Cemas Ytt
Cemas Ytt
Cemas Ytt
Oleh :
St. Nurchaliza D. Pratiwi, S.Ked
105505408818
Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No. Rekam Medik : 52 11 69
Tanggal Lahir : 05 Oktober 1987
Usia : 32 Tahun
Alamat : Mattontong Dare, Kabupaten Gowa
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 10 Januari 2020
Tempat Perawatan : Poli Jiwa RS. Syekh Yusuf Gowa
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari autoanamnesis pasien itu sendiri.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama : Kontrol
2. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien perempuan usia 33 tahun datang ke poli RS
Syekh Yusuf untuk kontrol. Pasien datang ke poli dalam kondisi
dan perasaan yang baik, seperti yang pasien rasakan pada waktu-
waktu biasa.
Sebelumnya, pasien sering memiliki keluhan cemas dan
perasaan tidak nyaman, jantung berdebar dan perasaan ingin
menangis tanpa alasan. Dirasakan hampir tiap hari dan kadang
dirasakan apabila pasien sedang sendiri. Keluhan tersebut
membaik apabila pasien berdzikir dan bercerita dengan tetangga
ataupun suami pasien. Keluhan pasien tidak pasien rasakan saat
pasien minum obat secara teratur. Pasien juga mengeluh sulit
tidur saat malam hari dan terkadang tidak tidur semalaman.
Pasien pernah merasa panas pada daerah dada, jantung berdebar-
debar, dan sulit tidur. Keluhan pasien muncul tanpa sebab yang
pasti.
Keluhan pasien mulai dirasakan sejak 2 tahun yang lalu
sejak ibu pasien meningal, pasien minum obat secara teratur, dan
selalu kontrol. Makan, minum, mandi dan aktivitas sehari-hari
baik.
Riwayat penyakit sebelumnya epigastric pain, riwayat
dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama, riwayat pengobatan sejak ± 1 tahun terakhir,
sampai sekarang masih berobat di Poli Jiwa RSUD Syekh Yusuf.
b. Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial (-)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (-)
Hendaya dalam waktu senggang (-)
c. Faktor stressor psikososial : Ibu pasien meninggal dunia
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya:
1) Riwayat infeksi (-)
2) Riwayat trauma (-)
3) Riwayat kejang (-)
4) Riwayat NAPZA (-)
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya :
a. Riwayat penyakit fisik: Dispepsia.
b. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Tidak ada.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi :
a. Riwayat prenatal dan perinatal (usia 0-1 tahun)
Pasien lahir pada tanggal 5 Oktober 1987 di rumah dengan
persalinan normal, dibantu oleh dukun. Pasien lahir cukup bulan
dan mendapat ASI. Pertumbuhan dan perkembangan normal,
sesuai usia.
b. Riwayat masa kanak awal
a. Usia 1-3 tahun
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan
berbicara baik. Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik
berlangsung baik. Pasien memiliki hubungan yang baik dan
interaksi yang baik dengan kedua orang tua. Pasien tinggal
bersama kedua orangtuanya serta saudara-saudaranya dan
mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup.
b. Usia 3-5 tahun
Pasien memiliki teman sebaya yang selalu diajak untuk bermain,
selalu turut berbaur dalam kelompok bermainnya dengan baik.
c. Usia 6-11 tahun
Pasien menempuh pendidikan SD selama 6 tahun
d. Riwayat masa kanak Akhir dan Remaja
Pasien menempuh pendidikan hingga SMP dan tidak melanjutkan
lagi pendidikan karena masalah ekonomi.
e. Riwayat Masa Dewasa
1) Riwayat Pendidikan: Pendidikan terakhir SMP
2) Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Riwayat Perkawinan : Sudah menikah sebanyak 1 kali, dan
memiliki 2 anak (2 anak perempuan)
4) Riwayat kehidupan sosial: sebelum sakit pasien merupakan
pribadi yang mudah bergaul
5) Riwayat Agama : Pasien beragama Islam
5. Riwayat Kehidupan Keluarga :
a. Merupakan anak keempat (4) dari lima (5) bersaudara
(♀,♂,♂,♀,♀)
b. Menetap bersama suami dan kedua anaknya
c. Hubungan dengan anggota keluarga baik
d. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
e. Situasi sekarang : Pasien saat ini tinggal dengan suami dan anak.
Hubungan dengan keluarga baik.
6. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa kehidupannya sudah sesuai dengan keinginannya.
2. Status Neurologi
a. GCS : GCS 15 ( E4M6V5)
b. Tanda rangsang meninges : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pupil : Bulat, isokor, diameter 2.5 mm/2.5mm
d. Nervus kranialis : Dalam batas normal
e. Sistem saraf motorik dan sensorik : Dalam batas normal
Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Dukungan dari keluarga baik untuk kesembuhan pasien
- Sudah menikah.
- Riwayat pre morbid sosial yang baik.
- Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh.
Faktor penghambat: tidak ada
IX. PEMBAHASAN
Gangguan anxietas merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan
tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilatas, kesulitan
tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan
gangguan yang bermakna dala fungsi sosial dan pekerjaan. Berkaitan
dengan kasus, pasien mengalami perasaan cemas, tidak nyaman dan
berbagai macam gejala peningkatan aktivitas otonom yang dapat
menunjukkan bahwa pasien memiliki gangguan anxietas(1).
Pasien merupakan seorang perempuan, dimana menurut Redayani
dalam buku Ajar Psikiatri, rasio terjadinya anxietas pada perempuan dan
laki-laki adalah 2:1(1).
Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III) untuk mendiagnosis gangguan anxietas terdapat ketentuan
gejala utama yang mencakup unsur-unsur berikut(2):
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c) Overaktivitas autonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering dsb.)
Dari hasil pemeriksaan didapatkan gejala anxietas seperti perasaan
cemas disertai jantung berdebar. Berdasarkan PPDGJ III, pada kasus ini
dapat digolongkan sebagai gangguan anxietas.
Pada anamnesis yang dilakukan pada pasien, keluhan cemas dan
perasaan tidak nyaman telah dialami selama 2 tahun terakhir tanpa sebab
yang jelas baik itu suatu peristiwa atau pun objek, oleh karena itu tidak
dapat didiagnosis sebagai gangguan anxietas fobik ataupun penyesuaian.
Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat adanya serangan cemas yang
berlangsung hebat dalam kurun waktu tertentu (5 menit), sehingga
diagnosis gangguan panik juga tidak dapat ditegakkan. Tidak ada gejala
khas post trauma sehingga tidak dimasukkan sebagai Post-Traumatic
Stress Disorder ataupun Obsessive Compulsive Disorder. Pasien
mengalamai keluhan hampir setiap hari namun tidak terus menerus pada
semua aktivitas, kadang membaik jika pasien kembali berdzikir dan
berbicara dengan suami atau tetangga. Hal ini sulit untuk dikategorikan
dalam Gangguan Anxietas Menyeluruh dan didiagnosis sebagai Gangguan
Anxietas YTT (F41.9).
Pada pasien ini diberikan pengobatan anti-anxietas, golongan
benzodiazepine yaitu Alprazolam. Benzodiazepine merupakan pilihan obat
pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah dan
ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sediaan dengan
waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu,
dilanjutkan dengan masa tappering off selama 1-2 minggu(1).
Benzodiazepin bekerja dengan mengikat ke lokasi reseptor spesifik,
benzodiazepin muncul untuk mempotensiasi efek asam gamma-
aminobutyric (GABA) dan memfasilitasi neurotransmisi GABA dan aksi
pemancar penghambat lainnya. Dengan meningkatkan aksi GABA, yang
merupakan neurotransmitter penghambat utama di otak, dapat menekan
semua level sistem saraf pusat (SSP), termasuk formasi limbik dan
retikuler.Alprazolam mengikat reseptor di beberapa bagian di dalam SSP,
termasuk sistem limbik dan pembentukan retikuler; efek dapat dimediasi
melalui sistem reseptor GABA; peningkatan permeabilitas membran
neuron terhadap ion klorida meningkatkan efek penghambatan GABA;
pergeseran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi (kurang rangsangan)
dan stabilisasi membran neuron(3).
AUTOANAMNESIS (10 Februari 2020)
DM : Assalamu’alaikum, ibu.
P : Wa’alaikumussalam dok.
DM : Tabe’ Ibu, saya Nurchaliza, saya dokter muda yang bertugas di sini.
Boleh saya tanya-tanya ki Ibu?
P : Iya dok.
P : S Dok.
P : 33 tahun dok
DM : Di mana ki tinggal?
P : sendiri ji dok
P : Iye
P : awalnya selalu nyeri ulu hatiku, terus susah tidur, baru berdebar. Pergika
berobat dikasih obat maag tapi tidak membaik dok. Baru disuruhma berobat disini
P : sudah 2 tahun
P : iye Dok, kalau tidak minum obat biasa susah tidur baru berdebar-debar
jantungku
DM : susah tidur itu itu susah ki untuk mula tidur atau biasa terbangunki
tengah malam?
P : nda bisa mentong tidur dok, biasa sampe pagi tidak tidurka
DM : Biasanya saat lagi kenapaki baru kita merasa keluhanta muncul? Apa kita
bikin kalau muncul keluhanta?
P : biasa kalau sendiri ka Dok. Biasanya kalo tidak enak mi kurasa berdzikir
ka sama cerita-cerita sama suami atau tetangga
DM : Dulu sekali ibu, sebelum muncul keluhanta, tidak adaji maasalahta sama
keluarga atau orang disekitarta?
P : ndaji dok
DM : kalau merasa tidak enak perasaanta, pernah ki yang sampai panik ibu?
Ketakutan? Berteriak teriak? Sekitar beberapa menit?
DM : ada keluhan lain lagi yang kita rasa kalau datang keluhannya?
DM : berapa anakta?
P : 5 orang Dok
P : SMP Dok
DM : merokok ki? Ada kita pernah minum obat selain dari dokter?
P : tidak Dok
P : baik ji dok, sering main main, sama teman dulu, sama sodara.
P : Baik ji Dok
P : jokowi
DM : kita tahu ada dimanaki sekarang?
P : hari senin
DM : Ibu tahu peribahasa? Kalau panjang tangan? Kita tahu artinya Ibu?
P : mencuri toh?
DM : Baiklah ibu. Terima kasih atas waktunya. Jangan lupa minum obatnya
nanti bu, supaya bisa lebih tenang perasaanta. Rajin ki kontrol di’. Sehat-sehatki
terus
1. Redayani P. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Elvira SD, editor. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015. 253-257 p.