PEDOMAN MUTU CKG 2019 Perbaikan
PEDOMAN MUTU CKG 2019 Perbaikan
PEDOMAN MUTU CKG 2019 Perbaikan
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status
kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan
kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Pelayanan
kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi
utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia agar tetap eksis ditengah persaingan global yang
semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan
terbuka melalui pendekatan mutu yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil
pelayanan kesehatan yang memenuhi keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut
menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas
yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Manajemen Sumber Daya Tenaga, alat,
obat, keuangan dan sistem informasi manajemen Puskesmas.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
managemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan, maka perlu dilaksanakan penilaian
oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan melalui mekanisme
akreditasi.
2
Wilayah Kecamatan Cengkareng memiliki jumlah penduduk 529.631 penduduk
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 19.956 penduduk/km 2. Wilayah kelurahan
terpadat adalah kelurahan Kapuk.
3
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA PUSKESMAS
Pengolah data : Mya Rilianti Umum : Aliyah Bendahara Pengeluaran : Mauren Suzan Worek Pengurus Barang : Bekti Kusumastuti
SDMK : Nuryani Bendaraha Penerimaan : Evi Octavia Administrator : Arifiah Marliyanti
Teknologi Informasi : Dwi Ariwibowo Koord. Security : Alif Widodo Perencanaan : Brigitta Putri Dian Wazia
Koord. Kebersihan : Tjandra Accounting : Arifiansyah Akbar Operator : Syahrul Mubarok
Rekam Medis : Retno Wahyuni Koord. Pengemudi : dr. Ignatius Eko Boedi Verifikator : Dini Putri Kameswari
Diklat dan Yayan Mulyana
: Mya Rilianti PENGADAAN
Kehumasan
Adm. Kepegawaian : Alif Widodo Pencatatan dan Pelaporan : Yayan Mulyana PPK : drg. Evelyn
Tim E-katalog : dr. Junita Siregar
Tim Non E-katalog : Erin Nurtika
dr. Ayu Martinova
Adm. Pengadaan : Syarif Maulana
JARINGAN PELAYANAN PUSKESMAS Cahyo Pranoto
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
KESMAS UPAYA KESEHATAN PERORANGAN,
FARMASI DAN LABORATORIUM DAN JEJARING FASYANKES
drg. Evelyn Hotma F. Tamba drg. Elok Nuzulia Muktiningtyas Erin Nurtika
PEMELIHARAAN
: dr. Maria
Kesehatan Jiwa Pendaftaran : Ade Kurnia : Five Daryatmo
Bekti Puskesmas Kelurahan Kendaraan
Kesehatan Gigi Pel. Pemeriksaan
: drg. Varda : dr. Maria Elektronik : Dwi Aribowo
Masyarakat Umum PKL Rawa Buaya : drg. Emanuel Ayub
Kesehatan Tradisional
: Yenti Fatma Pel. PAL : dr. Elven Pelaksana Umum : Fajar
PROMOSI KESEHATAN dan Komplementer PKL Duri Kosambi I : drg. Riani Suhenda
DAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH Kesehatan Kerja dan
: dr. Dwi Utami Pel. TBC : dr. Elven
Olahraga PKL Duri Kosambi II : drg. Lynna Anggraini
Promkes : Erin Nurtika Kesehatan Indera : Supardi PKPR : dr. Regina Susanti PKL Cengkareng Barat I : drg. Vinna Pradevie M.
PPTK
drg. Ryan Arya Kesehatan Lansia : Yenti Fatma Pel. MTBS : dr. Intan PKL Cengkareng Barat II : drg. Lidwina
4
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng mampu bekerja
sama dengan baik, saling melengkapi dan harmonis dalam segala aspek, sehingga
dapat mewujudkan visi dan misi Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
2. E = Empati
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng memiliki empati
baik terhadap pasien maupun terhadap sesama karyawan dan lingkungan sekitar,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan internal dan
eksternal, juga dapat menjaga kelestarian lingkungan.
3. B = Berintegritas
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng memiliki integritas
yang tinggi terhadap pekerjaan dan terhadap mutu serta kualitas layanan Puskesmas
Kecamatan Cengkareng.
4. A = Aktif Berinovasi
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng dapat terus aktif
berinovasi guna memperbaiki kualitas dan mutu layanan, serta mampu terus bersaing
dengan layanan kesehatan lain dikelasnya.
5. T = Taat
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng selalu taat
terhadap aturan yang berlaku, bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan, dan
bekerja secara sinergis dengan kebijakan yang dibuat baik oleh manajemen maupun
oleh aturan lain yang mengikat.
6. Profesional
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng dapat selalu
melakukan pekerjaan dengan profesionalisme yang tinggi, sehingga dapat
memberikan layanan yang baik dan berkualitas bagi masyarakat.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman mutu adalah pelayanan administrasi dan manajemen, upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng.
C. Tujuan
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan untuk membangun sistem manajemen mutu di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
6
5. Kepuasan perasaan senang atau kecewa pengguna payanan yang
pelanggan muncul setelah membandingkan kinerja atau hasil produk yang
didapatkan terhadap kinerja yang diharapkan.
6. Koreksi Pembetulan atau perbaikan
7. Pasien Orang atau individu yang mencari atau menerima perawatan
medis
8. Pedoman Dokumen yang merincikan sistem manajemen mutu sesuai
mutu standar.
9. Pelanggan Orang yang menggunakan atau memanfaatkan layanan
puskesmas
10. Perencanaan Perencanaan program manajemen untu penerapan sistem
mutu manajemen mutu.
11. Prasarana Barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau
mendukung pelaksanaan tugas dan fungi unit kerja.
12. Proses Serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas yang
dapat ditempuh berulangkali untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
13. Rekaman Bagian dari dokumen yang merupakan bukti bahwa suatu
kegiatan sudah dilakukan.
14. Sarana Barang/benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pelaksanaan tugas atau fungsi unit kerja.
15. Sasaran mutu Tujuan yang akan dicapai dalam melakukan proses.
16. Tindakan Tindakan yang dilakukan setelah terjadi suatu kegiatan.
korektif
17. Tindakan Tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu kegiatan.
preventif
7
BAB II
KEBIJAKAN MUTU
8
6. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis,
melakukan analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan menindaklanjuti.
7. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
8. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Pusat
Kesehatan Masyarakat dengan acuan yang jelas.
9. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Cengkareng dengan pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh
Penanggungjawab Mutu.
10. Perencanaan mutu berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan
evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangan
kekritisan, risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah;
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien;
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien
yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan;
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM), dan indikator klinis, yang meliputi indikator struktur, proses, dan
outcome;
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,
perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan klinis
maupun penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);
h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), dan Keadaan
Potensial Cedera (KPC);
i. Program dan kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien,
termasuk di dalamnya program peningkatan mutu pelayanan obat;
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
9
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan,
tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan;
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien;
11. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di bawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Pusat Kesehatan Masyarakat, dan
perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf;
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
pedoman praktik klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai
panduan dari profesi maupun panduan dari Kementerian Kesehatan;
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat;
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko;
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di Pusat
Kesehatan Masyarakat;
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik;
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait;
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan;
12. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan.
13. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) diidentifikasi, dianalisis,
ditindaklanjuti, dan didokumentasikan.
14. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
15. Penanggungjawab mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien kepada Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat tiap tribulan.
16. Hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien diinformasikan kepada
petugas setiap tiga bulan sekali pada saat kegiatan evaluasi rutin oleh masing-masing
tim kerja.
17. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
18. Perilaku petugas layanan klinis di evaluasi setiap sebulan sekali oleh Penanggung
Jawab Upaya Kesehatan Perorangan.
19. Indikator mutu layanan klinis sebagaimana terlampir dalam Lampiran II Keputusan ini.
10
20. Melaksanakan kajian untuk menilai dampak negatif yang mungkin dihasilkan akibat
pelaksanaan Upaya Pusat Kesehatan Masyarakat dan kegiatan pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan pencegahan.
21. Kajian dampak negatif diwujudkan dengan menerapkan manajemen risiko dalam
pelaksanaan program maupun pelayanan di Pusat Kesehatan Masyarakat, mulai dari
administrasi, Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), sampai dengan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM).
22. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area
prioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan
pasien ditetapkan di area administrasi dan manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat,
dan Upaya Kesehatan Perorangan.
23. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien, sebagai berikut:
a. Ketepatan identifikasi pasien
Indikator : Kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien 100%;
b. Ketepatan prosedur
Kesesuaian layanan klinis dengan prosedur klinis 100%;
c. Peningkatan komunikasi yang efektif
Indikator : Instruksi verbal yang ditulis,-baca-ulang-konfirmasi 100%;
d. Penurunan risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Kepatuhan petugas mencuci tangan 100%
e. Penurunan risiko pasien jatuh
Tidak ada kejadian pasien jatuh 100 %
f. Penandaan obat LASA dan High Alert
Indikator :
1) Penandaan obat LASA 100 %
2) Penandaan obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert) 100 %
24. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti
high risk, high volume, high cost, dan kecenderungan terjadi masalah, atau didasarkan
atas penyakit, kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
25. Pelayanan farmasi sebagai area prioritas dalam pelaksanaan manajemen risiko.
26. Menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai paduan dalam melaksanakan kegiatan
manajemen risiko di dalam gedung maupun di luar gedung Pusat Kesehatan
Masyarakat.
27. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
11
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada
di Lingkungan Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng;
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan
dampak terjadinya risiko;
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil
pengukuran risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah;
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan
yang harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko;
28. Identifikasi dan analisis risiko di Pusat Kesehatan Masyarakat dilaksanakan melalui
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan Root Cause Analysis (RCA).
