LP Hepatitis Kelompok 6
LP Hepatitis Kelompok 6
LP Hepatitis Kelompok 6
DISUSUN OLEH
MAHASISWA S1 KEPERAWATAN TINGKAT II B
KELOMPOK 6:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………..
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Konsep umum dasar hepatitis......................................................
2.2 Anatomi Fisiologi Hepar.............................................................
2.3 Etiologi …………………………………………………………
2.4 Klasifikasi…..…………………………………………………...
2.5 Patofisiologi…………………………………………………….
2.6 Manifestasi Klinis………………………………………………
2.7 Komplikasi……………………………………………………..
2.8 Pemeriksaan penunjang………………………………………..
2.9 Penatalaksanaan Medis………………………………………..
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola
makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan,
bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit
ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati
yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan
metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupakan
salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih
dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu
meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa
konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Bar, 2002).
Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 juta orang
di dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang
meninggal setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah
penting di Indonesia yang merupakan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia
(Wening Sari, 2008). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam
Anna (2011) menyebutkan, hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi
virus hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta orang di antaranya berlanjut jadi
infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per tahun
karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di Indonesia
diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk. Hepatitis B termasuk
pembunuh diam-diam karena banyak orang yang tidak tahu dirinya terinfeksi
sehingga terlambat ditangani dan terinfeksi seumur hidup. Kebanyakan kasus
infeksi hepatitis B bisa sembuh dalam waktu enam bulan, tetapi sekitar 10 persen
infeksi bisa berkembang menjadi infeksi kronis. Infeksi kronis pada hati bisa
menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan ikat pada hati sehingga hati
berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam jangka panjang
penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hepatitis
dan sedikit pada regio hyochondrium sinistra. Pada lobus ini, terdapat impressio
gastrica, tuber omentale, dan appendix fibrosa hepatis.
Sekarang, kita akan membahas sedikit tentang facies hepatis. Facies hepatis
terdiri dari facies diaphragmatica dan facies visceralis hepatis. Facies
diaphragmatica (sisi yang berhadapan dengan diaphragma) pada facies
anteriornya (sisi depan facies diaphragmatica) terdiri dari margo anterior
hepatis dan perlekatan ligamentum falciforme hepatis, sedangkan pada facies
superiornya (sisi atas facies diaphragmatica) terdapat impressio cardiaca dan pars
affixa hepatis (bare area).
2. Omentum minus
3. Ligamentum coronarium hepatis
4. Ligamentum triangulare hepatis
5. Ligamentum teres hepatis
6. Ligamentum venosum Arantii
7. Ligamentum hepatorenale
8. Ligamentum hepatocolicum
Ligamentum falciforme hepatis merupakan reflexi peritoneum parietale yang
terdiri dari 2 lembaran (lamina dextra dan lamina sinistra) serta
membentuk lamina anterior ligamentum coronarii hepatis sinistrum dan dextrum.
Pada tepi inferior ligamentum ini terdapat ligamentum teres hepatis dan vena
para umbilicalis.
Omentum minus membentang dari curvatura ventriculi minor dan pars
superior duodeni menuju ke fossa ductus venosi dan porta hepatis. Ligamentum
gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenale merupakan bagian
dari omentum minus ini.
Fiksasi hepar dilakukan oleh vena hepatica, desakan negatif (tarikan) cavum
thoracis, desakan positif (dorongan) cavum abdominis, dan oleh ligamenta yang
telah disebutkan sebelumnya, diantaranya:
1. Lig.falciforme hepatis
2. Omentum minus
3. Lig.Triangulare hepatis
4. Lig.coronarium hepatis
5. Lig.Teres hepatis
6. Lig.venosum Arantii
Vascularisasi hepar oleh:
1. Circulasi portal
2. A. Hepatica communis
3. Vena portae hepatis
4. Vena hepatica
Arteri hepatica communis berasal dari a.coeliaca. Arteri ini melewati lig.
hepatoduodenale (bersama ductus choledochus, v.portae, pembuluh lymphe dan
13
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan
protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa
lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak
dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
2.3 Etiologi
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan partikel dengan ukuran diameter 27
nanometer dengan bentuk kubus simetrik tergolong virus hepatitis terkecil,
termasuk golongan pikornavirus. Ternyata hanya terdapat satu serotype yang
dapat menimbulkan hepatitis pada manusia. Dengan mikroskop electron terlihat
virus tidak memiliki mantel, hanya memiliki suatu nukleokapsid yang merupakan
ciri khas dari antigen virus hepatitis A.
