Proposal Terapi Bermain Iis Resky P
Proposal Terapi Bermain Iis Resky P
Proposal Terapi Bermain Iis Resky P
DISUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan ptoposal ini yang
berisikan tentang”TERAPI AKTIVITAS BERMAIN SLIME PADA ANAK DI
RUANG KEPERAWATAN ANAK BLUD RSUD KONAWE
Pada kesempatan kali ini kami menyampaikan terima kasih kepada dosen
pembimbing Ns. Karlina s.kep yang telah membimbing kami dalam pembuatan
proposal ini dan kepada teman teman dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian proposal ini
Proposal ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah ,dan
diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan baru bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Dalam penyusunan proposal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya karena kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca dan kami mohon maaf atas segala
kekurangan dari makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................…………………………………...4
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................ 5
1. Tujuan umum ......................................................................... 5
2. Tujuan khusus ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Bermain.......................................................................... 6
B. Fungsi bermain………………………………………………… 7
C. Klasifikasi bermain ....................................................................
9
D. Factor Yang Mempengaruhi Bermain……………………….10
E. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
Anak…………………………………………………………11
F. Jenis Permainan Sesuai Dengan Usia Anak…………………11
G. Alat Permainan Edukatif (APE)……………………………..14
BAB III RENCANA PELAKSANAAN
A. Jenis Permainan........................................................................... 15
B. Alat Permainan............................................................................ 15
C. Waktu Dan Tempat..................................................................... 17
D. Karakteristik Bermain................................................................. 17
E. Karakteristik Peserta................................................................... 17
F. Strategi ....................................................................................... 18
G. Langkah-langkah......................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….25
B. Saran ………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak
maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga,
kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Kecemasan merupakan
pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran, atau
ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang.
Terapi bercerita merupakan terapi yang dapat dimanfaatkan untuk menarik kembali
keceriaan dan kebahagiaan anak selama hospitalisasi.
Familly centered care merupakanhal terpenting dalam hospitalisasi anak
yang didasarkan pada kolaborasi antara anak, dan profesional lainnya dalam
perawatan klinis yang berdasarkan pada perencanaan, pemberian dan evaluasi
pelayanan kesehatan (American Academy ofpediatric, 2012). Familly centered care
digambarkan sebagai sebuah pendekatan kemitraan untuk pembuatan keputusan
perawatan kesehatan. Sebagai falsafah perawatan, family centered care telah diakui
oleh banyak tenaga medis dan sistem perawatan kesehatan (Institute ofMedicine,
2012).
Pada saat di rawat di rumah sakit akan anak merasa takut bila mendapat
perlukaan, karena ia menganggap bahwa tindakan dan prosedur yang dilakukan di
rumah sakit semuanya dapat mengancam integritas tubuhnya. Anak masuk rumah
sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal dan dependensi. Maka sulit bagi
anak untuk percaya bahwa mengukur suhu, mengukur tekanan darah, mendengarkan
suara napas dan prosedur lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan. Jika hal ini
berlanjut maka tindakan keperwatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga
masalah anak tidak teratasi.
Berbagai cara dan metode telah banyak dikembangkan untuk menghindari
masalah stress dan kecemasan, salah satunya adalah dengan melakukan terapi
bermain kepada anak yang mengalami hospitalisasi. Selain merupakan kegiatan dari
dunia anak, bermain juga dipercaya mampu menurunkan stress pada anak akibat
lingkungan yang baru dan tindakan infasif salamaproses perawatan di rumah sakit.
Penerapan terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit juga
dapat memudahkan anak mengalihkan rasa kecemasan dan ketakutan lewat
permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit, anak dapat berkumpul
4
dengan teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidk merasa terisolisir, anak mudah
diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.
Storytelling berasal dari Bahasa Inggris, memiliki dua kata yaitu story dan
telling. Story artinya cerita dan telling artinya menceritakan yaitu menceritakan
sebuah cerita. Storytelling merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menceritakan
sebuah cerita untuk satu atau lebih pendengar. Dalam storytelling, storyteller
melakukan interaksi dua arah dengan pendengar, lalu menuturkan kisah. Storyteller
bercerita dengan menggunakan kata-kata, permainan suara dan gerakan.
Storyteller mengatur ritme suara untuk menimbulkan respon pendengar.
Pengalaman inilah dalam storytelling yang bisa memberi kesempatan kepada
pendengar untuk mengekspresikan imaginasi dan ide kreatifnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Mudrikah, 2016 (Pengaruh
Terapi Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Di RSUD Kabupaten Semarang) menunjukan ada pengaruh terapi
bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di
RSUD Kabupaten Semarang dengan p-value 0,000 < α (0,05). Penilitian tersebut
dilakukan pada pasien sebelum diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi
ditemukan 8 orang (66,7%) mengalami kecemasan berat dan 7 orang (58,3%)
mengalami kecemasan berat pada kelompok kontrol. Hal ini mempengaruhi anak
menjadi senang bahwa orang asing peneliti/perawat bukanlah orang yang
menyeramkan. Anak yang merasa jenuh akibat hospitalisasi akan menjadi senang
ketika dibacakan cerita karena secara tidak langsung efek cerita yang menarik akan
mengalihkan perhatiannya terhadap proses hospitalisasi yang menurut anak adalah
proses yang menyakitkan.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain anak
(Storytelling) dengan sasaran usia sekolah (3-5 tahun) yang berada di ruang rawat
inap anak RSUD Pasar Minggu Jakarta selatan. Kami berharap dengan diadakannya
terapi beramin ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai tahap perkembangannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menjelaskan pengaruh terapi bermain slime terhadap respon biologis, dan
psikolgis
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan intelektual anak
b. Meningkatkan keterampilan sensori motorik halus
c. Meningkatkan keterampilan sensori motorik kasar
5
d. Meningkatkan kreativitas
e. Meningkatkan perkembangan sosial anak
f. Mengembangkan kebebasan dalam bereksplorasi
g. Mengembangkan kemandirian dan keyakinan anak
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Pasien
Sebagai terapi untuk meningkatkan perkembangan sosial dan intelektual anak
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi keperawatan anak
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi pendidikan untuk meningkatkan mutu Pendidikan,
khususnya di bidang perawatan anak
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak dengan menerapkan terapi modalitas pada
anak.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Bermain
Hurlok (2007) Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai
stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan
cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan
dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2008).
Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpersonal
yang dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain
yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu
hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi
dirinya (perasaan, pengalaman dan perilakunya) melalui media bermain.
Mudrikah (2016) mendefinisikan terapi bermain adalah faktor yang sangat
mempengaruhi penurunan kecemasan anak selama hospitalisasi, dan dapat menjalin
hubungan saling percaya antara terapis dengan pasien dan hal ini bias dijadikan kegiatan
yang secara kontinyu dilakukan, dan menjadi tugas penting juga bagi orang tua untuk
melakukan hal tersebut agar anak-anak tidak mengalami kecemasan selama di Rumah
sakit ataupun di Rumah.
B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (2008) fungsi bermain meliputi:
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi.Komponen yang paling
utama untuk semua umur terutama bayi. Anak mengeksplorasi alam sekitarnya
dengan cara:
a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, visual.
b. Toddler dan prasekolah yaitu gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan
c. Sekolah dan remaja yaitu memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan
rumit.
Contoh berlari dan bersepeda.
7
2. Perkembangan intelektual atau kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal
objek dan bagaimana menggunakannya, biasanya dimulai dari teman-teman
sekelasnya anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan bahasa,
dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingkan antara fantasi dan
realita.Hal ini dapat ditunjukkan dengan membacakan kepada teman-temannya.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak
sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial.
Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai norma dan etik. Anak belajar yang
benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.Permainan membantu
anak untuk membuka diri dan pengertian kepada orang lain diluar keluarga melalui
saling berbagi cerita dan rahasia pribadi, mendengarkan pendapat teman dan saling
memberi.
a. Bayi: perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak
sosial pertama anak adalah figur ibu
b. Sampai usia 1 tahun: bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek dilingkungan
c. Usia 2-3 tahun: permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien,
penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman
sepermainannya
d. Usia pra sekolah: sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri
yang ada pada setiap bermainnya
e. Usia sekolah: teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan
menerima belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami
tamggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam
bermain.Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba
pada situasi yang lain.
a. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
1) Kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahanya serta tingkah lakunya.
Anak dapat meminta tolong kepada teman bila mengalami kesulitan
dengan mengajak teman lain bergabung dalam permainan atau tugas (case)
2) Nilai moral
Belajar salah atau benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh
bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode
8
perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kulutr, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin
diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang
diterima secara kultur, adil, jujur, kendali dir dan mempertimbangkan kepentingan
orang lain.