29. Identifikasi dan analisis risiko dibuat oleh unit terkait jika terdapat masalah pada unit
tersebut.
30. Manajemen risiko mencakup antisipasi bahaya yang bisa terjadi di dalam atau di luar
unit kerja terhadap karyawan dan pasien.
31. Pengelolaan lingkungan fisik Pusat Kesehatan Masyarakat perlu dibuat perencanaan,
meliputi :
a. Kesehatan dan keamanan. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana
gedung, halaman/ground dan peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pasien, staf dan pengunjung. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang;
b. Bahan berbahaya, yang meliputi: penanganan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang
secara aman;
c. Manajemen emergensi, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif;
d. Pengamanan kebakaran: Pusat Kesehatan Masyarakat wajib melindungi properti
dan penghuninya dari kebakaran dan asap;
e. Peralatan medis: untuk mengurangi risiko, peralatan dipilih, dipelihara dan
digunakan sesuai dengan ketentuan;
f. Sistem utilitas, meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian;
32. Petugas pelayanan klinis Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng
diharuskan untuk meletakkan peralatan di lingkungan unit pelayanan dengan tepat
atau sesuai tempatnya dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Alat-alat yang telah digunakan harus diletakkan terpisah dengan alat-alat bersih.
12
b. Alat-alat yang telah dipakai dan memerlukan sterilisasi diletakkan terpisah untuk
kemudian di kirim ke ruang sterilisasi.
c. Alat-alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rusak) diinformasikan kepada
pengurus barang Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng untuk
dilakukan inventaris aset dan diserahkan kepada tim Pemeliharaan Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng untuk dilakukan tindak lanjut.
Alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakkannya (steril)
diletakkan didalam lemari tertutup yang bersih dan steril.
13
BAB III
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
A. Ruang Lingkup
Penyelenggaraan kegiatan yang menunjang Administrasi dan Manajemen meliputi Perencanaan
dan Anggaran, Keuangan, Pengadaan, Pemeliharaan (Alkes, perangkat computer), Tata
Usaha / Kepegawaian, Pengolah Data, Penerimaan / Kasir, Pengurus Barang, Manajemen
Mutu. Proses pelaksanaan Administrasi dan Manajemen dipantau melalui indikator kinerja yang
diukur setiap bulan. Hasil pencapaian indikator dianalisis secara periodik melalui monitoring dan
evaluasi.
B. Uraian Indikator
Tabel 3.1. Indikator Kinerja Administrasi dan Manajemen Tahun 2019
No UNIT INDIKATOR CAPAIAN
.
1 Tata Usaha / Kelengkapan Surat Izin Kerja Tenaga Kesehatan 100%
Kehadiran pegawai tepat waktu >85%
Kepegawaian
Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai 100%
maksimal tanggal 5 setiap bulannya
2 Pengolah Ketepatan pengiriman laporan bulanan 100%
Kelengkapan laporan bulanan 100%
Data
3 Pemeliharaa Berita Acara Pemeriksaan terhadap laporan 100%
n Alkes kerusakan alat dilaporkan ke KasubBag Tata Usaha
maksimal 2 hari kerja
4 Pemeliharaa Laporan Kerusakan ditindaklanjuti maksimal 1 hari 100%
n Perangkat kerja
Komputer
5 Keuangan Pemeriksaan SPJ on the spot 100%
Berkas SPJ masuk ke bagian Keuangan maksimal 1 100%
minggu setelah pelaksanaan kegiatan
6 Kasir Penerimaan setoran Layanan 24 jam 100%
7 Mutu Keluhan pelanggan ditindaklanjuti dalam 1 x 24 jam 100%
Indicator mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke 100%
bagian Mutu paling lambat tanggal 5 setiap bulannya
8 Pengadaan Jangka waktu proses Pengadaan mulai dari usulan 100%
Pengadaan hingga penerbitan SPK maksimal 15 hari
kerja dengan catatan spesifikasi, nama barang dan
harga barang pagu sudah tetap atau tidak berubah
selama proses pengadaan berjalan.
9 Perencanaan Ketepatan Serapan Perkiraan Sendiri (SPS) 100%
14
dan
Anggaran
10 Pengurus Pencapaian KPI Pemutakhiran data dan informasi 100%
Barang barang setiap bulannya mencapai target
3. Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai maksimal tanggal 5 setiap bulannya
Judul Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai maksimal
tanggal 5 setiap bulannya
Dimensi Mutu Kehandalan
Tujuan Untuk mendapatkan data yang objektif tentang kemampuan
pegawai dalam melakukan pekerjaannya.
Definisi Penilaian kinerja individu adalah evaluasi sistematis terhadap
Operasional kinerja pegawai untuk memahami kemampuan pegawai dan
merencanakan arah pengembangan pegawai yang selanjutnya
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah penilaian kinerja yang masuk sampai dengan tanggal 5
setiap bulannya
16
Denominator Jumlah penilaian kinerja seluruh pegawai
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%
4. Tindak lanjut terhadap laporan kerusakan yang ditindaklanjuti maksimal 2 hari kerja
Judul Kelengkapan Tindak lanjut terhadap laporan kerusakan yang
ditindaklanjuti maksimal 2 hari kerja
Dimensi Mutu Responsiveness
Tujuan Memastikan keluhan user segera ditindaklanjuti untuk menjaga
mutu pelayanan.
Definisi Kelengkapan tindak lanjut terhadap laporan kerusakan adalah
Operasional laporan kerusakan dari user yang ditindaklanjuti
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
18
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan dari user
Sumber Data Laporan pemeliharaan barang
Standar 100%
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti maksimal 1 hari
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan
Sumber Data Laporan pemeliharan IT
Standar 100%
Penanggung Admin IT
jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti
maksimal 1 hari x 100 %
Jumlah seluruh laporan kerusakan
20
Definisi Pemeriksaan SPJ on the spot adalah pemeriksaan SPJ yang
Operasional dilakukan di bagian Keuangan secara langsung di hadapan
pemegang program/penanggung jawab kegiatan pada saat SPJ
tersebut diserahkan ke bagian keuangan.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah SPJ yang diperiksa on the spot
Denominator Jumlah seluruh SPJ yang dikumpulkan di bagian Keuangan
Sumber Data Register keuangan
Standar 100%
21
Denominator Jumlah seluruh SPJ yang masuk ke bagian Keuangan
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%
22
Judul Keluhan pelanggan ditindaklanjuti dalam 1 x 24 jam
11. Indikar mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke bagian mutu paling lambat tanggal 5
setiap bulannya
Judul Indikator mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke bagian mutu
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya
Dimensi Mutu Performa, efektivitas
Tujuan Memastikan penyelenggaraan administrasi dan manajemen
terlaksana dengan efektif.
Definisi Indicator mutu dan kinerja admen adalah indicator mutu dan
Operasional kinerja unit Admnisitrasi dan Manajemen.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
23
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah indikator kinerja yang dikumpulkan
Denominator Jumlah seluruh indikator kinerja
Sumber Data Data rekapitulasi indicator
Standar 100%
12. Jangka waktu proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan hingga penerbitan SPK
maksimal 15 hari kerja.
Judul Jangka waktu proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan
hingga penerbitan SPK maksimal 15 hari kerja
Dimensi Mutu Legalitas, efektivitas
Tujuan Memastikan proses pengadaan dilakukan dengan efektif.
Definisi Proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan hingga
Operasional penerbitan SPK maksimal 15 hari kerja dengan catatan
spesifikasi, nama barang, dan harga pagu sudah tetap atau
tidak berubah selama proses pengadaan.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah proses pengadaan yang dilakukan maksimal 15 hari
kerja
Denominator Jumlah seluruh proses pengadaan
Sumber Data Data pengadaan
Standar 100%
14. Pencapaian Key Performance Indikator (KPI) Pemutakhiran data dan informasi barang
setiap bulannya mencapai target
Judul Pencapaian Key Performance Indikator (KPI) Pemutakhiran
data dan informasi barang setiap bulannya mencapai target
Dimensi Mutu Ketepatan
Tujuan Memastikan pemutakhiran data dan informasi barang setiap
bulannya mencapai target
25
Definisi Target pencapaian Pemutakhiran Data dan Informasi Barang
Operasional yang mencakup:
1. Persiapan
a. Pembuatan tim oleh SKPD (3%)
b. Sosialisasi BPAD ke SKPD dan Suban Aset ke UKPD
(4%)
c. Penyimpanan Kertas Kerja (3%)
2. Pelaksanaan
a. Pemutakhiran kode barang untuk semua BMD (30%)
b. Pemutakhiran data dan informasi untuk semua BMD
(50%)
3. Pelaporan
a. Daftar BMD yang sudah dimutakhirkan kode barangnya
(5%)
b. Daftar BMD yang sudah dimutakhirkan data dan
informasinya (5%).
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator -
Denominator -
Sumber Data Data Pengurus Barang
Standar Sesuai target bulanan
26
BAB IV
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial
dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat Esensial
meliputi:
a. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes) termasuk Upaya Kesehatan
b. Sekolah (UKS);
c. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kesling);
d. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana (KIA-KB);
e. Pelayanan Gizi;
f. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian penyakit (P2);
Sedangkan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan Puskesmas Kecamatan Cengkareng
meliputi;
a. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)
d. Pelayanan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
e. Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga
f. Pelayanan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM).
C. Batasan Operasional
1. Upaya promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat. Upaya Kesehatan Sekolah adalah program
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah.
2. Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan oleh Puskesmas untuk
menjadikan lingkungan yang sehat dalam rangka pencegahan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan yang dapat
mengoptimalkan penyembuhan suatu penyakit di masyarakat.
3. Upaya kesehatan ibu dan anak dan KB adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan
28
perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam
proses tumbuh kembang. Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
4. Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan
status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi
kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
5. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu upaya untuk mencegah
agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain
dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan,
surveilans dan imunisasi.
6. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya puskesmas untuk
meningkatkan kemandirian keluarga pasien sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
7. Upaya Kesehatan Jiwa adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan jiwa secara optimal dan menghilangkan stigma, diksriminasi ODGJ di
masyarakat.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban
bagi dirinya sendiri, keluarga ataupun di masyarakat.
9. Upaya Pelayanan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH) adalah upaya pendekatan
kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif yang diawali dengan
pendataan setiap rumah dan/atau pintu rumah sampai dengan pemenuhan hak-hak
kesehatan dasarnya, pemantauan status kesehatan keluarga hingga evaluasi hasilnya,
termasuk kewajiban keluarga menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
10. Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah upaya untuk membangun
masyarakat yang sehat, bugar dan produktif dengan menitik beratkan upaya promotif
dan preventif.
11. Upaya Pelayanan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM) adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan pemberdayaan peran serta masyarakat di
wilayah.
29
Program Kualifikasi SDM Realisasi
Kepala Satuan S1 Kedokteran Umum atau S1 S1 Kedokteran Gigi
Pelaksana UKM Kesehatan Masyarakat
UKM Promosi Kesehatan S1 atau D3 bidang Kesehatan D3 Keperawatan
UKM Kesehatan D3 Kesehatan Lingkungan D3 Kesehatan Lingkungan
Lingkungan
UKM Kesehatan Ibu D3 Kebidanan D3 Kebidanan
UKM Kesehatan Anak S1 Kedokteran atau D3 Kesehatan S1 Kedokteran Umum
UKM Keluarga D3 Kebidanan D3 Kebidanan
Berencana
UKM Gizi D3 Gizi D3 Gizi
UKM P2P S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM Perkesmas D3 Keperawatan D3 Keperawatan
UKM Kesehatan Jiwa S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM Lanjut Usia D3 Keperawatan atau S1 D3 Keperawatan
Kedokteran Umum
UKM KPLDH S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM PPSM D3 Kesehatan atau S1 Kedokteran D3 Gizi
E. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program upaya kesehatan dan latar belakang profesinya adalah sebagai
berikut:
Program Petugas Profesi
Kepala Satuan Pelayanan UKM drg. Evelyn Dokter Gigi
UKM Promosi Kesehatan Erin Nurtika Perawat
UKM Kesehatan Lingkungan Daryono Sanitarian
UKM Kesehatan Ibu Suhaenah Bidan
UKM Kesehatan Anak dr.Nova Arfita Melanny Dokter
UKM Keluarga Berencana Rosdiana Bidan
UKM Gizi Tyas Paramita Nutritionis
UKM P2P dr.Arianti Dwitya Ichsani Dokter
UKM Perkesmas Ari Yuli Hartanti Perawat
UKM Kesehatan Jiwa dr. Maria Goretti Dokter
UKM Lanjut Usia Yenti Fatma Perawat
UKM KPLDH dr. Jericho Danika Dokter Umum
UKM Lanjut Usia Yenti Fatma Perawat
F. Jadwal Kegiatan
1. Jadwal kegiatan UKM disusun bersama oleh para penanggungjawab dan pelaksana
program dan disepakati dengan memperhatikan masukan dari sasaran kegiatan, lintas
sektoral dan lintas program untuk menjamin ketepatan waktu dan sasaran
2. Hasil kesepakatan jadwal dilaporkan dan mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas
3. Jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas kemudian disusun
untuk jangka waktu satu tahun dan di break down dalam jadwal bulanan;
30
4. Jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan kemudian dikoordinasikan dan dikomunikasikan
kepada lintas program maupun lintas sektoral
G. STANDAR FASILITAS
Dalam melaksanakan kegiatan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas Kecamatan
Cengkareng memiliki :
1. Tiga buah mobil ambulance
2. Dua mobil operasional
3. Satu LCD proyektor
4. Tiga unit laptop
31
KB set
Spuit
Pita pengukur
Pelayanan gizi Leaflet
Food Model
Timbangan badan dan Mikrotois
Pelayanan pencegahan dan Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit
pengendalian penyakit Poster
Form surveilans
Alat-alat pelindung diri
Alat kebersihan lingkungan
Format laporan
Upaya Perawatan Kesehatan Leaflets penyakit
Masyarakat Form Perkesmas
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Leaflet dan Brosur
Lansia Kit
Buku lansia
Form laporan P3G
Upaya Kesehatan Jiwa Leaflet dan Brosur
Form Skrining Jiwa
Ketuk Pintu Layani Dengan Hati KPLDH Kit
(KPLDH) Form pendataan KPLDH
Tablet berbasis android
Upaya Kesehatan Kerja dan Leaflet dan Brosur
Olahraga Format Laporan
Upaya Pemberdayaan Peran Serta Leaflet dan Brosur
Masyarakat (PPSM) Format Laporan
Peran lintas program secara umum melakukan koordinasi dengan sasaran kegiatan
yang berada di ranah yang sesuai, misal untuk kegiatan UKM dengan sasaran
kegiatan sekolah, seperti penyuluhan PHBS, program Promosi Kesehatan
berkoordinasi dengan program UKS mengenai dukungan kegiatan, fasilitas tempat dan
siswa di sekolah. Penjelasan lebih rinci mengenai identifikasi peran lintas sektor dan
lintas program masing-masing upaya kesehatan masyarakat tercantum di kerangka
acuan kegiatan masing – masing program UKM.
Untuk mencapai tujuan UKM, diperlukan sumber daya manusia yang cakap dan
kompeten dalam bidangnya. Maka, penanggungjawab UKM dengan Kepala Puskemas
melakukan penetapan standar kompetensi dan analisis kesenjangan kompetensi
34
secara berkala. Jika kompetensi belum terpenuhi maka harus dilakukan tindak lanjut
untuk memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan.
2 . Pelaksanaan (Do)
Pelaksanaan kegiatan UKM di Puskesmas Kecamatan Cengkareng sesuai dengan tata
nilai Puskesmas dan prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Hal – hal yang
menjadi kewajiban penanggungjawab UKM dan pelaksana UKM dalam melaksanakan
kegiatan UKM :
a. Melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
terkait penyelenggaraan UKM
b. Melakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi terhadap lingkungan dan
melakukan upaya pencegahan dan/atau meminimalisasi akibat dari risiko yang
terjadi
c. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan mengupayakan pembangunan
berwawasan kesehatan
d. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja UKM secara berkala
I. TATALAKSANA PELAYANAN
1. Tatalaksana Upaya Promosi kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh ,untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
35
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
dengan kondisi dan budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat dapat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bentuk pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah yang diderita ataupun
masalah kesehatan yang berpotensi mengancam.
1. Penanggung jawab: Petugas promkes
2. Perangkat Kerja
Leaflet, Brosur, media timbal balik
Alat peraga penyuluhan
Kamera
Jadwal kegiatan
Buku
Media sosial dan elektronik
Pamflet
Form PHBS
3. Tujuan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal
4. Kegiatan
Kegiatan promosi kesehatan yaitu:
a. pemantauan PHBS
Untuk memetakan perilaku masyarakat, kegiatan berupa pemantauan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Pemantauan PHBS dapat berupa:
pemantauan PHBS tatanan rumah tangga
pemantauan PHBS institusi pendidikan
pemantauan PHBS institusi perkantoran
b. Pembinaan posyandu
c. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung. Untuk
meningkatkan pengetahuan secara langsung, baik penyuluhan
kelompok/penyuluhan masa ataupun penyuluhan perorangan. Sasaran kegiatan
penyuluhan ini diantaranya adalah:
kader
36
ibu hamil/ibumenyusui
calon pengantin
siswa sekolah
remaja
masyarakat lainnya
d. Pembinaan desa siaga
e. UKS dan UKGS
f. Pemberdayaan masyarakat melalui Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD)
g. Kegiatan Program Prioritas
h. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan (Plan)
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan
yangbersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey
masyarakat, indikator pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat.
Rencana ini disusun dan disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas
sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan Tindak Lanjut
penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
39
Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan
usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu
kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional
b. Tujuan
Terbentuknya keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan Prioritas pelayanan KIA
dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari:
a. pelayanan kesehatan ibu hamil
b. pelayanan kesehatan ibu bersalin
c. pelayanan kesehatan ibu nifas
d. Pelayanan kesehatan neonatus, bayi, anak balita dan anak pra sekolah
e. Pelayanan keluarga berencana
4. Tatalaksana
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan
yangbersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring. evaluasi (Check) dan tindak lanjut
5. penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
6. penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
40
7. penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala Satuan
Pelaksana UKM
8. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
9. Melakukan Tindak Lanjut dan evaluasi
41
Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring , evaluasi (Check) dan tindak lanjut
Penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
Penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
Penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi
A.Penyakit Menular
Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria,
demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum
sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta,
filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak,
difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal sudah
sangat menurun, bahkan pada tahun 2014, Indonesia telah dinyatakan bebas polio.
Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian,
dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi masyarakat
dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular. Upaya pengendalian
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk meniadakan sumber atau
agen penularan, baik secara fisik, kimiawi dan biologi.
