Laporan KFA II Penetapan Kadar Luminal Dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri Volhard PDF
Laporan KFA II Penetapan Kadar Luminal Dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri Volhard PDF
Laporan KFA II Penetapan Kadar Luminal Dengan Menggunakan Metode Titrasi Argentometri Volhard PDF
Disusun Oleh;
FARMASI 3D
TASIKMALAYA
2020
Sampel : Luminal
No. Sampel : 02
A. Tujuan
Menetapkan kadar luminal dalam sediaan farmasi (tablet) dengan
metode Titrasi Argentrometri Volhard.
B. Prinsip Metode
Titrasi melibatkan pembentukan endapan dari garamyang tidak mudah
larut antara titran dan titrat. Penentuan kadar analit biasanya dengan
menggunakan perak nitrat (𝐴𝑔𝑁𝑂3 ) berlebih. Sisa 𝐴𝑔𝑁𝑂3 dititrasi kembali
dengan ammonium tiosianat dengan indikator besi (III) ammonium sulfat
yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat. Titrasi ini
dilakukan dalam suasana asam (pH < 3), karena ion besi (III) akan di
endapkan menjadi 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 jika suasana basa, titik akhir tidsk dapat
ditunjukkan.
Reaksi yang mendasari argentometri adalah :
𝐴𝑔𝑁𝑂3 berlebih + 𝐶𝑙 − 𝐴𝑔𝐶𝑙(𝑠) + 𝑁𝑂3
Sisa 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝑁𝐻4 𝑆𝐶𝑁 𝐴𝑔𝑆𝐶𝑁(𝑠) + 𝑁𝐻4 𝑁𝑂3
3𝑁𝐻4 𝑆𝐶𝑁 + 𝐹𝑒𝑁𝐻4 (𝑆𝑂4 )4 𝐹𝑒(𝑆𝐶𝑁)3 merah + 2(𝑁𝐻4 )2 𝑆𝑂4
C. Dasar Teori
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga
(Gandjar, 2007)
Dalam metode tirasi argentometri ini terdapat beberapa metode yaitu
metode Mohr, metode Volhard, metode K. Fajans, dan metode Leibig. Dalam
titrasi kali ini yaitu dengan sampel tramadol HCL maka jenis metode yang
cocok untuk digunakan pada analisis kali ini yaitu dengan menggunakan
golongan obat yang asam lemah dan juga terdapat ion klorida, sehinga dengan
menggunakan metode Volhard ini akan lebih akurat dalam menentukan kadar
sampel tersebut.
Pada metode Volhard ini pada dasarnya yaitu penetapan kadar perak
atau Ag+, perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau amonium tiosianat yang mempunyai hasil kelarutan
7,1 x 10-13. kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam
besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam lingkungan
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III)
akan diendapkan menjadi (FeOH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir
tidak dapat ditunjukan. pH larutan haru dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi
yang teliti pada waktu akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya
ion perak yang diabsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan
tiosianat.
Metoda Volhard dap digunakan untuk menetapkan kadar korida,
larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak
D. Sifat Fisikokimia
F. Prosedur
a. Isolasi luminal
Dilakukan dekantasi
Filtrat Residu
Uji kualitatif
Cuci dengan HNO3 encer sampai ion perak hilang, tetesan terakhir ditetesi HCl,
jika tidak ada endapan maka ion perak sudah hilang.
Titrasi dengan AgNO3 sampai titik akhir perubahan dari kuning sampai ada endapan
merah bata
V1 x NKSCN = V2 X NAgNO3
7,73 X 0,862 = V2 X 0,822
7,73 𝑋 0,862
V2 = 0,822
V2 = 8,1 ml
25 ml – 8,1 ml = 16,9 ml
Konsentasi sampel
Nanalit = 0,169 N
Gram = BE . V . N
= 232,23 . 0,01 . 0,169
= 0,392 gram
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
%Kadar = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
0,392
= x 100%
1
= 39,2%
H. Pembahasan
Titrasi argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan
kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan
dengan perak nitrat pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga
metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukkan
senyawa yang relatif tidak larut atau endapan.
