Maternal Behavior Towards Complementary Feeding in Pegirian Village
Maternal Behavior Towards Complementary Feeding in Pegirian Village
Maternal Behavior Towards Complementary Feeding in Pegirian Village
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education 1
Vol. 8 No. 1 (2020) 1-11 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.1-11
ABSTRACT
Background: The target of exclusive breastfeeding has not been achieved because
complementary feeding (MPASI) has been given earlier. Infants aged 0-6 months should
only get breastfed without any complementary food. Objective: This paper aimed to
analyze factors related to maternal behavior towards complementary feeding (MPASI) in
Pegirian Village. Method: This study was observational and cross-sectional, involving all
mothers and caregivers of under-five-year-old children in Pegirian Village. The sample
size was 35 mothers and caregivers of toddlers in Neighborhood Association No. 06
Community Association 02 Pegirian Village, Surabaya City. Sampling technique in use was
saturated sampling or census method because the total population was less than 100. The
research variables included educational background, income, and actions in giving MPASI.
Correlation test was in use to see the relationship among factors. Results: The results
showed that there was a relationship between knowledge and attitude with
complementary feeding behavior (P value = 0.001 and 0.015). There was no relationship
between the level of education and employment status with complementary feeding
behavior towards infants aged less than 6 months (P values = 0.425 and 0.134).
Conclusion: Knowledge and attitude of mothers and caregivers can influence
complementary feeding for infants aged less than 6 months.
ABSTRAK
Latar Belakang: Target pemberian ASI eksklusif yang belum tercapai disebabkan oleh
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang diberikan lebih awal. Bayi usia 0-6
bulan seharusnya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan pendamping apapun.
Tujuan: Tujuan penulisan ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan
perilaku ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) di Kelurahan Pegirian.
Metode: Desain penelitian menggunakan observasional cross sectional. Populasi pada
penelitian adalah seluruh ibu dan pengasuh balita di kelurahan Pegirian dan sampel
penelitian sebanyak 35 ibu dan pengasuh balita di RT 06 RW 02 Kelurahan Pegirian Kota
Surabaya. Teknik sampling dengan menggunakan sampling jenuh atau metode sensus
karena total populasi kurang dari 100. Variabel penelitian adalah latar belakang
pendidikan, pendapatan, dan tindakan dalam pemberian MPASI. Data dianalisis dengan uji
korelasi untuk melihat faktor yang hubungan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pemberian MPASI (P value=
0,001 dan 0,015) dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan
dengan perilaku pemberian MPASI pada bayi usia kurang 6 bulan (P value=0,425 dan
0,134). Kesimpulan: pengetahuan dan sikap ibu dan pengasuh balita dapat berpengaruh
pada pemberian MPASI pada bayi usia kurang 6 bulan.
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online:31-03-2020
2 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 (2020) page 1-11 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.1-11
(Riksani, 2012). MPASI disebut sebagai sosial ekonomi dan sistem nilai yang
makanan pergantian dari ASI ke makanan dianut masyarakat (Green, 1980).
keluarga yang dilakukan secara bertahap Ibu adalah seorang figur utama
baik dari jenis, frekuensi pemberian, dalam keputusan untuk memberikan
jumlah porsi dan bentuk makanan yang MPASI pada anaknya, apakah akan
disesuaikan dengan umur dan kemampuan diberikan saat umur kurang 6 bulan atau
bayi untuk mencerna makanan. saat setelah umur 6 bulan. Keputusan Ibu
Aktivitas bayi setelah usia 6 bulan dalam pemberian MPASI tentunya didasari
semakin banyak sehingga makanan oleh pengetahuan ibu itu sendiri
pendamping dari ASI diperlukan guna mengenai MPASI. Latar belakang
memenuhi kebutuhan gizi untuk pendidikan Ibu yang rendah belum tentu
perkembangan dan pertumbuhan bayi. mempengaruhi pengetahuan Ibu mengenai
Mulai usia 6 bulan, bayi mengalami MPASI. Tetapi dengan pengetahuan MPASI
pertumbuhan yang sangat pesat sehingga yang kurang maka akan mempengaruhi
bayi memerlukan asupan yang lebih sikap dan tindakan Ibu dalam pemberian
banyak. Aktivitas bayi semakin banyak MPASI ini tidak tepat. Maka dari itu, perlu
seperti mengangkat dada, berguling, adanya peningkatan pengetahuan Ibu
merangkak, belajar duduk dan belajar terlebih dahulu sehingga dengan
berjalan sehingga perlu energi lebih pengetahuan Ibu baik maka diharapkan
banyak yang didapat dari asupan sikap dan tindakan Ibu dalam pemberian
makanannya. MPASI akan baik pula.
