SAP Perawatan Stoma
SAP Perawatan Stoma
SAP Perawatan Stoma
STOMA CARE
DI RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT LAVALETTE
MALANG
Disusun oleh:
Kelompok 1
A. Tujuan
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan keluarga pasien Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Lavalette memahami tentang cara merawat stoma.
2
C. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
D. Media
a. Lembar balik
b. Leaflet
E. Kegiatan Penyuluhan
N Tahapan
Kegiatan pendidikan Kegiatan peserta
o dan Waktu
1. 5 menit Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan mengisi
sebelum hadir, ruangan, dan tempat daftar hadir dan duduk
acara dimulai untuk peserta penyuluhan ditempat yang disediakan
2. Pendahuluan Pembukaan:
3. Pelaksanaan Pelaksanaan:
kegiatan
1. Menggali 1. Menjelaskan apabila
pengetahuan sasaran mengetahui tentang
3
15 menit penyuluhan tentang cara merawat stoma
cara merawat stoma
care
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan materi
meliputi: penyuluhan yang
a. Pengertian stoma disampaikan.\
b. Jenis-jenis stoma
c. Komplikasi stoma
d. Penatalaksanaan
post operasi dan
stoma care
3. Memberikan 3. Peserta penyuluhan
kesempatan peserta mengajukan
untuk mengajukan pertanyaan mengenai
pertanyaan mengenai materi yang belum
materi yang dipahami.
disampaikan dan
memvalidasi tentang
apa yang sudah
disampaikan. 4. Mendengarkan dan
4. Menjawab pertanyaan memperhatikan
yang dijawab oleh jawaban penyaji
peserta penyuluhan. mengenai pertanyaan
5. Memberikan peserta penyuluhan
reinforcement positif
atas audiens yang
aktif.
4. Penutup Evaluasi:
4
5 Menit 1. Menjelaskan kembali 1. Peserta penyuluhan
materi yang telah menjawab pertanyaan
disampaikan. yang diajukan oleh
2. Penyaji penyaji.
menyimpulkan materi 2. Peserta penyuluh
yang telah mendengarkan
disampaikan kesimpulan materi yang
3. Tim penyuluh disampaikan.
membagikan leaflet 3. Peserta penyuluhan
kepada peserta menerima leaflet
penyuluhan
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Ns. Rini Eko Kapti, S.Kep., M.Kep
G. Job Description
1. Penyaji
5
2. Fasilitator
I. Kriteria Evalusi:
1. Kriteria Struktur
a) Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b)Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c) Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d)Penyelenggara penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan Ruang
Rawat Perinatologi Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang.
e) Pengorganisasian penyelenggaraan
2. Kriteria Proses
a) Acara dimulai tepat waktu
b)Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c) Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d)Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
6
f) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria hasil
a) Peserta yang datang ± 2 orang atau lebih
b)Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c) Peserta mampu menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.
7
MATERI PENYULUHAN
A. Anatomi Colon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Usus ini merupakan saluran yang berhubungan dengan ileum dan berakhir di
anus. Panjangnya sekitar 1,5 m, diameternya ± 6,3 cm, pH nya 7,5-8. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending),
kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon
melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri".
Fungsi usus besar:
1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah
kimus dan cairan menjadi massa semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
a. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.
b. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan gerakan
mendorong. Pada kolon ada tiga divisi yaitu:
1) Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi bawah hati
disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada
fleksura spienik.
3) Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
B. Pengertian Stoma
Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang menghubungkan
saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi, kolostomi, dan urotomi
(Grace & Borley, 2006). Stoma adalah lubang buatan pada abdomen untuk
mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma ini sering
bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi) dengan insisi di
atas garis tengah perut (midline incision). Keberadaan stoma ini sangat penting
karena merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran pembuangan sementara
atau bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang stoma
masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). Namun tidak jarang kantong stoma bocor
karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai
menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat berfungsi
dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu perawatan
yang baik dan benar paska operasi.
C. Jenis-jenis Stoma
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang
artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih
dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm diatas
anus
Jenis – Jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya
ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat
secara permanen maupun sementara.
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi
single barrel ( dengan satu ujung lubang)
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula
9
dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus dengan dinding
abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal atau bahkan lebih proximal dari usus
halus. Limbah usus keluar dari ileostomi dan dikumpulkan dalam suatu sistem
pouching eksternal menempel di kulit. Ileostomi biasanya diletakkan di atas pangkal
paha di sisi kanan perut.
