Landasan Yuridis
Landasan Yuridis
Landasan Yuridis
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di
Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang
Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman
lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
1. Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu :
b. Layanan pembelajaran
2. UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang
akan datang.
3. PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan adalah bantuan kepada
peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan
dilakukan oleh Guru Pembimbing.
4. Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, tugas
pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
mengevaluasi
pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan
program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
5. UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator
dan sebutan lain sesuai dnegan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
6. PP No. 19 tahun 2005 Pasal 5 s/d 18, Standar Nasional Pendidikan tentang standar isi unit satuan
pendidikan dasar dan menengah.
7. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur KTSP ditafsirkan
dan/pembimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan.
8. Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur pendidikan
formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal.
9. Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru, Bab III Pasal 15. Salah satu persyaratan bagi
pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila
pendidik yang bersangkutan… melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor.
10. Permendiknas No. 27 tahun 2008, Pasal 1 ayat 1. Tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor. Untuk dapat diangkat sebagai konselor seseornag wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.
Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan
dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah
laku klien yang perlu di ubah atau dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.[5]
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling, sejumlah aspek psikologi yang perlu dikuasai oleh
para pembimbing (konselor) meliputi:
3. Perkembangan individu
5. Kepribadian
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan,
perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980;
M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987).
MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya,
tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya
tersebut.
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan
keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya
lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya
dan kelompok-kelompok yang dimasukinya.
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar
menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan
penyesuaian diri antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi
non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan.
Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan
masalah dalam hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004;175)
tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain:
a. Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien
maka konseling akan berhasil
b. Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin
efektif konseling tersebut
c. Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling tersebut
d. Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin
memudahkan konselor memahami klien.
e. Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses
komunikasi
f. Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap
permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
g. Makin klien (antarbudaya) kurang memahami proses konseling, makin perlu konselor atau program
konseling antarabudaya memberikan pengarahan/pengganjaran/latihan kepada klien (antarbudaya) itu
tentang ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer (mempergunakan
keterampilan tertentu pada situasi-situasi yang berbeda).
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang
tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling
mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya,
dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang
mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan
berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan
perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek
kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan
berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik.
Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan
kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui
proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek
adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan.
Melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang
ketepatan/ keefektifan dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan
maju jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan
BK.
Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 137
Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal.
154-156
Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 181