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini
disebut viral protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom
sitoplasma sel hati. Virus hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi
dalam tubuh dapat terjadi dalam sel epitel usus dan epitel hati. Virus hepatitis A
yang ditemukan di tinja berasal dari empedu yang dieksresikan dari sel-sel hati
setelah replikasinya, melalui sel saluran empedu dan dari sel epitel usus. Virus
hepatitis A sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat dan tahan
terhadap panas pada suhu 60ºC selama ± 1 jam. Stabil pada suhu udara dan pH
yang rendah. Tahan terhadap pH asam dan asam empedu memungkinkan VHA
melalui lambung dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu.
b. Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm
memiliki lapisan permukaan dan bagian inti dengan masa inkubasi sekitar 60
sampai 90 hari. Terdapat 3 jenis partikel virus yaitu :
16
(1) Sferis dengan diameter 17 – 25 nm dan terdiri dari komponen selubung saja
dan jumlahnya lebih banyak dari partikel lain.
(2) Tubular atau filamen, dengan diameter 22 – 220 nm dan terdiri dari komponen
selubung.
(3) Partikel virion lengkap atau partikel Dane terdiri dari genom HBV dan
berselubung, diameter 42 nm.
Protein yang dibuat oleh virus ini bersifat antigenik serta memberi
gambaran tentang keadaan penyakit (pertanda serologi khas) adalah :
(1) Surface antigen atau HBsAg yang berasal dari selubung, yang positif kira-kira
2 minggu sebelum terjadinya gejala klinis.
(2) Core antigen atau HBcAg yang merupakan nukleokapsid virus hepatitis B.
(3) E antigen atau HBeAg yang berhubungan erat dengan jumlah partikel virus
yang merupakan antigen spesifik untuk hepatitis B.
c. Hepatitis C
HCV adalah virus hepatitis yang mengandung RNA rantai tunggal
berselubung glikoprotein dengan partikel sferis, inti nukleokapsid 33 nm, yang
dapat diproduksi secara langsung untuk memproduksi protein-protein virus (hal
ini dikarenakan HCV merupakan virus dengan RNA rantai positif). Hanya ada
satu serotipe yang dapat diidentifikasi, terdapat banyak genotipe dengan distribusi
yang bervariasi di seluruh dunia, misalnya genotipe 6 banyak ditemukan di Asia
Tenggara.
Genom HCV terdiri atas 9400 nukleotida, mengkode protein besar sekitar
residu 3000 asam amino. Sepertiga bagian dari poliprotein terdiiri atas protein
struktural. Protein selubung dapat menimbulkan antibodi netralisasi dan sisa dua
pertiga dari poliprotein terdiri atas protein nonstruktural (dinamakan NS2, NS3,
NS4A, NS4B, NS5 B) yang terlibat dalam replikasi HCV. Replikasi HCV sangat
melimpah dan diperkirakan seorang penderita dapat menghasilkan 10 trilion
virion perhari.
d. Hepatitis D
Virus Delta bila dilihat dari pandangan virology binatang memang
merupakan virus unik. Virus ini termasuk virus RNA yang sangat kecil. Virion
VHD hanya berukuran kira-kira 36 nm tersusun atas genom RNA single stranded
17
dan kira-kira 60 kopi antigen delta yang merupakan satu-satunya jenis protein di
kode oleh VHD. Antigen Delta terdiri dari 2 jenis yakni large (L) dan small (S)
Virion VHD mempunyai kapsul terdiri atas protein yang dihasilkan oleh VHB.
Dinding luar tersebut terdiri atas lipid dan seluruh komponen HBsAg. Komponen
HBsAg yang mendominasi adalah small HBsAg kira-kira sebanyak 95%. Proporsi
seperti ini sangat berbeda dengan proporsi yang terdapat pada VHB. Selain
menjadi komponen utama dinding VHD, HBsAg juga diperlukan VHD untuk
transmisi dan masuk ke hepatosit. HBsAg akan melindungi virion VHD tetapi
secara langsung tidak mempengaruhi replikasi VHD.
e. Hepatitis E
HEV merupakan virus RNA dengan diameter 27-34 mm. Pada manusia
hanya terdiri atas satu serotipe dengan empat sampai lima genotipe utama.
Genome RNA dengan tiga overlap ORF (open reading frame) mengkode protein
struktural dan protein non-struktural yang terlibat pada replikasi HEV. Virus
dapat menyebar pada sel embrio diploid paru akan tetapi replikasi hanya terjadi
pada hepatosit.
