Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Saduran Vertikultur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

SADURAN

VERTIKULTUR SEBAGAI SOLUSI KETERBATASAN LAHAN

Oleh :

Dedytha Nur Annisa


199506162019032015

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN


KABUPATEN KEDIRI
2020
Bercocok tanam secara vertikultur tidak berbeda dengan cara bercocok tanam

di kebun atau lading. Namun, perbedaan mendasar adalah dalam penggunaan luasan

lahan. Vertikultur memungkinkan untuk bercocok tanam di lahan yang sangat sempit,

bahkan tidak ada lahan sedikitpum. Selain itu, keuntungan lain dari teknik vertikultur

adalah perawatan tanaman yang relatif lebih sederhana dan terkontrol dibandingkan

dengam perawatan tanaman di kebun.

Vertikultur bisa diartikan sebagai budidaya tanaman secara vertikal (atas ke

bawah) sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat.

Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal.

Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sestem

tambahan yang dipergunakan. Model sederhana vertikultur, struktur dasar yang

digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan. Sistem

tambahan yang memerlukan keterampilan khusus, contohnya sistem hidroponik atau

drip irigation (Desiliyarni et al., 2003).

Misalnya, bertanam konvensional dengan luas 1 m2 hanya bisa ditanami

sayuran atau buah dengan rasio 75% dari jumlah tanaman pada vertikultur. Cara

bertanam secara vertikultur, jumlah tanaman yang bisa ditanam bisa mencapai

puluhan batang tanaman (Glio dan Prastio, 2017).


Pola bertanam vertikultur tidak cocok untuk tanaman jenis pohon kayu.

Umumnya, vertikultur digunakan untuk membudidayakan tanaman semusim, seperti

sayuran dan buah-buahan. Vertikultur juga bisa digunakan untuk menanam tanaman

hias atau tanaman herbal (Glio dan Prastio, 2017).


Penyempitan tanah pertanian terus terjadi, sehingga pola bertani secara

vertikultur dipandang layak dikembangkan di daerah perkotaan. Penerapan vertikultur

sebagai salah satu bentuk pertanian terpadu perkotaan, antara lain bertujuan agar

proses produksi pangan di perkotaan dapat berkelanjutan dengan tetap

memperhatikan aspek-aspek lingkungan di perkotaan, seperti misalnya ketersediaan

air di kota, system limbah kota, iklim mikro perkotaan dan masyarakatnya.

Vertikultur diharapkan mampu mendukung pelaksanaan pembangunan kota yang

berkelanjutan, mengingat dalam pelaksanaannya dapat memenuhi beberapa prinsip

berikut.

1. Ekonomi : dapat menaikkan pendapatan penduduk kota atau

menjaga keberlanjutan pendapatan.

2. Lingkungan : efisiensi dalam penggunaan sumber daya tanah dan air, dapat

memanfaatkan limbah kota (kompos), menambah keasrian dan kenyamanan

atau meningkatkan kualitas lingkungan kita (Sutarminingsih, 2003).

A. Tujuan Vertikultur

Adapun tujuan pembuatan vertikultur adalah:

1. Memotivasi masyarakat dalam mengoptimalkan pekarangan sempit di rumah

tinggalnya untuk menciptakan ketahanan pangan

2. Pembuatan media untuk tempat menanam aneka ragam sayuran menggunakan

pralon; dan

3. Penanaman, pemeliharaan, dan pengembangan budidaya aneka ragam sayuran

yang dibutuhkan sehari-hari.

4. Muncul minat warga untuk selalu memperbaharui bibit tanaman yang

diusahakan secara swadaya melalui pembibitan berkelanjutan. Penanaman

secara vertikultur dapat menciptakan lingkungan rumah yang produktif

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi (Nurmawati dan

Kadarwati, 2016).
B. Keunggulan Vertikultur

1. Menghemat lahan

2. Menghemat air

3. Mendukung pertanian organik, karena lebih menganjurkan penggunaan pupuk

alami (pupuk kandang dan kompos) dan sesedikit mungkin menggunakan

pestisida anorganic.

4. Bahan-bahan yang digunakan sebagai wadah media tanam, dapat disesuaikan

dengan kondisi setempat/ketersediaan bahan yang ada.

