Perspektif Mahasiswa Mengenai Keambisiusan Pada Tokoh Saya Dalam Cerpen "Bola Lampu" Karya Asrul Sani
Perspektif Mahasiswa Mengenai Keambisiusan Pada Tokoh Saya Dalam Cerpen "Bola Lampu" Karya Asrul Sani
Perspektif Mahasiswa Mengenai Keambisiusan Pada Tokoh Saya Dalam Cerpen "Bola Lampu" Karya Asrul Sani
ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA
Yang dibina oleh Fiyan Ilman Faqih, M.Pd.
ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA
Yang dibina oleh Fiyan Ilman Faqih, M.Pd.
Penulis: Fa’izatul Karimah
21601071097
ABSTRAK
Maka dari menganalisis jawaban serta psikis pembaca mengenai cerpen ini,
pemahaman terhadap sastra tahun 45 ini dapat dengan mudah kita arahkan dan
tingkatkan agar tidak salah haluan menuju pemahaman sastra yang mengacu pada
aspek negatif. Karena setjatinya karya sastra memiliki selalu bersifat mengedukasi
dan memiliki pesan-pesan moral didalamnya.
1. PENDAHULUAN
1.1 Kajian Teori
Psikologi Pembaca merupakan salah satu jenis kajian psikologi sastra yang
memfokuskan titik analisis pada pembaca, yang ketika membaca dan
menginterpretasikan karya sastra mengalami berbagai situasi kejiwaan. Objek
kajian dalam psikologi pembaca adalah pembaca yang secara nyata membaca,
menghayati, dan menginterpretasikan karya sastra (wiyatmi, 2011:57).
Seperti dikemukakan oleh Iser (1979) bahwa suatu karya sastra akan
menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Kesan ini didapat melalui “hakikat”
yang ada pada karya itu yang dibaca oleh pembacanya. Dalam proses pembacaan
ini aka ada interaksi antara hakikat karya itu dengan “teks luar” yang mungkin
memberikan kaidah yang berbeda. Bahkan dapat dikatakan bahwa kaidah dan nilai
“teks luar” akan sangat menentukan kesan yang akan muncul pada seseorang
sewaktu membaca sebuah teks, karena fenomena ini akan menentukan imajinasi
pembaca dalam membaca teks itu.
Selain itu sastra dapat memberikan dampak psikis terhadap pembaca dalam
ranah kepribadian, karakter, dan lain sebagainya. Karena sastra ialah seni yang
mengedukasi dan memiliki pesan-pesan moral yang disampaikan melalui media
bahasa. Yang jika dibaca oleh seseorang, maka seseorang itu akan menemukan
titik persoalan sekaligus penyelesaian. Dari hal itu seakan pembaca mendapat
pengetahuan dan ilmu baru untuk mengatasi masalah dalam kehidupan yang
mungkin saja suatu saat akan ia alami atau bahkan sedang dialami. Sehingga dari
sastralah ia belajar bagaimana menyikapi persoalan.
Namun di sisi lain sastra juga dapat menjadi terapi sikologis seseorang
untuk menerbitkan rasa percaya diri dan motivasi tinggi. Namun tidak seluruh
bacaan sastra dapat dijadikan terapi. Sastra dapat dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhan pembacanya. Pembaca bisa termotivasi oleh sastra ialah melalui tokoh
beserta persoalan dalam karya sastra. Bisa jadi pembaca tidak memiliki rasa
percaya diri, maka kemudian ia membaca cerpen yang mengisahkan tokoh yang
sama, atau bahkan mengalami kondisi yg lebih buruk dari si pembaca. Namun,
pada akhirnya tokoh dalam cerita tersebut mampu mendapat jalan keluar sehingga
ia percaya diri. Dari peristiwa kehidupan tokoh tersebut pembaca dapat
termotivasi atau bahkan terinspirasi.
Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman
sastra karena adnya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi
sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan, kedua, dengan
pendekata ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang masalah
perwatakan yang dikembangkan dan terakhir penelitian semacam ini sangat
membentuk untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah
psikologis (Endraswara, 2008:12).
2. PEMBAHASAN
“Akibatnya ialah lampu yang ada dalam kamar saya harus diperkecil,
diperkecil lagi, hingga jadinya terlalu amat kecil. Sudah itu timbul pula
semacam kemauan yang tidak tertahan-tahan: hendak membaca, hendak
menulis, hendak mengarang, pendeknya hendak segala-galanya, asal saja untuk
itu diperlukan lampu yang terang. Nah, sejak itulah saya mendapat penyakit cinta
lampu. Ada- ada saja.”
“Waktu itu, kalau saya melihat lampu terang, terus timbul rasa sentimentil,
agak-agak rindu dendam dalam hati saya. Kepada orang saya tanyakan, kalau-
kalau mereka ada yang mempunyai lampu yang terang di rumah. Kalau dijawab
ada, saya terus iri hati. Inilah orang yang paling berbahagia.”
Dari kalimat tersebut ungkapan “iri” dipertegas lagi. Bahkan pada orang
yang bersangkutan. Hingga akhirnya tokoh Saya mendapat kesempatan untuk
sering-sering datang ke rumah pemilik lampu yang berbinar besar itu. Dan Ia
mengiyakannya dengan senang hati.
