Bab I
Bab I
Bab I
Disusun oleh:
Kelompok 8
1. Novita Alviani 1808561
2. Ricky Adi Febriyana 1807905
3. Rizki Maulana 1808042
4. Tamara Oktavia 1808052
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul "Landasan Historis Pendidikan" ini penulis susun secara maksimal
dengan harapan bisa memberikan manfaat lebih, baik bagi mahasiswa prodi
keperawatan maupun masyarakat umum.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sejarah menjadi sebuah acuan untuk mengembangkan suatu kegiatan atau kebijakan
pada saat ini. Mempelajari sejarah sangatlah penting karena dengan mempelajari sejarah
manusia memperoleh banyak informasi dan manfaat sehingga menjadi lebih arif dan
bijaksana dalam menentukan sebuah kebijakan dimasa yang akan datang.
2.2. Pendidikan pada zaman purba hingga zaman pemerintahan kolonial Belanda
2.2.1. Zaman purba
Pada zaman purba kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat bangsa
Indonesia disebut kebudayaan paleolitik. Kemudian kebudayaan pada kurang lebih
1500 tahun SM disebut neolitik. Kebudayaan pada zaman purba tergolong maritim,
tidak memiliki stratifikasi sosial yang tegas, tata masyarakatnya bersifat egaliter, dan
hidup bergotong-royong.
Pada zaman purba pendidikan bertujuan agar generasi muda dapat mencari
nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adat dan terhadap nilai-
nilai religi (kepercayaan) yang di yakini. Pada zaman ini belum ada lembaga
pendidikan formal (sekolah). Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga
dan kehidupan kseharian masyarakat yang alamiah. Pendidiknya adalah orangtua dan
orang dewasa di dalam masyarakatnya. Sekalipun ada yang belajar pada empu
jumlahnya sangat terbatas.
2
3
Budi Utomo
Pada tahun 1908 Budi Utomo dalam kongresnya yang pertama (3-4 Oktober 1908)
menegaskan bahwa tujuan perkumpulan itu adalah untuk kemajuan yang selaras buat
negeri dan bangsa Indonesia. Pada tahun 1913 mendirikan Darmo-Woro Studiefonds; dan
mendirikan tiga Sekolah Netral di Solo dan dua di Yogyakarta. Pada tahun 1918
mendirikan Kweekschool di Jawa Tengah, kemudian Sekolah Guru Kepandaian Putri untuk
Sekolah Kartini, enam Normaal School, dan sepuluh Kursus Guru Desa, dsb. Pada tahun
itu sekolah-sekolah Budi Utomo telah berkembang hingga jumlahnya kurang lebih
mencapai 480 (H.A.R. Tilaar, 1995).
Muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 K. H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta. Muhammadiyah dengan berbagai
sekolahnya, didirikan dalam rangka memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia sesuai
dengan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri, untuk mengatasi kristenisasi, dan untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang melaksanakan ajaran al-Qur’an dan Hadits sesuai
yang diajarkan Rosululloh (Nabi Muhammad S.A.W).
Pendidikan Muhammadiyah berasaskan Islam dan berpedoman kepada Al-Qur’an
dan Hadits. Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah membentuk manusia muslim
berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi masyarakat.
Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke, di bawah pimpinan Majelis Pengajaran. Sekolah-
sekolah itu di samping memberikan pendidikan agama Islam, memberikan juga berbagai
mata pelajaran seperti di sekolah-sekolah Pemerintah. Usaha-usaha lain berupa perluasan
pengajian-pengajian (di bawah bimbingan Majelis Tabligh), menyebarkan bacaan-bacaan
agama, mendirikan mesjidmesjid, madrasah-madrasah, pesantren-pesantren, dan
sebagainya.
