Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Dwi Wahyu Kartikasari SKRIPSI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 66

i

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI KLINIK RAWAT INAP
SAE WARAS SUKOYOSO KEC SUKOHARJO
TAHUN 2020

SKRIPSI

OLEH
Dwi Wahyu Kartikasari
NPM 1801053P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI KLINIK RAWAT INAP
SAE WARAS SUKOYOSO KEC SUKOHARJO
TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Universitas Aisyah pringsewu

OLEH
Dwi Wahyu Kartikasari
NPM 1801053P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi:

Hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik

Rawat Inap Sae Waras Sukoyoso Kec Sukoharjo Tahun 2020

Nama : Dwi Wahyu Kartikasari

NPM : 1801053P

Telah diperiksa dan disetujui dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian

sebagai Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas

Aisyah Pringsewu Tahun Akademik 2019/2020.

Pringsewu, Febuari 2020

Pembimbing

Surmiasih ,S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIDN . 0230098302

Mengetahui
Ketua program Studi Keperawatan

Ikhwan Amirudin,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN : 0228108701

iii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI:

Hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik

Rawat Inap Sae Waras Sukoyoso Kecamatan Sukoharjo Tahun 2020

Nama : Dwi Wahyu Kartikasari

NPM : 1801053P

Diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Skripsi di Program Studi

Keperawatan Univaersitas AISYAH Pringsewu Lampung Tahun Akademik

2019/2020.

1. Penguji I :

Eva Yunitasari, S.,Kep.,Ners.,M.Kep _________________


NIDN : 0205069102

2. Penguji II :

Riska Hediya Putri, S.Kep.,Ners.,M.Kep _________________


NIDN : 0217018902

3. Penguji III :

Surmiasih, S.Kep.,Ners.,M.,Kes _________________


NIDN : 0230098302

Tanggal Ujian : Maret 2020

Mengetahui
Universitas AISYAH Pringsewu Lampung
Dekan

Feri Kameliawati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN. 0228018502

iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Dwi Wahyu Kartikasari

NPM : 1801053P

Judul : Hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Sukoyoso Kec Sukoharjo

Tahun 2020

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi yang saya buat tidak pernah atau belum pernah dibuat oleh orang lain
dan saya menjamin orisinilitas skripsi yang saya buat.
2. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
tersebut, maka penyusun bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan.
Demikia surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Pringsewu, Febuari 2020


Mahasiswa,

Dwi Wahyu Kartikasari

v
BIODATA

Nama : Dwi Wahyu Kartikasari

NPM : 1801053P

Tempat & Tanggal lahir : Sukoharjo,22 Januari 1992

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Raya Sukoharjo 1

`
Riwayat pendidikan

1. 1997 – 2003 : SD N 1 Keputran

2. 2003 – 2006 : SMP N 1 Sukoharjo

3. 2006 – 2009 : SMA N 1 Sukoharjo

4. 2009 – 2012 : STIKes Muhammadiyah pringsewu

5. 2018 - sekarang : Universitas Aisyah pringsewu

Riwayat pekerjaan

1. 2012 – 2019 : Klinik Rawat Inap Sae Waras

2. 2019 – Sekarang : RS Surya Asih

vi
MOTTO

TIDAK ADA KESUKSESAN MELAINKAN DENGAN PERTOLONGAN


DARI ALLAH SWT
(QS. HUUD : 88 )

vii
PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiyah ini penulis persembahkan kepada :


1. Orang tua yang kuhormati dan ku sayangi
2. Suami dan anak ku tercinta yang banyak memberi motivasi untuk
keberhasilan studi ini.
3. Rekan rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu membantu dalam
keberhasilan studi ini
4. Semua pihak yang telah banyak memberikan motifasi untuk
mendukung keberhasilanku ini

viii
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi , Febuari 2020

Dwi Wahyu Kartikasari

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI KLINIK RAWAT INAP SAE WARAS
TAHUN 2019

ABSTRAK

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar


1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Prevalensi keseluruhan tekanan darah tinggi pada
orang dewasa berusia ≥ 25 tahun sebesar 40%. Tujuan dari penelitian ini adalah
Diketahuinya hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berkunjung di
Klinik Rawat Inap Sae Waras saat prolanis yang berjumlah 60 lansia, sedangkan
sampelnya adalah seluruh jumlah populasi menggunakan teknik sampel total
sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah Ada hubungan yang signifikan antara berat
badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras
Tahun 2019 dan nilai korelasi sebesar 0,240 menunjukan korelasi positif dengan
katagori korelasi hubungan yang lemah. (p value = 0,039 < α = 0,05 ).Saran bagi
masyarakat khususnya lansia diharapkanlansia lebih meningkatkan mencari
informasi dan mengikuti kegiatan posbindu dan senam lansia atau prolanis agar
dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi.
.

Kata Kunci :Hipertensi, Berat badan, lansia


Pustaka : 20 (2009-2019)

ix
AISYAH PRINGSEWU UNIVERSITY
HEALTH FACULTY
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
A Bachelor Thesis , February 2020

Dwi Wahyu Kartikasari

THE CORRELATION BETWEEN WEIGHT AND HYPERTENSION


INCIDENCES ON ELDER PEOPLE AT SAE WARAS SUKOYOSO CLINIC
OF SUKOHARJO IN 2019

ABSTRACT

The World Health Organization (WHO) in 2015 showed that there were
1.13 billion people worldwide bearing hypertension. It can be meant that one out
of three people in the world diagnosed with hypertension. It is predicted that the
number of hypertension patients increases every year. On the forecast, there will
be 1.5 billion people having hypertension in 2025. As addition, it is possible that
there are 9.4 million mortalities due to the hypertension and its complications. The
prevalence of hypertension on adult people aged ≥ 25 years was 40%. The
objective of this study was to identify the correlation between weight and
hypertensive incidences on elder people at SaeWaras Clinic in 2019.
The method used in this study was quantitative study with cross sectional
research design. The population of the study consisted of 60 elders registered at
Prolanis programe Sae Waras Clinic. The samples were taken by using total
sampling technique.
The results of this study are that there is a significant relationship between
body weight and the incidence of hypertension in the elderly at the Sae Waras
Inpatient Clinic in 2019 and a correlation value of 0.240 indicates a positive
correlation with the weak correlation correlation category. (p value = 0.039 <α =
0.05). Suggestions for the community, especially the elderly, are expected to
increase information seeking and to participate in postbindu and gymnastics
activities for the elderly or prolanis in order to prevent the occurrence of
hypertension.

Keywords : Hypertension, Weight, Elder


References : 20 (2009-2019)

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, Hidayah, dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
BERAT BADAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI
KLINIK RAWAT INAP SAE WARAS SUKOYOSO KEC SUKOHARJO
TAHUN 2020”, dapat saya selesaikan. Penyelesaian skripsi ini juga berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenanankan
penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada bapak / ibu yang terhormat:
1. Sukarni, S.ST., M.Kes Selaku KetuaYayasanAisyah Lampung
2. Hardono, S.Kep.,Ners.,M.Kepselaku Rektor Universitas AisyahPringsewu
Lampung
3. Feri Kameliawati,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu
4. Ikhwan Amirudin, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ka Prodi Keperawatan
Universitas Aisyah Pringsewu
5. Surmiasih, S.Kep.,Ners.,M..Kes selaku pembimbing utama yang telah banyak
membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Eva Yunitasari, S.,Kep.,Ners.,M.Kes, selaku penguji 1 yang telah
membimbing dan mengoreksi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Riska Hediya Putri, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku penguji II yang telah
membimbing dan mengoreksi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga skripsi inidapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
Pringsewu, Febuari 2020
Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINAL SKRIPSI...................................... v
BIODATA........................................................................................................ vi
MOTTO........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................... viii
ABSTRAK....................................................................................................... ix
ABSTRACT...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR.................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DATAR GAMBAR......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
1. Tujuan Umum........................................................................ 6
2. Tujuan Khusus....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6
E. Ruang Lingkup.............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Hipertensi............................................................................ 8
B. Berat badan................................................................................... 22
C. Hubungan berat badan dengan kejadian hipertensi...................... 23
D. Lansia............................................................................................ 25
E. Penelitian Terkait.......................................................................... 27
F. Kerangka Teori............................................................................. 28
G. Kerangka Konsep......................................................................... 29
H. Hipotesis....................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................ 31
B. Waktu dan Tempat....................................................................... 31
C. Rancangan Penelitian................................................................... 31
D. Subjek penelitian......................................................................... 32
E. Variabel Penelitian....................................................................... 33
F. Definisi Operasional Variabel..................................................... 34
G. Pengumpulan Data....................................................................... 34
H. Pengolahan Data.......................................................................... 35
I. Analisis Data................................................................................ 36

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 38
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 39
C. Pembahasan ................................................................................... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 47
B. Saran............................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 28


Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................... 29

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klarifikasi Hipertensi....................................................................... 8


Tabel 2.2 Klarifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT)............................................. 23
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi......................................... 38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berat badan pada lansia................................... 38
Tabel 4.3 Hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi
Pada lansia........................................................................................ 39

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Surat IzinPra Survey / Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Instrumen penelitian
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
Lampiran 4 Hasil SPSS

xvi
31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya. Prevalensi keseluruhan tekanan darah tinggi pada

orang dewasa berusia ≥ 25 tahun sebesar 40% pada tahun 2008. Prevalensi

hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu sebesar46% pada pria dan wanita. Di

Inggris, 34% pria dan 30% wanita menderita hipertensi (diatas 140/90 mmHg)

atau sedang mendapatkan pengobatan hipertensi.

Hasil Sample Registration Survey (SRS) yang dilaksanakan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian kesehatan RI tahun 2014

menunjukkan bahwa proporsi kematian PTM di Indonesia terus meningkat (71%)

dibandingkan tahun 1995. Empat dari 5 penyebab kematian tertinggi tahun 2014

adalah stroke (21,1%), penyakit jantung koroner (12,9%), diabetes melitus

dengan komplikasi (6,7%), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3%)

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah

kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka

kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54

tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar

34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang

yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum

obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak

mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan

Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada setiap individu

ini akan berbeda bergantung faktor herediter, stresor lingkungan dan sejumlah

besar faktor lainnya. Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap

penurunan dari periode tidur. Perubahan kualitas tidur pada lanjut usia disebabkan

oleh kemampuan fisik lanjut usia yang semakin menurun. Kemampuan fisik

menurun karena kemampuan organ dalam tubuh yang menurun, seperti jantung,

paru- paru dan ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan

tubuh dan kekebalan tubuh turut berpengaruh (Prasadja, 2009).

Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan

salah satu penyakit tidak menular yang berupa gangguan pada sistem

sirkulasi. Seseorang dikatakan hipertensi apabila keadaan tekanan darah

mengalami peningkatan diatas normal yaitu ≥ 140 mmHg untuk tekanan sistolik

dan atau ≥ 90 mmHg untuk tekanan diastolik secara terus-menerus. Tahap

hipertensi dikategorikan menjadi dua, yaitu hipertensi derajat 1 pada rentang

32
tekanan sistolik 140–159 mmHg dan diastolik 90–99 mmHg dan hipertensi

derajat 2 yaitu tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg (Astuti,

2016)

Data menunjukkan hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui,

namun para ahli telah mengungkapkan, bahwa terdapat dua faktor yang

memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat

dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor resiko yang termasuk

dalam faktor yang tidak dapat dikontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan

ras. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa perilaku atau gaya hidup

seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan (Rawasiah, 2014).

Konsumsi makanan yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah

konsumsi makanan asin, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak.

Dari hasil penelitian modern, penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup

kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang.

Berat badan lebih apabila dibiarkanakan menyebabkan beberapa

komplikasi yang tentu saja akan berbahaya bagi kesehatan. Dalam sebuah

penelitian ditemukan adanya suatu hubungan antara BMI pada remaja yang

tinggi dengan risiko penyakit hipertensi dan jantung koroner saat dewasa (Baker,

Olsen,Sørensen, 2010).

Kegemukan (Obesiatas) adalah persentase abnormal lemak yang

dinyatakan dalam indeks masa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan

dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan & Stamler,1991). Berat badan

dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,

33
terutama tekanan darah sistolik. Obesitas visceral yaitu penumpukan lemak pada

visera abdomen dan omentum yang meningkatkan risiko terjadinya diabetes

mellitus, hipertensi, sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular. Ada obesitas

visceral terjadi peningkatan risiko terbentuknya plak arteriosklerosis akibat proses

inflamasi dari lemak yang tertumpuk di visera. Pengukuran berat badan dilakukan

dengan menggunakan timbangan, sedangkan pengukuran tinggi badan tidak

dilakukan karena ada lansia yang mengalami kifosis dimasa tuanya.

Menurut hasil penelitian Sulastri dkk (2012) yang berjudul hubungan

obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat etnik Minang kabau di Kota

Padang. Hasil penelitian menemukan bahwa lebih dari separuh penderita

hipertensi mengalami obesitas (56,6%) dan obesitas sentral (54,9%) terdapat

hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p<0,05;

OR=1,82) dan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi (p<0,05; OR= 2,72).

Uji Independent sample T-test menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05)

dimana ada perbedaan rata-rata IMT (p= 0,025) antara responden hipertensi dan

tidak hipertensi dan ada perbedaan rata-rata LP (p= 0,002) antara responden

hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat

hubngan antara kejadian obesitas dan obesitas sentral dengan hipertensi pada

masyarakat etnik Minangkabau di kota Padang. Hasil penelitian menemukan

bahwa lebih dari separuh penderita hipertensi mengalami obesitas (56,6%) dan

obesitas sentral (54,9%) terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan

kejadian hipertensi (p<0,05; OR=1,82) dan obesitas sentral dengan kejadian

hipertensi (p<0,05; OR= 2,72). Uji Independent sample T-test menunjukkan hasil

34
yang signifikan (p<0,05) dimana ada perbedaan rata-rata IMT (p= 0,025) antara

responden hipertensi dan tidak hipertensi dan ada perbedaan rata-rata LP (p=

0,002) antara responden hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian obesitas dan obesitas

sentral dengan hipertensi pada masyarakat etnik Minangkabau di kota Padang.

Klinik Rawat Inap Sae Waras adalah salah satu pusat pelayanan kesehatan

yang melayani masyarakat dengan beragam usia dan permasalahan kesehatannya.

Jumlah kasus hipertensi di Klinik Rawat Inap Sae Waras terbilang tinggi. Data

awal yang ditemukan bahwa pada 3 bulan terakhir menunjukkan 155 lansia yang

menunjungi Klinik Rawat Inap Sae Waras menderita hipertensi. Hasil pra survey

yang dilakukan pada bulan November 2019 dari 10 lansia yang berkunjung dan

menderita hipertensi 8 lansia (80%) dengan berat badan katagori obesitas dan 2

lansia (20%) dengan berat badan normal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik Rawat Inap

Sae Waras Tahun 2019 ?

35
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara berat badan dengan kejadian

hipertensi pada lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a). Diketahui distribusi frekuensi kejadian hipertensi lansia di Klinik

Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019

b). Diketahui distribusi frekuensi berat badan lansia di Klinik Rawat Inap

Sae Waras Tahun 2019

c). Diketahui hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Responden

Diharapkan dapat membantu mengatasi hipertensi dengan menjaga

pola makan sehingga dapat mengontrol berat badan.

2) Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan tambahan ilmu

pengetahuan bagi mahasiwa, dan sebagai upaya pengembangan teori.

3) Bagi Klinik Rawat Inap Sae Waras

Diharapkan lebih meningkatkan pemantauan terhadap penyakit

degeneratif khususnnya hipertensi dan meningatkan promosi kesehatan

tentang penncegahan terhadap penyakit hipertensi

36
4) Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data, informasi

dan hasil untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan

antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi, jenis Penelitian

adalah kuantitatif dengan desain Cross sectional yaitu dengan tujuan

diketahuinya hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada

lansia. Subjek Penelitian Seluruh lansia yang berobat di Klinik Rawat

Inap Sae Waras . Objek Penelitian adalah berat badan dengan kejadian

hipertensi pada lansia. Variabel dalam penelitian ini adalah berat badan

(Variabel bebas) sedangkan variabel terikat adalah kejadian hipertensi

pada lansia. Penelitian ini dilakukan di Klinik Rawat Inap Sae Waras.

Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020.

37
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsepteori hipertensi

1. Pengertian hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri

menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut

(Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/ mortalitas.Tekanan darah

140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase

sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan

fase diastolic 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Mubarak,

2016).

Tabel 2.1 KlasifikasiHipertensi


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah130 mmHg Dibawah 85mmH
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber : (Triyanto,2014)

38
2. Etiologi Hipertensi

Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui

penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai

penyebab hipertensi primer,seperti bertambah nya usia, sters psikologis,

pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%

pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebab nya sudah diketahui, umumnya

berupa penyakit ataukerusakan organ yang berhubungan dengan cairan

tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakai yang

kontrasepsioral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh

penyakit ginjal, penyakitendokrin, dan penyakit jantung.

3. Faktor-faktorresiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak

dapat dikontrol menurut (Sutanto,2010) antara lain :

a. Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya

berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut

antara lain:

39
1. Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang

kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk

pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat

dibandingkan dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah

jantung dan sirkulasi volume darah penderitahi pertensiyang obesitas.

Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan

obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibanding penderita hipertensi dengan berat badan normal.

2. Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olah raga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga

darah bisa dipompa dengan baik keseluruh tubuh.

3. Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara

konsumsi garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap

hipertensi. Garam merupakan hal yang penting dalam mekanisme

timbul nya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan

tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi

(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi

40
keadaan system hemodinamik (pendarahan) yangn ormal. Pada

hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping

kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh.

a.) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak

mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi.Ternyata

setelah ditelusuri,banyak orang yang mengartikan konsumsi garam

adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.

Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hamper disemua

makanan mengandung garam natrium termasuk didalam bahan- bahan

pengawet makanan yang digunakan.

b.) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium

didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya

kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume

cairan ekstraselule rmeningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.

4. Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam

pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan

41
kesehatan karena dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya

katekholamin memicu naik tekanan darah.

5. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan,tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks

maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stress maka

terjadi responsel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran

atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress dengan hipertensi

didugamelalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika

beraktivitas)yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi

tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti,namun pada binatang

percobaan yang diberikan stress memicu binatang tersebut menjadi

hipertensi.

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1. Keturunan (Genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar

terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada

kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot

(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang

yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak

42
melakukan penanganan atau pengobata maka ada kemungkinan

lingkungan nya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam

waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan

gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

2. Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan

dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor

yang mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan

kurang nyaman, terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak

terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko

hipertensi setelah masa menopause.

3. Umur

Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan

penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko

terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang ertero

sklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi

pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31

tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

4. Patofisiologi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri

bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri

43
besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya

telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang

sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,yaitu

jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena

perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah

dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini

terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga

tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan

darah akan menurun Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut

dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf

otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh

secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan

darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal

akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

44
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali

normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan

hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon

aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan

tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal

dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

penyempitan arteriyang menuju kesalah satu ginjal (stenosis

arterirenalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada

salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan

darah (Triyanto 2014).

Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggung padaperubahan tekanandarah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputia terosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada giliran nya menurunkan kemampuan

distensidan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya, aorta dan

arteribesar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasivolume

darah yang dipompaoleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan

penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer

(Prima,2015).

45
5. Manifestasi klinis

Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah

tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita

darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa :kelelahan,

bingung,perut mual, masalah penglihatan, keringat berlebihan, kulit

pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau

tidak beraturan (palpasi), suara berdenging ditelinga, disfungsi ereksi,

sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis

yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa:pengelihatan

kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah

akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan

karena meningkatnya tekanan kapiler.

6. Komplikasi hipertensi

Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat

menyebabkan sebagai berikut :

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak mengalami

arterosklerosis dapatmenjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah

46
sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung atau bertingkah

laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau

sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku,

tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara

mendadak.

b.Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran

darahmelalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik

danhipertensi ventrikel,maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantungyangmenyebabkaninfrak.Demikian juga hipertropi ventrikel

dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung,dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c.Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya

glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering di jumpai padahipertensi kronik.

47
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan cairan terkumpul di

paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam

paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.

Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-

neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.

Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat

diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita

hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko

besar untuk meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke,

serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat

hipertensi antara lain :

a) Otak : Menyebabkan stroke

b) Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan

c) Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark

jantung)

d) Ginjal : Menyebabkan penyakitginjal kronik,gagal ginjal terminal

48
7. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita

hipertensi antara lain:

a. General checkup

Jika seseorang diduga menderita hipertensi, dilakukan beberapa

pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya

riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu pemeriksaan khusus,

seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT Scan, dan lain-

lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang

ditimbulkan. Langkah pengobatan adalah yang mengendalikan tensi

atau tekanan darah agar tetapnormal.

b. Tujuan pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada dua macam

yaitu:

1) Panel Evaluasi Awal Hipertensi: pemeriksaan ini dilakukan segera

setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.

2) Panel hidup sehat dengan hipertensi: untuk memantau

keberhasilan terapi

8. Penatalaksanaan

49
Menurut (junaedi, Sufrida, & Gusti,2013) dalam penatalaksanaan

hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian,sebagai

berikut:

a. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan nonfarmakologi merupakan pengobatan tanpa

obat- obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,

perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan

menjalani perilaku hidup sehat seperti :

1) Pembatasan asupan garam dan natrium

2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3) Olahraga secara teratur

4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

5) Mengurangi / tidak merokok

6) Menghindari stress

7) Menghindari obesitas

b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi

hal yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan

dalam pengobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta

bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim

angiotensi.

50
1) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang

pengeluaran garamdan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan

terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan

menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.

2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam

memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa

oleh jantung.

3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh

darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah

dan menurunkan tekanan darah.

4) Cabloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan

pembuluh darah.

c. Terapi herbal

Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan

sebagai obat hipertensi sebai berikut misalnya adalah daun seledri.

B. Berat Badan

1. Pengertian Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada

masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai

indicator yang terbaik saat iniuntuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh

kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif

dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 2014).

51
2. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot,organ

tubuh, dan cairan tubuh, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar

perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

3. Penilaian Status Gizi pada Lanjut Usia

Penilaian Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi

kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Antropometri digunakan sebagai

perangkat pengukuran antropologi yang bersifat cukup obyektif dan

terpercaya. Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita

yang bervariasi sesuai tahapan penuaan, dapat mempengaruhi antropometri

(Supariasa, 2016).

Antropometri merupakan salah satu metode penilaian status gizi secara

langsung untuk menilai ketidakseimbangan antara energy dan protein

(Supariasa,2016). Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau

ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Akan tetapi,

pengukuran tinggi badan lansia tidak mudah dilakukan mengingat adanya

masalah postur tubuh seperti terjadinya kifosis atau pembengkokan tulang

punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri tegak oleh karena itu

pengukuran tinggi lutut, panjang depa,dan tinggi duduk dapat digunakan

untuk memperkirakan tinggi badan (Fatmah, 2010).

Nilai IMT dihitung menurut rumus :

IMT = Berat Badan (kg)

52
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Klasifikasi IMT orang Indonesia berdasarkan rekomendasi WHO pada

populasi Asia Pasifik tahun 2000 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)


Populasi Asia menurut WHO
Indeks Massa Tubuh (Kg/cm2) Kategori
< 18 Berat badan kurang
18,50 – 22,9 Normal
>23 Berat badan lebih
23,00 – 24,9 Berisiko
25,00 – 29,9 Obesitas derajat 1
> 30 Obesitas derajat 2
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2014

C. Hubungan Berat Badan dengan Kejadian hipertensi

Kegemukan (Obesiatas) adalah persentase abnormal lemak yang

dinyatakan dalam indeks masa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat

badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan & Stamler,1991).

Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan

tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas visceral yaitu

penumpukan lemak pada visera abdomen dan omentum yang meningkatkan

risiko terjadinya diabetes mellitus, hipertensi, sindrom metabolic dan penyakit

kardiovaskular. Ada obesiatas visceral terjadi peningkatan risiko terbentuknya

plak arteriosklerosis akibat proses inflamasi dari lemak yang tertumpuk di

visera.

Berat badan lebih apabila dibiarkan akan menyebabkan beberapa

komplikasi yang tentu saja akan berbahaya bagi kesehatan. Dalam sebuah

penelitian ditemukan adanya suatu hubungan antara BMIpada remaja yang

53
tinggi dengan risiko penyakit hipertensi dan jantung koroner saat dewasa

(Baker, Olsen, Sørensen, 2010). Selain penyakit jantung coroner, overweight

atau obesitas dapat menyebabkan arterosklerosis yang mana gejalanya dimulai

sejak remaja (Daniels,2009).

Kegemukan atau obesitas disebabkan oleh pola konsumsi makanan

yang berlebihan, banyak mengandung lemak, karbohidrat dan protein yang

tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan yang terjadi pada lansia

disebabkan karena menurunnya metabolisme yang tidak diimbangi dengan

peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori

jumlahnya berlebihan diubah menjadi lemak dan mengakibatkan kegemukan.

Lansia yang aktivitas fisiknya menurun, sebaiknya konsumsi energi dikurangi

untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas

(Rowahani, 2012).

D. Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian

Pengertian lansia dibedakan menjadi dua macam yaitu lansia kronologis

(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan

dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh.

Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika

dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya (Fatmah,2010). Lanjut usia adalah usia

kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun dinegara maju, tetapi untuk

Negara sedang berkembang bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah usia

sesudah melewati atau sama dengan 60 tahun (Oenzil, 2006). Menurut WHO

54
(World Health Organization), lansia dikelompokan menjadi4 kelompok yaitu

usia pertengahan (usia 45–49 tahun), lansia (usia 60–74 tahun), lansia tua (usia

75–90 tahun) dan usia sangat tua (usia di atas 90 tahun) (Fatmah, 2010).

2. Perubahan Fisiologi Lansia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas atau

kerusakan yang diderita (Boedhi-Darmojo, 2010). Proses menua dipengaruhi

oleh factor eksogen dan endogen yang dapat menjadi factor risiko penyakit

degeneratif yang dimulai sejak usia muda atau produktif, namun bersifat

subklinis (Fatmah, 2010).

Beberapa perubahan anatomi dan fisiologis tubuh meliputi sistem

organ kulit pada lansia, terjadi penurunan epidermal 30–50% dan penurunan

kecepatan pergantian stratum korneum menjadi dua kali lebih lama

dibandingan orang muda. Selain itu, terjadi penurunan respon terhadap trauma

dikulit, penurunan proteksi kulit, penurunan produksi vitamin D, penurunan

fungsisebum,serta penurunanjumlahselmelanosityangaktif (Fatmah, 2010).

Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis pada rongga mulut

sehingga mempengaruhi proses mekanisme makanan. Perubahan dalam

rongga mulut yang terjadi pada lansia mencakup tanggalnya gigi, mulut

kering, dan penurunan motilitas esophagus (Meiner, 2006). Penurunan fungsi

sistem pencernaan pada lansia yaitu fungsi fisiologis pada rongga mulut akan

mempengaruhi proses mekanisme makanan. Pada lansia, mulai banyak gigi

55
yang tanggal serta terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Kedua hal

ini sangat mempengaruhi proses pengunyahan makanan. Lansia mengalami

kesulitan untuk mengkonsumsi makanan berkonsistensi keras. Kelenjar saliva

sukar untuk disekresi yang mempengaruhi proses perubahan karbohidrat

kompleks menjadi disakarida karena enzim ptialin menurun (Fatmah, 2010).

Lansia mengalami penanggalan gigi akibat hilangnya tulang

penyokong periosteal dan periodontal, sehingga lansia akan mengalami

kesulitan dalam mencerna makanan. Fungsi lidah sebagai pelicin pun

berkurang sehingga proses menelan terganggu. Fungsi pengecapan juga

mengalami penurunan karena papila pada ujung lidah berkurang, terutama

untuk rasa asin (Fatmah, 2010)

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia yang melakukan

olahraga secara teratur tidak mengalami kehilangan massa otot dan tulang

sebanyak lansia yang inaktif. Kelenturan, kekuatan otot, dan daya tahan

sistem muskuloskeletal pada lansia akan berkurang, namun pengurangan

tersebut tidak ditemukan pada lansia yang sering menggerakan tubuhnya.

Lansia mengurangi aktivitas fisik seiring dengan pertambahan usia.

Penurunan system musculoskeletal pada lansia dapat memburuk diakibatkan

penyakit seperti osteoartritis, reumatik, dan penyakit yang menyerang sistem

muskuloskeletal pada lansia (Fatmah, 2010).

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian oleh Natalia dkk, (2014) yang berjudul hubungan obesitas dengan

hipertensi pada penduduk Kecamatan Sintang Kalimantan Barat. Hasil

56
penelitian menunjukan Berdasarkan nilai tekanan darah, subjek

dikelompokkan dalam dua kategori, nonhipertensi (normal dan prahipertensi)

dan hipertensi (derajat 1 dan 2). Dari 146 subjek penelitian, 65 orang (44,5%)

adalah perempuan dan 81orang (55,5%) laki-laki. Terdapat perbedaan

bermakna antara obesitas dan hipertensi (p< 0,001).

2. Penelitian oleh Ramadhani dan Yuly, S (2018), yang berjudul hubungan kasus

obesitas dengan hipertensi di provinsi Jawa Timur Tahun 2015 – 2016. Hasil

penelitian menunjukan Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kasus hipertensi dan kasus obesitas dengan p = 0,01 (p

< 0,05). Kuat korelasi menunjukkan kuat hubungan sedang dan arah hubungan

positif dengan hasil correlation coefficient = 0,49, yang dapat diartikan bahwa

semakin tinggi kasus obesitas di Provinsi Jawa Timur maka kasus hipertensi

juga akan semakin tinggi, atau sebaliknya.

3. Penelitian oleh Rokhuswara dan Syahrizal S, (2017) yang berjudul Hubungan

Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu

Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan

Bandung Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian

menunjukan bahwa proporsi hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP

Bandung tahun 2016 yaitu sebesar 41,7% dan obesitas sebesar 54,9%.

Berdasarkan analisis cox regresi, responden yang obesitas (IMT 25) memiliki

risiko sebesar 1,681 kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan

yang tidak obesitas setelah dik ontrol variabel umur, riwayat hiper tensi

keluarga dan aktivitas fisik.

57
F. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang di gunakan

untuk mengidentifikasi variabel yang akan di teliti (di amati) yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan yang di gunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian (Notoadmojo, 2010).