2.4 Klasifikasi
Hepatitis virus merupakan infeksi virus sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel – sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta selular yang khas. Sampai saat ini sudah di identifikasi ada
lima tipe pasti hepatitis yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis virus adalah
infeksi sitemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler khas (
Smeltzer, 2001 ).
Hepatitis A akut merupakan infeksi sistemik oleh virus pada hati. Salah
satu penyebabnya adalah virus hepatitis A. snonim hepatitis A adalah infeksios,
hepatitis dengan inkubasi singkat, hepatitis MS ( Soeparman 1987 ).
Hepatitis B merupakan hepatitis akibat terinfeksi virus hepatitis B tidak saja
menimbulkan hepatitis akut tetapi juga adapat menimbulkan hepatitis kronik,
sirosis hepatis dan hepatoma, di samping menimbulkan keadaan pengidap tanpa
gejala.
18
2.5 Patofisiologi
20
mungkin pula akan ditemukan peningkatan kadar HBV DNA yang disertai pula
peninggian ALT.
Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih lanjut biasanya
gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit tidak berat. Pada fase
nonreplikatif masih dapat ditemukan replikasi virus hepatitis B akan tetapi sangat
sedikit sekali karena ditekan oleh respons imun penderita. Sebagian pasien dengan
antigen negative dapat menjadi aktif kembali akan tetapi dengan e antigen tetap
negatif. Jadi karena itu terdapat 2 jenis hepatitis kronik B yaitu hepatitis B kronik
dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronik dengan HBeAg negative. Pasien
yang mengalami infeksi perinatal dapat pula menjadi hepatitis kronik dengan
HBeAg yang positif disertai dengan peningkatan ALT akan tetapi sesudah waktu
yang cukup lama (10-20/tahun). Serokonvesi HBeAg biasanya akan diikuti
membaiknya keadaan biokimiawi dan histology.
Serokonveri e antigen menjadi e antibody dapat terjadi pada 50-70% pasien
yang mengalami peninggian ALT dalam waktu 5-10 tahun setelah terdiagnosis.
Biasanya hal ini akan terjadi pada orang dengan usia yang lebih lanjut, dan
perempuan dan ALT nya tinggi. Pada umumnya apabila terjadi serokonversi,
maka gejala hepatitisnya juga menjadi tidak aktif walaupun pada sebagian kecil
masih ada gangguan biokimiawi dan aktivitas histology serta peningkatan kadar
HBV DNA. Infeksi HBsAg inaktif ditandai oleh HBsAg-positif, anti HBe dan
tidak terdeteksinya HBV DNA serta ALT normal. Meskipun demikian kadang-
kadang masih didapatkan sedikit tanda peradangan pada pemeriksaan patologi
anatomic. Apabila serokonversi terjadi sesudah waktunya cukup lama dapat pula
ditemukan gejala kelainan pada sediaan patologi anatomik.
c. Hepatitis C
Sama seperti virus hepatitis yang lain, HCV dapat menyebabkan suatu
penyakit hepatitis akut yang kemungkinannya, sulit dibedakan dengan hepatitis
virus akut lain. Akan tetapi gejala-gejalanya hanya dilaporkan terjadi pada 15%
kasus sehingga, diagnosisnya harus tergantung pada positifnya hasil pemeriksaan
anti-HCV atau pemeriksaan HCV RNA yang biasanya terdeteksi lebih awal
sebelum munculnya antibody anti-HCV (serokonversi).
23
dekompensasi hati. Lama terapi interferon standar adalah 4-6 bulan sedangkan
pegilated interferon adalah 12 bulan.
- Lamivudine
Lamivudine efektif untuk supresi HBV DNA, normalisasi SGPT dan
perbaikan secara histologist baik pada HBeAg positif dan HBeAg negatif/HBV
DNA positif. Pada pasien dengan HBeAg (+) yang diterapi selama satu tahun
dengan lamivudine (100 mg per hari) menghasilkan serokonversi HBeAg dengan
perbandingan kadar SGPT sebelum terapi : 64% (vs. 14% sebelum terapi) pada
pasien dengan SGPT dengan 5x BANN, 26% (vs. 5% sebelum terapi) pada pasein
dengan SGPT 2-5x BANN, dan hanya 5% (vs. 2% sebelum terapi) pada pasien
dengan SGPT <2x BANN.
