Laporan Pratikum Biofarmasetika
Laporan Pratikum Biofarmasetika
Laporan Pratikum Biofarmasetika
Disusun Oleh :
Kelompok :D
Shift : 4 / Empat
3. KhairatulHusnia (1811013020)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
PENGARUH FORMULASI TERHADAP PROFIL DISOLUSI
I. Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa memahami pengaruh formulasi sediaan obat terhadap
profil disolusi.
2. Mengetahui perbandingan profil disolusi paracetamol paten dan
generik.
II. Pendahuluan / Teori
Obat yang beredar di masyarakat terdiri dari obat paten dan obat generik. Obat
generik adalah obat yang beredar dengan nama resmi sesuai zat aktif yang
dikandungnya dan dikemas secara sederhana. Sebaliknya obat paten memakai nama
dagang dari pabrik yang memproduksi walaupun zat aktif yang dikandungnya sama.[1]
Sesuatu sediaan farmasi seharusnya memenuhi tiga kriteria utama yakni safety
(aman), efficacy (berefek), dan quality (berkualitas). Untuk produk inovator, evaluasi
mengenai ketiga hal tersebut telah dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh,
mulai dari uji pre-klinik, uji klinik, sehingga post-marketing surveilance dengan biaya
yang sangat besar. Namun bagi produk obat generik (obat copy), telah dipersyaratkan
untuk memenuhi pensyaratan uji ekivalensi baik secara in vitro maupun in vivo. [2]
Uji ekivalensi secara in vitro dapat dilakukan menggunakan uji disolusi
terbanding dengan menggunakan 3 medium disolusi yang berbeda; yaitu medium asam
klorida pH 1,2 atau simulasi cairan lambung tanpa enzim, medium dapar sitrat pH 4,5
dan medium dapar fosfat pH 6,8 atau simulasi cairan intestinal tanpa enzim. Uji
disolusi terbanding dilakukan bertujuan untuk membandingkan profil disolusi antara
produk uji terhadap produk inovator. Uji ini juga merupakan studi awal sebelum uji
ekivalensi secara in vivo dilakukan. [2]
Sifat fisikokimia dan formulasi dari pabrik yang berbeda dapat mengakibatkan
sediaan obat yang mengandung zat aktif yang sama dari pabrik yang berbeda akan
menghasilkan bioavailabilitas yang berbeda dimana bioavailabilitas adalah ukuran
kecepatan dan jumlah zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Obat-obat yang
penggunaanya melalui oral, sebelum diabsorpsi melalui dinding usus bahan obat harus
larut dalam cairan saluran cerna. Dengan demikian faktor kelarutan dan kecepatan
pelarutan mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obat. [3]
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk
sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. Kecepatan
disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah
zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar permukaan padat-cair,
suhu dan kompisisi media yang dibakukan. [4]
Berikut perhitungannya:
1. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10ml x 4ppm
V1 = 0,4 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 0,4mL dan di
ad kan 10mL dalam labu ukur
2. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10mL x 6ppm
V1 = 0,6 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 0,6mL dan di
ad kan 10mL dalam labu ukur
3. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10mL x 8ppm
V1 = 0,8 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 0,8mL dan di
ad kan 10mL dalam labu ukur
4. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10mL x 10ppm
V1 = 1 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 1ml dan di ad kan
10mL dalam labu ukur
5. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10mL x 12ppm
V1 = 1,2 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 1,2mL dan di
ad kan 10ml dalam labu ukur
6. V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 100ppm = 10mL x 16ppm
V1 = 1,6 mL, jadi volume yang diambil dari larutan induk yaitu 1,6ml dan di ad
kan 10mL dalam labu ukur
y = 0.0474x + 0.0591
Absorbansi R² = 0.9762
1
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2 Linear
(Absorbansi)
0
0 10 20
(𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓+𝑭𝒌 )
