Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu pada tanaman.
Hama dapat berasal dari kelas Rodentia (tikus), Arthropoda (Serangga), Aves
(burung), Gastropoda (Siput) dan Nematoda. Penyerangan hama umumnya
secara berkelompok dalam populasi yang besar dan menimbulkan kerugian
nyata secara fisik terlihat oleh petani. Selain hama, ada juga istilah Pathogen
penyakit. Pathogen berbeda dengan hama yang menyerang secara fisik (daun
rusak, akar putus, buah rongak), pathogen menyerang dari dalam tumbuhan.
Jaringan angkut dan sel tumbuhan adalah target penyerangan pathogen. Gejala
yang ditimbulkan pun lebih pada sifat dan pertumbuhan (nekrosis, klorosis).
Menurut Triharso (2014), mengatakan bahwa pathogen penyakit pada
tumbuhan terdiri dari virus, bakteri dan jamur. Pathogen ini dibawa oleh
vector seperti hama serangga, tikus dan nematode. Dalam pengendaliannya
pun perlu diberantas vektornya. Pengendalian paling umum adalah dengan
pestisida kimiawi. Namun beberapa kasus penggunaan pestisida ini jika
berlebihan akan merusak lingkungan. Sehingga pestisida nabati pun muncul
sebagai alternative dalam pengendalian hama dan penyakit. Praktiknya pun
cukup mudah, sehingga pada praktikum ini kami mencoba membuat pestisida
nabati sekaligus melakukan pengamatan pada hama dan penyakit tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana morfologi, gejala penyerangan dan penanggulangan hama
yang diamati (Kutu Beras) ?
1.2.2 Bagaimana bentuk dan karakteristik dari Pathogen penyakit yang
diamati (Jamur Cercospora sp, Pronospora dan karat daun) ?
1.2.3 Bagaimana Teknik pembuatan dan pengaplikasian Pestisida Nabati ?
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengalaman dan
praktik pengamatan hama dan pathogen sekaligus pembuatan serta
pengaplikasian dari pestisida nabati. Sehingga mahasiswa dapat menerapkan
secara mandiri di luar area Universitas.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis (Sulistianingsih, 2014). Kelompok hama terdiri atas ordo Coleoptera
(kumbang), Orthoptera (belalang), Isoptera (rayap), Hemiptera (kepik),
Lepidoptera (ngengat), dan Stylommatophora (bekicot). Musuh alami terdiri atas
ordo Araneae (laba-laba), sedangkan kelompok netral, penyerbuk, dan pengurai
yaitu ordo Hymenoptera (semut dan tawon), Diptera (nyamuk), Chilopoda (kaki
seribu) dan Haplotaxida (cacing tanah) (Apriliyanto dan Sarno, 2018). Tiap hama
memiliki bagian mulut yang berbeda, seperti tipe mulut pengunyah pada belalang,
tipe mulut penghisap pada wereng, dan tipe pemarut-penghisap pada Thrips
(Triharso, 2014).
Penyakit pada tanaman didefinisikan sebagai penyimpangan dari sifat normal
yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologisnya secara
normal dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan antara lain
penyakit karat, penyakit layu, penyakit bercak daun, penyakit mosaik, penyakit
gosong, embun tepung, puru, dan sebagainya (Irawan, dkk., 2015. Penyakit
tumbuhan di alam yang belum ada campur tangan manusia adalah hasil interaksi
antara pathogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut segitiga penyakit
tumbuhan (Triharso, 2014).
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida
biokimia. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat
mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik (Asmaliyah, dkk. 2010).
Pestisida nabati berisi bahan alami yang mengandung senyawa bioaktif dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat
anti-fitopatogenik (antibiotik pertanian), bersifat fitotoksik (fitotoksin, hormon
tanaman dan sejenisnya), dan bahan alami dengan kandungan senyawa yang
bersifat aktif terhadap serangga ( feromon, dan insektisida) (Saenong, 2016).
2
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode Praktikum Pengamatan Hama
3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan hama dilaksanakan pada tanggal 28
November 2018 tepatnya pada Hari Rabu pukul 08.18 WIB – Selesai.