“Sesudah itu saya datang sekali seminggu. Gadis itu makin lama makin
cantik kelihatannya, makin banyak aksi, makin "panas".Saya makin kerap kali
datang, sampai tiap malam. Setiap datang saya membawa buku untuk dibaca
sampai sekarang belum juga tamat. Akhimya saya rasa bahwa saya datang ke
rumah itu bukan karena melihat lampu terang. Saya datang karena dia ada di
situ. Tetapi meskipun begitu, setiap, saya datang saya berkata: "Ah, alangkah
senangnya hati jika mempunyai lampu seterang itu."
“Suatu kali saya mendapat kiriman dari gadis sahabat saya itu.
Bungkusannya besar dan bagus dan di sampingnya ada lagi sepucuk surat
bersampul biru. Waktu bungkusan itu saya buka, saya temui di dalamnya bola
lampu 60 lilin. Hilang akal saya melihat bola lampu itu, Apa maksudnya?
Dalam suratnya tertulis, "Sahabat senang benar hati saya, dapat mengirim
engkau bola lampu ini".
Sekarang saya tahu maksudnya. Mereka di sana telah bosan melihat
tampang saya yang datang setiap malam. Sekarang dikirimkannya bola
lampu, supaya saya jangan lagi "rindu lampu".”
Maka benarlah jika berambisi sekuat tenaga jika tidak didasari dengan
tujuan yang jelas maka akan mengakibatkan kekecewaan kepada diri sendiri.
Sama juga artinya dengan berambisi terlalu tinggi dengan cara tidak baik
(modus) seperti yang dilakukan tokoh Saya akan memberikan dampak yang
memalukan terhadap diri sendiri.
2.2 Psikologi Mahasiswa Sebagai Pembaca
Kajian ini membatasi kelompok membaca pada mahasiswa. Berikut data faktual
tiga mahasiswa yang telah membaca cerpen “Bola Lampu” dan menyampaikan pesan
serta kesannya:
Hal-hal ataupun pesan-pesan yang didapat dari sebuah karya sastra oleh pembaca
seringkali dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu pembaca atau yang
tengah terjadi kepada pembaca. Seperti ungkap Alfred Adler. Menurut Adler, manusia
merupakan makhluk individual yang termotivasi oleh dorongan-dorongan sosial yang
memang sudah dibawa ketika lahir. Adler juga menerapkan teori urutan lahir untuk
memprediksi kepribadian seseorang. Adler yakin bahwa keturunan, lingkungan, dan
kreatifitas di dalam lingkungan mmampu membantuk kepribadian seseorang. Berikut ini
penggambaran sifat anak yang didasarkan pada urutan lahir (Dosen Psikologi.com).
Sehingga acuan kajian ini mengenai keteladanan yang telah dicetuskan pembaca ialah
bersumber dari latar belakangnya. Lingkungannya, sosialnya, bahkan pengalamannya.
Sehingga dari pemaparan serta pendapat diatas, terdapat 3 pesan yang berbeda dari 3
mahasiswa. Pesan-pesan ini identik dengan dunia masing-masing.
3. KESIMPULAN
Mahasiswa era milenial (yang berasal dari prodi selain sastra) merasa kesulitan
dan kebingungan saat membaca dan memahami cerpen “Bola Lampu” ini. Jika
dibandingkan dengan cerpen-cerpen zaman sekarang, cerpen ini sedikit diminati karena
bahasa yang digunakan jauh lebih rumit dibanding bahasa yang terdapat dalam cerpen
zaman sekarang. Membaca cerpen ini juga membutuhan waktu yang lebih lama
dibanding membaca cerpen karya sastrawan era milenial. Karena pola pikir dan gaya
kepenulisan juga menjadi tolak ukur diminatinya sebuah karya sastra. Terlebih saat ini
mahasiswa seringkali disibukkan dengan agenda-agenda lain. (bukan membaca)
buktinya ke 3 pembaca tersebut. Jika memang mereka memiliki daya terampil
berbahasa yang tinggi, amak mereka akan dengan mudah dan tidak perlu mengulang-
ulang memahami cerpen-cerpen genre 45 seperti cerpen “Bola Lampu” karya Asrul
Sani. Refleksi ambisi yang dapat diteladani dari cerpen “Bola Lampu” menurut
mahasiswa ialah berambisilah dengan cara yang baik, jujur, tanpa perlu iri dengki
dengan seseorang yang memiliki apa yang kita inginkan. Sesederhana itu maka hidup
akan bahagia.
DAFTAR RUJUKAN
Endaswara Suwandi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Jakarta. PT.B KITA
Fathurrohman, M. N. (2017, Maret Senin, 6). Inseklopedi Sastra Indonesia. Biografi
Asrul Sani - Pelopor Sastrawan Angkatan 45 dan Sutradara Film.
Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Asrul Sani
Rosidi, Ajip. 1986. Ikhtisar Sejarah Sastra. Binacipta
Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher
Psikologi Kepribadian. https://dosenpsikologi.com/teori-psikologi-kepribadian