1. Petugas Penanggung jawab: Dokter
2. Perangkat Kerja
a. Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit
42
b. Form surveilans dan penyelidikan epidemiologi
c. Pedoman KLB
d. Alat pelindung diri (APD)
e. Alat kebersihan lingkungan
f. Alat fogging dan insektisida
g. Alat pelacakan kasus campak (media amies)
3. Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit menular dan melakukan penanggulangan terhadap
penyakit yang berkembang
4. Kegiatan
Kegiatan upaya penanganan penyakit menular meliputi:
1. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
a. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
b. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
c. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/pemantauan
(surveilance ketat) dan logistik.
2. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang
dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
3. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program,
mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat
dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance
For Action).
4. Program Pemberantasan Penyakit Menular
a. Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c. Program Penanggulangan dan Pencegahan HIV
43
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan
pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f. Program Surveilans
- Pencatatan, pelaporan, dan analisa data Sistem Kewaspadaan Dini Respon
KLB (SKDR) mingguan, Surveilans Terpadu Penyakit (STP) bulanan, dan
Data Kematian
- Pemberian POPM Kecacingan
g. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
- Penyelidikan Epidemiologi Kasus DBD
- Fogging Fokus DBD
- Peningkatan wawasan sekolah, guru sekolah, kader, dan jumantik mandiri
terkait DBD
- Pembentukan Jumantik Sekolah
45
penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
6. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi
48
Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d.Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi
49
Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
Melaksanakan upaya perbaikan masalah sesuai dengan hasil pendataan yang
telah dilakukan
Melakukan rujukan kasus sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d.Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi
J. LOGISTIK
Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap
saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara
efisien. Manajemen logistik upaya kesehatan masyarakat Puskesmas Kecamatan
Cengkareng adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan promosi kesehatan menghitung dan merencanakan kebutuhan
media promosi kesehatan berupa leaflet, booklet, buku saku, poster, spanduk, makalah
penyuluhan, buku saku, modul pelatihan, ATK penunjang administrasi dan dokumentasi
kegiatan yang sudah direncanakan. Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan
pada periode waktu tertentu berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan
52
target kinerja pelayanan. Menyesuaikan perencanaan kebutuhan dengan memperhatikan
persediaan awal logistik yang sudah ada.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan logistik untuk menunjang
kegiatan pelayanan promosi kesehatan diatas dengan harga satuan berdasar indeks harga
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta sehingga akan diketahui kebutuhan
anggaran tersebut. Penganggaran kebutuhan logistik Puskesmas Kecamatan Cengkareng
memanfaatkan dana APBD dan BLUD
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan dengan
pembelian materi yang sudah siap pakai, pengadaan sendiri leaflet kesehatan sesuai
kebutuhan perencanaan unit pelayanan dan menerima dropping dari Pemerintah Daerah
DKI Jakarta dan pengadaan sendiri.
D. Penyimpanan
Material logistik yang diperoleh dicatat dan disimpan di gudang alat kesehatan untuk
didistribusikan sesuai kebutuhan pelayanan UKM. Fungsi penyimpanan ini sangat
menentukan kelancaran distribusi, diantaranya untuk mengantisipasi kekosongan material,
menghemat biaya, mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga material, serta mempercepat
pendistribusian karena materi sudah siap pakai. Prinsip FIFO (First In First Out)
diberlakukan di penyimpanan logistik Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
E. Pendistribusian
Pendistribusian logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan UKM. Efisiensi pelaksanaan pendistribusian akan mempengaruhi
kecepatan penyediaan material baru. Penanggung jawab pendistribusian adalah
penanggung jawab gudang alat kesehatan Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Prosedur
baku pendistribusian material promosi kesehatan, meliputi :
1. Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan
2. Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program,jejaring dan jaringan Puskesmas
Kecamatan Cengkareng.
F. Penghapusan
53
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab pengurus barang atas bahan
atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan dengan pemusnahan,
yaitu dibakar atau dipendam/ditanam.
Tabel 4.1. Indikator Program UKM Esensial dan UKM Pengembangan Tahun 2019
No PROGRAM INDIKATOR CAPAIAN
.
1 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Sesuai Standar
2 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Bersalin yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Persalinan Sesuai Standar
3 Kesehatan Ibu Persentase Bayi Baru Lahir yang 100%
dan Anak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
4 Kesehatan Ibu Persentase Balita yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
5 UKS Persentase Anak Usia Sekolah yang 100%
Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar
6 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang 100%
Menular (PTM) Diskrining Faktor Risiko Penyakit Tidak
Menular (PTM)
7 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Penderita Hipertensi 100%
Menular (PTM) yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
8 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Penderita Diabetes 100%
Menular (PTM) Melitus yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
9 Lansia Persentase Warga Negara Indonesia Usia 60 100%
54
Tahun Ke Atas yang Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar
10 Jiwa Persentase Orang dengan Gangguan Jiwa 100%
(ODGJ) Berat yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
11 P2 TBC Persentase orang terduga TBC yang 100%
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
12 P2 HIV Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV 100%
yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
13 Promosi Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup 100%
Kesehatan Sehat (GERMAS) yang dikampanyekan dan
dilaksanakan
14 Kesehatan Ibu Persentase Kasus Kematian Maternal yang 100%
dan Anak Dilakukan Audit
15 Keluarga Persentase Calon Pengantin (Catin) yang 100%
Berencana Melakukan Skrining Kesehatan
16 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Nifas yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Nifas Sesuai Standar
17 Gizi Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan 100%
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
18 Gizi Persentase Anak Balita (Bawah Lima Tahun) 100%
Kurus yang Mendapatkan Makanan
Tambahan.
19 Gizi Persentase Remaja Putri yang Mendapatkan 100%
Tablet Tambah Darah (TTD)
20 Kesehatan Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) yang 100%
Lingkungan Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan
21 Kesehatan Persentase Tempat Pengolahan Makanan 100%
Lingkungan (TPM) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Lingkungan
22 Imunisasi Persentase Kelurahan Universal Child 100%
Immunization (UCI)
23 Imunisasi Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada 100%
Anak Usia 12-23 Bulan
24 Imunisasi Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada 100%
Anak Usia Sekolah Dasar
25 Surveilans Persentase Kasus Suspek Campak yang 100%
Dilakukan Pengambilan Spesimen
26 Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari 100%
55
Sama Dengan 2 per 100.000 Penduduk Usia
Kurang Dari 15 Tahun
27 Surveilans Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) 100%
dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
Dilakukan Investigasi Dalam Waktu Kurang
Dari atau Sama Dengan 24 Jam
28 P2 DBD Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue 100%
(CFR DBD) Kurang Dari 1%
29 Kusta Proporsi Penemuan Kasus Kusta Baru Tanpa 100%
Cacat
30 Ketuk Pintu Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga 100%
Layani Dengan Sehat (IKS) Berkategori Sehat
Hati (KPLDH)
31 Ketuk Pintu Persentase Permasalahan Kesehatan yang 100%
Layani Dengan Diintervensi oleh Tim Ketuk Pintu Layani
Hati (KPLDH) Dengan Hati (KPLDH)
32 Pemberdayaan Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis 100%
Peran Serta Masyarakat (UKBM) Aktif
Masyarakat
(PPSM)
33 Kesehatan Ibu Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B bagi Ibu 100%
dan Anak Hamil
34 Kesehatan Persentase Jemaah Haji yang Mendapatkan 100%
Kerja dan Pembinaan Istitha'ah Kesehatan Haji
Olahraga
35 Kesehatan Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan 100%
Kerja dan diinput status istitha'ah nya ke dalam Sistem
Olahraga Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu
Bidang Kesehatan (Siskohatkes)
56
Operasional adalah pelayanan yang dierikan kepada ibu hamil
minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal 1
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang
dilakukan ole Bidan dan ataun Dokter dan atau
Dokter spesialis Kebidanan baik yang beekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR).
Yang disebut dengan standar pelayanan
antenatal adalah pelayanan yang dilakukan
kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T
yaitu :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
b. Ukur tekanan darah;
c. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA);
d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung
Janin (DJJ);
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan;
h. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila
ada indikasi); yang pemberian pelayanannya
disesuaikan dengan trimester kehamilan.
i. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai
kewenangan;
j. Temu wicara (konseling)
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu
57
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Sumber Data Kohort Ibu Hamil
Standar 100%
58
dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Sumber Data Register Ibu Bersalin
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pengumpulan Data
59
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir sesuai
dengan standar pada kurun waktu satu tahun
Denominator Jumlah semua bayi baru lahir usia 0-28 hari sesuai data
sasaran bayi baru lahir yang ada di wilayah kerja
tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Sumber Data Register Kesehatan Anak
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pengumpulan Data
FORMULA Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir sesuai
dengan
standar pada kurun waktu satu tahun x
100%
Jumlah semua bayi baru lahir usia 0-28 hari
sesuai data sasaran bayi baru lahir yang ada di wilayah
kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun
60
swasta, dan UKBM.