Praktikum dilaksanakan bertempat di dalam ruang kelas C1.07 Fakultas
Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang.
3.1.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- Visual - Kertas tulis
- Bolpoin
b. Bahan
- Preparat hama Kutu beras beserta beras satu kantung plastik kecil
- Preparat hama Kutu Kebul
- Preparat hama Kutu daun
- Preparat hama lalat buah pada tanaman jambu air
- Peparat hama Ulat Sylepta sp. Pada daun jambu air
3.1.3 Langkah Kerja
Praktikum dilaksanakan dengan langkah kerja berikut.
a. Memilih preparat yang akan diamati, dan telah disediakan oleh
pembimbing praktikum.
b. Mengamati preparat hama dengan mendiskusikannya dengan rekan
satu kelompok (Spesies, morfologi, gejala penyerangan, spesifikasi
yang diserang, dan pengendaliannya).
c. Mencatat hasil pengamatan pada lembar kertas.
d. Mempresentasikan hasil pengamatan di depan semua kelompok
mata.
3.2 Metode Praktikum Pengamatan Pathogen Penyakit Dengan Mikroskop
3.2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan pathogen penyakit ddengan mikroskop
dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2019 tepatnya pada Hari Kamis
3
pukul 14.00 WIB – 15.18 WIB. Praktikum dilaksanakan bertempat di
samping Ruang Laboratorium Mikro Fakultas Pertanian Universitas
Wahid Hasyim Semarang.
3.2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- 1 unit Mikroskop Cahaya - 1 lembar kertas tulis
- 3 slice kaca preparat - bolpoin
- 1 bilah silet
b. bahan
- 1 daun timun suri terkena jamur Pronospora
- 1 preparat pathogen jamur Cercospora sp. Pada kacang tanah
- 1 preparat pathogen jamur karat daun pada daun rambutan
- 3 potong selotip bening
- 2 lembar tissue
- Air
3.2.3 Langkah Kerja
a. Menyiapkan semua preparat diatas meja dan alat tulis guna mencatat.
b. Pada preparat yang disediakan, menyobek selotip bening kemudian
menempelkannya pada lapisan atas pathogen.
c. Melepaskan kembali selotip, kemudian menyiapkan tissue yang telah
diberi air selanjutnya menetesi air pada slice kaca preparat.
d. Menempelkan selotip berisi pathogen pada slice kaca berair tadi.
e. Meletakkan pada meja mikroskop dengan menjepitnya pada penjepit.
f. Menyiapkan mikroskop cahaya.
- Menyambungkan dengan stopkontak listrik
- Mengatur perbesaran 0,25/10 kali perbesaran
- Mengatur sendi inklinasi, meluruskan objek preparat dengan lensa
objektif.
- Mengamati preparat melalui lensa okuler.
- Mengatur titik fokus, dengan pengatur halus dan kasar.
g. Mengamati dan mendokumentasikan hasil bila sudah jelas dan focus.
h. Mencatat hasil pada laporan sementara.
4
3.3 Metode Praktikum Pembuatan dan Penerapan Pestisida Nabati
3.3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Pestisida Nabati (sebelum difermentasi)
dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2018 tepatnya pada Hari
Selasa pukul 08.00 WIB – 09.23 WIB. Praktikum dilaksanakan
bertempat di Areal Green House Fakultas Pertanian Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Praktikum Penerapan Pestisida Nabati (setelah difermentasi)
dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2019 dengan pengamatan 3 hari
sekali. Praktikum dilaksanakan bertempat di depan Pondok
Annasimiyah, Kelurahan Bojongsalaman, Kecamatan Semarang Barat.
3.2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- 1 Unit blender - Alat Tulis
- 1 bilah pisau - Saringan
- 1 buah derigen - botol kecil
b. Bahan
- 4 siung serai - 1 tutup sabun cair cuci piring
- 4 siung bawang putih - 1000 ml air
- 2 buah cabai merah
- 1 buah jeruk limau
3.2.3 Langkah Kerja
Langkah Kerja Pembuatan Pestisida Nabati
a. Menyiapkan dan memilih bahan yang telah disediakan pembimbing
praktikum diata meja.
b. Memotong bahan (serai, bawang putih, cabai, dan jeruk) menjadi
beberapa bagian.
c. Memasukkan bahan dan 1 tutup sabun cuci piring pada blender dan
memasukkan air 500 ml terlebih dahulu.
d. Menghaluskan bahan dengan blender selama 2 menit, kemudian
memasukkan air 500 ml lagi, selanjutnya memblender kembali.
5
e. Hasil blender, dimasukkan pada 1 derigen ukuran medium kemudian
letakkan pada tempat yang gelap, tidak terkontaminasi udara luar
dan kering.
f. Hasil difermentasikan selama 2 minggu.
g. Setelah 2 minggu, maka hasil akan disaring dan didapatkan larutan
pestisida nabati yang lebih kental.
Langkah Kerja Pengaplikasian Pestisida Nabati
a. Menyiapkan botol ukuran 600 ml yang tutupnya telah dilubangi.
b. Member air penuh pada botol tersebut.
c. Menuangkan larutan pestisida nabati 1 sendok makan pada botol.
d. Mengkocoknya hingga larut dalam air.
e. Menyemprotkan pada area pucuk daun yang terkena hama/pathogen
dalam 3 hari sekali.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN (HAMA)
4.1 Hasil Pengamatan Hama Kumbang Beras
Berdasarkan praktikum pengamatan pada Kumbang Berah atau yang
umum dikenal sebagai Kutu Beras (Sitophilus oryzae sp.), berikut adalah
hasil pengamatan kami.
No. Uraian Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Bentuk Tipe mulut Memiliki bentuk tipe mulut Penggigit
dan Pengunyah dalam bentuk Corong
Memanjang (Rostrum).
2 Ukuran hama Ukuran Kumbang sekitar 0,5 – 1 cm.
3 Warna Coklat Kehitaman dari ujung mulut
sampai Abdomen bawah.
4 Bentuk Tubuh Tubuh dilapisi pelindung keras, sayap
depan keras dan tebal, antena muncul di
tengah-tengah moncong, berbuku.
4 Spesifikasi Penyerangan Hama jenis ini menyerang khususnya
pada beras.
5 Bentuk kerusakan Bentuk kerusakan yang ditimbulkan
adalah beras menjadi berlubang-lubang
kecil hingga banyak yang menjadi
tepung putih halus dibawah plastik.
6 Bentuk Penanggulangan Dengan menjemur beras dibawah terik
(Berdasarkan Hasil matahari, dan dengan pestisida nabati
Presentasi) diperlukan daun serai dalam bentuk
serbuk untuk ditebarkan.
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Kutu Beras
4.2 Pembahasan Hasil Pengamatan Kumbang Beras
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas, maka dapat dijelaskan
bahwa kumbang beras atau biasa dikenal sebagai kutu beras (Sitophilus
oryzae sp.) memiliki karakteristik paling khas yaitu tipe mulutnya yang
berbentuk corong memanjang (Rostrum). Bentuk mulut tersebut berfungsi
7
untuk melubangi butiran beras atau jagung yang memiliki tekstur keras.
Selain itu, berdasarkan pengamatan yang kami lakukan bahwa disamping
berfungsi untuk melubangi biji-bijian, bentuk mulut dari kumbang beras ini
juga berfungsi untuk mempermudah jangkauan indera penciuman. Tipe mulut
dari hama kumbang beras ini diklasifikasikan sebagai tipe mulut penggit dan
pengunyah. Menurut Masauna (2013), menjelaskan bahwa serangga dengan
tipe mulut penggigit-pengunyah memiliki kemampuan merusak lebih besar
(49,57 %) dibandingkan tipe mulut serangga yang lainnya.
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae sp.) mempunyai klasifikasi serangga
sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae, S. zeamaes (Manueke, 2015).
Ukuran tubuh kumbang dari famili Curculionidae ini umumnya
dikategorikan kecil yaitu kisaran 0,5-1 cm, sehingga dikenal sebagai kutu
beras padahal itu adalah kumbang. Warna tubuh pada kumbang beras ini
adalah coklat kehitaman pada imago dewasa, namun ada juga yang memiliki
warna coklat kekuningan dimana itu adalah imago baru keluar dari
metamorfosisnya pupa. Tubuhnya berbuku atau beruas bila dilihat dari bawah
abdomennya. Seperti pada kumbang jenis lain, kumbang beras memiliki
tubuh/segmen yag dilapisi dengan lapisan pelindung/perisai yang keras.