5. Umur tanaman relatif pendek.

6. Pemeliharaan tanaman relatif sederhana.

7. Dapat dilakukan oleh siapa saja yang sungguh-sungguh berminat dan saying

akan tanaman (Sutarminingsih, 2003).

C. Bentuk-bentuk Vertikultur

Vertikultur dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan

peralatan yang ada di sekitar kita. Di samping itu, mudah dalam penyiapan dan

pemeliharaannya sehingga dapat dilakukan oleh setiap orang yang benar-benar ingin

menekuninya. Menurut Nitisapto (1993), beberapa rancangan wadah media tanam

yang sudah cukup banyak dicoba dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi,

adalah sebagai berikut.

1. Kolom wadah media tanam disusun secara vertical. Dalam hal ini, setiap

bahan yang akan digunakan sebagai kolom wadah media dibuat dalam posisi

berdiri tegak/vertical dan diberi lubang pada permukaannya sebagai tempat

terbuka atau sebagai lubang tanam tanaman yang akan dibudidayakan.

2. Kolom wadah media disusun secara horizontal. Dalam hal ini, wadah media

dibuat dalam bentuk kolom secara mendatar atau dalam bentuk pot-pot,

plastic, polybag yang kemudian disusun dalam rak-rak ke arah vertical.

3. Wadah media digantung. Dalam hal ini, wadah media dapat disusun saling

bersambungan kemudian kemudian digantung, sehingga menyerupai pot-pot

gantung.
4. Pot susun. Wadah media sebaiknya dipilih dari bahan-bahan yang cukup

kokoh dan dapat tegak berdiri dengan bentuk menyerupai pot. Bahan-

bahantersebut kemudian disusun pada suatu tegakan dengan susunan menurut

selera, sehingga menjadi pot susun yang mirip dengan pohon pot.

D. Media Tanam

Media Tanam yang digunakan dalam system vertikultur antara lain cocopeat,

arang sekam, kompos, pupuk kandang ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

media tanam yang ditambahkan pupuk kandang dan kompos menghasilkan

pertumbuhan dan hasil yang lebih baik daripada perlakuan yang lain. Perlakuan

media tanam dengan komposisi tanah + pupuk kandang (1 : 1), tanah + kompos (1 :

2) menghasilkan bobot kering total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan lainnya. (Yosandy et al., 2018).

E. Memilih Sistem Bertanam

Jika lahan relatif sempit, model yang ideal adalah bertanam dengan system

tanam vertikultur atau bertanam dengan rak bertingkat seperti anak tangga. Jadi

penempatan pot tanaman disusun menurut bentuk rak yang dibuat bertingkat. Sebagai

wadah media tanam media tanam digunakan pot, talang air, pipa paralon, ataupun

bambu.

Jika lahan relatif luas, kita dapat berkebun dengan system bedengan (bed)

dengan ukuran disesuaikan. Misalnya, 1 x 2 meter atau 1 x 1 meter dengan

ketinggian bedengan 15 – 20 cm. Pembuatan bedengan ini dapat juga

dilakukan dengan mencangkul tanah di halaman (Sanusi, 2010).


DAFTAR PUSTAKA

Desiliyarni, T., Yuni A., Farida F., dan Jeosy E. H. 2003. Vertikultur Teknik
Bertanam di Lahan Sempit. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Sutarminingsih, C. L. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal. Kanisius,


Yogyakarta.

Glio, M. T. dan Untung P. 2017. Vertikultur Bertanam Sayuran di Lahan Terbatas.


AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Sanusi, B. 2010. Sukses Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. AgroMedia Pustaka,


Jakarta.

Yosandy, D. S. O., Medha B., dan Ninuk H. 2018. Pengaruh Media Tanam Pada
Sistem Vertikultur Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Merah
(Amaranthus Tricolor L.). J. Produksi Tanaman. 6 (2) : 210 – 216.

Nurmawati dan Sri K. 2016. Vertikultur Media Pralon Sebagai Upaya Memenuhi
Kemandirian Pangan di Wilayah Peri Urban Kota Semarang. J. Pendidikan
Sains. Universitas Muhammadiyah Semarang.
1. Temmy et al., 2003
2. Sutarminingsih, 2003
3. Glio dan Prastio, 2017
4. Yosandy et al., 2018
5. Nurmawati dan Kadarwati, 2016
6. Sanusi, 2010

Anda mungkin juga menyukai