Tujuan dari pemberian MPASI Umur seseorang menggambarkan
adalah sebagai pelengkap zat gizi pada banyak sedikitnya pengalaman dalam
ASI yang kurang dibandingkan dengan usia hidupnya (Notoatmojo, 2005). Usia
anak yang semakin bertambah. Dengan responden pada penlitian ini yang lebih
usia anak bertambah maka kebutuhan zat dari 50 tahun masih menganut kebiasaan
gizi anak pun bertambah, sehingga perlu nenek moyang yang erat kaitannya dengan
adanya MPASI untuk melengkapi. MPASI budaya yang kebiasaan memberikan
juga mengembangkan kemampuan anak makanan selain ASI saat bayi usia kurang 6
untuk menerima berbagai variasi makanan bulan. Responden menganggap bahwa
dengan bermacam–macam rasa dan bayi kurang kenyang jika hanya diberikan
bentuk sehingga dapat meningkatkan susu saja sehingga bayi akan rewel. Selain
kemampuan bayi untuk mengunyah, itu juga agar bayi bisa beradaptasi dengan
menelan, dan beradaptasi terhadap makanan orang dewasa.
makanan baru. Pekerjaan Ibu juga berpengaruh
Pemberian MPASI yang tidak tepat terhadap tindakan Ibu dalam pemberian
sangat berkaitan dengan faktor internal MPASI. Status pekerjaan ibu akan
dari ibu bayi tersebut dan faktor eksternal mempengaruhi hubungan sosialnya
yang dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor terhadap banyak orang diluar rumah,
internal meliputi pendidikan, pekerjaan, sehingga memungkin Ibu untuk
pengetahuan, sikap, tindakan, psikologis memperoleh banyak informasi positif
dan fisik dari ibu itu sendiri. Faktor maupun negatif dari lingkungan sosial
eksternal meliputi faktor budaya, kurang diluar rumah (Mulyaningsih, 2010). Anak
optimalnya peran tenaga kesehatan, dan dari ibu yang sibuk bekerja biasanya tidak
peran keluarga (Green, 1980). mendapatkan ASI eksklusi. Kondisi ini
Faktor internal merupakan faktor berpotensi dalam pemberian makanan
yang dipengaruhi dari individu sendiri tambahan selain ASI kepada anaknya dan
untuk memutuskan tindakan pemberian terlebih anak dititipkan pada pengasuh
MPASI. Teori Green menyebutkan ada 3 yang belum tentu mengerti tentang
faktor penentu perubahan perilaku yaitu pemberian MPASI yang tepat.
pendorong (predisposing), faktor Sikap Ibu dalam pemberian MPASI
pemungkin (enabling) dan faktor penguat berperan penting untuk memutuskan
(reinforcing) (Green, 1980). suatu tindakan. Sikap merupakan respon
Faktor pendorong merupakan atau reaksi seseorang yang belum
faktor pemungkin seseorang untuk melakukan tindakan apapun terhadap
melakukan perubahan perilaku. Faktor ini suatu stimulus atau objek tertentu yang
meliputi rekognisi dan keputusan diterima (Notoatmojo, 2012). Sikap
seseorang terkait kesehatan, pendidikan, seseorang didasari dengan pengetahuan
yang baik, tetapi sikap yang baik belum
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online: 31-03-2020
4 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 (2020) page 1-11 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.1-11
tentu berpengaruh terhadap praktik atau skala likert dengan kategori jawaban
tindakan seseorang dalam membuat setuju (nilai 1) dan tidak setuju (nilai 0).
keputusan. Diperlukan motivasi dari Tindakan diukur dengan menggunakan
berbagai pihak untuk mengubah tindakan jawaban ya atau tidak yang terdiri dari 9
Ibu dalam pemberian MPASI yang tepat pertanyaan dengan metode Skala Guttman
waktu. yang menggunakan skala persentase
Penjelasan tersebut menunjukkan antara 0-50% dengan kategori tidak
bahwa waktu pemberian pertama MPASI memberikan MPASI <6 bulan, dan 51%
yang kurang tepat sehingga rumusan sampai 100% dengan kategori memberikan
masalah dalam penelitian ini berfokus MPASI usia 6 bulan.
pada faktor predisposisi yang berpengaruh Data yang telah diperoleh
pada tindakan seseorang dalam kemudian diolah dan dianalisis setiap
pemberian MPASI di wilayah Kelurahan variabelnya. Analisa data dilakukan
Pegirian RW 02 RT 06, Kota Surabaya. dengan cara uji korelasi dengan fisher
Tujuan studi ini adalah untuk exact untuk melihat hubungan antar
menggambarkan dari beberapa faktor variabel dan disajikan secara deskriptif
predisposisi yang berhubungan dengan yaitu dalam bentuk distribusi frekuensi.
