Multiple Myeloma
Multiple Myeloma
Multiple Myeloma
DI SUSUN OLEH :
Noor Laila Sari
14.IK.407
Menyetujui,
…………………………………… ……………………………………
NIP. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
…………………………………… ……………………………………
NIP. NIK.
Mengetahui,
No Jenis
Nama Pembimbing Saran Paraf
. Konsultasi
…………………………………………
NIK.
A. Definisi
Myeloma multiple adalah penyakit klonal yang ditandai poliferasi salah satu
jenis limfosit B, dan sel-sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut. Sel-sel ini
menyebar melalui sirkulasi dan mengendap terutama di tulang, menyebabkan
tulang mengalami kerusakan, inflamasi, dan nyeri. Antibody yang dihasilkan oleh
sel-sel plasma tersebut biasanya adalah IgG atau IgA klonal. Fragmen-fragmen
monoclonal dari antibody tersebut dapat ditemukan di urin pasien yang sakit.
Fragmen-fragmen ini disebut protein Bence Jones. Penyebab myeloma multiple
tidak diketahui, tetapi factor resiko yang dipercaya antara lain pajanan
okupasional terhadap materi dan gas tertentu, radiasi pengion, dan kemungkinan
alergi obat multiple. Angka keselamatan hidup biasanya rendah, meskipun
beberapa pasien dapat hidup lebih lama dengan penyakit ini (Corwin, 2009).
Myeloma multiple lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dan
merupakan salah satu keganasan hematologic tersering pada populasi kulit
hitam. Pada populasi kulit hitam, penyakit ini juga muncul pada usia lebih muda
(Mc Pherson, et al 2004).
B. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa
penelitian yang menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan
kesempatan seseorang akan mengembangkan penyakit multiple myeloma,
diantaranya:
1. Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan
myeloma terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-
orang yang lebih muda dari umur 35 tahun.
2. Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara
orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-
orang Amerika keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-
kelompok ras belum diketahui.
3. Jenis Kelamin: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700
wanita terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih
banyak pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4. Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance (MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan
dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak
ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan
dengan tes darah. Adakalanya, orang-orang dengan MGUS
mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak
ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS memperoleh tes-tes
laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih
lanjut pada tingkat protein M.
5. Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa
risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara
dekatnya mempunyai penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti
telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu
(terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen
tertentu, memakan makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan
(obesitas) meningkatkan risiko mengembangkan multiple myeloma.
C. Manifestasi Klinis
Insiden puncak adalah 50 hingga 60 tahun. Gambaran klinis yang utama
berasal dari infiltrasi sel-sel plasma neoplastik ke dalam organ tubuh (khususnya
tulang), produksi immunoglobulin yang berlebihan (sering dengan sifat
fisikokimiawi yang abnormal) dan supresi imunitas humoral yang normal.
a. Infiltrasi tulang, nyeri tulang dan fraktur patologis yang disebabkan oleh
resorpsi tulang. Hiperkalsemia sekunder turut menimbulkan penyakit ginjal
serta poliuria dan dapat menyebabkan beberapa manifestasi neurologis yang
meliputi kebingungan, kelemahan, letargi serta konstipasi.
b. Infeksi bakteri yang rekuren terjadi karena berkurangnya produksi
immunoglobulin yang normal.
c. Sindrom hiperviskositas kadang-kadang terjadi karena produksi dan agregasi
protein M yang berlebihan.
d. Insufisiensi ginjal (hingga 50% pasien) bersifat multifaktorial. Proteinuria
Bence Jones agaknya menjadi tanda terpenting karena light chains yang
diekskresikan bersifat toksik bagi sel-sel epitel tubulus ginjal.
e. Kelainan sumsum tulang yang luas menyebabkan anemia normositik
normokromik dan kadang-kadang pensitopenia yang moderat (Robbins, et al
2008).
D. Patofisiologi
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat
limfosit B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel.
Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel
plasma. Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan
bagian dari kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel
normal paling erat hubungannya dengan sel multipel mieloma umumnya
dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel
plasma, plasmablast tersebut.
Sistem kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah
kontrol ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan
ulang, kontrol ini hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates)
untuk kromosom yang merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat dan
suatu onkogen sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini
menyebabkan mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal
yang penting dalam patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel
plasma dan ketidakstabilan genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan
translokasi. 14 kelainan kromosom yang diamati pada sekitar 50% dari semua
kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari) ketiga belas kromosom juga diamati
pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama IL-6) oleh sel plasma
menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti osteoporosis, dan
menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang. Angiogenesis
(daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan disimpan
dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan
berbagai gejala myeloma terkait lainnya.
E. Pathway
MULTIPLE MYELOMA
Resiko terhadap
Ggn. mobilitas cidera: Fraktur
Korasi pada tulang
fisik patologik
Gangguan Ketidakefek
metabolisme sel tifan koping
individu
H. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi dapat memperpanjang hidup. Satu jenis kemoterapi yang
digunakan adalah obat lama, talidomid, yang bekerja sebagai
imunomodulator dan penyekat perkembangan pembuluh darah. Terapi obat
lain antara lain penyekat proteasom (bortezomib) dan agens alkilasi.
2. Terapi radiasi digunakan untuk menurunkan ukuran lesi tulang dan
meredakan nyeri.
3. Transplantasi sumsum tulang mungkin dapat berhasil pada beberapa klien
(Elizabeth, 2009).
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan
terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat
dalam keluarga apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar
dalam waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan
2. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Malaise, merasa lelah, letih
Tanda: gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur,
malaise (kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada vena
Tanda: Peningkatan tekanan darah.
c. Integritas Ego
Gejala: Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya
gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu
biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa
bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda: Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
berkemih dan poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan
adanya darah yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda: adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik
usus, serta adanya distensi abdomen
e. Makanan / Cairan
Gejala: kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi
lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan
perubahan pada turgor kulit.
f. Hiegine
Gejala: Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena
gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan,
malas mandi
Tanda: Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
g. Neurosensori
Gejala: Pusing
Tanda: Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
h. Kenyamanan
Gejala: adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda: Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
i. Pernapasan
Gejala: Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
pemajanan asbes.
j. Keamanan
Gejala: Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda: Demam, ruam kulit dan ulserasi.
k. Seksualitas
Gejala: adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena
adanya keterbatasan gerak.
3. Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
4. Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia
5. Pembelajaran / Health education
Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala – gejala,
riwayat penyakit kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga
tentang upaya pengobatan.
DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik.
2. Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan program terapeutik.
4. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung
tidak adekuat.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran.
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan metabolisme sel/
keterlembatan perkembangan/ Pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta:
EGC.
http://aangjoen.wordpress.com/2011/01/18/as_kep-multiple-mieloma/.Diakses
tanggal 23 April 2014.
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : Multiple
Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 November 2010
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008. Buku Saku Dasar
Patologis Penyakit Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, Edisi 7. Jakarta:
EGC.
Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11. Jakarta: EGC.
INTERVENSI
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri NOC : NIC :
berhubungan Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan proses pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
patologik. comfort level kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2. Observasi reaksi nonverbal dari
…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab menemukan dukungan
nyeri, mampu menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
mencari bantuan) kebisingan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan manajemen nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, intervensi
frekuensi dan tanda nyeri) 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
berkurang 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
5. Tanda vital dalam rentang normal ……...
6. Tidak mengalami gangguan tidur
2. Resiko terhadap NOC : NIC : Environment Management (Manajemen
cedera: fraktur Risk Kontrol lingkungan)
patologik Immune status 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
berhubungan Safety Behavior 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
dengan tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
selama…. Klien tidak mengalami injury dengan dan riwayat penyakit terdahulu pasien