Pelayanan kesehatan tersebut, meliputi :
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun
b) pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali
setahun
c) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.
d) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data
61
kepada setiap anak usia sekolah minimal satu kali pada
kelas 1 sekolah dasar (SD) , kelas 7 Sekolah menengah
pertama (SMP) dan Kelas 10 Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang dilakukan oleh Puskesmas di Provinsi DKI
Jakarta sesuai standar meliputi :
a. Penilaian Status Gizi
b. Pemeriksaan Fisik
c. Penilaian Tanda -tanda vital , tekanan darah, nadi
dan pernapasan
d. Penilaian kesehatan gigi dan mulut
e. Penilaian ketajaman indra penglihatan dengan
Poster snelen
f. Penilaian ketajaman indra pendengaran dengan
garpu Tala
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7 SMP dan
Kelas 10 SMA yang mendapatkan skrining kesehatan di
satuan pendidikan
Denominator Jumlah semua anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7
SMP dan Kelas 10 SMA yang ada di wilayah kerja
Kota/kabupaten dalam kurun waktu satu tahun ajaran
Sumber Data Register Program UKS
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program UKS
Pengumpulan Data
f) Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang Diskrining Faktor Risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM)
Judul Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang
Diskrining Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Deteksi dini penyakit tidak menular
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program PTM
Pengumpulan Data
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program PTM
Pengumpulan Data
65
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
66
Numerator Jumlah Pengunjung berusia 60 tahun keatas yang
mendapat skrining kesehatan sesuai standar minimal 1
kali dalam kurun waktu satu tahun
Denominator Jumlah Penduduk usia 60 tahun keatas yang ada di
wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
Sumber Data Register lansia
Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program Lansia
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah pengunjung berusia 60 tahun ke atas
yang mendapat skrining kesehatan sesuai standar
minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun
X 100 %
Jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
Standar 100%
68
Periode Analisis 1x 3 bulan
Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program P2 TBC
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan
penunjang dalam kurun waktu satu tahun
x100%
Jumlah orang terduga TBC dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
71
Standar 85%
72
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah catin yang melakukan skrining kesehatan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah catin yang terdaftar di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register calon pengantin
Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program Keluarga Berencana
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah catin yang melakukan skrining kesehatan
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah catin yang terdaftar di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
73
dengan rumus:
1,05 x Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk.
b. Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat
dari data BPS masing – masing Kab/Kota/Provinsi
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
q) Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Judul Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Meningkatkan capaian ASI ekslusif di wilayah
Definisi Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI
Operasional Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak
dilahirkan sampai dengan 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain
74
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan Asi
Eksklusif di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Sumber Data Register Gizi
Standar 75%
Penanggung Penanggung Jawab Program Gizi
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI
ekslusif
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
75
Periode Analisis 1x 3 bulan
Standar 90%
Penanggung Penanggung Jawab Program Gizi
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah anak balita kurus
yang mendapatkan makanan tambahan
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah balita kurus di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
77
Numerator Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah TTU yang terdata di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Kesehatan Lingkungan
Standar 65%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah TTU yang terdata di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
78
Numerator Jumlah TPM yang memenuhi syarat Higiene Sanitasi
Pangan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah TPM yang terdata di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Kesehatan Lingkungan
Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah TPM yang memenuhi syarat Higiene Sanitasi
pangan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
X 100 %
Jumlah TPM yang terdata di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
81
FORMULA Jumlah Anak usia Sekolah Dasar yang mendapatkan
imunisasi lanjutan di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah sasaran anak usia Sekolah Dasar yang
mendapatkan imunisasi dasar di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Standar 83%
z) Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari Sama Dengan 2 per 100.000
Penduduk Usia Kurang Dari 15 Tahun
Judul Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari Sama
Dengan 2 per 100.000 Penduduk Usia Kurang Dari 15
Tahun
Dimensi Mutu Kontinuitas
Standar 2 rate
Penanggung Penanggung Jawab Program Surveilans
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)
83
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100.000
Jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
aa) Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang Dilakukan Investigasi Dalam Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam
Judul Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang Dilakukan Investigasi
Dalam Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam
Dimensi Mutu Keamanan
Tujuan Investigasi Penyakit Berpotensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
ab) Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue (CFR DBD) Kurang Dari 1%
Judul Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue (CFR DBD)
Kurang Dari 1%
Dimensi Mutu Efektiivitas
Tujuan Menurunkan angka kematian akibat penyakit DBD
Standar 0,04%
Standar 95%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kusta
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah kasus kusta baru yang ditemukan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
86
ad) Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS) Berkategori Sehat
Judul Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
Berkategori Sehat
Dimensi Mutu Kontinuitas
87
Jumlah Keluarga yang Sudah Terdata melalui
Program Keluarga Sehat
Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program KPLDH
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Diintervensi
(UKP dan UKM Primer) oleh Tim KPLDH X
100 %
Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Ditemukan
oleh Tim KPLDH
88
af) Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Aktif
Judul Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Aktif
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan
Tujuan Peningkatan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
Definisi UKBM Aktif adalah UKBM yang aktif dan rutin melakukan
Operasional kegiatan di suatu wilayah tertentu dan melaporkan hasil
kegiatannya setiap tahun secara berjenjang
Frekuensi 1x setahun
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah UKBM yang aktif melakukan kegiatan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah sasaran UKBM (atau jumlah yang ada saat ini
jika jumlah sasaran telah tercukupi) di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Register UKBM
Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program PPSM
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah UKBM yang aktif melakukan kegiatan
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah sasaran UKBM (atau jumlah yang ada saat ini
jika jumlah sasaran telah tercukupi) di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
89
B.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Deteksi dini
Hepatitis B di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah seluruh Ibu Hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Hepatitis
Standar 50%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Ibu hamil yang mendapatkan Deteksi dini
Hepatitis di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh ibu hamil di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
90
Data
Periode Analisis 1x setahun
ai) Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan diinput status istitha'ah nya ke
dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Judul Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan diinput
status istitha'ah nya ke dalam Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Dimensi Mutu Kesinambungan
Tujuan Memudahkan petugas untuk melakukan monitoring
status kesehatan Jemaah Haji
Definisi Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Bidang
Operasional Kesehatan (Siskohatkes) adalah aplikasi yang berisi
status kesehatan jemaah haji sebagai alat bantu untuk
monitoring kesehatan jemaah haji
Frekuensi 1x setahun
Pengumpulan
Data
91
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah Jemaah Haji yang Ditetapkan dan Diinput Status
Istitha'ah-nya ke Dalam Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Denominator Jumlah Jemaah Haji yang Telah Mendapatkan Penilaian
Isthithaah Kesehatan Haji
Sumber Data Siskohatkes
Standar 100%
92
BAB V
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng
1. Pelayanan kesehatan dalam gedung :
a. Unit Layanan Umum
b. Unit Layanan Gigi
c. Unit Layanan PTM (Penyakit Tidak Menular)
b. Unit Layanan Lansia (Lanjut Usia)
c. Unit Layanan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
d. Unit Layanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
e. Unit Layanan Mandiri (IMS dan VCT)
f. Unit Layanan Terpadu Rumatan Metadhone
g. Unit Layanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
h. Unit Layanan Imunisasi
i. Unit Layanan KB (Keluarga Berencana)
j. Unit Layanan Gizi
k. Unit Layanan Paru dan Booth Sputum
l. Unit Layanan Mata
m. Unit Layanan Kedokteran Jiwa
n. Ruangan Persalinan
o. Unit Layanan 24 jam
p. Unit Layanan Pendaftaran
q. Unit Layanan Rekam Medis
r. Unit Layanan Farmasi
s. Unit Layanan Laboratorium
t. Unit Layanan Pemeriksaan Calon Pengantin
u. Unit Layanan JKN-KIS PBI APBD
v. TFC (Theurapeutic Feeding Centre)
w. Unit Layanan PAL
x. Unit Layanan Gudang Obat
y. Unit Layanan Akupresure
2. Pelayanan Kesehatan luar gedung :
a. Unit Layanan Kesehatan Kelurahan