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem kemih. Sebuha
urostomy di buat untuk memanfaatkan pengalihan kemih dalam kasusu dima drainase
urin melalui kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja kembali, misalnya
setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi. Penyabab dilakukan urostomy
adalah Kanker kandung kemih, cedera tulang belakang, kerusakan dari cacat kandung
kemih dan lahir seperti spina bifida.
D. Indikasi Stoma
Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembuatan stoma. Secara umum,
ostomi dilakukan pada kasus dimana tidak dimungkinkannya untuk melakukan
anasomose usus secara langsung dengan berbagai alasan, atau ditakutkan adanya
resiko kegagalan pada sambungan usus, pada kasus dimana tidak terdapat usus pada
bagian distal seperti pada pasien pasca reseksi abdominoperineal. Indikasi untuk
dilakukan ostomi, yaitu cancer, diverticular disease, inflamatory bowel disease-
ulcurative colitis, crohn’s disease, radiation enteritis, complex perirectal,
rectovaginal, or rectourethtal fistulas, trauma, obstruction, perforation, motality and
functional disorder including idiopathic megarectum and megacolon, infection-
necrotizing facilities, fournier’s gangrene, congenital disorder-imperforate anus,
hirschsprung’s disease, necrotizing enterocolitis, intestinal atresias.
E. Komplikasi Stoma
1. Ciri-ciri stoma sehat
a. Berwaran merah muda
b. Lembab
c. Tidak nyeri
10
d. Dapat “Bergerak”
11
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur
penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma
F. Penatalaksanaan Post Operasi dan Stoma Care
1. Penatalaksanaan post operasi
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan intake dan
output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan
dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka
yang lainnya, dan pertahankan integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari
usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase
flatus indikasi kembalinya peristaltik.
c. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan
posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan
lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk
membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau
kolostomi adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri,
pertahankan fungsi pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat,
irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan
postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari
anastomosa. Memastikan kelancaran penting untuk rasa nyaman dan
penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai
perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase
dapat berwarna merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau
kekuningan setelah 2 – 3 hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari
drainase dapat mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus,
atau infeksi.
12
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi
abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur rektal,
suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis jahitan
anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau gangguan penyembuhan.
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien
dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan,
selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan
sodium, potasium, dan chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan.
Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah
infeksi akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan
kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor
distensi abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan
kembali perlahan-lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma
terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk
instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang
kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan
usus. Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini dan cara
pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan yang
mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga harus
diidentifikasi, dan menghindari makanan yang melembekkan feces. Nutrisi pada
pasien ileostomi harus menghindari makanan tinggi serat, harus banyak minum
min. 8 gelas – 2 liter /hari, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi
pada pasien Urostomi harus menghindari makanan berbau, dan banyak minum air
putih.
2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak
sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka
operasi dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma ini supaya
terlindungi dari kontaminasi dan mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah
perawatan stoma adalah sebagai berikut :
13
a. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-bahan
yangdibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken), hanscoon steril, pinset
steril,gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin, dan plester. Ajak
seorang asistensi perawat atau bila tidak mungkin bisa meminta pertolongan
keluarga pasien dengan terlebih diberikan pengarahan.
b. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong stoma
pinset terlebh dulu.
c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah kelumen
stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.
d. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu kuat dapat
dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
e. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah dibasahi
dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.
f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus dalam luka
dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampak
kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan dengan
kassa basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa steril.
h. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik (Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat digunakan
kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi dengan
plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik) karena lebihkuat
daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
k. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan kassa.
Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
l. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih tampak basah
sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.
14
b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
c. Waktu penggantian kantong kolostomi
d. Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
e. Jadwal makan atau pola makan (pemberian ASI) yang harus dilakukan
untukmenyesuaikan
f. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu pererakan pasien
g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi oleh ibu pasien
h. Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika
pasiensudah dirawat dirumah)
i. Berobat/kontrol ke dokter secara teratur
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu keluarga
pasienkolostomi menyesuaikan hal ini, yaitu:
a. Meminta suster atau petugas kesehatan untuk menjelaskan mengenai segala
hal terkaitkantung untuk stoma, seperti dimana membelinya, prosedur
pemakaiannya sertamemahami bahasa yang tertera di kantung.
b. Mengosongkan kantung kolostomi sebelum terlalu penuh, hal ini untuk
menghindarikemungkinan meluap atau infeksi. Serta memperhatikan
pembuangan limbah darikantung di toilet.
c. Keluarga mempraktikkan sendiri cara penggantian kantung kolostomi
sebelumanaknya meninggalkan rumah sakit.
d. Membilas stoma (kulit yang terbuka) secara lembut dengan air hangat
sebelummenempelkan kantung yang baru. Jika memilih menggunakan sabun,
maka pastikanbahwa sabun tersebut tidak diberi wewangian dan tanpa iritasi.