Pada zaman Belanda, Muhammadiyah mempunyai bagian-bagian sekolah:
Taman Kanak-kanak (Busthanul Atfal) Inheemse Mulo
Sekolah kelas II Normaalschool
Sekolah Schakel Kweekschool
HIS HIK
MULO AMS
10
Sekolah-sekolah agamanya:
Ibtidaiyah (SD dengan dasar Islam)
Tsanawiyah (Sekolah Lanjutan dengan dasar Islam)
Diniyah, yang hanya meberikan pelajaran agama saja
Mu’allimin/Muallimat (SGB Islam)
Kulliyatul Mubaligin (SPG Islam)
Dari masa Pendudukan Jepang organisasi Muhammadiyah dengan sekolah-sekolahnya
berjalan terus sampai kini Muhammadiyah terus berjuang dan berkembang dalam rangka
mencapai cita-citanya.
Perkumpulan Putri Mardika
Perkumpulan Putri Mardika didirikan tahun 1912. Bertujuan memajukan
pengajaran anak-anak perempuan (Odang Muchtar, 1976).
Trikoro Dharmo
Pada tahun 1915 didirikan Trikoro Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai
perkumpulan pemuda dan pelajar di berbagai tempat di tanah air hingga
terwujudnya
Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Perguruan Taman Siswa
Pada mulanya Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) bersama rekan-rekannya berjuang
di jalur politik praktis, selanjutnya mulai tahun 1921 perjuangannya difokuskan di jalur
pendidikan. Hal ini Beliau lakukan mengingat Departemen Pengajaran Pemerintah
Belanda bersikap diskriminatif mengenai hak dan penyelenggaraan pendidikan bagi bagsa
kita. Menurut Ki Hadjar Dewantara keadaan penjajahan tidak akan lenyap jika hanya
dilawan dengan pergerakan politik saja. Melainkan harus dipentingkan penyebaran benih
hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan
nasional (I. Djumhur dan H. Danasuparta, 1976). Pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta Ki
Hadjar Dewantara mendirikan "National Onderwijs Institut Taman Siswa" yang kemudian
menjadi "Perguruan Nasional Taman Siswa".
Pada pembukaan lembaga pengajaran Taman Siswa (3 Juli 1922), Ki Hadjar
Dewantara mengemukakan tujuh azas pendidikannya yang kemudian dikenal dengan Azas
Taman Siswa 1922. Ketujuh Azas tersebut adalah:
Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat tertibnya
kehidupan umum.
11
(satu tahun setelah Taman Guru BII) yang menyiapkan calon guru Taman Dewasa.
Taman Guru BIII terdiri atas dua bagian: Bagian A (Alam/Pasti), yaitu bagi para
12
calon guru mata pelajaran alam/pasti; dan Bagian B (Budaya), yaitu bagi para calon guru
mata pelajaran Bahasa, Sejarah, dsb. Pada Taman Guru, selain diselenggarakan Taman
Gurtu BI s.d. BIII, juga diselenggarakan Taman Guru Indriya, yaitu sekolah guru yang
menyiapkan para calon guru untuk Taman Indriya.
Cara atau metode pendidikannya adalah “among-methode” atau “among
system”, yaitu menyokong kodrat alamnya anak yang kita didik, agar dapat
mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri".
Dasar sistem among ini adalah kodrat alam dan kemerdekaan. (Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1977). Pendidikan dengan sistem among memakai cara
pondok asrama, karena dengan cara itu dapatlah ketiga lingkungan pendidikan
bekerja bersama-sama (keluarga, perguruan dan perkumpulan pemuda).
Pelaksanaan pendidikan tersebut berpedoman pula pada berbagai semboyan “Ing
ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tutwuri handayani. Artinya: Kalau
pendidik berada di muka, dia memberi teladan kepada peserta didik. Kalau berada
di tengah, membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik.
Kalau berada di belakang, pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar
berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Dengan kata lain,
seorang pendidik atau pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntut, dan membimbing peserta didik/orang yang dipimpinnya.