C. Klasifikasi Bermain
Bermain diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya menurut
Wong (2008) yaitu :
1. Menurut isi permainan
a. Social affective play, yaitu permainan yang membuat anak belajar berhubungan
dengan orang lain. Contoh; orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak
memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll
b. Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang), contohnya; obyek
seperti wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh
c. Skill play, yaitu bermain yanng sifatnya membina ketrampilan misalnya
berulangkali melakukan dan dan melatih kemampuan yang baru didapat,
seringkali menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik sepeda
d. Perilaku bermalas-malasan (Unoccupied Behavior), dimana tidak bermain tetapi
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik. Misalnya sibuk
dengan benda-benda lain atau bajunya
e. Dramatic role play, dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan, contoh; berpura-
pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum dan tidur. Pada
usiatoddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya. Untuk usia
prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit
f. Permainan game, contohnya puzzle, komputer games dan video.
2. Menurut karakteristik sosial
a. Bermain mengamati atau unlooker, dimana anak akan melihat sesuatu yang
dilakukan oleh anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contohnya
menonton televisi
9
b. Bermain mandiri (solitary play), dimana anak bermain sendiri. Menyukai
kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya
terpusat pada aktivitas atau permainannya sendiri.
c. Parallel play, yakni bermain sendiri ditengah anak lain, tidak ada asosiasi
kelompok dan merupakan ciri bermain anak Toddler.
d. Assosiation play, yaitu bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin atau tujuan bersama, anak interaksi dengan saling
meminjam alat.
e. Cooperative play yaitu bermain dalam kelompok, ada perasaan
kebersamaanatau sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada
tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.
10
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.Misalnya,
dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung permainan pura-pura.
11
j. Melatih anak meraih benda
3. Umur 3-6 bulan
a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara
b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan mandiri
c. Melatih mencari sumber suara
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar,
bergaul
4. Umur 6-9 bulan
1. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan
kepala tegak
2. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
3. Sering diajak bicara
4. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
5. Mengajak dirinya dikaca
6. Melatih merangkak, berdiri
7. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk
tangan,menepuk beduk dan gendang
8. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh :
makan bersama, jalan-jalan dan rekreasi
5. Umur 9-12 bulan
1. Bermain merambat pada meja atau kursi
2. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-
jari
3. Berbicara ( melatih ) dengan dua suku kata
4. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi
atau tangga secara bertahap
5. Bermain bola
6. Melatih atau bermain dengan berjalan
7. Menumpuk balok
8. Menggambar
9. Melatih membungkukkan badan saat mengambil
sesuatu benda
12
10. Menyebutkan beberapa nama dari bagian
tubuhnya
6. Umur 12-18 bulan
a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur (dengan menarik mainan)
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita (minta pada anak)
13
7. Mengenal huruf dan angka
8. Mengenal bentuk dan warna gambar
9. Membaca
10. Mengenal musim
11. Bermain kredit
10. Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan “ mengapa “
f. Mengenal tanda, simbol dan lambang
g. Bergaul
11. Umur 5-6 tahun
1. Main bola ( jarak 1 m )
2. Menggambar ( segi tiga )
3. Angka, huruf, menghitung 0 – 10
4. Bersepeda
5. Bermain lilin atau tanah liat atau adonan kue
6. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1 bulan
dan seterusnya
7. Waktu
8. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris
9. Masak-masakan
G. Alat Permainan Edukatif (APE)
Yang dimaksudalat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu alat kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak.
2. Pengembangan aspek bahasa, dengan melatih berbicara menggunakan kalimat yang
benar.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
dengan orang tua, keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Syarat sebuah APE
adalah sebagai berikut:
a. Aman
b. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia perkembangan anak
14
c. Desainnya harus jelas
d. Berfungsi untuk mengembangkan motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi
anak
e. Harus bervariasi
f. Menarik
g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan
h. Tidak mudah rusak.
15
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
A. Jenis Permainan
Adapun jenis permainan yang digunakan dalam terapi bermain ini adalah Slime.
Slime dipelajari dan diciptakan oleh dua orang ilmuan bernama Meyer dan Mark
pada tahun 1930. Awalnya mainan ini hanya seperti tanah liat yang bisa dibentuk.
Wujud mainan ini terus berubah dan dimodifikasi sering berjalannya waktu.
B. Cara Membuat Slime
Adapun alat-alat yang dapat digunakan selama permainan adalah:
1. Lem fox putih 3 sendok makan
2. Bedak baby
3. Air bersih 3 sendok teh
4. Baby oil
5. Sabun cair
6. Pewarna makanan
Gambar alat :
16
2. Tempat bermain.
Ruang Keperawatan Anak BLUD RSUD KONAWE
D. Karakteristik Bermain
Menyalurkan emosi dan perasaan
Melatih motorik halus
Meningkatkan kecerdasan
Melatih kerjasama mata – tangan
Mengembangkan kreatifitas anak dengan cara memilih hewan/binatang berdasarkan
suara binatang yang dipraktekkan
E. Karakteristik Peserta
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 3-5 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Terpasang alat-alat invasif
c. Bedrest
d. Infeksi
2. Metode
1. Story telling
2. Bermain
3. Tanya Jawab
3. Uraian Tugas
Tugas yang harus dilakukan dalam terapi bermain antara lain :
1. Mengkoordinir pelaksanaan program bermain.
2. Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga.
3. Meminta izin dengan Kepala Ruangan.
4. Memfasilitasi proses bermain.
F. Strategi
1. Pra kegiatan
17
Menyiapkan tempat / ruangan
Menyiapkan alat – alat
Menyiapkan peserta
2. Kegiatan
Anak diberikan kebebasan dalam memilih permaianan sesuai dengan daya
kreativitas dan imajinasi mereka.
Anak diberi kebebasan dalam mewarnai gambar
Memberikan bantuan/arahan jika diperlukan.
G. Langkah-langkah
1. Persiapan : 5 menit
2. Pembukaan : 5 menit
Perkenalan
Penjelasan maksud dan tujuan
3. Pelaksanaan : 15 menit
4. Evaluasi : 5 menit
2. Pengorganisasian
Leader : Eka Yusanti
3. Pembagian tugas
a. Leader : Eka
Tugas:
1) Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
2) Menjelaskan tujuan terapi bermain.
3) Menjelaskan aturan terapi permainan
b. Co. Leader:
Tugas: Sira
1) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
2) Menyampaikan jalannya kegiatan
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
c. Observer:
Tugas: Polan
1) Mengevaluasi jalannya kegiatan
2) Mendokumentasikan kegiatan
18
d. Fasilitator:
Tugas: Iis
1) Memfasilitatori kegiatan yang diharapkan
2) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
3) Sebagai Role Model selama kegiatan
4. Evaluasi yang diharapkan
1. Anak dapat mengekspresikan perasaan mereka setelah bermain.
2. Anak dapat memberikan Feedback terhadap kegiatan permainan.
3. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
4. Anak merasa senang.
5. Anak tidak takut lagi dengan petugas / perawat
5. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah
1. Anak yang kooperatif
2. Anak yang dalam kondisi mampu mengikuti terapi bermain
3. Bersedia dengan baik
Peserta terdiri dari:
1. Anak
2. Orang tua anak
3. Mahasiswa 5 orang
4. Pembimbing akademik dan lahan
19
4) Pengetahuan cara bermain
5) Teman bermain
20
peraturan kegiatan 3. Mendengarkan
4. Menjelaskan alat yang akan penjelasan
dijadikan media permainan
4. Mendengarkan
penjelasan
1. Meminta kepada setiap orang 1. Memperkenalka
tua untuk menyebutkan nama n diri
masing-masing anak
2. Menjelaskan kembali tentang
permainan beserta alat-alatnya 2. Mendengarkan
5 Menit 3. Meminta orang tua/pendamping penjelasan
Permainan anakuntuk bersiap-siap memulai
permainan 3. Mulai bersiap-
4. Melakukan/melaksanakan siap untuk memulai
permainan permainan
4. Bermain
3. Menjawab
salam penutup
Leader
klien klien
21
fasilitator
fasilitas
klien
klien
to
to
klien klien
Orang tua klien Orang tua klien
Observer
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak.Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
23
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak.Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Narendra, Sularso, dkk. 2009. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung
Seto
Anggani, Sudono. 2009. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini. Jakarta: Grafindo
Soettjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Pusdiknakes. 2007. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes.
Mudrikah, Rosalina, dkk. 2016. Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Kecemasan Anak
Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsud Kabupaten Semarang.
Jawa Timur: https://docplayer.info/41103167-Pengaruh-terapi-bercerita-
terhadap-kecemasan-anak-usia-prasekolah-yang-mengalami-hospitalisasi-di-
rsud-kabupaten-semarang.html
24
Moeslichatoen, 2006.Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rhineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep &Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wong, D.L, Hockenberry, M, et al. (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih
bahasa: Monica Ester; (6th.ed).volume 2. Jakarta: EGC.
Lampiran:
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN DI RUANG ANAK
RSUD Konawe
25
LEMBAR OBSERVASI PENCAPAIAN ANAK
26