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor yang menyebabkan


hipertensi
1. Asupan gizi
2. Status gizi (BB/IMT)

Karakteristik lansia: Hipertensi pada


1. Umur lansia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan

Faktorlain:
1. Genetik
2. Usia
3. Stress

Sumber : Mubarak (2016), Supariasa (2016) dan Almatsier (2010)

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang

akan di lakukan (Notoadmojo, 2010). Pada peneliti ingin mengukur pengaruh

variabel independen dan variebel dependen yang terlihat pada gambar berikut :

58
Variabel Independen Variabel Dependen

Kejadian hipertensi
Berat Badan

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Hipotesis adalah ungkapan atau dugaan sementara yang di ungkapkan

secara deklaratif, yang menjadi jawaban dari sebuah permasalahan (Notoadmojo,

2010).Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

Ho : tidak ada hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019.

59
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan metodepenelitian

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatifdapat diartikan sebagai metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan

pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian

dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono,

2010)

B. Waktu dan Tempat penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akandilaksanakan dari bulan Januari 2020

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019

C. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu untuk mengetahui

pengaruh antara variabel bebas dan terikat setelah diketahuinya faktor-faktor

yang menghubugkan dari masing-masing variabel (Notoatmodjo, 2012).

60
D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berkunjung di Klinik

Rawat Inap Sae Waras yang berjumlah 112 lansia (Data November 2019)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2010). Dalam

menentukan jumlah besarnya sampel kami menggunakan rumus sebagai

berikut :
N
n=
1+ N ( d 2 )
Keterangan:

N= Besar Populasi
n= Besar Sampel
d²= Tingkat kepercayaan/ ketepatan (presisi) yang diinginkan 5%

61
112
n=
1+112 ( 0 . 052 )
= 87,5=88 responden

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

purposive sampling dimana didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarakan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria sampel menentukan dapat atau tidaknya sampel

dilakukan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a). Lansia usia 60 – 74 tahun yang berkunjung di Klinik Rawat Inap Sae

Waras Tahun 2019

b). Bersedia menjadi responden

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu. (Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan menurut Sugiyono (2016) variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya.

62
Variabel pada penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu:

1. Variabel independent:atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) yaitu berat badan

2. Variabel dependen: biasa disebut juga dengan variabel terikat, merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian hipertensi

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati

atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen

atau alat ukur (Notoatmodjo, 2010)

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Dependent Suatu keadaan Spygnoma Observasi / 1. Hipertensi Ordinal
Kejadian dimana nometer pemeriksaan ( jika TD
hipertensi. seseorang dan sistole > 140
mmHg dan
mengalami stetoskop
diastole > 90
peningkatan mmHg)
tekanan darah 2. Tidak
diatas normal hipertensi
dengan tekanan ( jika TD

63
darah > 140/90 sistole ≤140
mmHg mmHg dan
diastole ≤ 90
mmHg)
Independen Indeks berat Timbangan Observasi / 0 : obesitas Ordinal
t badan atau biasa dan pemeriksaan ( Jika IMT
Berat badan dikenal dengan pengukur dan 25-≥30
BMI ( Body Mass tinggi penghitungan 1 : tidak
Index adalah salah badan IMT obesitas(Jika
satu cara untuk < 25)
menganalisa
bagaimana berat
badan memiliki
resiko terhadap
penyakit
hipertensi

G. Pengumpulan Data

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber skunder. Sumber primer adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan

sumber skunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan)

Pada penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran antropometri pada

responden (Timbang Badan) dan pemeriksaan tekanan darah pada responden

serta penggunaan metode Dokumentasi. Adapun tahap - tahap pengumpulan

data adalah :

64
a). Mengajukan permohonan ijin Penelitian ke Klinik Rawat Inap Sae

Waras

b). Setelah mendapatkan balasan izin penelitian melakukan pengumpulan

data dengan menunggu responden yang sesuai dengan kriteria sampel

untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan 9 untuk

perhitungan IMT) dan pengukuran tekanan darah.

c). Setelah selesai mengumpulkan data peneliti memeriksa seluruh

kelengkapan dan persiapan pengolahan data.

d). Setelah lengkap dilakukan perekapan data di microsoft excel untuk

memudahkan proses analisis data

e). Analisis data menggunakan SPSS untuk memperoleh hasil penelitian

H. Pengolahan Data

Data yang telah diisi dan dikumpulkan, kemudian dikoreksi apakah

telah diisi semua (Hastono, 2016). Data yang telah terkumpul kemudian

dilakukan pengolahan data dengan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada sudah lengkap dan jelas.

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.

3. Proccessing

65
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah

ada kesalahan atau tidak.

I. Analisa Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan

cara tabulasi, kemudian ditentukan prosentasenya. Keuntungan menggunakan

prosentase sebagai alat untuk menyajikan informasi adalah bahwa dengan

prosentase, akan mempermudah pembaca laporan penelitian untuk

mengetahui seberapa jauh sumbangan tiap-tiap bagian di dalam keseluruhan

aspek permasalahan yang dibicarakan (Arikunto, 2010). Untuk mencari

persentase maka penelitian ini mengunakan analisis data berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam hasil analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

prosentase dari tiap variabel yang akan disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dengan bantuan program komputer (Arikunto, 2010).

2. Analisis Bivariat

66
Analisa bivariat adalah Analisa yang dilakukan terhadap dua

variable yang di duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012).

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square, Berdasarkan hasil

perhitungan statistic dapat dilihat kemaknaan hubungan antara 2 variabel,

yaitu :

a. Jika probabilitas (p value ) ≤ 0,05 maka bermakna/signifikan, berarti

ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak

b. Jika probabilitas (p value) > 0,05 maka tidak bermakna/signifikan,

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.

67
38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang Tempat Penelitian

Dalam perkembangannya, karena lokasi BP “Sentra Medika”

yang tepat berada dijalur utama lalu lintas wilayah kecamatan Sukoharjo,

sehingga sering dijadikan tempat pertolongan pertama apabila ada kasus

kecelakaan lalu lintas maupun kasus-kasus lain yang memerlukan

pertolongan darurat. Agar dapat memberikan pertolongan secara

maksimal, pada tahun 2012 BP Sentra Medika meningkatkan statusnya

menjadi Klinik Rawat Pratama Rawat Inap “SAE WARAS” dengan izin

No. 440/20.c/D.02/P/II/2012. Sesuai dengan Permenkes Nomor

028/MENKES/PER/I/2011 dan telah melakukan perpanjangan perizinan

yang ke dua pada tanggal 24 Juli 2017 dengan nomer 444/851/D.02/2017

3. Gambaran Umum Klinik

Klinik Rawat Inap Pratama “Sae Waras “ memiliki 20 kapasitas

Tempat Tidur. Dan Fasilitas lainnya yg dimiliki oleh klinik yaitu: .