93
1) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Kapuk
2) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Cengkareng Timur
3) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Rawa Buaya
b. Unit Layanan Kesehatan Panti
1) Pelayanan Kesehatan Panti Bina Laras Harapan Sentosa 1
2) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I (PSBI)
3) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia IV (PSTW)
4) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama IV (PSAA)
5) Pelayanan Kesehatan Panti Uswatun Hasanah
c. Pelayanan Kesehatan Pasar
1) Pelayanan Kesehatan Pasar Cengkareng
2) Pelayanan Kesehatan Pasar Ganefo
3) Pelayanan Kesehatan Pasar Bojong
d. Pelayanan Kesehatan Rusun
1) Pelayanan Kesehatan Rusunawa Pesakih
D. Indikator Keluaran
Monitoring evaluasi Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
INDIKATOR MUTU UKP:
1. INDIKATOR AREA KLINIS
N
Indikator Area Klinis Standar
o
a Unit Layanan Umum
Kesesuaian diagnosis infeksi saluran pernafasan akut sesuai
100%
keputusan menteri kesehatan no.514 tahun 2015
94
e Unit Layanan KIA
Kelengkapan pengisian P4k pada Buku KIA 100%
Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 100%
f Unit Layanan MANDIRI
Loss follow up ARV >3 bulan tidak datang ambil obat <5%
g Unit Layanan MTBS
Pemberian KIE PPINH pada keluarga kontak positif TB 100%
h Unit Layanan Imunisasi
Kelengkapan Imunisasi Lanjutan 95%
i Unit Layanan KB
waktu tunggu pasien kurang dari 60 menit 100%
tidak ada kegagalan IUD 95%
tidak ada komplikasi IUD pada pasien baru 95%
j Unit Layanan Gizi
Sisa Makanan yang Tidak Dimakan Pasien ≤ 25 %
k Unit Layanan Paru
Tingkat kepatuhan minum obat pasien TB MDR 100%
l Unit Layanan Mata
merujuk pasien dengan diagnosa katarak visus kurang /sama
100%
dengan 0,3
m Ruang Bersalin
Penanganan kasus poned oleh tim PONED 100%
Kematian Bayi 0%
N Unit Layanan 24 Jam
Triase <10 menit untuk tindakan medis 100%
Penggunaan APD di dalam setiap tindakan medis 100%
Keluhan Pelanggan/ Pasien 0%
O Unit Layanan Pendaftaran
Jumlah pasien yang dilayani < 4 menit 85%
P Unit Layanan Rekam Medis
Kelengkapan pengisian Rekam Medis setelah selesai pelayanan 100%
95
Q Unit Layanan Farmasi
Tidak ada Kesalahan Pemberian Obat di Layanan Farmasi 100%
Waktu Tunggu Obat Racikan <15 menit 100%
R Unit Layanan Laboratorium
Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik
100%
Hematologi rutin & kimia darah (CITO) dalam 30 menit
Tidak adanya kejadian tertukar spesimen 100%
S Unit Layanan Calon Pengantin
Pengambilan sertifikat catin 1x 24 jam 90%
T Unit Layanan JKN-KIS PBI APBD
Pengiriman data mutasi sebelum cut off 100%
U Unit Layanan PAL
Ketepatan indikasi dan penggunaan obat pada tindakan
100%
nebulisasi
V Unit Layanan Gudang Obat
Evaluasi Ketersediaan Obat di gudang sesuai formularium 100%
obat kadaluarsa di gudang 0%
E. URAIAN INDIKATOR
INDIKATOR AREA KLINIS
a. Unit Layanan Umum
96
Kesesuaian diagnosis gangguan
saluran pernapasan bagian atas
sesuai Keputusan Menteri
JUDUL INDIKATOR Kesehatan no. 514 tahun 2015
DIMENSI MUTU Keselamatan
Menghilangkan diagnosa ISPA yang tidak sesuai
TUJUAN dengan KMK no. 514 tahun 2015
ISPA merupakan kumpulan gejala untuk penyakit
infeksi saluran pernapasan akut, namun tidak
masuk dalam kumpulan diagnosa berdasarkan
DEFINISI OPERASIONAL KMK no.514 tahun 2015
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien yang terdiagnosa dengan ISPA
NUMERATOR yang sesuai dengan KMK no. 514 tahun 2015
DENOMINATOR Jumlah pasien yang terdiagnosa dengan ISPA
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
98
TTV nya
Jumlah total pasien yang berkunjung ke poli PTM
DENOMINATOR – Lansia
SUMBER DATA Register poli PTM - Lansia, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
101
datang untuk imunisasi Lanjutan
SUMBER DATA Buku Imunisasi lanjutan
STANDAR 95%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
i. Unit Layanan KB
Pelayanan KB dilayani oleh bidan bersertifikat
JUDUL INDIKATOR CTU
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
Terselenggaranya pelayanan di unit layanan KB
TUJUAN sesuai standart
Pelayanan KB dilaksanakan oleh bidan yang
telah memiliki sertifikat CTU (Contraception
DEFINISI OPERASIONAL technology update)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Pelayanan KB dilaksanakan oleh bidan yang
telah memiliki sertifikat CTU (Contraception
NUMERATOR technology update
DENOMINATOR Seluruh pasien KB
SUMBER DATA Register unit layanan, sertifikat CTU
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
104
0.3 yang akan diedukasi agar mau dirujuk
Jumlah pasien dengan diagnosa katarak dengan
DENOMINATOR visus ≤ 0.3
SUMBER DATA Buku bantu edukasi ,rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
m. Layanan Persalinan
JUDUL INDIKATOR Penanganan Kasus Poned oleh Tim Poned
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Semua kasus PONED dapat ditangani oleh Tim
TUJUAN PONED
Tim PONED adalah tim yang terdiri dari satu
dokter dan 2 paramedis yang sudah dilatih
PONED dan mempunyai sertifikat pelatihan,
dinyatakan tim PONED apabila salah satu dari
DEFINISI OPERASIONAL anggota tim telah dilatih PONED dan bersertifikat
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
105
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
106
JUDUL INDIKATOR Keluhan pelanggan/pasien
DIMENSI MUTU Kepuasan pelanggan/ pasien
Merupakan usaha dalam upaya peningkatan
mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di
TUJUAN lingkup fasilitas kesehatan
Keluhan/ kritikan/ masukan atau sikap yang
ditunjukkan oleh pelanggan/pasien atas
jasa/layanan setelah mereka memperoleh dan
DEFINISI OPERASIONAL menggunakannya
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
109
bulan
Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium
DENOMINATOR yang disurvey dalam bulan tersebut
SUMBER DATA Survai Pasien
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
Contoh laporan
Monitoring Ketepatan Monitoring Waktu
N Tenaga Elemen Identifikasi Pendaftaran
Tanggal NO RM
o Kesehatan Dan Bukti Tidak <4 >4
Sesuai
Identitas Sesuai menit menit
113
1 1/8/2016 0032514 Ade Kurnia Bintang √ - √ -
Rino
Wengi, 6
Th 5 Bln,
Sinky Adi
Wibowo,
Kapuk
rawa
gabus
RT.13/11
2 1/8/2016 0032505 Endra Rizki - √ - √
Aditiya,
4Th 7Bln,
Yahya, Jl
Pasar
darurat RT
012/012
a. Ketepatan Prosedur
Kesesuaian Layanan medis dengan prosedur
JUDUL INDIKATOR Klinis
DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien melakukan
TUJUAN layanan medis yang sesuai dengan prosedur klinis
Kesesuaian layanan medis adalah ketepatan
pemberian layanan medis dengan prosedur klinis
DEFINISI OPERASIONAL yang disepakati bersama.
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pelayanan medis secara sampling yang
NUMERATOR dilakukan sesuai dengan prosedur klinis
DENOMINATOR Jumlah pelayanan medis yang disampling
(sampling sesuai dengan tabel Krejcie –Morgan)
114
SUMBER DATA Rekam medis, Daftar tilik layanan medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
Contoh laporan
NAMA HASIL RENCANA
TINDAK
NO DOKUMEN DAFTAR ANALISA TINDAK EVALUASI
LANJUT
SOP TILIK (%) LANJUT
1
2
115
Instruksi Verbal Yang Ditulis-Baca- Ulang-
JUDUL INDIKATOR konfirmasi dalam 24 jam
DIMENSI MUTU Keselamatan, efektifitas, kesinambungan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien dan
tergambarnya efektifitas pelayanan dengan
TUJUAN peningkatan komunikasi efektif
Komunikasi efektif atas instruksi verbal viat
telpon menggunakan metode SBAR / TBK (Tulis
DEFINISI OPERASIONAL - Baca Kembali konfirmasi dalam 24 jam)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah proses instruksi verbal secara sampling
yang terdokumentasi sesuai dengan metode
NUMERATOR SBAR
DENOMINATOR Jumlah proses instruksi verbal yang disampling
SUMBER DATA Sampling, pengamatan
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
116
JUDUL INDIKATOR Kepatuhan Petugas Mencuci Tangan
DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien dengan
TUJUAN kepatuhan petugas mencuci tangan
Kepatuhan petugas mencuci tangan adalah
kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
6 langkah cuci tangan.
Poin yang disepakati :
DEFINISI OPERASIONAL Petugas tepat melakukan 6 langkah cuci tangan
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah proses cuci tangan yang diamati yang
NUMERATOR sesuai dengan prosedur
DENOMINATOR Jumlah proses cuci tangan yang diamati
SUMBER DATA Sampel, pengamatan, daftar tilik
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP/Tim mutu
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%
BAB VI
AUDIT INTERNAL
A. Konsep Audit Internal: Esensi Audit, Aktifitas Audit, Auditor Internal, Tahapan Audit
Internal
1. Pengertian Audit Internal, Auditor Internal Dan Tahapan Audit Internal
Audit merupakan kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui
interaksi secara sistematis, objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada
azas penggalian nilai atau manfaat dengan cara membandingkan antar standar
yang telah disepakati bersama dengan apa yang dilaksanakan/diterapkan di
119
lapangan.Interaksi dalam pelaksanaan audit dilakukan secara sistematis, melalui
kegiatan pemeriksaan, pengukuran, dan penilaian, yang berujung pada penarikan
kesimpulan. Audit merupakan proses yang mandiri, terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan menilai secara objektif dalam menentukan sejauh
mana kriteria audit telah dipenuhi.
Pada dasarnya audit dilakukan dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam
upaya meningkatkan mutu atau kinerja organisasi dalam upaya mencapai visi, misi
dan tujuan organisasi. Audit internal merupakan salah satu mekanisme
pengawasan dan pengendalian internal untuk manajemen Puskesmas. Audit
dilakukan dengan cara mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan
berupa data, hasil analisa, penilaian, yang hasilnya berupa rekomendasi auditor.
Hasil audit tersebut dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan perubahan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
fungsi organisasi.
Dikenal ada dua jenis audit, yaitu: audit eksternal dan audit internal. Audit eksternal
adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi menggunakan standar
tertentu. Akreditasi Puskesmas merupakan salah bentuk audit eksternal yang
dilakukan berdasarkan standar akreditasi oleh Komisi Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Audit internal adalah suatu proses penilaian yang
dilakukan di dalam suatu organisasi oleh auditor internal yang juga adalah
karyawan yang bekerja pada organisasi tersebut, untuk kepentingan internal
organisasi tersebut.
Audit internal harus dapat memastikan sistem manajemen mutu cukup mendukung
kemampuan puskesmas menampilkan bukti yang valid dan membuka peluang
untuk continuous Improvement. Audit dilakukan berdasarkan kriteria audit. Kriteria
audit adalah kriteria yang digunakan untuk melakukan audit yang dapat berupa
standar, prosedur, indikator dan target kinerja yang digunakan dalam penilaian
audit. Fakta yang ada di lapangan merupakan bukti audit, yaitu rekaman,
pernyataan fakta atau informasi lain yang relevan dengan kriteria audit dan dapat
diverifikasi.
Dengan membandingkan bukti audit dengan kriteria audit, diperoleh temuan audit,
yaitu hasil evaluasi bukti audit yang dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan
audit dapat menunjukkan kesesuaian atau ketidak sesuaian terhadap kriteria audit,
atau peluang perbaikan.
122
dapat melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
b. TUJUAN KHUSUS
1) Terlaksananya monitoring implementasi sistem manajemen mutu yang
diterapkan di Puskesmas.
2) šdengan persyaratan atau kriteria audit
3) Tersedianya data yang valid.
4) Teridentifikasinya peluang yang cukup untuk melakukan perbaikan terus-
menerus (continuous Improvement)
5) Terukurnya kinerja individu, maupun kinerja unit dan institusi
124
c. Meminta penjelasan dari auditee (yang di-audit). Auditor dapat melakukan
wawancara, meminta penjelasan atau klarifikasi pada auditee tentang kegiatan
yang dilakukan.
d. Meminta peragaan dilakukan oleh auditee.
Jika diperlukan auditor dapat meminta auditee untuk memperagakan kegiatan
yang seharusnya dapat dilakukan oleh auditee.
e. Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria.
Auditor harus membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria audit yang
sudah ditetapkan.
f. Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi.
Auditor dapat meminta bukti-bukti kegiatan transaksi yang dilakukan oleh
auditee.
g. Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas.
Jika dalam lingkup audit termasuk pemeriksaan fasilitas, maka auditor dapat
melakukan pemeriksaan fisik terhadap fasilitas maupun peralatan yang ada.
h. Pemeriksaan silang (cross-check).
Untuk meyakinkan kebenaran dari bukti yang ada, auditor dapat melakukan
verifikasi dengan pemeriksaan silang.
i. Mengakses catatan yang disimpan auditee.
Auditor harus diberi kewenangan untuk akses terhadap catatan- catatan yang
disimpan auditor terkait dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan.
j. Mewawancarai auditee.
Proses interaksi auditor dan auditee dilakukan melalui wawancara.
k. Menyampaikan angket survey.
Jika diperlukan auditor dapat menyampaikan angket survey kepada pelanggan.
l. Menganalisis data.
Semua bukti-bukti yang diperoleh dianalisis oleh auditor dengan mencocokkan
dengan standar/kriteri untuk menarik kesimpulan.
6. Auditor Internal
Auditor internal adalah karyawan Puskesmas yang dipilih oleh Kepala Puskesmas
untuk melakukan audit internal. Karyawan tersebut harus memiliki kompetensi
untuk melakukan audit internal. Auditor internal berperan sebagai katalisator untuk
mempercepat perubahan dalam upaya memastikan kebijakan mutu yang
ditetapkan dilaksanakan dalam pelayanan, memberdayakan sistem manajemen
mutu, memperbaiki sistem pelayanan, dan meningkatkan kinerja pelayanan.
a. Atribut Auditor Internal.
125
Auditor sebaiknya memiliki kepribadian untuk menjamin kemampuan bertindak
sesuai dengan prinsip audit :
1. Etis, yaitu adil, menyatakan yang sebenarnya, tulus, jujur dan bijaksana
2. Terbuka, yaitu mau mempertimbangkan pandangan atau ide- ide alternatif
3. Diplomatis, yaitu bijaksana dalam menghadapi orang lain
4. Suka memperhatikan, yaitu secara aktif menyadari kegiatan dan
lingkungen fisik yang ada disekitarnya
5. Cepat mengerti, yaitu secara naluriah menyadari dan mampu memahami
situasi
6. Luwes, yaitu selalu siap menyesuaikan diri untuk situasi yang berbeda
7. Tangguh, yaitu teguh, fokus pada pencapaian tujuan
8. Tegas, yaitu menghasilkan kesimpulan dengan tepat waktu berdasarkan
alasan dan analisis logis
9. Percaya diri, yaitu bertindak dan berfungsi secara independen ketika
berinteraksi dengan orang lain secara efektif
128
Tahap II : Tahap pengumpulan data.
Dengan menggunakan instrumen audit yang disusun berdasarkan
standar tertentu, misalnya standar akreditasi, standar/pedoman
program, standar pelayanan minimal, standar/indikator kinerja,
untuk mengukur tingkat kesesuaian terhadap standar tersebut.
Untuk dapat mengumpulkan data dengan baik, harus disusun
instrumen audit berdasarkan standar/kriteria yang telah
ditetapkan
Tahap III : Tahap analisis data audit, perumusan masalah, prioritas masalah
dan rencana tindak lanjut audit.
Hasil pengumpulan data dianalisis dengan cara membenturkan
dengan standar/kriteria yang digunakan, dengan demikian akan
diperoleh temuan-temuan berupa ketidak sesuaian.Temuan-
temuan tersebut dibahas bersama dengan auditee untuk
menentukan prioritas masalah yang harus ditindaklanjuti oleh
auditee dengan kegiatan dan batas waktu penyelesaian yang
disepakati bersama.
Tahap IV : Tahap pelaporan dan diseminasi hasil audit.
Keseluruhan hasil audit harus dilaporkan kepada Kepala
PUSKESMAS, dan disampaikan kepada unit yang diaudit.
129
1. Tujuan audit:
Tim audit harus menentukan tujuan audit, yaitu untuk melakukan penilaian
kinerja dibandingkan dengan standar tertentu.
2. Lingkup audit:
Dalam rencana audit harus dijelaskan lingkup audit, yaitu unit kerja yang akan
diaudit, misalnya unit pelayanan gawat darurat.
3. Objek audit:
Rencana audit juga harus menjelaskan apa saja yang akan diaudit sebagai
objek audit, misalnya proses pelaksanaan triase dalam pelayanan gawat
darurat.
4. Alokasi waktu:
Alokasi waktu yang akan digunakan dalam kegiatan audit juga harus
ditetapkan, dengan kejelasan penjadualan kegiatan.
5. Metoda audit:
Metoda yang akan digunakan dalam kegiatan audit harus dijelaskan dalam
rencana audit.
6. Persiapan audit:
Persiapan audit meliputi: persiapan auditor, penetapkan kriteria audit, dan
penyusunan instrumen audit.
7. Jadual program audit satu tahun.
Sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam standar akreditasi, puskesmas
perlu menyusun rencana kegiatan audit selama satu tahun, dan secara
periodik dilakukan, misalnya pada bulan Januari dilakukan audit untuk upaya
Kesehatan Ibu dan Anak, maka pada bulan April dilakukan audit ulang untuk
mengetahui kemajuan yang sudah dilakukan.
Selanjutnya disusun rencana audit untuk tiap-tiap unit kerja yang akan diaudit,
yang berisi rincian kegiatan audit, seperti contoh pada lampiran 2.
C. Tehnik Audit Dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada pelaksanakan audit dilakukan dengan berbagai metoda,
antara lain adalah:
1. Mewawancarai auditee.
Awal kegiatan audit dimulai dengan pertemuan awal antara auditor dan auditee.
Auditor perlu menjelaskan peran auditor, tujuan audit, lingkup audit, meminta
pendapat pihak yang diaudit tentang permasalahan utama yang mereka hadapi,
130
waktu pelaksanaan audit, siapa saja yang akan ditemui selama proses audit,
dan bagaimana menyampaikan hasil temuan dan mendiskusikan temuan dan
tindak lanjut, serta pelaporan audit.
Pada akhir kegiatan audit, auditor juga harus menjelaskan hasil-hasil temuan,
dan rekomendasi untuk ditindak lanjuti, dan membahas bersama dengan
auditee tindak lanjut yang akan dilakukan untuk perbaikan.
Audit merupakan proses yang memerlukan interaksi antara auditor dan
auditee. Komunikasi antara auditor dan auditee perlu dibina sehingga proses
audit dapat berjalan dengan lancar. Wawancara merupakan salah satu metoda
penting dalam pelaksanaan kegiatan audit dalam upaya memperoleh informasi
dan melakukan konfirmasi.
Pada proses pelaksanaan audit, akan terjadi interaksi antara auditor dengan
auditee. Auditor perlu mempersiapkan kegiatan wawancara dengan auditee.
Dalam melakukan wawancara perlu diperhatikan: apa tujuan dilakukan
wawancara, informasi apa yang ingin diperoleh dari wawancara, lakukan
wawancara di tempat kerja, jika diperlukan dapat disampaikan awal tentang
topik yang akan dibahas dalam wawancara, dan siapkan instrumen
wawancara.
Dalam melakukan wawancara, auditor dapat langsung menanyakan pada
pokok permasalahan, tetapi juga bisa mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan yang tidak langsung pada permasalahan untuk memperluas
diskusi agar dapat melakukan eksplorasi. Pada saat melakukan wawancara,
auditor perlu memperhatikan auditee yang diwawancara, informasi yang ingin
didapatkan, ketersediaan waktu, dan maksud serta tujuan audit.
Wawancara perlu direncanakan dengan matang. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan wawancara adalah:
a. Kejelasan tujuan dari kegiatan wawancara
b. Informasi apa saja yang ingin diperoleh
c. Saat yang tepat untuk melakukan wawancara, antara lain ketika kegiatan
pelayanan tidak terlalu sibuk
d. Tujuan wawancara/ audit harus disampaikan pada auditee
e. Pemberitahuan jadual kegiatan wawancara dalam proses audit
f. Siapkan instumen untuk melakukan wawancara
131
g. Siapkan alat untuk mencatat/merekam kegiatan wawancara
Lakukan bina suasana sebelum melakukan wawancara, ciptakan suasana
yang informal dan relaks, diskusikan juga lama waktu yang disepakati
bersama untuk melakukan wawancara.