Ksatrian Institut
Ksatrian Institut didirikan di Bandung oleh Ernest Francoist Eugene Douwes
Dekker (Multatuli atau Setyabudhi). Ia memimpin lembaga ini sejak 1922-1940.
Dasar pendidikannya adalah kebangsaan Indonesia, terutama melalui sejarah
kebangsaan. Tujuan pendidikannya yakni menghasilkan ksatria (ridderschap) bagi
Indonesia Merdeka di masa datang. Sekolah kejuruan merupakan organisasi dalam
sistem pendidikan Ksatreian Institut, yang diharapkan agar lulusannya menjadi
nasionalis yang berguna dan dapat berdiri sendiri serta mencari lapangan kerja yang
praktis. Lulusannya umumnya mendapat tempat di perusahaan-perusahaan swasta
atau berdiri sendiri. Sampai dengan tahun 1937 perkembangan sekolahnya telah
mencapai 9 sekolah yang tersebar di Bandung, Ciwidey, dan Ciajur (Odang
Muchtar, 1976).
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tgl 31 Januari 1926 didirikan
oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Sejak 1899 Beliau telah membuka pesantren Tebuireng
12
mazhab Imam yang ber-empat, yaitu: Syafi’I, Maliki, Hanafi, Hambali dan mengerjakan
apa-apa yang menjadikan kemaslahatan untuk agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan berbagai usaha seperti:
memajukan dan memperbanyak pesantren dan madrasah serta mengadakan tabligh-
tabligh dan pengajian-pengajian.
INS Kayutanam
Indonesisch Nederland School (INS) didirikan oleh Mohammad Sjafei (1895-
1969) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Sumatera Barat. Pada tahun
1950 kepanjangan INS diubah menjadi Indonesian Nasional School, dan
selanjutnya menjadi Institut Nasional Sjafei. Perjuangan INS juga diarahkan demi
kemerdekaan melalui pendidikan yang menekankan lulusannya agar dapat berdiri
sendiri tidak tergantung pada
orang lain atau jabatan yang diberikan oleh kaum penjajah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ag. Soejono (1979) pada awal didirikannya
INS mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut:
Berfikir secara logis atau rasional.
Keaktifan atau kegiatan.
Pendidikan kemasyarakatan.
Memperhatikan bakat anak.
Menentang intelektualisme.
Tujuan pendidikan INS Kayutanam berdasarkan Umar Tirtarahardja .dan
La Sulo (1995) adalah sebagai berikut:
bangsa, yakni penerbitan Sendi (majalah anak-anak), buku bacaan dalam rangka
pemberantasan buta huruf/aksara dan angka.
14
Juli Tahun 1927 dalam pidato pembelaannya Bung Hatta di pengadilan Den Haag
mengusulkan supaya ada perbaikan dalam berbagai bidang sosial, antara lain
adalah bidang pembinaan pendidikan nasional.
Kongres Pasundan pada tahun 1930 juga menempatkan pendidikan dan
pengajaran sebagai salah satu sarana utama perjuangannya.
November 1937 dalam kongres ke-26 Persatuan Guru Indonesia (PGI) di
Bandung dirumuskan supaya diadakan wajib belajar. Pada Kongresnya tahun
1938 di Malang PGI menuntut agar pendidikan dan pengajaran diserahkan ke
daerah tetapi didahului dengan perbaikan keuangan daerah.
Pentingnya peranan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan dalam memperjuangkan kemerdekaan demi lahirnya negara nasional
bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis
Terdapat tiga ciri pendidikan nasional (pendidikan kaum pergerakan) pada masa
ini, yaitu:
Jepang menyerbu Indonesia karena kekayaan negeri ini yang sangat besar
artinya bagi kelangsungan perang Pasifik dan sesuai pula dengan cita-cita politik
ekspansinya. Dibalik itu, merekamempropagandakan semboyan Hakko
Ichiu atau semboyan “kemakmuran bersama” Asia Timur Raya. Mereka
menyatakan bahwa mereka berjuang mati-matian melakukan “perang suci”
14
(melawan sekutu ) demi kemakmuran bersama Asia Timur Raya dengan Jepang
sebagai pemimpinnya. Namun demikian tujuan
15
Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya.
Contoh: Tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu
kebangsaan Jepang “Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran
bendera Hinomaru dan membungkuk untuk menghormat Tenno Heika. Tiap hari
para siswa harus mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan
taiso (senam), dan diwajibkan pula melakukan kinrohoshi (kerja bakti). Selain itu,
dibentuk PETA sebagai program pendidikan militer bagi para pemuda.
Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang bersifat
dualistis membedakan dua jenis sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan
anak-anak Bumi Putera dihapuskan pada zaman Jepang. Sekolah bersifat terbuka
untuk seluruh lapisan anak Indonesia. Namun demikian, hanya satu jenis sekolah
rendah diadakan bagi semua lapisan masyarakat.
a. Sekolah Rakyat 6 tahun (termasuk Sekolah Pertama).
b. Sekolah Menengah 3 tahun.
c. Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun.
d. Perguruan Tinggi.
pengajaran, dan kebudayaan untuk seluruh daerah Negara Kesatuan RI. Hal
ini sebagaimana tertuang dalam piagam persetujuan pemerintah RIS dan
pemerintah RI tanggal 19 Mei 1950, serta sebagaimana dinyatakan dalam
pengumuman bersama menteri RIS dan RI 30 Juni 1950. Selanjutnya UU
pernyataan berlakunya UU tersebut di atas (RUU) diajukan kepada DPR. 27
Juni 1954 DPR menerima RUU tersebut, kemudian disahkan oleh pemerintah
12 Maret 1954, dan diberlakukan 18 Maret 1954 sebagai UU RI No. 12 tahun
1954. Di dalam Pasal 3 UU ini termaktub bahwa “Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteran masyarakat
dan tanah air”. Adapun pasal 4 menyatakan: “Pendidikan dan pengajaran
berdasar asas-asas yang termaktub dalam “Panca Sila” Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan
Indonesia”.
Demokrasi pendidikan
Sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UURI No. 4 tahun 1950,
meskipun menghadapi berbagai kesulitan, pemerintah mengusahakan
terselenggaranya pendidikan yang bersifat demokratis, yaitu kewajiban
belajar sekolah dasar bagi anak-anak yang berumur 8 tahun. Rencana
kewajiban belajar sekolah dasar ini direncanakan selama 10 tahun (1950-
1960). Pelaksanaan program ini didukung dengan PP No. 65 tahun 1951.
21
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Setelah kami mengkajinya ternyata memang perubahan kurikulum itu terjadi bahkan
dari zaman Belanda, perubahan itu terjadi seiring dengan perubahan kondisi di Indonesia,
khususnya karena pergantian menteri sehingga mutu pendidikan di Indonesia masih belum
memenuhi mutu yang jelas. Seperti halnya perubahan pendidikan yang terdapat dalam
landasan historis pendidikan perubahan kurikulum juga pada awalnya mengharapkan
pendidikan yang lebih baik untuk kecerdasan bangsa namun dalam implementasinya malah
membuat pendidikan di Indonesia menjadi tidak jelas.
22
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pendidikan nasional Indonesia terkait dengan praktik-praktik pendidikan pada
masa lalu, dan mengarah ke masa depan yang lebih baik. Sejarah menjadi landasan
historis pendidikan di Indonesia, sejarah menjadi acuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan untuk kecerdasan bangsa. Pendidikan selalu bersifat dinamis
mencari yang baru, memperbaiki dan memajukan diri, agar tidak ketinggalan
zaman, dan selalu berusaha menyongsong zaman yang akan datang.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahpendidikanagamaislamtarbiyah.blogspot.com/2016/11/makalah-landasan-
historis-pendidikan.html?m=1
24