Perkades No.06 2015 Penyelenggaraan STBM Di Desa Nita
Perkades No.06 2015 Penyelenggaraan STBM Di Desa Nita
Perkades No.06 2015 Penyelenggaraan STBM Di Desa Nita
KABUPATEN SIKKA
TENTANG
PENYELENGGARAAN STBM DI DESA NITA
MEMUTUSKAN:
Pasal 2
Penyelenggaraan STBM di desa bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter menuju PHBS secara mandiri dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan STBM di desa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dengan
berpedoman pada pilar STBM.
(2) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku:
a. Stop BABS;
b. CTPS;
c. PAMMRT;
d. PSRT; dan
e. PLCRT.
(3) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memutus
mata rantai penularan penyakit dan keracunan.
Pasal 4
Perilaku Stop BABS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi:
a. membudayakan perilaku buang air besar secara sehat yang dapat memutuskan
alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan;
b. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan
persyaratan kesehatan; dan
c. mendorong terlaksananya Stop BABS di desa melalui gerakan membangun jamban
keluarga secara mandiri dengan kewajiban:
1. setiap rumah wajib memiliki jamban keluarga.
2. setiap orang wajib buang air besar pada jamban.
Pasal 5
Perilaku CTPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b diwujudkan
melalui kegiatan yang meliputi:
a. membudayakan perilaku cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
memakai sabun secara berkelanjutan;
b. menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan air
mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah; dan
c. mendorong terlaksananya gerakan CTPS di desa secara khusus pada saat paling
kritis, seperti:
1. setelah buang air besar.
2. sebelum menyiapkan makanan.
3. setelah menceboki bayi.
4. sebelum menyusui/memberi makan kepada bayi.
5. sebelum/sesudah makan.
Pasal 6
Perilaku PAMMRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c diwujudkan
melalui kegiatan yang meliputi:
a. membudayakan perilaku pengelolaan air layak minum dan makanan yang aman
dan bersih secara berkelanjutan;
b. menyediakan dan memelihara tempat pengelolaan air minum dan makanan rumah
tangga yang sehat; dan
c. mendorong terlaksananya gerakan PAMMRT di desa dengan mengonsumsi air
minum dan makanan yang sudah dimasak/diolah dengan baik dan higyene.
Pasal 7
Perilaku PSRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d diwujudkan
melalui kegiatan yang meliputi:
a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai jenisnya dan
membuang sampah rumah tangga pada tempatnya;
b. melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pengolahan
kembali (recycle); dan
c. mendorong terlaksananya gerakan PSRT di desa dengan menyediakan dan
memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga pada tempatnya.
Pasal 8
Perilaku PLCRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e diwujudkan
melalui kegiatan yang meliputi:
a. melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur resapan
dan saluran pembuangan air limbah;
b. memelihara dan menggunakan sarana penampungan limbah cair rumah tangga;
dan
c. mendorong terlaksananya gerakan PLCRT di desa dengan mewajibkan setiap
rumah tangga untuk menyediakan saluran pembuangan dan penampungan limbah
cair rumah tangga.
Pasal 9
Penjelasan lebih lanjut mengenai pilar STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepala Desa ini.
BAB III
PEMICUAN STBM
Pasal 10
(1) Dalam menyelenggarakan STBM di desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
dilakukan pemicuan kepada masyarakat.
(2) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, kader kesehatan, relawan dan/atau masyarakat yang memiliki
pengetahuan/kecakapan mengenai STBM.
(3) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk memberikan
kemampuan dalam:
a. merencanakan perubahan perilaku;
b. memantau terjadinya perubahan perilaku;
c. mengevaluasi hasil perubahan perilaku; dan
d. memonitoring kelanjutan perubahan perilaku.
(4) Sasaran pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah masyarakat di
desa terdiri dari :
a. setiap warga/keluarga yang belum melaksanakan lima pilar STBM;
b. setiap warga/keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum
memenuhi syarat kesehatan.
c. setiap warga/keluarga yang ada di desa.
Pasal 11
Tata cara pemicuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Desa ini.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Pasal 12
Dalam penyelenggaraan STBM di desa, masyarakat berhak:
a. memperoleh informasi mengenai rencana program/kegiatan penyelenggaraan STBM
di desa;
b. memperoleh penyuluhan dan pelatihan dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
dan
c. mengikuti atau berperan serta dalam perumusan kebijakan, pengelolaan,
pelaksanaan dan/atau penyelenggaraan STBM di desa.
Pasal 13
Dalam penyelenggaraan STBM di desa, masyarakat wajib:
a. memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan
dan pengelolaan program/kegiatan penyelenggaran STBM di desa;
b. mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang penyelenggaraan
STBM di desa; dan
c. menjaga keberlanjutan penyelenggaraan program/kegiatan STBM di desa.
Pasal 14
Dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program/kegiatan STBM di desa,
perlu memperhatikan peran serta masyarakat dan para pemangku kepentingan desa.