Pelayanan kesehatan di Klinik Rawat Inap Pratama “Sae Waras” meliputi

pelayana Umum dan Pelayanan BPJS


4. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat yang dilakukan pada tiap variabel dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi responden.Hasil penelitian terhadap 61 responden didapatkan:

a. Kejadian Hipertensi (Variabel Dependent)

Tabel.4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi pada lansia
di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019
No Kejadian Hipertensi N %
1 Hipertensi 40 65,6
2 Tidak Hipertensi 21 34,4
Total 61 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 61 responden

didapatkan hasil responden yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 40

responden (65,6%) sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi

berjumlah 21 responden (34,4%).

b. Berat Badan ( Variabel Independent)

Tabel.4.2
Distribusi Frekuensi Berat Badan pada lansia
di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019
No Berat Badan N %
1 Obesitas 28 45,6
2 Tidak Obesitas 33 54,1
Total 61 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 61 responden

didapatkan hasil responden dengan berat badan katagori obesitas

39
berjumlah 28 responden (45,9% ) sedangkan responden dengan berat

badan tidak obesitas yaitu 33 responden (54,1%).

2. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat dengan Chi square digunakan untuk mengetahui

hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik

Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019. Hasil analisa bivariat ditampilkan dalam

bentuk tabel silang berikut ini :

Tabel.4.3
Hubungan Antara Berat Badan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019
Berat Badan Kejadian Hipertensi p
Hipertensi Tidak N % value
hipertensi
n % n %
Obesitas 22 78,6 6 21,4 28 100 0,090
Tidak 18 54,5 1 45,5 33 100
obesitas 5
Total 40 65,6 2 34,4 61 100
1

Dari tabel di atas hasil analisis hubungan berat badan dengan

kejadian hipertensi ditemukan bahwa responden dengan katagori obesitas

yang mengalami hipertensi berjumlah 22 responden (78,6%), dan yang

tidak mengalami hipertensi 6 responden (21,4%), sedangkan responden

dengan katagori tidak obesitas yang mengalami hipertensi berjumlah 18

responden (54,5%) dan yang tidak mengalami hipertensi berjumlah 15

responden (45,5%). Berdasarkan hasil uji dengan chi squar ediperoleh nilai

p value = 0,09 >α = 0,05 yang menunjukan bahwa tidak tedapat hubungan yang

40
signifikan antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019 .

C. Pembahasan

1. Variabel Kejadian Hipertensi (Dependent)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 61 responden didapatkan

hasil responden yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 40 responden

(65,6%) sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi berjumlah 21

responden (34,4%).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri

menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut

(Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah

140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase

sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan

fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Mubarak,

2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian oleh Natalia dkk, (2014)

yang berjudul hubungan obesitas dengan hipertensi pada penduduk Kecamatan

41
Sintang Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden

dengan hipertensi adalah 79 responden (54,11%).

Pada penelitian ini diagnosis hipertensi ditegakkan setelah pengukuran

tekanan darah lansia pada saat penelitian. Menurut asumsi peneliti hipertensi

merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial baik genetik maupun

lingkungan.

2. Berat Badan ( Variabel Independent)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 61 responden

didapatkan hasil responden dengan berat badan katagori obesitas berjumlah

28 responden (45,9% ) sedangkan responden dengan berat badan tidak

obesitas yaitu 33 responden (54,1%).

Kegemukan (Obesiatas) adalah persentase abnormal lemak yang

dinyatakan dalam indeks masa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat

badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan & Stamler,1991).

Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan

tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas visceral yaitu

penumpukan lemak pada visera abdomen dan omentum yang meningkatkan

risiko terjadinya diabetes mellitus, hipertensi, sindrom metabolic dan

penyakit kardiovaskular. Ada obesiatas visceral terjadi peningkatan risiko

terbentuknya plak arteriosklerosis akibat proses inflamasi dari lemak yang

tertumpuk di visera.

Berat badan lebih apabila dibiarkan akan menyebabkan beberapa

komplikasi yang tentu saja akan berbahaya bagi kesehatan. Dalam sebuah

42
penelitian ditemukan adanya suatu hubungan antara BMI pada remaja yang

tinggi dengan risiko penyakit hipertensi dan jantung coroner saat dewasa

(Baker, Olsen,Sørensen, 2010). Selain penyakit jantung coroner, over weight

atau obesitas dapat menyebabkan arterosklerosis yang mana gejalanya

dimulai sejak remaja (Daniels,2009).

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun

mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan

wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume

darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui secara

pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi dengan berat badan

normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian oleh Natalia dkk, (2014)

yang berjudul hubungan obesitas dengan hipertensi pada penduduk Kecamatan

Sintang Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden

dengan IMT normal adalah 85responden (58,2%).

Menurut asumsi peneliti obesitas merupakan faktor resiko Hipertensi

adalah salah satu faktor penting yang berperan pada obesitas adalah aktivitas

fisik, dimana pada penelitian ini tidak dilakukan penelitian. Obesitas tidak

hanya berkaitan dengan seberapa banyak mengkonsumsi makanan tetapi juga

berkaitan dengan kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang.

43
3. Hubungan berat badan dengan kejadian obesitas

Hasil analisis hubungan berat badan dengan kejadian hipertensi

ditemukan bahwa responden dengan katagori obesitas yang mengalami

hipertensi berjumlah 22 responden (78,6%), dan yang tidak mengalami

hipertensi 6 responden (21,4%), sedangkan responden dengan katagori tidak

obesitas yang mengalami hipertensi berjumlah 18 responden (54,5%) dan

yang tidak mengalami hipertensi berjumlah 15 responden (45,5%).

Berdasarkan hasil uji dengan chi square diperoleh nilai p value = 0,09 >α =

0,05 yang menunjukan bahwa tidak tedapathubungan yang signifikan antara

berat badan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Klinik Rawat Inap Sae

Waras Tahun 2019 . Lanjut usia adalah usia kronologis lebih atau sama

dengan 65tahun dinegara maju, tetapi untuk Negara sedang berkembang

bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah usia sesudah melewati atau sama

dengan 60 tahun (Oenzil,2006). Menurut WHO (World Health

Organization), lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu usia

pertengahan (usia 45–49 tahun), lansia (usia 60–74 tahun), lansia tua (usia

75–90tahun) dan usia sangat tua (usia di atas 90 tahun) (Fatmah, 2010).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri

menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

44
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Sedangkan menurut

(Triyanto,2014).

