Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Self Control Remaja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN

SEMINAR PROPOSAL
JUDUL :
“UPAYA GURU PAI DALAM MENINGKATKAN SELF
CONTROL REMAJA”

Dosen Pengampu :
Robby Darwis Nasution, M.si
Penyusun :
Anggre Frandyanata (17221600)

Program Studi Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2017/2018
I. PENDAHULUAN

Istilah pubertas maupun adolescensia sering dimaknai dengan masa remaja, yakni masaa
perkembangan sifat yang harus diarahkan oleh orang tua kearah kemandirian (Independence),
tertarik akan seksual, serta sering merenung, dan semakin perhatian kepada nilai-nilai estetika
dan isu isu moral. Sedangkan ,menurut Harold Aberty (1967:86), remaja adalah saat-saat atau
suatu masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yaitu berlangsung 11- 13 tahun
sampai dengan 18 – 20 tahun menurut umur kalender kelahiran orang tersebut.(1)

Seberapa jauh remaja dapat menyimpan nilai-nilai yang diyakininya dan yang telah
dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui remaja yaitu
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya kemudian menyesuaikan tingkah lakunya
dengan lingkungan sosial tanpa adanya sebuah bimbingan, pengawasan serta motivasi dan
ancaman sebagaimana sewaktu kecil.(2) Remaja juga dituntut mampu mengendalikan tingkah
lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab guru ataupun orang tua.

Berdasarkan sebuah penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus
menjadi disertasi doktor dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice
in The Years 10 to 16. Menyebut bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada sebuah individu
dapat dibagi sebagai berikut.(3)

1. Tingkat Prakonvesional

Di tingkat ini anak akan tanggap terhadap aturan aturan budaya dan terhadap sebuah
ungkapan mengenai buruk dan baik juga benar dan salah . tetapi , ini semata-mata di artikan
dari segi sebab dan fisik atau kenikmatan perbuatan.

2. Tingkat Konvesional

Di tingkat ini , anak hanya menurut harapan keluarga , suatu kelompok atau bangsa.
Anak memandang bahwa hal yang bernilai untuk dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat
yang nyata

3. Tingkat Pasca-konvesional

Di tingkat ini terdapat usaha yang terlihat jelas untuk menyelesaikan nilai-nilai dan
prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan bisa diterapkan, terlepas dari sebuah otoritas
kelompok atau orang yang berpegang kepada prinsip-prinsip atau keyakinan itu, dan terlepas
pula dari identifikasi secara personal sendiri dengan kelompok tertentu.’

Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah sampai pada tingkat formal dalam
kemampuan kognitif.(4) Dia mampu mempertimbangkan segala bentuk kemungkinan untuk
membuat jalan keluar dari suatu masalah dengan berbagai sudut pandang dan kemudian
berani mempertanggung jawabkanya.

Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkebangan moral ketiga, moralitas pasca-
konvesional harus dapat dicapai selama saat remaja. Berbagai prinsip di terimanya melalui
kedua tahap yang pertama yakni bahwa dalam berkeyakinan moral harus ada elastifitas
sehingga kemudian dapat dilakukan perbaikan dan perubahan standart moral apabila
menguntungkan semua anggota kelompok sosial, yang kedua yakni menyesuaikan diri
dengan standart sosial dan ideal untuk membatasi hukuman sosial terhadap dirinya sendiri,
sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan diri sendiri , akan tetapi
menghargai dan menghormati orang lain.(5)

Akan tetapi pada kenyataan banyak ditemukan remaja yang belum mampu mencapai
tahap pasca-konvesional, dan juga ada beberapa yang baru mencapai tahap prakonvesional.

Fenomena tersebut banyak dijumpai pada remaja yang umumnya masih tingkat SMK/SMA
seperti:(6)

1. Berperilaku tidak terpuji, dan terkesan meremhkan peraturan sekolah


2. Suka membentuk suatu geng
3. Mentaati peraturan sekolah didasari karena rasa takut
4. Tak jarang kita seringkali mendengar perkelahian yang terjadi antar remaja yang secara
sebab muasabab tidak diketahui, bahkan perkelahian dapat memicu pertarungan antar
kelompok atau geng dan dapat mengakibatkan jatuhnyab korban kepada kedua pihak, dan
pernyataan mereka atas perilaku tersebut mereka tidak sadar.(7)

Fenomena diatas menggambarkan bahwa suatu upaya remaja untuk mencapai moralitas
kedewasaan; mengganti konsep moral khusus dengan sebuah konsep moral umum, yang
merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral etik sebagai dasar
tingkah laku , dan mampu mengendalikan tingkah laku sendiri, dan itu semua tidak mudah
dilakukan oleh remaja dengan skala mayoritas.

Menurut Rice (1999), mengatakan bahwa masa remaja adalah sebuah masa peralihan,
yaitu ketika sebuah individu yang sudah memiliki kematangan, pada masa ini ada dua hal
penting yang menyebabkan seorang remaja melakukan pengendalian diri, hal tersebut ialah
pertama hal yang bersifat dari luar (Eksternal), yaitu adanya suatu perubahan lingkungan.
Pada saat ini, masyarakat dunia mengalami masa-masa banyak perubahan yang membawa
dampak yang cepat bagi remaja baik itu dampak positif ataupun negatif. Yang kedua adalah
hal yag bersifat internal yaitu karakter dari diri remaja yang relatif lebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainya.(8)
Agar remaja yang mengalami perubahan dengan cepat dalam tubuhnya itu mampu
mnyesuaikan diri dengan keadaan perubahan sosial maka usaha yang baik dari pihak orang
tua ,guru maupun elemen-elemen lainya amat diperlukan.

Salah satu peran dari seoarang guru ialah sebagai pembimbing dalam tugas dan
kewajibanya yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar dapat mencapai
kedewasaan secara menyeluruh yang artinya kedewasaan yang optimal yang sesuai dengan
kodrat yang dipunyai murid tersebut. Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-
aspek pribadi dari setiap individu seorang murid diantara adalah kematangan,kemampuan
serta kecakapan dan lain lain agar murid dapat mencapai tingkat perkembangan dan
kedewasaan yang sempurna.(9)

Untuk itu disamping guru dan orang tua di sekolah guru mempunyai peranan penting
dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan terhadap murid dalam
membantu kesulitan remaja akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan perbuatan yang
kurang baik.

Usaha terpenting dari seorang guru ialah memberikan peranan pada akal pikir dalam
memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba memahami hikmah dan
fungsi ajaran agama.(10),

Guru agama yang arif dan mengerti perkembangan remaja yang tidak menentu dapat
mengunggahnya kepada petunjuk agama tentang pertumbuhan serta perkembangan seseorang
yang sedang dalam masa baligh (Puber). Salah satu ketentuan contohnya dengan memberikan
pemahaman tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan oleh remaja, seperti sholat 5
waktu, puasa dan lain – lain, dan juga diberiukan hikmah dan makna psikologis bagi
ibadahnya tersebut, semisal makna sholat bagi kesehatan mentalnya, ia dapat
mengiungkapkan perasaan yang bimbang kepada Allah dan ia dapat berdoa memohon ampun
atas kesalahanya, ia boleh minta dan mengajukan berbagai harapan kepada Allah yang Maha
Mengeri Dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya.(11)

Dengan kemampuan pengendalian diri yang baik, maka remaja diharpkan mampu
mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat tidak baik yang cenderung menyakiti
otrang lain atau mampu mengendalikan tingkah lakunya terhadap norma-norma sosial yang
bertentangan. Remaja juga diharapkan mampu mengantisipasi akibat-akibat yang buruk yang
ditimbulkan pada masa pubertas.(13)

Berangkat pada kerangka diatas maka saya mengambil judul : UPAYA GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL
REMAJA (Study kasus di SMK DARUL FIKRI Bringin-Kauman-Ponorogo)
I. Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo?
2. Bagaimanakah upaya-upaya guru PAI dalam meningkatkan Self control siswa SMK
Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo?
3. Hasil apa yang dicapai dalam meningkatkan Self control siswa di SMK Darul Fikri
Bringin Kauman Ponorogo?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan Self control siswa di SMK
Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo?

II. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin saya capai
adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan memahami pembelajaran Guru PAI di SMK Darul Fikri
Bringin Kauman Ponorogo
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatka Self
contol siswa di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo
3. Untuk Mendeskripsikan dan Menjelaskan Hasil yang dicapai dalam meningkatkan self
control siswa di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponrogo
4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap
peningkatan self control siswa di SMK Darul Fikri Bringi Kauman Ponorogo

III. Manfaat Penelitian


1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menunjukan bahwa suatu pendidikan agama dan
keagamaan yang dilakukan oleh guru PAI di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo
dapat membentuk Self control siswa.

2. Praktis

Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut
bagi SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo mengenai peranan Guru PAI dalam
membantu siswa membentuk Self Control yang baik.
IV. Tinjauan Pustaka

-Teori

Untuk memperjelas dan memperkuat masalah yang akan diteliti maka penulis
mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan
dijadikan sebagai landasan penelitian, yakni:

. Self Control (Kontrol Diri) merupakan kemampuan untuk membawa dan membimbing
tingkah laku diri sendiri; kemampuan untuk menekan ataupun membentengi impuls-impuls
atau tingkah laku impuls.(15)

. Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) mengatakan bahwa kontrol diri dengan sebutan kontrol
individual atau personal , yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:(16)

1. Behaivor Control (Kontrol Perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yakni kemampuan
untuk mengatur pelaksanaan (Regulated Administration) dan kemampuan untuk
memodifikasi (Stimulus Modifiability)
2. Cognetive Control (Kontrol Kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yakni
memperoleh informasi (Information Gain) dan melakukan sebuah penelitian (Appraisal).
3. Decisional Control merupakan seseorang untuk memilih hasil dari suatu tindakan
berdasarkan sesuatu yang diyakininya dan disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan
dan memilih pilihan akan berarti dengan baik dengan adanya suatu kesempatan atau
kemungkinan pada individu untuk memilih berbagai tindakan.

-Penelitian Terdahulu

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan telaah pustaka terdahulu
yang berusaha mengupas tuntas pembahasan tentang :

1. Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul : Upaya Guru PAI dalam meningkatkan
nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakarta menghasilkan temuan tentang nilai-nilai
agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha, sholat jamaah dan membaca al quran
melalui kegiatan ekstra kulikuler keagamaan.
2. Sriyati, tahun 2004, yang berjudul : Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak Siswa di
SMK Muhammadiyah 2 Yoghyakarta. Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan
guru PAI di SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.

Berdasarkan judul skripsi yang diangkat mereka, maka saya sebagai penulis mengadaka
penelitian , sehingga sampai detik ini gagasan penelitian muncul dan belum ditemukan
penelitian yang membahas tentang: Upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control siswa
di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponrogo, hal ini sebagai bentuk betapa pentingnya self
control bagi anak SMK.
V. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo karena ada
beberapa pertimbangan yakni antara lain :

. SMK adalah sebuah sekolah menengah kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan yang
secara formalitas memiliki keagamaan yang tidak begitu baik menurut pendapat dari
kalangan masyarakat sosial, dan ternyata memiliki keagamaan yang sangat unik sehingga
guru Pendidikan Agama Islam di SMK sangat berperan dalam membantu dan memantau
penyimpangan pada siswa.

.Adanya Imam-imam setiap kelas yang bertujuan mendisiplinkan berjalanya kegiatan sholat
jamaah dhuhur dan kursus membaca al quran

. Keberhasilan Guru PAI tidak hanya dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
di kelas dan ekstrakulikuler tapi juga harus dilihat dari meningkatnya pengendalian diri pada
siswa dalam kehidupan keseharianya

2. Penentuan Informan

Dalam penelitian ini Informan yang akan saya gali datanya adalah Kepala Sekolah SMK
Darul Fikri Bringin Kauman Ponorogo serta Guru PAI yang ada di SMK Darul Fikri Bringin
Kauman Ponorogo

3. Penggalian Data
a. Sumber Data

Sumber Data utama dalam penelitian ini ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.

Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata kata dan tindakan sebagai
sumber utama, sedangkan sumber tertulis , foto dan catatamn tertulis adalah sumber data
tambahan

b. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara ,observasi dan
dokumentasi, sebab bagi penulis kualitatif adalah fenomena yang dapat dimengerti dengan
sangat baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan
observasi pada latar; dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping tersebut untuk
melengkapi data diperlukan dokumentasi

4. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dan
analisa data. Maksudnya ialah dengan menganalisis data adalah suatu proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi.

Analisis data pada kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis
data selama di lapangan menggunakan model spradley, yakni teknik analisa data yang
disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

a. Pada tahap ini penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question yaitu
pertama dengan memilih situasi sosial
b. Kemudian setelah memasuki lapangan , dimulai dengan menetapkan seseorang informan
“Key Informant” yang merupakan informan yang mempunyai wibawa dan dipercaya
mampu memberikan dan membukakan pintu kepada peneliti untuk memasuki obyek
penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut dan
mencatat hasil wawancara’
c. Pada tahap menentukan fokus (Obsevasi Terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis
taksnonomi
d. Pada tahap selection (Observasi Terseleksi) Peneliti mengajukan pertanyaan kontras,
yang dilakukan dengan analisa komponsional
e. Hasil dari analisis komponsional melalui analisis tema budaya berdasarkan temuan
tersebut, selanjutnya penulis menuliskan laporan penelitian kualutatif

5. Keabsahan Data

Keabsahan data meurpakan suatu konsep penting yang telah diperbaharui dari konsep
kebenaran (Validitas). Derajat kepercayaan keabsaghan data (Kredibilitas) dapat diadakan
pengecekan dengan teknik pengamatan yang baik dan triangulasi

VI. Daftar Pustaka

Al-Mighwar, Muhammad. Psikologi Remaja; Petumjuk bagi guru dan orang tua .

Bandung: Pustaka Setia, 2006.


Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar

Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1995.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Fatimah, Enung. Psikologi Perkembangan; Perkembangan Peserta Didik.

Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai