Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Multiple Myeloma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN MULTIPLE MYELOMA

DI RUANG EDELWIS (KEMOTERAPI)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :
Noor Laila Sari
14.IK.407

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Multiple Myeloma


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Di Ruang Edelwis (Kemoterapi)
RSUD. Ulin Banjarmasin
NAMA : Noor Laila Sari
NIM : 14.IK.407

Banjarmasin, Februa ri 2017

Menyetujui,

RSUD. Ulin Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………………………… ……………………………………
NIP. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Multiple Myeloma


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Di Ruang Edelwis (Kemoterapi)
RSUD. Ulin Banjarmasin
NAMA : Noor Laila Sari
NIM :14.IK.407

Banjarmasin, Februari 2017

Menyetujui,

RSUD. Ulin Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKES Sari MuliaBanjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

…………………………………… ……………………………………
NIP. NIK.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKES Sari MuliaBanjarmasin

Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH


NIK. 19.44.2004.008
BIMBINGAN KONSULTASI MAHASISWA (INDIVIDU)
PRAKTIK PRE NERS KMB III PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2016-2017

No Jenis
Nama Pembimbing Saran Paraf
. Konsultasi

Banjarmasin Februari 2017


Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Sari Mulia Bag. Praktik Klinik
Keperawatan

…………………………………………
NIK.
A. Definisi
Myeloma multiple adalah penyakit klonal yang ditandai poliferasi salah satu
jenis limfosit B, dan sel-sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut. Sel-sel ini
menyebar melalui sirkulasi dan mengendap terutama di tulang, menyebabkan
tulang mengalami kerusakan, inflamasi, dan nyeri. Antibody yang dihasilkan oleh
sel-sel plasma tersebut biasanya adalah IgG atau IgA klonal. Fragmen-fragmen
monoclonal dari antibody tersebut dapat ditemukan di urin pasien yang sakit.
Fragmen-fragmen ini disebut protein Bence Jones. Penyebab myeloma multiple
tidak diketahui, tetapi factor resiko yang dipercaya antara lain pajanan
okupasional terhadap materi dan gas tertentu, radiasi pengion, dan kemungkinan
alergi obat multiple. Angka keselamatan hidup biasanya rendah, meskipun
beberapa pasien dapat hidup lebih lama dengan penyakit ini (Corwin, 2009).
Myeloma multiple lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dan
merupakan salah satu keganasan hematologic tersering pada populasi kulit
hitam. Pada populasi kulit hitam, penyakit ini juga muncul pada usia lebih muda
(Mc Pherson, et al 2004).
 
B. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa
penelitian yang menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan
kesempatan seseorang akan mengembangkan penyakit multiple myeloma,
diantaranya:
1. Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan
myeloma terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-
orang yang lebih muda dari umur 35 tahun.
2. Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara
orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-
orang Amerika keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-
kelompok ras belum diketahui.
3. Jenis Kelamin: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700
wanita terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih
banyak pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4. Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance (MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan
dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak
ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan
dengan tes darah. Adakalanya, orang-orang dengan MGUS
mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak
ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS memperoleh tes-tes
laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih
lanjut pada tingkat protein M.
5. Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa
risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara
dekatnya mempunyai penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti
telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu
(terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen
tertentu, memakan makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan
(obesitas) meningkatkan risiko mengembangkan multiple myeloma.
 
C. Manifestasi Klinis
Insiden puncak adalah 50 hingga 60 tahun. Gambaran klinis yang utama
berasal dari infiltrasi sel-sel plasma neoplastik ke dalam organ tubuh (khususnya
tulang), produksi immunoglobulin yang berlebihan (sering dengan sifat
fisikokimiawi yang abnormal) dan supresi imunitas humoral yang normal.
a. Infiltrasi tulang, nyeri tulang dan fraktur patologis yang disebabkan oleh
resorpsi tulang. Hiperkalsemia sekunder turut menimbulkan penyakit ginjal
serta poliuria dan dapat menyebabkan beberapa manifestasi neurologis yang
meliputi kebingungan, kelemahan, letargi serta konstipasi.
b. Infeksi bakteri yang rekuren terjadi karena berkurangnya produksi
immunoglobulin yang normal.
c. Sindrom hiperviskositas kadang-kadang terjadi karena produksi dan agregasi
protein M yang berlebihan.
d. Insufisiensi ginjal (hingga 50% pasien) bersifat multifaktorial. Proteinuria
Bence Jones agaknya menjadi tanda terpenting karena light chains yang
diekskresikan bersifat toksik bagi sel-sel epitel tubulus ginjal.
e. Kelainan sumsum tulang yang luas menyebabkan anemia normositik
normokromik dan kadang-kadang pensitopenia yang moderat (Robbins, et al
2008).
 
D. Patofisiologi
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat
limfosit B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel.
Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel
plasma. Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan
bagian dari kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel
normal paling erat hubungannya dengan sel multipel mieloma umumnya
dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel
plasma, plasmablast tersebut.
Sistem kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah
kontrol ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan
ulang, kontrol ini hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates)
untuk kromosom yang merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat dan
suatu onkogen sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini
menyebabkan mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal
yang penting dalam patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel
plasma dan ketidakstabilan genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan
translokasi. 14 kelainan kromosom yang diamati pada sekitar 50% dari semua
kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari) ketiga belas kromosom juga diamati
pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama IL-6) oleh sel plasma
menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti osteoporosis, dan
menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang. Angiogenesis
(daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan disimpan
dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan
berbagai gejala myeloma terkait lainnya. 
E. Pathway

MULTIPLE MYELOMA

Idiopatik Lingkungan Genetika

Kromoson dan gen rusak

Menghilangkkan kontrol poliferasi Sel B an sekresi antibody

Sel-sel plasma yg belum matang mengalami poliferasi

Ggn pada Sel-sel tumor plasma yg berpoliferasi


muskuluskeletal

Menyebar luas didalam rongga sum –


Penurunan sum ke seluruh skeleton
kekuatan otot

Resiko terhadap
Ggn. mobilitas cidera: Fraktur
Korasi pada tulang
fisik patologik

Nyeri Pengobatan dgn Persepsi tentang


Akut kemoterapi penyakit

Gangguan Ketidakefek
metabolisme sel tifan koping
individu

Harga diri rendah Defisit


pengetahuan

Sumber : (Robbins, et al 2008).


F. Komplikasi
1. Dapat terjadi gagal ginjal akibat pengendapan protein Bence Jones di tubulus
ginjal.
2. Pasien mungkin menjadi anemic berat.
(Elizabeth, 2009).
 
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah
leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15%
pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang
mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi
Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30%
pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang
didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien
menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang
dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
2. Radiologi
a. Foto Polos X-Ray
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas
tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan
pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini
umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan
secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan,
tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami
demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan gambaran
osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat timbul gejala sekitar
80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos
memperlihatkan:
1) Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang,
terutama tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum
pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin
merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multiple.
Fraktur patologis sering dijumpai.
2) Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan
osteoprosis senilis.
3) Lesi-lesi litik “punch out” yang menyebar dengan batas yang jelas,
lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.
4) Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan
massa jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada
suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%,
iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan
scapula 10%.
b. CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun,
kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan
tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional
menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.
3. MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik
untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit
mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran
T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.
Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola
menyerupai mieloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit
namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple
mieloma seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung
sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi
ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan
untuk mengevaluasi kompresi tulang.
4. Radiologi Nuklir
Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada
osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik
(formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false
negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma tinggi. Scan
dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk
konfirmasi.
5. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari
peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk
mendiagnosis multipel mieloma

H. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi dapat memperpanjang hidup. Satu jenis kemoterapi yang
digunakan adalah obat lama, talidomid, yang bekerja sebagai
imunomodulator dan penyekat perkembangan pembuluh darah. Terapi obat
lain antara lain penyekat proteasom (bortezomib) dan agens alkilasi.
2. Terapi radiasi digunakan untuk menurunkan ukuran lesi tulang dan
meredakan nyeri.
3. Transplantasi sumsum tulang mungkin dapat berhasil pada beberapa klien
(Elizabeth, 2009).
 
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan
terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat
dalam keluarga apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar
dalam waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan
2. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Malaise, merasa lelah, letih
Tanda: gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur,
malaise (kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada vena
Tanda: Peningkatan tekanan darah.
c. Integritas Ego
Gejala: Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya
gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu
biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa
bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda: Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
d. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
berkemih dan poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan
adanya darah yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda: adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik
usus, serta adanya distensi abdomen
e. Makanan / Cairan
Gejala: kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi
lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan
perubahan pada turgor kulit.
f. Hiegine
Gejala: Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena
gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan,
malas mandi
Tanda: Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
g. Neurosensori
Gejala: Pusing
Tanda: Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
h. Kenyamanan
Gejala: adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda: Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
i. Pernapasan
Gejala: Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
pemajanan asbes.
j. Keamanan
Gejala: Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda: Demam, ruam kulit dan ulserasi.
k. Seksualitas
Gejala: adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena
adanya keterbatasan gerak.
3. Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
4. Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia
5. Pembelajaran / Health education
Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala – gejala,
riwayat penyakit kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga
tentang upaya pengobatan.
DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik.
2. Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan program terapeutik.
4. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung
tidak adekuat.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran.
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan metabolisme sel/
keterlembatan perkembangan/ Pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta:
EGC.
http://aangjoen.wordpress.com/2011/01/18/as_kep-multiple-mieloma/.Diakses
tanggal 23 April 2014.
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : Multiple
Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 November 2010
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008. Buku Saku Dasar
Patologis Penyakit Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, Edisi 7. Jakarta:
EGC.
Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11. Jakarta: EGC.
INTERVENSI

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri NOC : NIC :
berhubungan  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan proses  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
patologik.  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2. Observasi reaksi nonverbal dari
…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab menemukan dukungan
nyeri, mampu menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
mencari bantuan) kebisingan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan manajemen nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, intervensi
frekuensi dan tanda nyeri) 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
berkurang 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
5. Tanda vital dalam rentang normal ……...
6. Tidak mengalami gangguan tidur
2. Resiko terhadap NOC : NIC : Environment Management (Manajemen
cedera: fraktur  Risk Kontrol lingkungan)
patologik  Immune status 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
berhubungan  Safety Behavior 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
dengan tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  pasien

selama…. Klien tidak mengalami injury dengan dan riwayat penyakit terdahulu pasien

kriterian hasil: 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya

1. Klien terbebas dari cedera (misalnya memindahkan perabotan)

2. Klien mampu menjelaskan cara/metode 4. Memasang side rail tempat tidur


untukmencegah injury/cedera 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan

3. Klien mampu menjelaskan factor risiko dari bersih

lingkungan/perilaku personal 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang

4. Mampumemodifikasi gaya hidup mudah dijangkau pasien.

untukmencegah injury 7. Membatasi pengunjung

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 8. Memberikan penerangan yang cukup

6. Mampu mengenali perubahan status 9. Menganjurkan keluarga untuk menemani


kesehatan pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
3. Defisit NOC: NIC :
pengetahuan  Knowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
berhubungan  Knowledge : health Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
dengan penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan program …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
terapeutik proses penyakit dengan kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
1. Pasien dan keluarga menyatakan pada penyakit, dengan cara yang tepat
pemahaman tentang penyakit, kondisi, 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
prognosis dan program pengobatan tepat
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
prosedur yang dijelaskan secara benar cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
4. Ketidakefektifan NOC NIC
koping individu Setelah dilakukan tindakan 1. Kenali dampak situasi kehidupan pasien
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, terhadap peran dan hubungan
dengan rasa takut klien dapat menyelesaikan masalah, 2. Evaluasi kemampuan pasien dalam
tentang dengan kriteria hasil: membuat keputusan
ketidaktahuan, 1. Mengidentifikasi pola koping 3. Gali bersama pasien metode yang
persepsi tentang yang efektif digunakan pada masa sebelumnya dalam
proses penyakit 2. Menggunakan strategi koping menghadapi masalah hidup
dan system yang efektif 4. Tentukan kemungkinan terjadinya resiko
pendukung tidak 3. Menggunakan dukungan social menyakiti diri
adekuat yang tersedia 5. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
4. Melaporkan penurunan gejala fisik gambaran perubahan peran yang realistis
Stress Terhadap masa sekarang (saat ini) 6. Gunakan pendekatan yang tenang dan
5. Mengungkapkan optimisme 7. meyakinkan
terhadap masa depan Turunkan rangsangan lingkungan yang
6. Mampu identifikasi strategi koping dapat disalahartikan sebagai suatu
7. Mampu menggunakan strategi ancaman
koping yang efektif 8. Gali alasan pasien terhadap kritik diri
8. Mampu menggunakan dukungan 9. Atur situasi yang mendukung otonomi
sosial yang ada pasien
10. Hargai dan diskusikan respon alternative
terhadap situasi
11. Dukung penggunaan metode pertahanan
yang sesuai
12. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
13. Bantu pasien dalam mengklarifikasi
kesalahpahaman
14. Dukung pengungkapan secara verbal
tentang perasaan, persepsi, dan ketakutan
5. Gangguan harga NOC: NIC :
diri berhubungan  Body image Body image enhancement
dengan hilangnya  Self esteem 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
bagian tubuh atau Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama terhadap tubuhnya
perubahan kinerja …. gangguan body image 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
peran pasien teratasi dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
1. Body image positif kemajuan dan prognosis penyakit
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal 4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
3. Mendiskripsikan secara faktual perubahan 5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian
fungsi tubuh alat bantu
4. Mempertahankan interaksi sosial 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil
6. Gangguan NOC : NIC :
mobilitas fisik  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Berhubungan  Mobility Level 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
dengan Gangguan  Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
metabolisme sel/  Transfer performance 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Keterlembatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
perkembangan/ selama….gangguan mobilitas fisik teratasi 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
Pengobatan dengan kriteria hasil: berjalan dan cegah terhadap cedera
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas tentang teknik ambulasi
3. Memverbalisasikan perasaan dalam 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
meningkatkan kekuatan dan kemampuan 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
berpindah ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu 7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
untuk mobilisasi (walker) bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai