Teknik Pembenihan Ikan Bawal
Teknik Pembenihan Ikan Bawal
Teknik Pembenihan Ikan Bawal
Disusun Oleh
(H04217004)
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kahadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang tentang “Teknik
Pembenihan dan Analisis Parameter Fisika – Kimia Perairan Kolam Pembibitan
Ikan Bawal (Colossoma macropomum) di UPT Perikanan Budidaya di Desa
Penataan Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur” ini
dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang
yang dilaksanakan di Balai Benih Ikan di Desa Penataan Kecamatan Winongan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 06 Januari – 28 Februari
2020.
1. Dr. Eni Purwati, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Asri Sawiji, M.T sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan sebagai dosen pembimbing PKL
yang telah memberikan arahan, petunjuk, bimbingan mulai dari awal sampai
tersusunnya laporan ini.
3. Sigit Afendy, S.Pi sebagai kepala UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.
4. Doddy Gunawan H.N, A.md sebagai pembimbing Lapang yang telah
memberikan bimbingannya selama kegiatan PKL di UPT Perikanan
Budidaya Desa Penataan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.
5. Kepada Kedua orang tua saya, ayahanda Nursalim dan Ibunda Safuwah
yang dengan tulus mendoakan, memberi kasih saying serta semangat agar
tidak mudah menyerah dan focus dalam menyelesaikan studi.
6. Kepada sahabat saya Ashil Falih Kes Foh Al Ghozali, Teman – Teman dari
SMKN 1 Grati dan SMK Al - Inabah.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih
belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
ii
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua
pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya guna kemajuan serta
perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya
perikanan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.1 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Budidaya ............................................................................................................ 4
2.2 Teknik Pemijahan ............................................................................................. 8
2.3 Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar ................................................................... 10
2.4 Klasifikasi Ikan Bawal Air Tawar ................................................................. 11
2.5 Morfologi Ikan Bawal Air Tawar .................................................................. 12
2.6 Habitat Ikan Bawal ......................................................................................... 13
2.7 Pakan Ikan Bawal ........................................................................................... 14
2.8 Pertumbuhan Ikan Bawal .............................................................................. 20
2.9 Pembenihan Ikan Bawal................................................................................. 21
2.10 Parameter Kualitas Air .................................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 28
3.1 Waktu dan Lokasi ........................................................................................... 28
3.2 Metode Kerja ................................................................................................... 28
3.3 Jadwal Pelaksanaan ........................................................................................ 29
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 32
4.1 Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL) ......................... 32
4.2 Parameter Kualitas Air .................................................................................. 36
4.3 Teknik Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar ................................................ 37
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 45
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 45
5.2 Saran ................................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47
Lampiran ........................................................................................................................... 51
iv
BAB I PENDAHULUAN
Permasalahan yang umum dijumpai dalam budidaya ikan Bawal Air Tawar
adalah masih rendahnya ketersediaan benih. Usaha penyediaan benih ikan
bawal yang berkualitas dengan jumlah yang banyak serta
berkesinambungan masih banyak menemukan kendala antara lain adalah
kegagalan pembenihan yang masih tinggi sehingga berdampak pada
ketidakpastian perolehan pendapatan usaha pembenihan ikan bawal air
tawar (Brajamusti, 2008). Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat
dilakukan dengan cara hipofisasi atau rangsangan hormon (induce
spawning) menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa, ovaprim, atau LHRH-a.
Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun
dilakukan stripping atau ovulasi buatan (Djarijah, 2001).
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
ikan. Ikan memerlukan air dengan kondisi yang baik agar ikan dapat hidup
sehat dan tumbuh secara optimal sehingga dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Pramleonita. dkk, 2018). Ikan
sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan, sehingga kualitas dari
air yang digunakan sebagai habitatnya sangat penting. Kualitas air diartikan
sebagai kesesuaian air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
(Ahmad, 2004). Parameter Fisika dan Kimia sangat berpengaruh untuk
kelangsungan hidup ikan, salah satu parameter yang dilihat secara fisika
1
adalah warna, suhu, dan kecerahan, sedangkan parameter kimia yang dilihat
antara lain pH, dissolved oxygen/oksigen terlarut (DO), kesadahan
(Hardness), karbondioksida (CO2), dan Ammonia untuk parameter kimia.
(Pramleonita. dkk, 2018)
Masalah yang biasanya selalu timbul dalam sistem budidaya ikan air tawar
adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan
disekitar perairan. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran fisika – kimia
khususnya (suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, amoniak
dan BOD). Para pakar dan pengelola perairan selalu menganjurkan bahwa
penelitian pencemaran perairan perlu dilaksanakan secara
berkesinambungan mengingat setiap waktu dapat saja terjadi perubahan
lingkungan (Dundu dkk, 1993).
2
1.1 Manfaat Penelitian
Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta wawasan tentang
teknik pembenihan ikan bawal air tawar dan mengetahui faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap proses pemijahan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya
Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)
akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan
(profit). Akuakultur berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua =
perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu,
akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya - upaya)
manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan
budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan
untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta
meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi,
2004).
Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki serta dalam rangka
menghadapi tantangan global termasuk di bidang perikanan maka visi
pembangunan perikanan budidaya adalah: perikanan budidaya sebagai
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui
system budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk
mencapai visi tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan adalah (1)
Pembangunan perikanan secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan;
(2) Orientasi pembangunan perikanan budidaya berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi; (3) Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani
ikan; (4) Penyediaan bahan pangan, bahan baku industry dan peningkatan
ekspor; (5) Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (6)
Penciptaan kualitas sumber daya manusia; (7) Pencipataan iklim usaha yang
kondusif; (8) Pengembangan kelembagaan dan pembangunan kapasitas; (9)
Pemulihan dan perlindungan sumberdaya dan lingkungan. Sejalan dengan
visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan pengembangan sistem
pembudidayaan ikan adalah:
4
a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pembudidaya ikan;
b. Meningkatkan mutu produksi dan produktifitas usaha perikanan
budidaya untuk penyediaan bahan baku industry perikanan dalam
negeri, meningkatkan ekspor hasil perikanan budidaya dan
memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masya-rakat;
c. Meningkatkan upaya perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya
perikanan budidaya.
5
d. Pakan dalam budidaya merupakan bagian dari upaya
mempertahankan pertumbuhan optimal ikan.
e. Peralatan panen, alat utama untuk panen adalah jala, jaring arad,
dan bak penampung ikan, dan bak pengangkut hasil panen.
2. Teknologi Budidaya
Tingkat teknologi budidaya dalam akuakultur berbeda-beda.
Perbedaan tingkat teknologi ini akan berpengaruh terhadap produksi dan
produktivitas yang dihasilkan. Berdasarkan tingkat teknologi dan
produksi yang dihasilkan, kegiatan akuakultur dapat dibedakan menjadi
akuakultur yang ekstensif atau tradisional, akuakultur yang semi
intensif, akuakultur intensif, dan akuakultur hiper intensif. Pengertian
dan perbedaan karakteristik masing-masing kategori tersebut dapat
dilihat sebagai berikut (Crespi dan Coche, 2008):
a. Ekstensif (Tradisional)
Ekstensi adalah sistem produksi yang bercirikan: (i) tingkat
kontrol yang rendah (contoh terhadap lingkungan, nutrisi, predator,
penyakit); (ii) biaya awal rendah, level teknologi rendah, dan level
efisiensi rendah (hasil tidak lebih dari 500 kg/ha/tahun); (iii)
ketergantungan tinggi terhadap cuaca dan kualitas air lokal;
menggunakan badan-badan air alami. Produksi yang dihasilkan dari
sistem ini adalah kurang dari 500kg/ha pertahun.
b. Semi Intensif
Semi intensif adalah sistem budidaya berkarakteristik produksi
2 sampai 20 ton/ha/tahun, yang sebgian besar tergantung makanan
alami, didukung oleh pemupukan dan ditambah pakan buatan, benih
berasal dari pembenihan, penggunaan pupuk secara reguler,
beberapa menggunakan pergantian air atau aerasi, biasanya
menggunakan pompa atau gravitasi untuk suplai air, umumnya
6
memakai kolam yang sudah dimodifikasi. Produksi yang dihasilkan
dari sistem ini adalah 2.000-20.000kg/ha pertahun.
c. Intensif
Intensif adalah sistem budidaya yang bercirikan (i) produksi
mencapai 200 ton/ha/tahun; (ii) tingkat kontrol yang tinggi; (iii)
biaya awal yang tinggi, tingkat teknologi tinggi, dan efisiensi
produksi yang tinggi; (iv) mengarah kepada tidak terpengaruh
terhadap iklim dan kualitas air lokal; (v) menggunakan sistem
budidaya buatan. Produksi yang dihasilkan dari sistem ini adalah
20.000-200.000 kg/ha pertahun.
d. Hiper Intensif
Hiper intensif adalah sistem budidaya dengan karakteristik
produksi rata-rata lebih dari 200 ton/ha/tahun, menggunakan pakan
buatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan makanan organisme
yang dibudidayakan, benih berasal dari hatchery/pembenihan, tidak
menggunakan pupuk, pencegahan penuh terhadap predator dan
pencurian, terkoordinasi dan terkendali, suplai air dengan pompa
atau memanfaatkan gravitasi, penggantian air dan aerasi sepenuhnya
Untuk peningkatan kualitas air, dapat berupa kolam air deras,
karamba atau tank. Produksi yang dihasilkan dari sistem ini adalah
lebih dari 200.000 kg/ha pertahun.
7
2.2 Teknik Pemijahan
Teknik pemijahan adalah proses perkawinan yang terjadi antara
indukan jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel
telur dan terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam
usaha pembenihan dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan
benih unggul yang nantinya dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk
usaha pembesaran pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan
baru yang lebih berkualitas (Khairuman, 2002).
Teknik pemijahan dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu,
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced
spawning) dan pemijahan buatan (induced breeding) (Bond, 1979).
8
pemijahan buatan dilakukan dengan mengambil sel sperma indukan
jantan dan sel telur indukan betina kemudian proses dilakukan diluar
kolam pemijahan atau diwadah khusus sampai proses pembuahan
selesai kemudian ditebar kedalam kolam pemijahan hingga telur
menetas (Susanto, 2011).
9
betina sebelum proses Streeping dikurangi berat setelah proses
Streeping. Setelah itu melakukan pembuahan dengan cara
mencampurkan sel sperma dan sel telur pada wadah yang telah
disiapkan.
Pembuahan berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak
dan bertahan hidup kurang lebih satu menit setelah terkena air. Setelah
itu telur yang telah dibuahi ditebar secara merata pada kolam khusus
pemijahan hingga proses penetasan telur terjadi (Susanto, 1999).
10
sangat meluas di pasaran, hal ini dikarenakan selain sebagai ikan konsumsi,
ikan bawal juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan
bawal memiliki rasa yang gurih dan enak menyerupai ikan gurameh
meskipun banyak duri disela daging. Ikan bawal dapat digunakan sebagai
ikan hias, karena pada saat larva ikan bawal memiliki warna yang unik dan
cantik pada daerah sirip yang berwarna merah pada (Arie, 2009).
Klasifikasi ikan bawal air tawar dalam Arie (2006) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Subkelas : Neopterigii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoides
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
11
2.5 Morfologi Ikan Bawal Air Tawar
Ciri-ciri morfologi dari ikan bawal dapat dilihat dari arah samping
tubuh ikan yang bentuknya bulat atau oval dengan perbandingan panjang
dan tinggi ikan 2:1. Ikan bawal air tawar juga memiliki bentuk tubuh yang
pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuhnya 4:1. Ikan bawal
memiliki dua sirip pada punggungnya dengan letak yang agak bergeser
kebelakang. Postur tubuh ikan bawal agak bulat, bentuk tubuhnya pipih,
ukuran sisik kecil, kepalanya hampir bulat, lubang hidung tampak besar,
sirip dada berada di bawah tutup insang, antara sirip perut dan sirip dubur
terpisah, serta punggung berwarna abu- abu tua, perut putih abu-abu dan
merah. Pada bagian sirip ekor ikan bawal berbentuk homocercal. Tubuh
bagian atas ikan bawal berwana abu-abu, sedangkan bagian bawah
berwarna putih (Khairuman & Amri, 2008).
Pada bagian tubuh ventral ikan bawal dan sekitar sirip dada bawal muda
berwarna merah. Warna merah ini akan pudar atau berubah seiring dengan
perkembangan dan pertumbuhan ikan bawal. Ikan bawal memiliki postur
bibir bawah yang menonjol ke depan serta gigi yang besar dan tajam. Fungsi
dari gigi digunakan sebagai pemecah biji-bijian atau buah serta makanan
yang akan dimakan. Ikan bawal dengan gigi yang besar dan tajam membuat
12
orang beranggapan kalau ikan bawal termasuk ikan yang ganas. Ikan bawal
air tawar juga merupakan salah satu jenis ikan air tawar tropis yang memiliki
pyloric caeca ( Bezerra et al., 2001).
Ikan bawal merupakan jenis ikan yang tidak terlalu banyak persyaratan
dalam hidupnya untuk masalah kondisi air sebagai habitat lingkungannya.
Daya tahan hidup pada ikan bawal yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
sehingga para petani ikan senang memelihara ikan bawal. Ikan bawal
mampu bertahan hidup pada keadaan air yang kurang baik atau kotor, tetapi
alangkah baiknya jika kondisi air dalam pemeliharan ikan bawal tetap jernih
dan bersih, karena hal ini dapat memacu pertumbuhan ikan yang normal dan
13
optimal sebagaimana mestinya keadaan daerah asli ikan bawal (Khairuman
& Amri, 2008).
14
ikan, jenis ikan, dan ukuran ikan, selanjutnya menentukan kandungan
protein yang dibutuhkan ikan (Buwono, 2002).
1. Pakan Alami
Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam. Namun dalam
perkembangannya, sumber pakan alami tidak hanya berasal dari alam
tetapi sumber makanan juga bisa berasal dari budidaya. Pakan alami
rata-rata memiliki kandungan protein cukup tinggi (Akhmad, 2002).
Pakan alami yang masih hidup bisa disimpan dalam lemari es pada
bagian freezer. Kadar air pakan alami harus tetap dijaga, jika tidak
dibekukan, pakan alami bisa membusuk hingga menurunkan kualitas
pakan. Pakan alami hidup untuk ikan bawal contohnya terdiri dari
cacing darah (blood worm), cacing sutera (Tubifex), kutu air (Daphnia)
dan udang (Ghufran & Kordik, 2010).
a. Daphnia sp.
Di alam, genus Daphnia sp. mencakup lebih dari 20 spesies
dan hidup pada berbagai perairan tawar terutama di daerah
subtropis. Daphnia sp. sebagai hewan air juga dikenal sebagai kutu
air. Jenis-jenis kutu air ini mudah dikenali dengan adanya antena
pada kedua sisi di kepalanya.
15
Gambar 3. Daphnia Sp.
Klasifikasi Daphnia sp. Menurut Sachlan (1982) sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Phylopoda
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia sp.
Daphnia sp. memiliki ukuran 1-5 mm, bentuk tubuh lonjong,
pipih, terdapat ruas-ruas/segmen meskipun ruas ini tidak terlihat.
Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk dan lima pasang
alat tambahan (Mudjiman, 2004). Alat tambahan berupa antena
yang pertama disebut antena pertama, yang kedua disebut antena
kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak, tiga
pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut. Bagian
tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang
transparan, mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung
habitatnya. Pada umumnya cara berenang Daphnia sp. tersendat-
sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan
bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di
lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropik.
Daphnia sp. dapat hidup dalam air yang kandungan oksigen
terlarutnya sangat bervariasi yaitu dari hampir nol sampai jenuh.
Ketahanan perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh
kemampuanya dalam mensintesis haemoglobin. Dalam
kenyataannya, laju pembentukan haemoglobin berhubungan
dengan kandungan oksigen lingkunganya. Naiknya kandungan
16
haemoglobin dalam darah Daphnia sp., dapat juga diakibatkan oleh
naiknya temperatur, atau tingginya kepadatan populasi. Untuk
dapat hidup dengan baik Daphnia sp. memerlukan oksigen terlarut
yang cukup besar yaitu di atas 3,5 ppm (Djarijah, 1995).
b. Artemia Salina
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
kelangsungan hidup larva ikan yaitu dengan pengadaan pakan yang
tepat berdasarkan mutu, ukuran, jumlah, dan waktu pemberian
pakan. Artemia salina memenuhi kriteria sebagai pakan alami untuk
larva ikan. Artemia salina mempunyai kandungan protein kasar
sekitar 60,63% dan beberapa asam lemak essensial yang penting
bagi pertumbuhan dan sintasan spesies marikultur (Chumaidi et al.,
1991).
17
toleransi (kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri) pada
kisaran kadar garam yang sangat luas (Djarijah, 1995).
c. Cacing Tubifex
Cacing Tubifex sering juga disebut cacing rambut karena
bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukuran cacing Tubifex kecil
dan ramping, panjang 1-2 cm dan warna tubuh kemerah-merahan.
Cacing Tubifex termasuk ke dalam Phylum Annelida, tubuhnya
beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan, mulutnya
berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran
pencernaannya berakhir pada anus yang terletak di sub-terminal
(Djarijah, 1995).
Klasifikasi cacing Tubifex menurut Chumaidi et al. (1991)
sebagai berikut:
Phylum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotonida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
Species : Tubifex sp
Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya
jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah
berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya
adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di
dasar perairan. Cacing Tubifex akan membenamkan kepalanya
masuk ke dalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ujung
ekornya akan disemburkan di atas permukaan dasar untuk bernafas.
Perairan yang banyak dihuni cacing ini sepintas tampak seperti
koloni rumput merah yang melambai- lambai (Djarijah, 1995).
Cacing Tubifex adalah organisme hermaprodit. Pada satu
individu organisme ini terdapat 2 alat kelamin. Hasil
perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan oleh cacing
18
yang telah mengalami kematangan seks kelamin betinanya. Telur
ini selanjutnya dibuahi oleh cacing lain yang kelamin jantannya
telah matang (Djarijah, 1995).
2. Pakan Buatan
Pakan buatan merupakan suatu bahan makanan yang berasal dari
bahan remah yang dihancurkan. Pakan buatan ini biasanya perpaduan
bahan yang digiling dan diambil tepungnya yang diolah dan dijadikan
pellet. Pakan buatan (pellet) yang dibuat untuk memberikan asupan
tambahan, yang sengaja dibuat dengan kadar nutrisi yang sesuai dan
dibutuhkan oleh pertumbuhan ikan, serta dilihat dari jenis ikan, ukuran
ikan, dan juga kebutuhan protein serta kebiasaan ikan. Pakan buatan
atau yang sering dinamakan pelet untuk ikan dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu pakan tenggelam dan pakan terapung (Mudjiman, 2004).
Pakan buatan atau pellet biasanya di produksi secara besar-besaran
di pabrik pengolahan pellet. Dimana pada pembuatan pellet tersebut di
produksi oleh para ahli dibidangnya masing-masing. Namun pada
intinya cara atau tekhnik dalam pembuatan pakan ikan ini sangat
sederhana dan relatif mudah. Agar dapat menghemat biaya, pellet dapat
dibuat sendiri, selain biayanya tidak terlalu mahal juga dapat
menghasilkan jumlah pakan yang lebih banyak.
Ikan bawal (Colossoma macropomum) merupakan jenis ikan yang
tergolong omnivora. Namun, sebagai ikan yang memiliki komoditas
yang tinggi, yaitu sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias pada saat
masih larva, ikan bawal ini harus mendapatkan pakan yang baik agar
mampu menghasilkan hasil panen yang melimpah pada industri petani
ikan. Salah satu hal yang harus dilakukan yaitu dengan memberikan
pakan yang memiliki nutrien yang baik. Walaupun ikan bawal sering
memakan dedaunan, namun apabila tidak diberi asupan lain seperti
pellet maka akan memperlambat laju pertumbuhan (Mudjiman, 2004).
19
2.8 Pertumbuhan Ikan Bawal
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan yang spesifik
diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun
jaringan tubuh pada periode waktu tertentu. Sedangkan secara energetik,
pertumbuhan diekspresikan dengan adanya perubahan kandungan total
energi tubuh pada periode waktu tertentu (Gusrina, 2008).
20
Pertumbuhan ikan bawal akan tumbuh dengan baik apabila nutrisi yang
diberikan memiliki kandungan nutrisi yang baik dan memenuhi kebutuhan
gizi untuk kelangsungan hidup ikan. Pertumbuhan ikan akan terjadi apabila
makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari kebutuhan dasar untuk
metabolisme dan penyediaan energi untuk menunjang aktivitas dalam
pertumbuhan. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pemeliharaan tubuh
dan mengganti jaringan tubuh yang rusak, setelah itu pakan yang tersisa
digunakan untuk pertumbuhan (Suhendra et al. 2005).
1. Pemeliharaan Induk
21
2. Seleksi Induk
3. Pemberokan
4. Penyuntikan
22
8, 10, atau 12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 30 persen dari dosis
total dan penyuntikan kedua lebih tinggi dari dosis penyuntikan pertama
yaitu 70 persen dari dosis total. Induk jantan disuntik hanya satu kali
ketika penyuntikan kedua induk betina.
5. Pemijahan
Pemijahan ikan bawal air tawar dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu : induced breeding dan induced spawning.
23
6. Pemanenan dan Penetasan
24
pakan yang diberikan yaitu Naupli Artemia, Brachiounur atau Moina.
Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan. Benih
larva BAT memiliki Survival Rate (SR) 75 persen hingga berumur satu
bulan.
Air yang digunakan untuk pembesaran Ikan bawal harus berada dalam
kondisi kualitas yang optimal. Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara
mengganti air yang ada di dalam wadah budidaya atau pemeliharaan.
Pergantian air sebaiknya tidak dilakukan secara total karena dapat membuat
ikan menjadi stress. Pergantian air secara total mengakibatkan perubahan
suhu yang ekstrem (Djarijah, 2001).
25
a. Suhu
26
Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena
ikan mempunyai insang. DO di dalam air akan berdifusi kedalam sel-sel
insang ke jaringan sebelah dalam dari badannya. Kebutuhan DO
minimum untuk ikan air tawar tropis ± 5 mg/l (80% saturasi), sedangkan
untuk ikan laut tropis ± 5 mg/l (75% saturasi) (Sugianti, 2018).
c. pH
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
28
3.3 Jadwal Pelaksanaan
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktek kerja lapangan
29
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam Praktik Kerja Lapangan ini diperoleh dari
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh
dari beberapa cara pengambilan.
1. Data Primer
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Sumber penelitian primer diperoleh untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data primer, yaitu : metode survei dan metode observasi
(Sungaji dan Sopiah,2010)
a. Observasi
Metode observasi adalah cara untuk memperoleh data primer
dengan pengamatan secara langsung, sehingga memungkinkan
untuk melakukan pengamatan terhadap objek secara jelas (Hair e.t.
al, 1995). Metode observasi juga merupakan proses pencatatan pola
perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis
tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi (Sungaji dan
Sopiah,2010). Observasi dalam Praktik Kerja Lapang Ini dilakukan
terhadap berbagai hal yang terkait dengan Teknik Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar dan Manajemen kualitas air.
b. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandasakan
pada tujuan. Dalam wawancara memerlukan komunikasi yang baik
dan lancar antara penanya dengan subjek sehingga pada akhirnya
bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara
keseluruhan (Nazir,2011)
30
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek.