BAB V
TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DESA
Pasal 15
(1) Demi mendukung penyelenggaraan STBM di desa, pemerintah desa bertanggung
jawab dalam:
a. penyusunan peraturan dan kebijakan teknis;
b. fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna;
c. penyediaan panduan media komunikasi, informasi, dan edukasi; dan
d. fasilitasi pengembangan penyelenggaraan STBM;
(2) Untuk mendukung penyelenggaraan STBM di desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pemerintah desa berperan:
a. menetapkan skala prioritas wilayah untuk penerapan STBM;
b. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program dalam rangka
pengembangan penyelenggaraan STBM;
c. melaksanakan pelatihan teknis bagi Tim Kerja STBM Desa; dan
d. melakukan pemantauan dan evaluasi.
(3) Dalam mendukung penyelenggaraan STBM di desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), pemerintah desa dapat melibatkan tenaga ahli, institusi
pendidikan, institusi keagamaan, swasta, dan lembaga mitra/pihak ketiga
lainnya.
Pasal 16
(1) Pemerintah desa dalam mendukung penyelenggaraan STBM di desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15, mengacu pada strategi dan tahapan penyelenggaraan
STBM.
(2) Strategi dan tahapan penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Desa ini.
BAB VI
TIM KERJA STBM DESA
Pasal 17
(1) Untuk melaksanakan STBM di desa, Kepala Desa membentuk Tim Kerja STBM
Desa.
(2) Tim Kerja STBM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
kegiatan dan rencana kerja sesuai kebutuhan dalam mendukung
penyelenggaraan STBM di desa.
(3) Tim Kerja STBM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berkedudukan di
Desa dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa dan Tim AMPL Kecamatan.
(4) Keanggotan Tim Kerja STBM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
dari unsur Pemerintah Desa, LKD, organisasi kemasyarakatan lainnya di desa,
tenaga kesehatan, kader kesehatan, relawan dan lembaga mitra/pihak ketiga
lainnya.
(5) Tim Kerja STBM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
Pasal 18
Tim Kerja STBM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, bertugas dan
bertanggungjawab dalam:
a. menyusun rencana kerja penyelenggaraan STBM di desa;
b. mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye dan advokasi strategi
pelaksanaan program/kegiatan STBM Desa;
c. mengkoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan dan pemicuan STBM Desa;
d. memfasilitasi pengembangan rantai suplai sanitasi dan lingkungan hidup;
e. memantau, memverifikasi dan mengevaluasi hasil pemicuan dan perkembangan
perubahan perilaku masyarakat;
f. melakukan pemutakhiran database kondisi perkembangan STBM Desa; dan
g. menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan STBM Desa kepada Kepala Desa dan
Tim AMPL Kecamatan pada setiap akhir tahun.
Pasal 19
(1) Tim STBM Desa melakukan verifikasi tingkat dasar dalam penyelenggaraan STBM
di desa.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk memastikan
terjadinya perubahan perilaku masyarakat demi mencapai kondisi STBM.
(3) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaporkan kepada Tim
AMPL Kecamatan sebagai dasar pembentukan Desa STBM.
Pasal 20
Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3), mencakup 5 (lima)
pilar STBM, yakni:
a. tersedianya sarana buang air besar bagi setiap rumah tangga;
b. tersedianya sarana pengelolaan air minum yang layak dalam setiap rumah tangga;
c. tersedianya sarana cuci tangan pakai sabun pada setiap rumah tangga dan tempat
pelayanan umum;
d. tersedianya sarana pengelolaan limbah cair yang benar pada setiap rumah tangga;
dan
e. tersedianya sarana pengelolaan sampah yang benar pada setiap rumah tangga.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 21
(1) Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di desa dilakukan oleh
Pemerintah Desa bersama Tim Kerja STBM Desa.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara langsung
dan/atau tidak langsung dalam rangka mengukur perubahan dalam pencapaian
program serta mendapatkan data dan informasi penyelenggaraan STBM di desa.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara berkala terhadap
standar kualitas dan indikator kinerja pelaksanaan STBM.
(4) Indikator kinerja pelaksanaan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. aksesibilitas penyelenggaraan STBM;
b. keberhasilan penyelenggaraan STBM;
c. permasalahan yang dihadapi; dan
d. dampak penyelenggaraan STBM.
(5) Tata cara pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Desa ini.
BAB VIII
PENGHARGAAN
Pasal 22
(1) Pemerintah desa dapat memberikan penghargaan kepada orang/kelompok/badan
yang berhasil dalam mensukseskan dan/atau menyelenggarakan STBM di desa.
(2) Ketentuan mengenai jenis dan tata cara pemberian penghargaan diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Kepala Desa.
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 23
(1) Pembiayaan dalam penyelenggaraan STBM di desa bersumber dari masyarakat.
(2) Pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan STBM oleh Pemerintah Desa
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan sumber lain yang
tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala
Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa Nita.