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai identifikasi kadar luminal
dalam sampel berbentuk serbuk dengan metode titrasi Argentometri metode
Volhard.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivate asam barbiturat. Asam
barbiturat (2,4,6-trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara urea dengan asam malonat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya
tidak bersifat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada
atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah
larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya.
Metode penetapan kadar barbiturat dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain metode aside-alkalimetri, argentometri, dan bromometri utnuk
gugus tidak jenuh. Semua barbiturat dapat ditetapkan sebagai asam berbasa
satu. Titrasi dalam air dihindari karena sifat keasaman barbiturat yang lemah
dan kelarutannya dalam air yang kecil. Oleh karena itu, titrasi dilakukan
dengan pelarut campuran air alcohol. Dalam suasana basa, barbiturat dengan
perak nitrat membentuk garam yang tak larut. Reaksi yang terjadi tergantung
suasana larutannya. Beberapa barbiturat mempunyai substituent pada
kedukukan 5 yang merupakan gugus yang tidak jenuh. Gugus ini dapat
dititrasi kuantitatif dengan metode bromometri.
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode
Argentometri cara Volhard. Dimana prinsip percobaan ini berada dalm
suasana asam dengan penambahan garam tiosianat, dan dititrasi dengan
larutan baku perak nitrat dengan menggunakan indikator feri ammonium
sulfat hingga terbentuk endapan merah bata. Pada percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan sampel Luminal yang mengandung fenobarbital.
Dimana fenobarbital merupakan suatu senyawa turunan asam barbiturat.
Titrasi argentometri dengan metode volhard yaitu titrasi Ag dengan
NH4SCN dengan garam Fe(III) yang digunakan sebagai indikator, yaitu
pembentukan zat warna didalam larutan (Khopkar, 2010).
Pada titrasi argentometri metode volhard ini harus dilakukan
pembakuan larutan AgNO3 terlebih dahulu yaitu dengan baku primer NaCl.
Dimana membuat AgNO3 0,1N sebanyak 25 mL kemudian ditambahkan
dengan FE(NH4)2SO4 1N 3mL, yang kemudian dititrasi dengan NH4SCN
sampai terbentuk warna merah kecoklatan pada titik ekuivalennya. Proses
pembakuan ini bertujuan supaya dapat mengetahui volume kadar AgNO3
yang akan digunakan, kemudian dilakukan pembakuan NH4SCN
menggunakan AgNO3.
Kemudian dilakukan penetapan kadar sampel, yaitu 10 ml sampel
ditambahkan AgNO3 berlebih dan ditambahkan HNO3 karena harus berada
pada pH < 3 dan setelah di cek menggunakan indikator universal dapat
diketahui nilai pH-nya 2. Kemudian dilakukan pemanasan untuk membentuk
agregat yang lebih besar sehinga terdapat endapan berwarna putih, setelah itu
dilakukan penyaringan terhadap agregat tersebut dan tetesan terakhir di
tambahkan HCl untuk mengetahui masih ada atau tidaknya ion perak dan
dicuci menggunakan HNO3 sampai endapan ion perak tersebut hilang dan
dapat dititrasi meggunakan NH4SCN dan Fe(NH4)2SO4.
Dari hasil ini didapatkan kadar sampel fenobarbital. Didapatkan bahwa
kadar 1 gram fenobarbital pada Luminal adalah 39,2 %. Hal ini sangat tidak
sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa % kadar fenobarbital tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0 % fenobarbital.
I. Kesimpulan
Dari hasil praktikum penetapan kadar luminal, kandungan zat aktif
luminal dari sediaan tablet 100mg zat aktif dalam 200mg bobot tablet. Setelah
dilakukan pengujian dengan nomor sampel 02 diketahui bahwa kadar pada
sampel tersebut adalah sebesar 39,2%.
J. Daftar Pustaka
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231
Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 156, 157, 159, 160, 169, 170, 176, 177, 178
Tadjuddin, Naid. 2001. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. Makassar :
Universitas Hasanuddin, 22, 23
Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif.
Makassar : UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141
Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik
Edisi 4. Jakarta : EGC. 259
Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. 248, 252, 255, 270, 271
Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 146, 148, 149, 153, 154
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia adisi III Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia