Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Ceiba
c. Terpenoid
Terpenoid tersusun atas unit isoprena (C5H8), senyawa berkarbon lima
yang mengandung dua ikatan tak jenuh dan berdasarkan jumlah unit
isoprenanya, terpenoid dibagi menjadi beberapa golongan yaitu terpen,
monoterpenoid, sesquiterpenoid, diterpenoid, triterpenoid, tetraterpenoid, dan
politerpenoid (Pengelly, 2004). Triterpenoid diturunkan dari suatu prekursor
C30 yang disebut squalene. Bentuk lain yang juga merupakan turunan dari
squalene adalah steroid (Cseke dkk., 2006). Steroid memiliki kerangka cincin
yang tersusun atas 27 atom karbon. Oleh kerena itu, steroid tidak dapat dipecah
menjadi unit isoprena, sehingga steroid dipisahkan sebagai senyawa yang
berbeda dari triterpenoid yang disebut nortriterpen (Pengelly, 2004).
Terpenoid atau terpen merupakan salah satu dari golongan senyawa
aktif terpenting yang umum ditemukan pada tanaman dengan lebih dari
200.000 struktur yang telah diketahui. Terpenoid disintesis dari asetat via jalur
asam mevalonat (Pengelly, 2004). Terdapat berbagai jenis terpenoid yang
berperan sebagai bentuk peranan dari tanaman terhadap mikrobia dan
herbivora, atau sebagai molekul sinyal untuk menarik serangga polinator.
Banyak terpenoid dinyatakan memiliki aktivitas farmakologis yang menarik
dalam dunia pengobatan dan bioteknologi (Ashour dkk., 2010). Secara
kimiawi, terpenoid umumnya terdapat sebagai senyawa larut lemak yang
ditemukan di sitoplasma sel tumbuhan (Harbone, 1998). Terpenoid umumnya
ditemukan dalam minyak esensial, resin, atau oleoresin tanaman (Harbone,
1998). Salah satu peran terpenoid dalam bidang pengobatan adalah
kompetensinya sebagai antibakteriterhadap berbagai jenis bakteri seperti
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Methicllin Staphylococcus aureus
(MRSA), Pseudomonas aeruginosa, Listeria monocytogenes, Bacillus subtilis,
dan Streptococcus pyogenes (Leandro dkk., 2012).
d. Saponin
Saponin termasuk dalam golongan glikosida yang banyak ditemukan di
tubuh tanaman yang dicirikan dengan kemampuannya membentuk larutan
koloid dalam air berupa busa. Glikosida golongan ini memiliki aglikon
lipofilik di salah satu ujung molekul dan gula hidrofilik di ujung yang lain
mengakibatkan saponin memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan
muka, menghasilkan karakteristik seperti efek sabun atau detergen pada
membran dan kulit (Pengelly, 2004). Saponin merupakan senyawa dengan rasa
yang pahit dan mampu membentuk larutan koloidal dalam air serta
menghasilkan busa jika dikocok dalam air (Tyler, 1976). Aktivitas biologi
saponin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tipe nukleus pada tanaman,
jumlah gula pada rantai samping, dan tipe gugus fungsionalnya (Osbourn,
2003). Saponin dapat meningkatkan permeabilitas biomembran, sehingga
dapat bersifat sebagai sitotoksik, hemolitik, dan antivirus (Kreis dan Mueller-
Uri2010). Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas
membran sel bakteri sehingga sel bakterilisis (Cheeke, 2004). Saponin juga
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus (Hassan dkk., 2010).
e. Tanin
Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa
polifenol (Deaville dkk., 2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan
protein karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang
kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang
yang besar dan komplek yaitu protein tanin (Ahadi, 2003). Ikatan antara tanin
dan protein sangat kuat sehingga protein tidak mampu tercerna oleh saluran
pencernaan. Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut
(Makkar, 1993).
B. Sampo
Sampo adalah “sediaan dari surfaktan” (bahan aktif permukaan) dalam bentuk
yang sesuai-cair, padat, atau serbuk, dimana jika digunakan di bawah kondisi khusus
dapat menghilangkan lemak, kotoran dan kulit terkelupas pada permukaan dari rambut
dan kulit kepala. Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif
dari champna, "memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang dan daun
randu yang diolah dan dicampur dengan air.
Sampo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa,
pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat
pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih,
indah dan mudah ditata.
Sampo tersedia dalam beberapa varietas bentuk dan tipe. Beberapa Metode
dari klasifikasi disesuaikan dengan keperluan dan berubah-ubah sesuai dengan sudut
pandang. Klasifikasi menurut bentuk produk terdiri dari cairan jernih, lotion, pasta,
gel, dan akhirnya aerosol dan produk kering. Sampo lebih lanjut dibedakan
berdasarkan pertimbangan khusus yang komponennya tidak biasa atau kombinasi dari
komponen yang tersedia, sebagai contoh: Sampo untuk rambut dan kulit kepala
dengan kondisi khusus, sampo untuk anak-anak, atau bayi dan sampo untuk orang
dewasa.