal.
B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat mengetahui atau menambah wawasan
tentang penggolongan obat Histamin, Antihistamin, Antasida, dan Diuretik.

50
DAFTAR PUSTAKA
Servey. J. Chang. J. (2015). Over-the-Counter Medications in Pregnancy
Foundations for Gastrointestinal Disorders.
Church, M. Church D. (2013). Pharmacology of Antihistamines. Indian J Dermatol.
58(3), ISSN. 219-224.
Kuna, P. et al. (2016). The Role and Choice Criteria of Antihistamines in Allergy.

51

Anda mungkin juga menyukai