% terdisolusi = x 100 %
𝑫𝒐𝒔𝒊𝒔
Paten
5 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,296 = 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,296 – 0,0591 = 0,2369
x = 4,99 µg/ml
Kadar = 4,99 µg/ml x 900ml x 10
= 44910µg
= 44,910mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = x kadar sebelumnya
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 0 mg
= 0 mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 44,910 + 0 mg = 44,910 mg
(44,910 𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 8,982 %
500 𝑚𝑔
10 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,618 = 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,618 – 0,0591 = 0,5589
x = 11,79 µg/ml
Kadar = 11,79 µg/ml x 900ml x 10
= 106110µg
= 106,110mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 x kadar sebelumnya
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 44,910 mg
= 0,2495mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 106,110 + 0,2495 mg = 106,36 mg
(106,36 𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 21,27 %
500 𝑚𝑔
15 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,667 = 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,667 – 0,0591 = 0,6079
x = 12,282 µg/ml
Kadar = 12,28 µg/ml x 900ml x 20
= 221040µg
= 221,040mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 x kadar sebelumnya
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 106,36 mg
= 0,590 mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 221,040 + 0,590 mg = 221,63 mg
(221,63 𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 44,33%
500 𝑚𝑔
20 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,716= 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,716 – 0,0591 = 0,6569
x = 13,85 µg/ml
Kadar = 13,85 µg/ml x 900ml x 25
= 311625µg
= 311,625mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 x kadar sebelumnya
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 221,63 mg
= 1,23 mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 311,625+ 1,23 mg = 312,86 mg
(312,86𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 62,57%
500 𝑚𝑔
25 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,737 = 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,737 – 0,0591 = 0,6779
x = 14,3 µg/ml
Kadar = 14,3 µg/ml x 900ml x 30
= 386100µg
= 386,10mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 x kadar sebelumnya
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 312,86 mg
= 1,74 mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 386,1 + 1,74 mg = 387,84 mg
(387,84 𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 77,57%
500 𝑚𝑔
30 menit
y = 0,0591 + 0,0474x
0,754 = 0,0591 + 0,0474x
0,0474x = 0,754 – 0,0591 = 0,6949
x = 14,66 µg/ml
Kadar = 14,66 µg/ml x 900ml x 30
= 395820µg
= 395,82mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
FK = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 x kadar sebelumnya
5 𝑚𝐿
= 900 𝑚𝐿 x 387,84 mg
= 2,154 mg
Kadar terkoreksi = Kadar + FK
= 395,82 + 2,154mg = 397,97 mg
(397,97 𝑚𝑔 )
% disolusi = x 100 % = 79,59%
500 𝑚𝑔
Paten
90.00% 79.59%
77.57%
80.00%
70.00% 62.57%
% terdisolusi
60.00%
50.00% 44.33%
40.00%
30.00% 21.27%
20.00% 8.98%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35
waktu
Generik
5 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,317 = 0,0591 + 0,474 X
x = 5,4409 µg/ml
Kadar = 5,4409 µg/ml x 900 ml x 10
= 48968,35 µg
= 48,968 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK = x kadar sebelumnya
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
5ml
= x 0 mg = 0 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 48,968 mg + 0 mg
= 48,968 mg
48,968mg
% disolusi = x 100 % = 9,793%
500mg
10 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,587 = 0,0591 + 0,0474 X
x = 11,1371 µg/ml
Kadar = 11,1371 µg/ml x 900 ml x 10
= 100234,17 µg
= 100,234 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 x kadar sebelumnya
5ml
= x 48,968 mg = 0,272 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 48,968 mg + 0,272 mg