Kumbang ini memiliki sayap dibagian dalam perisainya dan antena di tengah
bagian moncong (Rostrum).
Kumbang beras lebih memilih menyerang tanaman serelia, yaitu pada padi
dan jagung. Penyerangan pada bagian biji dimana kandungan karbohidrat dan
pati terkandung dibagian tersebut. Berdasarkan pengamatan kami, kerusakan
yang ditimbulkan adalah beras menjadi berlubang-lubang kecil hingga
banyak yang menjadi tepung pada bawah plastik preparat. Pengendalian dapat
dilakukan dengan menjemur beras dibawah terik sinar matahari. Menurut
Isnaini dkk (2015), penggunaan pestisida nabati juga dapat dilakukan dengan
8
menggunakan daun serai dalam bentuk serbuk. Serai digunakan karena
kandungan minyak atsirinya dapat efektif dalam pencegahan peletakkan telur
kumbang ini dengan tingkat keefektifitas 66%.
4.3 Pembahasan Hasil Pengamatan Hama Lain (Resume)
4.3.1 Hama Ulat Sylepta spp. Pada Daun Jambu Air (Kelompok 5)
Hama ulat Sylepta spp. termasuk ordo Lepidoptera yang
menyerang pada helaian daun jambu air. Serangan hama ini
menyebabkan daun jambu air menggulung dan gulungan paling ujung
berwarna hitam kecoklatan. Serangan biasa menjalar pada bagian
helaian lain dan daun menggulung sampai kering. Ulat Sylepta spp
memiliki morfologi tubuh yang berwarna bening dengan bagian isi
perut transparan berwarna hijau. Ketika gulungan daun dibuka, maka
akan terlihat telur saja didalamnya. Pengendalian dari hama ini
umumnya petani memakai insektisida, namun dapat dilakukan pula
dengan langkah manual yaitu dengan memetik daun yang menggulung
pada tanaman jambu air kemudian membakarnya.
4.3.2 Hama Lalat Buah Pada Tanaman Jambu Air (Kelompok 4)
Lalat buah umumnya menyerang bagian buah yang telah matang.
Hamper semua buah dapat diserang oleh hama ini. Morfologi lalat buah
hampir serupa dengan seekor lebah, yaitu memiliki sayap tegak dan
abdomen melengkung berwarna kuning. Namun memiliki mata
majemuk dan alat mulut penghisap dengan bentuk seperti lalat pada
umumnya. Gejala pada buah yang diserang yaitu terdapat lubang kecil
pada kulit buah, kemunculannya dapat memicu pembusukan yang
dikarenakan larva yang ditanam saat menyerang buah. Pencegahan
yang umum dilakukan oleh petani yaitu dengan menutupi buah dengan
kertas.
4.3.3 Hama Kutu Daun (Aphioidea) (Kelompok 1)
Kutu daun (Aphioidea) menyerang pada hampir semua tanaman
terutama menyerang pada bagian daun. Tanaman yang diserang adalah
tanaman jenis Hortikultura dengan kerugian yang disebabkannya adalah
20-40%. Cara mengatasinya adalah dengan pola penanaman
9
tumpangsari tanaman bunga matahari, menggunakan larutan daun sirih
dengan metoda penyemprotan, menggunakan larutan cabai, dan
menggunakan pestisida Tridamex 36 EC +Trisagra 30 EC dengan
konsentrasi masing-masing 1 ml/liter air diaplikasikan 1 kali dalam satu
minggu.
4.3.4 Hama Kutu Kebul Pada Tanaman Cabai (Kelompok 3)
Kutu kebul atau dalam bahasa latin dikenal dengan Bemisia tabaci
merupakan hama umum yang sering dijumpai pada tanaman terutama
sayur dan buah. Hama ini memiliki bentuk ukuran relatif kecil yaitu 1-
1,5 mm dengan warna khasnya yaitu berwarna putih. Kutu ini
merupakan hama yang menyerang daun dan buah. Pola penyerangannya
biasa pada bawah helaian daun dan tangkai daun. Penyerangannya
dalam jumlah bergerombol dan akan membentuk gumpalan putih pada
daun yang diserangnya.