Lalu keringkan secarapelan-pelan dengan handuk lembut.
e. Menjaga daerah sekitar stoma (lubang buatan) agar tetap kering dan bersih.
Hal-hal yang harus diperhatikan keluarga yang merawat anak dengan stoma:
a. Keadaan stoma
1. Warna stoma (normal warna kemerahan)
2. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi)
3. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)
4. Posisi stoma
b. Perubahan eliminasi tinja
15
1. Konsistensi, bau, warna feces
2. Apakah ada konstipasi / diare?
3. Apakah feces tertampung dengan baik?
4. Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri?
c. Timbul Gangguan rasa nyeri
1. Keluhan nyeri ada/tidak
2. Hal-hal yang menyebabkan nyeri
3. Kualitas nyeri
4. Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)
5. Apakah pasien gelisah atau tidak
6. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
7. Tidur nyenyak/tidak
8. Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
9. Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
10. Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
d. Timbul gangguan nutrisi
1. Bagaimana nafsu makan klien
2. Berat Badan normal atau tidak
3. Bagaimana kebiasaan makan pasien
4. Makanan yang menyebabkan diare
5. Makanan yang menyebabkan konstipasi
16
DAFTAR HADIR MAHSISWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN FKUB
10
11
12
13
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
18
1. Menjelaskan materi pertanyaan dengan
benar dari penyuluh
a. Pengertian
minimal 75%
stoma
b. Jenis-jenis
stoma
c. Komplikasi
stoma
d. Penatalaksanaan
post operasi dan
stoma care
2. Memberikan
kesempatan peserta
penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang
belum dipahami.
3. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan peserta
penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA
Azza Upi. Stoma Care. (2011, https://www.scribd.com/doc/129970613/95854328-
Makalah-Stoma )
19
Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi Ostomate. Staf
Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.
Smeltzer, Suzanne C., 2001 , Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Sudarth., Edisi 8 , EGC: Jakarta.
Udjanti, Wajan Juni.. Perawatan Ostomy. (2014,
http://www.scribd.com/doc/202441218/SOP-Ostomy-2014-Wajan#scribd )
20
1) Tanggal : 14 – 03 - 2019
2) Waktu : 14.00 – 15.00
3) Tempat/ Ruang : Ruang Perinatologi RS Lavalette
4) Nama/ NIP Petugas :
1. Kristanti Dwi Apsari, S.Kep
2. Pebri Irawan, S.kep
3. Rizqa Fadlilah, S.Kep
5) Topik Edukasi : Perawatan stoma
6) Tujuan Edukasi : Orang tua pasien memahami cara merawat
pasien dengan stoma di rumah
7) Metode/ Teknik : Ceramah dan tanya jawab
8) Alat Bantu yang Digunakan : Lembar balik dan leaflet
9) Sasaran : Orang tua pasien
10) Jumlah Sasaran : ≥ 2 orang
11) Brosur/ Leaflet yang Diberikan : Perawatan Stoma
12) Evaluasi :
1. Evaluasi Proses
- jam pelaksanaan disesuaikan dengan jam menyusui bayi,
penyuluhan dilaksanakan 30 menit sebelum jam menyusui
- total peserta penyuluhan 3 orang
- peserta penyuluhan antusias memberikan mendengarkan
materi dan aktif mengajukan pertanyaan
2. Evaluasi Hasil
- peserta penyuluhan mampu memahami tentang stoma dan
cara perawatannya di rumah
- tedapat 2 peserta yang bertanya
Malang, 14 – 03 – 2019
Perceptor Klinik
21
Pembicara : Pebri Irawan, S.Kep
Hari/ Tanggal : Kamis, 14 – 03- 2019
Pukul : 14.00 – 15.00
Tempat : Ruang Perinatologi RS Lavalette Kota Malang
Daftar Hadir : 3 peserta (terlampir)
Pembahasan :
Pengertian stoma
Jenis-jenis stoma
Komplikasi stoma
Penatalaksanaan post operasi dan stoma care
Pertanyaan :
1. Seperti apa tanda-tanda bahwa kita sudah harus mengganti
extra thin pada luka stoma?
2. Bagaimana posisi yang tepat untuk kita memasang kantong
stoma?
Malang, 14 – 03 – 2019
Pemimpin Notulis,
Dokumentasi Penyuluhan
22
23