= 100,506 mg
100,506mg
% disolusi = x 100 % = 20,101%
500mg
15 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,638 = 0,0591 + 0,0474 X
x = 12,213 µg/ml
Kadar = 12,213 µg/ml x 900 ml x 15
= 164876,582 µg
= 164,878 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 x kadar sebelumnya
5ml
= x 100,234 mg = 0,556 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 164,878 mg + 0,556 mg
= 165,434 mg
165,434mg
% disolusi = x 100 % = 33,086%
500mg
20 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,726 = 0,0591 + 0,0474 X
x = 14,06 µg/ml
Kadar = 14,06 µg/ml x 900 ml x 20
= 253253,16 µg
= 253,253 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK = x kadar sebelumnya
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
5ml
= x 164,878 mg = 0,9159 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 253,253 mg + 0,9159 mg
= 254,168 mg
254,168mg
% disolusi = x 100 % = 50,833%
500mg
25 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,738 = 0,0591 + 0,0474 X
x = 14,322 µg/ml
Kadar = 14,322 µg/ml x 900 ml x 25
= 322262,65 µg
= 322,262 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK = x kadar sebelumnya
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
5ml
= x 253,253 mg = 1,406 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 322,262 mg + 1,406 mg
= 323,6689 mg
323,668mg
% disolusi = x 100 % = 64,733%
500mg
30 menit
Y = 0,0591 + 0,0474 X
0,804 = 0,0591 + 0,0474 X
x = 15,715 µg/ml
Kadar = 15,715 µg/ml x 900 ml x 25
= 353591,772 µg
= 353,591 mg
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
FK =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 x kadar sebelumnya
5ml
= x 322,262 mg = 1,7903 mg
900ml
Kadar terkoreksi = 353,391 mg + 1,7903 mg
= 355,381 mg
355,381mg
% disolusi = x 100 % = 71,076%
500mg
Generik
80.00% 71.08%
64.73%
70.00%
% terdisolusi
60.00% 50.83%
50.00%
40.00% 33.09%
30.00% 20.10%
20.00% 9.79%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35
waktu
60.00% 50.83%
44.33%
33.09%
40.00%
21.27%
20.10%
20.00% 9.79%
8.98%
0.00%
5 10 15 20 25 30
waktu
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji profil disolusi untuk
mengetahui pengaruh formulasi sediaan obat terhadap persentase dan profil disolusi
obat sediaan paracetamol paten yang dibandingkan dengan paracetamol generik. Ada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi disolusi obat, seperti sifat fisikokimia bahan
obat, faktor formulasi, anatomi dan fisiologi saluran cerna dan lain-lain.
Masing-masing labu disolusi diisi dengan medium disolusi HCl 0,1 N dengan
volume setiap labu yaitu 900 mL. Pada uji ini, diketahui pula bahwa panjang
gelombang paracetamol yang menghasilkan absorbansi maksimum yaitu pada 243 nm.
Sebelum memulai uji pada sediaan paracetamol paten dan generik, praktikan
diharuskan membuat kurva kalibrasi terlebih dahulu. Kurva kalibrasi ini dihitung juga
paracetamol baku yang telah diencerkan terlebih dahulu. Kami menggunakan labu ukur
10 mL, sehingga perhitungan yang kami lakukan yaitu pengenceran dari 100 ppm
menjadi 4,6, 8,10,12, dan 14 ppm yang kemudian di ad sampai batas labu ukur 10 mL.
Ini artinya, semakin lama sediaan tablet dalam medium disolusi semakin besar
persentase zat aktif terdisolusi dalam pelarutnya. Ini berlaku juga pada tubuh kita,
bahwa untuk terlepasnya zat aktif dalam medium disolusi (air) yang membutuhkan
waktu tertentu.
Jika kita lihat kembali pada data di atas, persentase terdisolusi yang lebih besar
yaitu pada paracetamol paten. Seperti yang kita ketahui, sediaan paten dan generik. ada
kemungkinan memiliki formulasi yang berbeda. Ini yang diperkirakan sebagai salah
satu pengaruh lamanya terdisolusi zat aktif dalam medium pelarut.
Praktikan membuktikannya dengan membandingkan kedua grafik antara persen
terdisolusi paracetamol paten dan generik. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa sediaan paracetamol paten memili persen terdisolusi yang kebih baik daripada
paracetamol generik.