Terapi antivirus jangka panjang meningkatkan proporsi menghilangnya
HBV DNA dan serokonversi HBeAg. Pada pasien dengan SGPT sebelum terapi
2x BANN, angka keberhasilan serokonversi HBeAg adalah 65% setelah 3 tahun,
dan 77% setelah 5 tahun. Pada saat serokonversi HBeAg ke anti-HBe tercapai, hal
tersebut bertahan pada 30-80% kasus akan tetapi dapat lebih rendah jika
pengobatan post-serokonversi berlangsung kurang dari 4 bulan.
- Pegylated interferon α-2a
Pegylated interferon α-2a adlah interferon α2a yang dipegilasi. Berbeda
dengan interferon alfa pegilasi generasi terdahulu (pegylated interferon α-2a),
kemajuan penting dalam teknologi pegilasi telah berhasil mengembangkan
pegylated interferon α-2a dengan molekul polyethylene glycol (PEG) generasi
baru yang bercabang, berberat molekul lebih besar (40KD) serta ikatan antara
protein dan PEG yang kuat dan stabil (ikatan Amida). Implikasinya adalah
Interferon alfa berada dalam sirkulasid arah lebih lama. Konsentrasi obat dalam
plasma tetap bertahan sepanjang interval dosis (satu minggu penuh). Besarnya
variasi dalam serum sangat kecil sehingga menghasilkan profil tolerabilitas yang
lebih baik dibandingkan interferon α konvensional.
c. Hepatitis C
Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting. Meskipun tubuh
telah melakukan perlawanan terhadap infeksi, tetapi hanya 20% yang berhasil,
pengobatan tetap diperlukan untuk mencegah Hepatitis C kronis dan membantu
30
dan gangguan emosi, kerontokan rambut lebih dari normal, depresi sumsum
tulang, hiperuresemia, kadang-kadang timbul tiroiditis. Ribavirin dapat
menyebabkan penurunan Hb. Untuk mengatasi efek samping tersebut,
pemantauan pasien mutlak perlu dilakukan.
Indikasi terapi : Didapatkan peningkatan nilai ALT lebih dari batas atas
nilai normal. Pada pasien yang tidak terjadi fibrosis hati atau hanya fibrosis hati
ringan tidak perlu diberikan terapi karena mereka biasanya tidak berkembang
menjadi sirosis hati setelah 20 tahun menderita infeksi VHC.
d. Hepatitis D
Infeksi yang sembuh spontan :
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
- Tidak ada rekomendasi diet khusus
- Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang paling
baik ditoleransi.
- Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut
3. Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.
5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis D. Kortikosteroid tidak
bermanfaat.
6. Obat-obat tidak perlu harus dihentikan.
32
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Hepatitis Bisa Dihindari. Lakukanlah Pola hidup Yang Sehat
Untuk Menimalisir Terjangkitnya Resiko Penyakit Hepatitis, Perilaku Yang
Menyimpang Misalnya Melaukan Hubungan Seks Dengan Berganti Pasangan,
Disamping itu juga perlu meminum ramuan herbal untuk memperkuat daya tahan
tubuh agar terhindar dari virus hepatitis, yaitu meminum ramuan temulawak , atau
kunyit putih. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) adalah tanaman obat-
obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan
1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti
inflamasi , anti hepatitis, dan anti kanker.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah saya dan memperluas
wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan,
Kami harapkan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
Akbar H. N., 2017. Hepatitis B in: Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. 1 st ed.
Jakarta: Jayabadi pp. 201-4.
pp. 560 – 83. Cullie M. A. R., Seck A., Njouom R., Chartier L., Sow H. D.,
Mamadou., Ba., Ka A. S., Njankuou M., Rousset D., Vernick T. G., Unal G., Sire
J. M., Garin B., Simon F., Vray M., 2017. Low Immune Response to Hepatitis B
Vaccine among Children in Dakar, Senegal. Plos.One. 7: 1-4.
Dardene M., 2002. Zinc and Immune Function. Eur.J.Clin.Nutr. 56: 20-3.
Dienstag J. L., Wands J. R., Koff R. S., 2015. Acute Hepatitis, in:
Harrison’s Principles of Internal medicine 1. 11th ed. USA: McGrawHill pp.
1325-38.
Hendrarahardja., 2015. Hepatitis Viral Akut, in: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 1 st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 253-8
Khalili M., Liao C. E., Nguyen T. T., 2016. Liver Disease, in:
Pathophysiology of Disease An Introduction to Clinical Medicine. 6 th ed. New
York: McGrawHill pp. 373 – 412.
World Health Organization., 2007. Growth reference 5-19 years.
(http://www.who.int/growthref/who 2007 bmi_for_age/en/index.html, 16 Maret
2020).