4.3.5 Hama Kutu Kebul Pada Daun Jambu Air (Kelompok 2)
Kutu kebul pada jambu air serupa dengan kutu kebul pada tanaman
cabai. Namun bila dilihat dari segi ukuran jauh lebih besar dari pada
pada tanaman cabai. Penyerangan pada sela tulang daun bawah tanaman
jambu air. Memiliki karakteristik berwarna putih dengan ada gumpalan
putih pada punggung serangga dewasa. Hama ini dapat menular pada
daun lain dengan cepat karena perkembangbiakannya yang begitu pesat.
10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN (PATHOGEN)
5.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah kami laksanakan dengan menggunakn
bantuan alat mikroskop, maka berikut adalah hasil pengamatan pathogen
(jamur, virus, dan bakteri) yang kami dapatkan.
Tabel 1.2 Tabel Hasil Pengamatan Pathogen
No Nama Gambar Preparat Keterangan
. Preparat
1 Jamur Karat Jamur Karat Daun
Daun Pada (Hemileia vastatrix)
Daun hidup bergerombol
Tanaman membentuk kelompok
Rambutan dengan hifa berwarna
coklat muda dan
konidia yang
menempel berwarna
coklat tua
Jamur Karat Daun
2 Jamur Jamur Cercospora sp
Cercospora berkarakteristik
sp. Pada sebagian bergerombol,
Tanaman sebagian menyebar,
Kacang dengan hifa yang tidak
Tanah terlihat (bening)
dengan Konidia
berwarna coklat muda
Koloni Jamur Cercospora sp.
11
3 Penyakit Pada daun yang
Downy terserang, akan timbul
Mildew oleh bintik putih/pucat,
Jamur setelah dilihat
Pronospora mikroskop sel pada
Pada Daun daun yang diserang
Tanaman rusak dan berwujud
Serangan Jamur Pronospora
Timun Suri tidak tertata
12
menempel berwarna coklat tua. Hifa ada saling tumpang tindih/terkait
dengan hifa lainnya membentuk rangkaian. Kondisi lingkungan mikro
yang kondusif terutama kelembaban yang tinggi dapat mempercepat
tumbuhnya jamur ini. Penggunaan Fungisida seperti triadimenol dan
siprokanazol dapat menurunkan jamur 64,9% (Mahfud, 2012).
b. Jamur Cercospora sp. Pada Tanaman Kacang Tanah
Jamur Cercospora sp merupakan jamur yang menyerang daun
tanaman serealia dan kacang-kacangan. Pada preparat ini, kami
mendapatkan jamur Cercospora sp pada tanaman kacang tanah.
Menurut Korwa, dkk. (2009) mengatakan bahwa Jamur ini menyerang
daun dan gejala yang ditimbulkan adalah bercak bintik coklat dengan
pinggiran berwarna kuning pada permukaan daun. Berdasarkan
praktikum kami mengamati bahwa jamur ini berkarakteristik sebagian
bergerombol, sebagian menyebar, dengan hifa yang tidak terlihat
(bening) dengan Konidia berwarna coklat muda. Bagian yang
berbentuk tabung adalah hifa dan bagian yang berbentuk bulat adalah
konidia.
c. Penyakit Downy Mildew oleh Jamur Pronospora Pada Daun Tanaman
Timun Suri
Kami mengambil sendiri preparat ini dalam berbentuk daun
tanaman timun suri. Sebelum diamati, gejala yang timbul adalah
adanya bintik-bintin putih didalam lapisan daun (bukan diluar
helaian). Kami mengira hal tersebut dikarenakan ulah hama
penggerek. Namun setelah dilakukan pengamatan ternyata itu adalah
suatu penyakit yang dikenal sebagai Downy Mildew yang disebabkan
oleh Jamur Pronospora. Menurut Ata, dkk. (2016), menjelaskan jamur
ini dapat menyebabkan jaringan daun menjadi tekstur kertas dan satu
persatu berguguran. Pada daun yang terserang, akan timbul bintik
putih/pucat, setelah dilihat mikroskop sel pada daun yang diserang
rusak dan berwujud tidak tertata.
13
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN (PESTISIDA NABATI)
6.1 Hasil Praktikum Pembuatan Pestisida Nabati
Berdasarkan praktikum dasar perlindungan tanaman mengenai pembuatan
pestisida nabati bagi tanaman buah-buahan, berikut adalah hasil dari
praktikum pembuatan pestisida nabati yang meliputi bentuk hasil larutan
pestisida nabati setelah difermentasikan selama 2 minggu lebih 5, serta hasil
penerapannya.
Tabel 1.3 Hasil Pestisida Nabati
No. Uraian Sebelum Fermentasi Setelah Fermentasi (5 Januari
(18 Desember 2018) 2019)
1 Warna Larutan memiliki warna Larutan berwarna hijau tosca
putih dengan sedikit tua pekat
kehijauan
2 Bau Larutan memiliki bau Larutan berbau sangat tajam,
wangi seperti racikan serupa bau pupuk kandang
bumbu masak mentah. Dengan kemampuan,
bila terkena kulit bau tersebut
sulit hilang walau dibasuh
berkali-kali
3 Kekentalan Larutan tidak kental, Larutan sangat kental,
cenderung seperti jus sehingga perlu penambahan air
buah pada umumnya. dalam penerapannya.
Tabel 1.4 Hasil Penerapan Pestisida Pada Pucuk daun Pohon Mangga
No. Uraian Sebelum Penyemprotan Setelah Penyemprotan (10
(8 Januari 2019) Januari 2019)
1 Patogen Luas serangan pathogen Luas serangan lebih sedikit
Jamur masih luas namun hanya 5% saja
2 Warna Warna daun pucat dan Warna daun hijau pada umumnya
daun sedikit kecoklatan pada walau masih banyak yang coklat
daerah yang diinfeksi karena bentuk penyerangan yang
tidak bisa hilang
14
6.2 Pembahasan Hasil Pestisida Nabati
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan pada tanggal 18
Desember 2018, kami memulai praktik membuat pestisida nabati dengan
bahan yang kami gunakan adalah 1 tutup cairan pembersih piring, 4 siung
serai, 4 siung bawang putih, 2 buah cabai, dan 1 buah jeruk limau. Semua
bahan kami haluskan dengan air sebanyak 1 liter pada blender. Hasil
dimasukkan pada derijen ukuran kecil yang kemudian difermentasikan
selama 2 minggu. Setelah difermentasikan, hasil pestisida nabati disaring dan
dimasukkan kedalam botol kecil.
Alasan kami mengambil keempat bahan tersebut, karena bahan tersebut
memiliki kandungan senyawa yang mampu mengendalikan populasi
hama/pathogen tertentu. Bawang Putih mengandung komponen aktif
(senyawa asam dan sulfur) yang diantaranya Allin, Allicin, tanin dan minyak
atsiri, yang berfungsi sebagai penolak serangga. Cabai mengandung senyawa
Capsaicin yang mampu mengendalikan serangga dengan mortalitas 86,2 %.
Serai mengandung jumlah minyak atsiri yang paling banyak, saponin,
flavonoid dan polifenol sehingga memiliki kemampuan mekanisme
pengendalian antiserangga, antifedan, dan anti jamur. Jeruk limau
mengandung zat limonoida terutama pada kulit jeruk, sehingga berpotensi
sebagai pestisida nabati ditinjau dari faktor biologi, efikasi, kompatibilitas
dan keamana terhadap lingkungan (Saenong, 2016).
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pestisida yang telah
difermentasikan, kami mendapati perbedaan yang amat menonjol dari hasil
sebelum difermentasikan. Sebelum masuk proses fermentasi, larutan berbau
seperti wangi bumbu masakan, warna putih dengan sedikit hijau daridaun
serai dan jeruk serta kondisi larutan yang begitu cair dengan serasah yang
masih belum halus. Namun hal tersebut akan berbeda ketika sudah
difermentasikan selama 2 minggu dan disaring. Hasil menunjukkan bahwa
larutan berubah total menjadi sangat bau, warna berubah menjadi hijau pekat,
dan larutan mengental. Proses anaerob menjadikan suatu larutan menjadi
berbau sangat tajam, karena proses penguraian bahan dengan bakteri tanpa
adanya oksigen.
15
6.3 Pembahasan Penerapan Pestisida Nabati Pada Daun Mangga yang
terserang Jamur Pestalotiopsis
Pathogen Jamur Pestalotiopsis adalah salah satu jamur yang menyerang
tanaman mangga khususnya pada jaringan daun lapisan epidermis. Di
Indonesia, serangan pathogen ini dikenal sebagai penyakit bercak daun.
Penyerangan ditandai dengan kering pada bagian tengah tulang daun. Apabila
dibiarkan saja maka keseluruhan daun pada area pucuk akan kering dan layu,
malah dapat lebih buruk lagi yaitu memunculkan penyakit Antaraknosa.
Pada praktikum Dasar Perlindungan Tanaman, Kami mencoba membuat
pestisida nabati dari bahan yang mudah didapat yaitu 1 tutup cairan
pembersih piring, 4 siung serai, 4 siung bawang putih, 2 buah cabai, dan 1
buah jeruk limau. Semua bahan dihancurkan dengan blender dan hasil akan
disaring kemudian difermentasikan selama 2 minggu. Dalam pengaplikasian
kami pilih yaitu pohon mangga karena mudah dijumpai. Pengaplikasian
dilakukan dengan cara melarutkan pestisida nabati yang telah
difermentasikan, diambil sebanyak satu sendok makanan kemudian dilarutkan
kedalam air 600 ml dalam botol air mineral yang tutup botol dilubangi.
Penerapan dilakukan pada daun mangga yang terserang jamur
Pestalotiopsis. Penyemprotan dilakukan sebanyak satu kali dalam 3 hari.
Penyemprotan tidak perlu banyak-banyak, karena dapat mengundang
serangga lain. Berdasarkan hasil perbandingan pengamatan pada tabel 5.2,
didapatkan hasil yaitu sebelum disemprot oleh pestisida nabati ini populasi
jamur Pestalotiopsis ini sangat banyak dan bercak putih pada bagian pangkal
ketiak daun yang juga banyak. Warna daun mangga pun pucat karenanya.
Namun setelah disemprotkan pestisida nabati, populasi jamur Pestalotiopsis
ini sedikit berkurang walaupun hanya 5 % saja. Warna daun pun cenderung
lebih cerah. Menurut pendapat hemat penulis, hal ini dikarenakan tingkat
keefektifitas dari pestisida nabati ini masih kurang. Disamping jumlah bahan
pembuatan pestisida ini, kami hanya mengambil sedikit bahan saja dari yang
disediakan. Selain itu, pola penyemprotan juga mempengaruhi keefektifitas
pestisida dimana kami menerapkannya pada siang hari dan hujan pada bulan
Januari.
16
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum diatas, kami dapat menarik
kesimpulan bahwa hama kutu beras memiliki bentuk tipe mulut Penggigit dan
Pengunyah dalam bentuk Corong memanjang guna merusak beras keras
menjadi berlubang-lubang kecil hingga banyak yang menjadi tepung putih
halus. Penanggulangannya yaitu dengan menjemur beras dibawah terik
matahari, dan dengan pestisida nabati diperlukan daun serai dalam bentuk
serbuk untuk ditebarkan. Pada kelas pathogen, Jamur Karat Daun (Hemileia
vastatrix) adalah pathogen yang mudah dikenali dengan bentuk gambar
mikroskop yang bergerombol berwarna coklat. Jamur ini menyerang daun
tanaman berkayu. Salah satu pathogen yaitu Jamur Cercospora sp merupakan
jamur yang paling kecil dari objek yang kami lihat dimana berbentuk bulat-
bulat berwarna coklat transparan. Jamur tersebut menyerang daun tanaman
kacang tanah. Penyakit Downy Mildew oleh Jamur Pronospora adalah
penyakit yang membuat daun pada tanaman timun suri menjadi kering seperti
kertas berwarna pucat. Pestisida nabati ditunjukkan gunakan keamanan
lingkungan, pestisida yang dibuat dari bahan jeruk, serai, bawang putih dan
cabai dapat menangani pathogen jamur Pestaliopsis pada pucuk daun
mangga. Walaupun hanya mampu mengatasi 5 % saja, namun bila dilakukan
terus menerus akan mampu mengendalikan jamur tersebut.
7.2 Saran
Kami menyadari bahwa pada laporan praktikum ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Sehingga kami mengharapkan saran dari pembaca supaya
penulis dapat lebih baik lagi kedepannya. Saran pada praktikum dari penulis,
perlunya kerja sama dalam tim dapat memaksimalkan dalam pembuatan
pestisida nabati. Penyemprotan perlu dilakukan secara rutin 3 kali sehari
untuk hasil maksimal. Setiap pengamatan dan praktikum perlu persiapan
dokumentasi supaya dalam penyusunan laporan dapat lebih realistis seperti di
lapangan. Terima Kasih.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ata, Halni; Papuangan, Nurmaya; Bahtiar. 2016. Identifikasi Cendawan Patogen
Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal Bioedukasi
Volume 4, Nomor 2, 2016.
Asmaliyah; Wati, Etik Erna; Utami, Sri; Mulyadi, Kusdi; Yudhistira; Sari, Fitri
Windra. 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan
Pemanfaatannya Secara Tradisional. Booklet: Kementrian Kehutanan.
Apriliyanto dan Sarno. 2018. Pemantauan Keanekaragaman Hama dan Musuh
Alami Pada Ekosistem Tepian Tengah Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Jurnal Ilmiah Biologi Biosfera Volume 35, Nomor 2 Mei
2018.
Irawan, Arif; Anggraeni, Illa; Christita, Margaretta. 2015. Identifikasi Penyebab
Penyakit Bercak Daun Pada Bibit Cempaka (Magnolia elegans H.Keng)
Dan Teknik Pengendaliannya. Jurnal Wasian Volume 2 Nomor 2, 2015.
Korwa, Adirian; Martanto, Eko Agus; Pribadi, Hayu Siwi. 2009. Intensitas
Penyakit Bercak Daun Cercospora Pada Kacang Tanah (Arachis hypogeal
L.) Di Kampung Aimasi Prafi. Jurnal Agrotek Volume 1 Nomor 5, 2009.
Manueke, Jusuf dan Pelealu, Jantje. 2015. Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae
Pada Beras, Jagung Pipilan, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Dan Kopra.
Jurnal Eugenia, Volume 21, Nomor 2, Juni 2015
Masauna, Esther D.; Tanasale, Helly L.J.; Hetharie, Helen. 2013. Studi Kerusakan
Akibat Serangan Hama Utama Pada Tanaman Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata). Jurnal Budidaya Pertanian, Volume 9, Nomor 2, 2013.
Saenong, M. Sudjak. 2016. Tumbuhan Indonesia Potensial Sebagai Insektisida
Nabati Mengendalikan Hama Kumbang Bubuk Jagung (Sitophilus spp.).
Jurnal Litbang Pertanian, Volume 35, Nomor 3, September 2016.
Sulistianingsih, Marisda. 2014. Uji Toksisitas Ekstrak Biji Kluwak (Pangium
edule Reinw.) Sebagai Moluskisida Keong Mas (Pomacea cannaliculata L)
Pada Tanaman Padi. Skripsi: Fakultas Teknologi Biologi, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Triharso. 2014. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
18
LAMPIRAN
Lampiran Hasil Pengamatan Hama Kutu/Kumbang Beras
Mohon Maaf, Kami belum sempat mengabadikan hasil pengamatan preparat
Kumbang Beras dikarenakan Kami fokus pada pengerjaan laporan sementara
sehingga terlupakan untuk mendokumentasikan.
Lampiran Hasil Pengamatan Pathogen Penyakit dengan Mikroskop Cahaya
19
Lampiran Hasil Pembuatan dan Pengaplikasian Pestisida Nabati
20