Sejarah Sastra Devi
Sejarah Sastra Devi
Sejarah Sastra Devi
1
karena Abdullah tidak menguasai bahasa Belanda. Tampaknya Belanda tidak
memerlukan orang-orang yang ahli dalam bidang bahasa seperti Abdullah.
Kehidupan Abdullah dalam beberapa hal telah memberikan peluang baginya
untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya sehingga ia cepat maju
dibanding dengan orang-orang lain dalam zamannya. Kepentingan Inggris
mengenai pengetahuan bahasa dan budaya orang Melayu telah mendorong
Abdullah mempelajari bahasa Melayu secara lebih seksama. Setelah dia belajar
kepada ayahnya bermacam masalah seperti bahasa Arab, berhitung, dan pelajaran
agama, ia memperdalam bahasa Melayu. Dia belajar kepada dua orang Melayu
asli, yaitu Datuk Sulaiman dan Datuk Astur. Mereka inilah yang membukakan
segala rahasia bahasa Melayu, baik tentang nahunya, sarafnya, maupun arifnya.
Dari mereka ini Abdullah mendapat akar umbi bahasa Melayu.
Kegiatan Abdullah dalam bidang kesusastraan tentu berpangkal dan sangat
banyak ditentukan oleh kegiatannya dalam bidang bahasa. Dalam bidang
kegiatannya, tampaknya Abdullah jauh lebih menonjol dibandingkan dengan
kegiatannya dalam bidang bahasa sebagai guru bahasa. Jika dalam bidang bahasa
dia telah mendapat julukan munsyi, dalam bidang kesusastraan Abdullah telah
dipandang sebagai tokoh pembaru yang am at penting dalam abad ke-19. Melalui
karya-karyanya yang dipandang memakai bahasa sehari-hari, atau mendekati
bahasa Indonesia sekarang, berkisar dari fantasi ten tang raja-raja dengan
putri·putri yang cantik kepada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, para penulis
buku kesusastraan (Indonesia), Abdullah dipandang telah mengubah kesusastraan
kuno menjadi kesusastraan baru. Sebagai akibat penilaian yang demikian,
Abdullah menjadi semacam garis pemisah antara kesusastraan kuno dan
kesusastraan baru. Dia adalah fajar zaman baru -kata Zuber Usman-. Dia adalah
jurnalis Indonesia yang pertama bagi Gunadi. Karena Abdullah meninggalkan
yang bercorak tradisional dan bergerak ke arah yang rasional, bagi Burton Raffell
dia dipandang sebagai Bapak Kesusastraan Indonesia Modern.
2
mengalami suatu zaman peralihan ini dikenal juga sebagai zaman Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi.
Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau kelompok cerita
rakyat yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik dalam kesatuan tempat,
waktu, maupun kebenaran sejarah (Winstedt, 1969:70). Setelah itu, sastra Melayu
dipengaruhi cerita Jawa dan Islam. Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam
ditemukan cerita-cerita transisi.
Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra yang di dalamnya
tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke pengaruh Islam. Di dalam sastra
peralihan, terdapat cerita-cerita dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga
dimunculkan. Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa
sebelum Islam masuk ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama Hindu dan
Buddha) sudah begitu dalam mempengaruhi pikiran orang-orang Melayu.
Sastra yang terpengaruh India (Hindu dan Buddha) mempunyai ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri sastra yang masih terpengaruh India adalah sebagai berikut.
a. Sumber kekuasaan dan kekuatan diceritakan berasal dari dewa-dewa. Hal
ini sesuai dengan pandangan Hindu bahwa yang menguasai dunia ialah
para dewa.
b. Dewa dan manusia sering berinteraksi. Manusia tertentu sering dikatakan
masih keturunan dewa atau dewa keindraan yang turun ke dunia.
c. Motif-motif cerita dari Mahabharata dan Ramayana sering muncul, namun
dalam konteks yang berbeda. Motif tersebut misalnya kisah sayembara
memperebutkan istri, senjata sakti, pembuangan tokoh utama, dan
sebagainya.
Karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap bercorak baru karena tidak
lagi berisi tentang istana dan raja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan
masyarakat yang nyata. Misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal
Singapura dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negri Jeddah.
Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia
tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang ke Arab-Araban. Kesusastraan
Peralihan yaitu perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra Melayu
Modern. Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarangnya.
3
Jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke sastra Modern dengan adanya
karya-karya yang sudah ada.
Beberapa buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain:
1. Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha
2. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
3. Kisah pelayaran Abdullah ke Negeri jeddah karya Abdullah Munsyi
4. Kisah pelayaran Abdullah ke Kelantan karya Abdullah Munsyi
5. Syair Singapura dimakan Api karya Abdullah Munsyi
6. Hikayat Abdullah karya Abdullah Munsyi
7. Panji Tanderan karya Abdullah Munsyi
8. Hikayat Kalilah dan Daminah karya Abdullah Munsyi
Contoh dari salah satu Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji)
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.
4
DAFTAR PUSTAKA
Hamidy, dkk. 1981. Pengarang Melayu dalam Kerajaan Riau dan Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi dalam Sastra Melayu. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Usman, Z. 1966. Kesusastreraan Baru Indonesia dari Abdullah bin Abdulkadir
Munshi sampai kepada Chairil Anwar. Jakarta: Gunung Mas.