Seperti yang kita ketahui bahwa suatu obat padatan dapat mencapai absorbsi
sistemik akan mengikuti proses seperti disintegrasi yaitu pemecahan zat padat menjadi
ukuran yang lebih kecil, kemudia disolusi, dan terakhir absorbsi melalu membrane sel.
Rate limiting step merupakan tahapan yang paling lambat yang mementukan laju obat
mencapai sirkulasi sistemik.
Jika suatu obat, memiliki kelarutan yang kurang baik dalam pelarutnya, dalam
hal ini pada tubuh yaitu dengan medium disolusinya air, maka disolusi merupakan
tahap penentu dalam proses ini.
Dari literatur seharusnya didapatkan hasil bahwa profil disolusi obat paten lebih
baik dibandingkan dengan profil disolusi obat generik, hal ini tentu karena
formulasinya yang memakai jenis eksipien dengan kualitas dan jumlah yang berbeda.
Sediaan tablet oral yang baik biasanya adalah tablet yang keras namun cepat hancur.
Hal ini agar tablet memiliki ketahanan selama proses produksi, pengemasan, dan
distribusi, namun cepat hancur agar zat aktif dapat segera dilepaskan dan tidak
menunda waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek. Eksipien yang
berpengaruh pada pelepasan zat aktif antara lain pengikat, penghancur, dan pelincir.
Zat pengikat dibutuhkan karena tablet diharapkan memenuhi syarat friabilitas yang
bertujuan untuk tidak rusak pada saat obat didistribusikan.
Dari praktikum ini, kita dapat mengetahui, bahwa faktor formulasi seperti sifat
fisikokimia obat sangat berperan penting dalam tahap terdisolusinya zat aktif dalam
medium disolusi. Paracetamol paten lebih mudah terdisolusi dibandingkan dengan
paracetamol generik. Ini karena, formulasi pada paracetamol paten berbeda dengan
generik. Selain itu, eksipien atau zat pembantu juga mempunyai peranan penting pada
proses disolusi obat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini diperoleh bahwa profil disolusi paracetamol paten
lebih baik daripada paracetamol generik.
Data yang dianalisis menunjukkan adanya pengaruh formulasi terhadap profil
disolusi suatu sediaan obat
Semakin baik formulasi sediaan obat, semakin cepat terdisolusinya zat aktif
dalam medium disolusi
Dari data juga dapat kita ketahui bahwa tablet dapat terdisolusi dalam medium
disolusinya bergantung dari sifat fisikokimianya.
Faktor yang dapat mempengaruhi disolusi adalah sifat fisikokimia bahan obat,
faktor formulasi, anatomi dan fisiologi saluran cerna dan lain-lain.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan perbandingan data dengan literatur yang ada.
Perlu diperhatikan ketelitian dalam menghitung, sehingga disarankan untuk
memerhatikan kembali perhitungan apakah sudah benar atau belum.
Praktikan sebaiknya melakukan perbandingan data menggunakan antara
kalkulator scientific dengan Ms. Excel.
Pastikan sebelum melakukan uji kepada sediaan uji untuk membuat kurva
kalibrasi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
[2]. Nor NI binti M, Nuwarda RF. Review : Variasi Metode Uji Disolusi Terbanding
(UDT). Farmaka. 2018;15(1):29–38.
[3]. Deni A, Anita L, Putri M. SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan Yang
Beredar Dikota Pekanbaru. 2020;10(2):160–5.
[5]. Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Ibrahim F, editor.
Jakarta: UI Press; 1989.
[7]. Suhesti TS, Nur EP, Farmasi J, Jenderal U. Disolusi Terbanding Tablet
Asetaminofen Produk Generik Berlogo dan Produk Bermerek Compared
Disolution of Acetaminophen Generic Products and Brand Products. Acta
Pharm Indones Acta Pharm Indo. 2018;6(September):60–5.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3707217