pengaruh ibu dalam memberikan MPASI
sebelum anak usia 6 bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online: 31-03-2020
Santi Lestiarini dan Yuly Sulistyorini. Perilaku Ibu pada… 5
dengan pemberian MPASI dini. Pemberian ASI adalah makanan yang memiliki
MPASI yang tidak tepat waktu terhadap nutrisi dan energi tinggi yang mudah
status status gizi bayi didapatkan bahwa dicerna oleh bayi. Pencernaan bayi
terdapat 16 (69.6%) bayi jarang artinya lebih mudah mencerna protein dan
hampir tidak memberikan MPASI pada usia lemak yang berasal dari ASI. ASI
kurang 6 bulan memiliki status gizi baik mengandung kurang lebih 100 bahan
dan terdapat 13 (48.1%) bayi yang sering yang tidak bisa ditemukan dalam susu
diberikan MPASI dini memiliki status gizi sapi maupun susu buatan pabrik.
kurang (Wargiana, Susumaningrum and Terlebih pada bulan pertama dimana
Rahmawati, 2013). kondisi bayi dalam keadaan yang
Data WHO tahun 2010 didapatkan paling rentan terhadap penyakit,
bahwa sebesar 51% penyebab kematian sehingga ASI eksklusif membantu
balita karena penyakit Pneumonia, Diare, untuk melindungi bayi dari berbagai
Campak dan Malaria. Sebesar 54% penyakit infeksi.
kematian balita erat hubungannya dengan 2. ASI dapat memberikan perlindungan
status gizi balita (World Health pada bayi
Organization, 2010). Bayi mendapatkan kekebalan tubuh
Penelitian yang dilakukan di melalui ASI. Lebih dari 50 bahan ASI
Sedayu menyebutkan bahwa anak yang mengandung faktor imunitas. Hasil
mendapatkan MPASI tidak tepat waktu penelitian menunjukkan bahwa 40%
pemberiannya mempunyai risiko 2,8 kali bayi yang diberikan ASI eksklusif
untuk menjadi stunting dengan z score <- sampai usia 4 bulan lebih sedikit
2. Hasil ini memiliki makna bahwa terkena infeksi dibanding dengan bayi
kejadian stunting memiliki hubungan yang yang diberi ASI eksklusif dan makanan
signifikan dengan waktu mulai pemberian tambahan pendamping ASI lainnya di
MPASI (Dwi, 2016). usia kurang dari 4 bulan. Pemberian
Hasil penelitian sebelumnya yang MPASI terlalu dini ibarat seperti
dilakukan di Jakarta didapatkan bahwa mempermudah jalan masuknya
tidak ada hubungan yang signifikan antara berbagai jenis kuman kedalam tubuh
usia Ibu dengan tindakan pemberian bayi, terlebih jika makanan tidak
makanan pendamping ASI (P value = disajikan secara higienis.
0,645) serta hubungan antara Ibu dengan 3. Menunggu kematangan pada sistem
bayi (P value = 0,724), selain itu pencernaan bayi agar berkembang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan lebih sempurna.
yang signifikan antara faktor predisposisi Pertumbuhan sistem pencernaan
dengan tindakan pemberian makanan maupun psikologis bayi pada umur 6–9
pendamping ASI. Sebaliknya, ada korelasi bulan, biasanya bayi sudah siap
yang signifikan antara pendidikan menerima makan padat. Belum
pengasuh/Ibu dan pengetahuan dengan siapnya sistem pencernaan bayi, maka
waktu mulai memberikan makanan makanan padat tidak dapat dicerna
pendamping ASI. Selain itu menunjukkan dengan baik sehingga akan
bahwa pendidikan dan pengetahuan mengakibatkan gangguan pencernaan
adalah variabel pelindung pada praktik seperti konstipasi/sembelit, diare,
pemberian makanan pendamping (OR = infeksi usus, dan gangguan
0,237 dan 0,216) artinya bahwa ibu yang pencernaan lainnya.
memiliki pendidikan tinggi dan 4. Mengurangi risiko alergi pada
pengetahuan yang lebih baik cenderung makanan
melakukan praktik pemberian makanan Meningkatkan durasi waktu pemberian
tambahan yang baik dan tepat pada ASI eksklusif dapat memperkecil risiko
waktunya (Septriana and Suhartono, terjadinya alergi pada makanan.
2016). Bakteri patogen penyebab berbagai
MPASI sebaiknya diberikan setelah macam penyakit infeksi dapat masuk
bayi usia 6 bulan (Prabantini, 2010). ke dalam tubuh bayi bersama
Alasan pentingnya menunda pemberian kandungan protein yang terdapat di
makanan selain ASI sampai bayi menginjak makanan. Organ pencernaan bayi
usia 6 bulan yakni antara lain: dilapisi oleh antibodi (sigA) yang
1. Bayi hanya membutuhkan ASI sebagai menyediakan kekebalan pasif,
makanan dan minumannya sampai sehingga antibodi tersebut dapat
usia 6 bulan.
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online: 31-03-2020
Santi Lestiarini dan Yuly Sulistyorini. Perilaku Ibu pada… 7
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online: 31-03-2020
10 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 (2020) page 1-11 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.1-11
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 28-05-2018, Accepted: 02-01-2019, Published Online: 31-03-2020