Auditor memulai dengan menanyakan hal-hal yang umum tidak langsung pada
pokok permasalahan yang ingin digali. Auditor perlu menunjukkan sikap yang
ramah, tidak terkesan sebagai investigator, dan perlu memperhatikan kondisi
emosi dari auditee. Upayakan agar kegiatan wawancara tidak kaku, cukup
santai, tidak formal, dan alamiah. Perhatikan juga kesibukan dari auditee
sehingga awal membina hubungan tidak terlalu lama,dan dapat mulai untuk
melakukan wawancara pada pokok
permasalahan.
Dalam proses wawancara, auditor tidak boleh memandang rendah auditee,
misalnya auditee adalah staf baru, auditor harus menunjukkan perhatian pada
auditee, mengupayakan kontak mata, mampu mendengarkan dengan efektif,
tidak menyela pembicaraan auditee, kecuali jika auditee berbicara di luar topik.
Pada proses wawancara, tujuan auditor mencari fakta, maka jangan beradu
argumentasi, menyatakan tidak setuju, atau tidak mempercayai apa yang
dikatakan oleh auditee. Jika auditee tidak yakin dengan apa yang dikatakan,
pertimbangkan untuk melakukan uji silang dengan karyawan lain, atau lakukan
penelusuran pada dokumen atau rekaman. Auditor juga harus mampu
mengarahkan wawancara
pada arah yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh auditor ketika melakukan
wawancara:
a. Tidak memandang rendah auditee
b. Menunjukkan sikap ramah, kepedulian
c. Mengupayakan kontak mata
d. Berikan senyuman, dan kalau perlu anggukkan kepala sebagai tanda
bahwa auditor memahami apa yang dikatakan oleh auditee
e. Menghindari kata-kata yang akan menyakiti hati auditee
f. Tidak terpancing untuk berargumentasi dengan auditee
g. Jika auditee tampak tidak paham dengan pertanyaan yang diajukan,
jelaskan ulang apa yang ditanyakan
132
h. Bersikap sabar
i. Auditor harus bisa membedakan antara fakta dan pendapat dari auditee
j. Auditor perlu menghindari sikap atau komentar yang menunjukkan
ketidaksetujuan, atau ketidakpercayaan terhadap apa yang dikatakan oleh
auditee.
k. Mengarahkan pembicaraan untuk tidak lepas dari tujuan wawancara,
jangan sampai auditor tergiring oleh suasana atau jawaban auditee yang
keluar dari konteks permasalahan, dengan cara mengarahkan kembali
kepada pokok permasalahan tanpa menyinggung perasaan dari auditee.
l. Pada saat pelaksanaan wawancara hindari sikap menginterogasi, berikan
kesempatan pada auditee untuk berbicara, upayakan auditor tidak lebih
banyak berbicara, tetapi lebih banyak mendengarkan.
133
Pada saat mengakhiri proses wawancara, perlu diperhatikan:
a. Ucapan terimakasih kepada auditee
b. Menyampaikan pada auditee tentang kesediaan auditee untuk
diwawancara lagi jika masih ada yang belum jelas dan perlu
ditanyakan di kemudian hari.
c. Buat simpulan tentang hasil wawancara yang disetujui bersama
134
Ada dua jenis dokumen yang perlu diperiksa oleh auditor, yaitu dokumen
regulasi berupa kebijakan, pedoman, panduan, dan SOP, dan dokumen yang
berupa rekam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan dokumen regulasi dapat
ditelusur pelaksanaan kegiatan dengan melihat langsung pelaksanaan
kegiatan, atau dengan melihat dokumen yang merupakan rekam kegiatan.
Auditor meminta kepada auditee untuk dapat mengakses dokumen-dokumen
tersebut.
135
wawancara, daftar tilik atau pedoman untuk pengamatan/observasi, pedoman
untuk telusur dokumen atau rekaman.
D. ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan fakta yang diperoleh pada
waktu proses pengumpulan data dengan kriteria audit yang telah ditetapkan. Bila
ditemukan kesenjangan antara fakta dengan kriteria audit, maka auditor bersama
auditee melakukan analisis lebih lanjut untuk mengenal penyebab timbulnya
kesenjangan, dan menyusun rencana tindak lanjut.
Kesenjangan yang ditemukan terhadap standar/kriteria yang digunakan dalam
audit dibahas bersama dengan auditee. Auditor bersama dengan auditee
melakukan analisis penyebab masalah dengan menggunakan pohon masalah atau
diagram tulang ikan untuk mengenali akar-akar penyebab masalah. Berdasarkan
akar-akar penyebab masalah tersebut dikembangkan alternatif perbaikan, untuk
disepakati alternatif terbaik untuk menyelesaikan kesenjangan yang dituangkan
dalam rencana tindak lanjut.
Pada kegiatan audit ulang, tim audit perlu membandingkan hasil audit yang
sekarang dengan hasil audit yang sebelumnya, apakah upaya-upaya perbaikan
yang disepakati bersama sudah dilaksanakan dan menghasilkan perbaikan.
136
4. Objek audit:
Sebagaimana pada rencana audit, dalam laporan audit juga dijelaskan apa saja
yang diaudit.
5. Standar/Kriteria yang digunakan untuk melakukan audit.
Laporan audit harus jelas menjelaskan standar/kriteria yang digunakan sebagai
pembanding dalam pelaksanaan kegiatan audit.
6. Auditor.
Personil yang melakukan audit harus dijelaskan dalam laporan audit.
7. Proses audit.
Dalam laporan audit, metoda, proses pelaksanaan audit dan jadual
pelaksanaan audit harus dijelaskan.
8. Hasil dan analisis hasil audit.
Hasil audit dianalisis, dalam laporan audit dijelaskan temuan audit yang
merupakan ketidaksesuaian fakta dengan standar/kriteria audit. Analisis
mengapa terjadi kesenjangan juga harus dijelaskan dalam laporan audit.
9. Rekomendasi dan batas waktu penyelesaian yang disepakati oleh auditee.
Berdasarkan hasil audit, auditor diwajibkan untuk memberikan rekomendasi
perbaikan dengan adanya kesepakatan dari pihak auditee untuk
menyelesaikannya.
137
BAB VII
TINJAUAN MANAJEMEN
138
7. Hasil pertemuan harus ditindak lanjuti. Berdasarkan rekomendasi yang
dihasilkan dalam pertemuan tinjauan manajemen, direncanakan kegiatan tindak
lanjut.
8. Pelaksanaan tindak lanjut harus dipantau. Penanggung jawab mutu bersama
dengan tim mutu mempunyai kewajiban untuk memantau tindak lanjut terhadap
rekomendasi tinjauan manajemen.
9. Pihak manajemen dan pelaksana yang terkait diundang dalam pertemuan
10. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan
tinjauan manajemen sebelumnya
11. Dilaksanakan dengan agenda yang jelas. Agenda pertemuan tinjauan
manajemen harus disusun oleh Penanggung jawab mutu.
12. Menghasilkan luaran: rencana perbaikan, rencana peningkatan kepuasan
pelanggan, rencana pemenuhan sumber daya, rencana perubahan-perubahan
untuk mengakomodasi persyaratan yang diminta oleh pelanggan/pengguna.
139
Pada pembukaan pertemuan tinjauan manajemen, penanggung jawab mutu
menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan tinjauan manajemen.
2. Pengarahan oleh Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas diberi kesempatan untuk memberikan arahan pada
pertemuan tinjauan manajemen untuk menyampaikan prioritas permasalahan
yang perlu dibahas dan prioritas perbaikan yang akan dilakukan oleh Puskesmas
3. Pembahasan hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu
Hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu, rekomendasi, tindak lanjut, dan
hasil-hasil yang sudah dicapai, serta hambatan dalam pelaksanaan tindak lanjut
harus dibahas.Tindak lanjut yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas untuk
mengatasi hambatan yang ada.
4. Pembahasan hasil audit internal
Hasil audit internal terutama yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas pada
pertemuan tinjauan manajemen untuk dapat ditindak lanjuti.
5. Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan.
Umpan balik pelanggan, upaya menanggapi umpan balik juga harus dibahas
dalam pertemuan tinjauan manajemen.
6. Pembahasan hasil survey kepuasan pelanggan.
Hasil survey pelanggan perlu disampaikan, untuk ditindak lanjuti dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
7. Pembahasan hasil penilaian kinerja.
Pertemuan tinjauan manajemen membahas capaian kinerja selama satu
semester, untuk ditindak lanjuti dalam perencanaan kegiatan satu semester
mendatang. Perubahan strategi dalam mencapai target kinerja dapat dibahas
dalam pertemuan.
8. Masalah-masalah operasional yang terkait dengan sistem manajemen mutu, dan
pelayanan UKM dan UKP
9. Rekomendasi untuk perbaikan. Keseluruhan pembahasan yang dilakukan dalam
pertemuan tinjauan manajemen menghasilkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
10. Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan.
Berdasarkan rekomendasi disusun rencana perbaikan berupa kegiatan- kegiatan
yang akan dilakukan.
11. Penutup.
140
Penanggung jawab mutu menutup pertemuan dengan membacakan kesimpulan
dan rekomendasi.
141
UKM.
142
pertemuan tinjauan manajemen. Tindak lanjut terhadap rekomendasi hasil
pertemuan tinjauan manajemen dipantau oleh penanggung jawab mutu.
143
BAB VIII
PENUTUP
144