Ditetapkan di Nita
pada tanggal 18 Juni 2015
KEPALA DESA NITA,
ANTONIUS B. LUJU
Diundangkan di Nita
pada tanggal 18 Juni 2015
SEKRETARIS DESA NITA,
YUVENTA Y. PAGAN
A. PENDAHULUAN
Bahwa kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
kebijakan yang lahir dari upaya nyata Pemerintah untuk mencapai salah satu target
Millenium Developments Goals yaitu meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap
air minum yang bersih dan sehat serta sanitasi dasar berkelanjutan.
Masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pola pemanfaatan dan
pengelolaan sarana dan prasarana kesehatan lingkungan/sanitasi dasar disebabkan
kurangnya dukungan dan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan STBM.
Pemerintah Desa Nita dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) Tahun 2014-2019 berkomitmen untuk membangun sanitasi dasar
perdesaan melalui upaya mewujudkan Desa Nita sebagai Desa STBM.
Pengembangan Desa STBM melalui pelaksanaan STBM berbasis lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta
mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Perubahan perilaku dalam STBM antara lain dilakukan melalui metode pemicuan
yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu
membangun sarana sanitasi dasar di desa secara mandiri dan partisipatif.
Agar proses pengembangan STBM di Desa Nita dapat berjalan secara optimal sesuai
harapan, maka dipandang perlu menyusun tata cara penyelenggaraannya melalui
Peraturan Kepala Desa ini agar menjadi dasar hukum dan pedoman dalam
penyelenggaraan STBM secara khusus di wilayah Pemerintahan Desa Nita.
D. Pelaku Pemicuan
1. Tim Kerja STBM Desa, sebagai pelaku utama pemicuan dapat dibantu oleh
dan/atau bersama unsur LKD dan mitra/pihak ketiga lainnya.
2. Bidan desa, berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan
masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan
evaluasi.
3. Posyandu bertindak sebagai wadah kelembagaan yang yang akan dimanfaatkan
sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan
alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi.
E. Langkah-langkah Pemicuan
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu
pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu banyak
dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai
sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak
dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku.
Langkah pemicuan berlanjut:
1. Pengantar Pertemuan/Perkenalan
2. Pencairan Suasana
3. Identifikasi Peristilahan
4. Pemetaan Sanitasi
5. Penelusuran Wilayah
6. Diskusi
7. Penyusunan Rencana Program/Kegiatan
F. Opsi Teknologi
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Pilihan teknologi jamban disesuaikan dengan karakteristik wilayah
Dusun/RT/RW setempat.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Pilihan sarana CTPS tergantung pada kreatifitas masing-masing, misalnya:
- Ceret (khusus untuk cuci tangan) dilengkapi dengan sabun.
- Ember dengan gayung dilengkapi dengan sabun.
- Jerigen dimodifikasi dipasang kran dilengkapi sabun.
- Pancuran dilengkapi sabun.
- Wastafel dilengkapi sabun dan lap bersih.
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)
Pengolahan Air Minum Penyimpanan Air Minum
•Merebus air sampai mendidih untuk air •Menyimpan pada tempat yang aman
yang sudah jernih. (ceret, kendi, teko, dan sebagainya
•Koagulasi/flokulasi +Desinfeksi. serta ditutup).
•Khlorinasi. •Menutup air dalam gelas.
•Desinfeksi dengan Sinar Matahari •dan lain-lain.
(SODIS). Prinsipnya:
•Saringan Air Keramik. Lalat atau jenis serangga/binatang tidak
menghinggapi minuman sebelum
dikonsumsi
Pengolahan Makanan Penyimpanan Makanan
•Mengolah sayuran, dicuci terlebih •Disimpan dalam lemari makanan.
dahulu, baru dipotong potong. •Menutup dengan tudung saji apabila
•CTPS sebelum mengolah dan disimpan diatas meja makan.
menghidangkan makanan. Prinsipnya :
Lalat atau jenis serangga/binatang tidak
menghinggapi makanan sebelum
dikonsumsi
2. Waktu Verifikasi
Kegiatan verifikasi dilakukan setelah diterimanya laporan bahwa suatu wilayah
Dusun/RT/RW telah menyatakan 100% (seratus persen) komunitas menjalankan 5
Pilar STBM secara sekaligus atau komunitas yang telah menjalankan salah satu
pilar tertentu dan mencapai 100% (seratus persen).
3. Cara Melakukan Verifikasi
Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan, analisis
laporan dan diskusi mendalam tentang pencapaian Pilar STBM.
V. PENUTUP
Tata cara penyelenggaraan STBM di Desa menjadi pedoman atau petunjuk teknis baik
bagi Tim Kerja STBM Desa, masyarakat maupun para pemangku kepentingan desa
dalam upaya mewujudkan Desa Nita sebagai Desa STBM sesuai strategi dan arah
kebijakan pembangunan desa yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa Nita tahun 2014-2019.