Kegemukan atau obesitas disebabkan oleh pola konsumsi makanan

yang berlebihan, banyak mengandung lemak, karbohidrat dan protein yang

tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan yang terjadi pada lansia

disebabkan karena menurunnya metabolisme yang tidak diimbangi dengan

peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga

kalori jumlahnya berlebihan diubah menjadi lemak dan mengakibatkan

kegemukan. Lansia yang aktivitas fisiknya menurun, sebaiknya konsumsi

energi dikurangi untuk mencapai keseimbangan energy dan mencegah

terjadinya obesitas (Rowahani, 2012).

Hasil penelitian sejalan dengan Penelitian oleh Julianti, dkk (2015),

yang berjudul Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan

Tekanan Darah Pasien Hipertensi Hasil penelitian menunjukan sebagian besar

responden yang obesitas, mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 28

orang (43,8%). Responden yang tidak obesitas sebagian besar mengalami

peningkatan tekanan darah sebanyak 10 orang (15,6%). Berdasarkan hasil

analisis Kendall’s Tau diperoleh nilai sien korelasi sebesar -0,142 dengan p

koevalue sebesar 0,235. Hal ini dapat diartikan tidak ada hubungan yang

signifikan obesitas dengan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas

Kotagede I Kota Yogyakarta.

Menurut asumsi peneliti penyebab dari hipertensi merupakan

multifaktorial diantaranya adalah faktor genetik, faktor lingkungan dan pola

45
hidup seseorang, yang mana pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan

terhadap variabel – variabel tersebut. Pada penelitian ini tidak ada hubungan

yang signifikan antara hipertensi dengan obesitas karena pasien hipertensi

didiorong untuk melakukan penurunan berat badan bila mengalami obesitas

dan hal ini akan berefek pada penurunan tekanan darah. Salah satu usaha

yang responden lakukan disini adalah rutin mengikuti senam prolanis. Hal ini

juga dikarenakan hipertensi merupakan penyakit yang multifaktorial dimana

penyebabnya diantaranya adalah genetik, aktivitas fisik , ataupun komplikasi

penyakit lain yang mana pada penelitian ini tidak dialakukan pengukuran

variabel – variabel tersebut.

46
47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Distribusi frekuensi kejadian hipertensi diperoleh hasil responden yang

mengalami hipertensi yaitu sebanyak 40 responden (65,6%) sedangkan

responden yang tidak mengalami hipertensi berjumlah 21 responden (34,4%).

2. Distribusi frekuensi berat badan didapatkan hasil responden dengan berat

badan katagori obesitas berjumlah 28 responden (45,9% ) sedangkan

responden dengan berat badan tidak obesitas yaitu 33 responden (54,1%).

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kejadian

hipertensi pada lansia di Klinik Rawat Inap Sae Waras Tahun 2019 (p value

= 0,09 > α = 0,05 )

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat (lansia)

Diharapkanlansia lebih meningkatkan mencari informasi dan

mengikuti kegiatan posbindu dan senam lansia atau prolanis agar dapat

mencegah terjadinya penyakit hipertensi.


2. Bagi Klinik Rawat Inap Sae Waras

Lebih meningkatkan penyuluhan dengan menggunakan media yang

lebih menarik dan melibatkan anggota keluarga dengan tujuan

meningkatkan sosialisasi tentang penyakit hipertensi melalui program

posbindu. Sehingga pasien dengan obesitas tetap mampu mengontrol

tekanan darahnya dengan melakukan diet seimbang dan rutin mengikuti

senam prolanis yang telah diadakan oleh klinik Rawat inap sae waras.

3. Bagi Universitas Aisyah

Diharapkan dapat menambah bahan referensi dan koleksi di perpustakaan

sebagai acuan untuk mahasiswa yang akan mengangkat penelitian tentang

berat badan dan kejadian hipertensi

4. Bagi peneliti selanjutnya

Pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan variabel lain dengan

metode lain.

48
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka. Utama,


Jakarta

Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Rineka Cipta, Jakarta.

Astuti, L (2016), Analisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian


hipertensi pada pasien usia 45 tahun keatas. Jurnal

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI).(2014). Gambaran Kesehatan Lanjut


Usia di Indonesia, Buletin, Jakarta

 Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan.


Praktek Dalam Keperawatan, Salemba Medika , Jakarta

Fatmah. 2010, Gizi Usia Lanjut. Erlangga , Jakarta. 

Hastono SP. ( 2016) . Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Infodatin Lansia, 2016, Situasi Lanjut Usia di Indonesia, Kementrian Kesehatan


RI, Jakarta

Kemenkes, (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019. Direktorat PTM dan


Pencegahan Pengendalian Penyakit. Jakarta , Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kemenkes, (2017). PTM Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak


Menular Di Indonesia. Jakarta , Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Mubarak, et, al., 2016, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Salemba Medika,
Jakarta

Natalia dkk, (2014) hubungan obesitas dengan hipertensi pada penduduk


Kecamatan Sintang Kalimantan Barat.Jurnal

Notoadmodjo, S. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta Jakarta .

Notoadmodjo,S.( 2010). Metodologi Penelitian KesehatanPenerbit Rineka


Cipta. . Jakarta.

49
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta Jakarta
Prasadja, A, 2009, Ayo bangun dengan bugar karena tidur yang benar, Hikmah,
Jakarta

Ramadhani dan Yuly, S (2018), hubungan kasus obesitas dengan hipertensi di


provinsi Jawa Timur Tahun 2015 – 2016. Jurnal

Rokhuswara dan Syahrizal S, (2017) Hubungan Obesitas dengan Kejadian


Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung
Tahun 2016. Jurnal

Sugiyono. 2013, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, , Bandung.

Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sulastri dkk (2012). hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada


masyarakat etnk Minangkabau di Kota Padang. Jurnal

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC

Supariasa IDN Dkk, (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Triyanto E, (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara.


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Widjadja, R. (2009). Penyakit kronis (tindakan, pencegahan dan pengobatan


secara medis maupun tradisional). Jakarta: Bee Media Indonesia.

50

Anda mungkin juga menyukai