Teknik wawancara dilakukan jika pewawancara memerlukan
komunikasi atau hubungan dengan responden. Teknik wawancara
dapat dilakukan dengan cara, yaitu melalui tatap muka atau melalui
telpon (Sungaji dan Sopiah,2010). Wawancara dalam PKL ini
dilakukan dengan cara tanya jawab dengan petugas mengenai latar
belakang berdirinya BBI, struktur organisasi, Teknik Pembenihan
ikan bawal dan manajemen kualitas air.
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir,2011). Partisipasi
aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung beberapa
kegiatan yang dilakukan di lapangan berhubungan dengan teknik
pembenihan ikan bawal sampai pengontrolan kualitas air.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari semua literatur (bukan
dari responden) serta dokumen – dokumen yang mempunyai relevasi
dengan tujuan studi ini (Azwar, 1998). Data sekunder dapat berupa
data internal dan data eksternal. Data interna adalah data yang
dikumpulkan, dicatat, dan disimpan dalam suatu organisasi.
Sementara data eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh
suatu entitas selain subjek dari organisasi yang bersangutan (Sungaji
dan Sopiah,2010)
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
32
4.1.2 Sarana Prasarana
UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan Winongan
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.
a. Sumber air
33
f. Laboratorium
Gambar 7. Laboratorium
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Laboratorium berfungsi untuk mengkarantina ikan yang
memiliki penyakit juga untuk kontrol parameter air berkelanjutan.
g. Kantor Pemasaran
34
h. Gudang Pakan
35
4.2 Parameter Kualitas Air
Berdasarkan pengukuran parameter fisika – kimia pada kolam
pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan didapatkan hasil :
Tabel 2. Parameter fisika – kimia perairan
No Parameter Hasil
1 Oksigen Terlarut (DO) 8 ml/L
2 Suhu 28,1o C
3 pH 8,5
b. Suhu
Suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertukaran
zat atau metabolisme makhluk hidup. Suhu juga berpengaruh terhadap
kadar oksigen terlarut dalam air, pertumbuhan dan nafsu makan
organisme yang dibudidayakan. Suhu air yang baik untuk pertumbuhan
ikan Bawal berkisar 25oC – 30oC (Cahyono, 2000).
36
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan di Kolam Pembibitan Ikan
Bawal Air Tawar di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa
Penataan Kecamatan Winongan diperoleh hasil sebesar 28,1oC. menurut
Baku Mutu Air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal 8 Suhu yang
baik untuk biota air adalah suhu yang berkisar ±3 terhadap suhu udara.
Jadi Suhu pada kolam pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di Balai Benih
Ikan Kecamatan Winongan termasuk dalam kategori sesuai untuk Ikan
Bawal Air Tawar karena sesuai dengan baku mutu.
c. pH
pH merupakan salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi
pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar. Hasil pengukuran pH yang
dilakukan di Kolam Pembibitan Ikan Bawal Air Tawar di UPT
Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan diperoleh hasil sebesar 8,5. menurut SNI bahwa kualitas
perairan yang optimum untuk pertumbuhan ikan bawal air tawar adalah
pH berkisar antara 6,5 – 8,5. Ikan Bawal adalah termasuk jenis ikan yang
tahan terhadap asam pada musim-musim yang selalu silih berganti. Hal
ini terbukti dengan adanya penelitian tentang toleransi/daya tahan ikan
Bawal terhadap perubahan pH (Aride et al., 2007).
37
4.3.1 Perawatan Induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad (telur)
merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad
atau siap untuk dipijahkan. Induk-induk dipelihara di kolam dengan
kepadatan 2-4 kilogram per m2. Perawatan induk Ikan Bawal Air Tawar
yang dilakukan di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Penataan
Winongan untuk membuat induk matang gonad atau siap dipijahkan
yaitu induk Ikan Bawal Air Tawar diberi pakan berupa pellet dengan
kadar protein sebesar diatas 30% dengan dosis 3 – 4 % dari berat induk
Ikan Bawal Air Tawar. Kandungan nutrisi pada pakan Ikan Bawal Air
Tawar berupa 31 – 33% Protein, 4% Lemak, 5% Serat, 13% Kadar Abu,
12% Kadar Air. Pemberian pakan Ikan Bawal Air Tawar dilakukan 2 kali
sehari yakni pada waktu pagi hari dan siang menjelang sore hari.
38
menghilangkan kotoran serta menghilangkan hama dan penyakit
yang ada di dalam kolam. Setelah kolam dibersihkan dari kotoran
kemudian kolam dikeringkan 2 – 3 hari.
39
4.3.3 Persiapan Wadah Penetasan Telur
Penetasan telur ikan Bawal Air Tawar yang dilakukan di UPT
Perikanan Budidaya Air Tawar (PBAT) Desa Penataan Kecamatan
Winongan dilakukan di akuarium dengan aerasi tinggi. Tahap pertama
yakni akuarium dibersihkan dengan air agar terbebas dari kotoran dan
lumut, kemudian akuarium diisi dengan air bersih sampai ketinggian 40
cm. dan tahap terakhir akuarium diberi aerator yang berfungsi untuk
menciptakan arus agar telur dapat bergerak pada saat proses penetasan.
40
dilakukan pengecekan dengan cara memencet perut, idukan betina yang
siap dipijah adalah indukan yang ditandai dengan alat kelamin yang
berwarna merah dan perut membuncit serta bagian perut terasa lunak saat
dipegang.
(a) (b)
Gambar 15. (a) induk betina, (b) induk jantan
4.3.5 Pemijahan
Proses pemijahan ikan bawal di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar
(PBAT) Desa Penataan Kecamatan Winongan dilakukan dengan cara
semi buatan dengan cara melakukan penyuntikan pada Ikan Bawal Air
Tawar. Sebelum melakukan penyuntikan disiapkan alat antara lain Jarum
Suntik, Hormon Ovaprim / Ovagold, Aqubides, dan NaCl. Dosis untuk
penyuntikan yaitu :
Tabel 4. Doses Penyuntikan
No Induk Jumlah Dosis
1 Jantan 1 0,5 ml/Kg
2 Betina 2 0,75 ml/Kg
41
2
0,75 ml/Kg, pada saat penyuntikan pertama diberikan dosis 3 dari dosis
1
total, dan pada penyuntikan kedua diberikan dosis 3 dari dosis total. Pada
42
4.3.6 Pemanenan Telur dan Penetasan Telur
1. Pemanenan Telur
Setelah proses pemijahan, telur Ikan Bawal Air Tawar kemudian
diambil dari kolam pemijahan dengan seser halus lalu dipindahkan
ke dalam akuarium untuk dilakukan proses penetasan. Dalam proses
pemijahan ini idukan betina Ikan Bawal Air Tawar dengan bobot 4
Kg mampu menghasilkan telur sebanyak +− 472.500 butir telur.
43
Gambar 19. Pemindahan telur ke wadah penetasan
Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas
air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti
penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator dan
heater. Untuk menjaga kualitas air setelah telur menetas adalah
dilakukan pergantian air dengan cara penyiponan sebanyak 50%
air dan dilakukan proses pembuangan telur yang tidak menetas.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan selama 14 hari untuk
siap ditebar. Jenis pakan yang diberikan selama perawatan di
akuarium yaitu Naupli Artemia, atau Moina.
44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
45
5.2 Saran
a. Dalam penelitian ini masih belum mendapatkan data HR(hatching
rate) atau daya tetas dikarenakan pada saat PKL mengalami
kendala pada Instalasi penetasan, maka untuk selanjutnya
diperlukan persiapan yang lebih matang agar hal – hal yang tidak
diharapkan tidak terjadi
b. Stok indukan di UPT PBAT Pasuruan perlu ditambah seiring
permintaan akan bibit juga tinggi, supaya produksi benih
meningkat dan memenui permintaan pasar.
c. Kurangnya SDM untuk mengelolah berbagai fasilitas dan
kegiatan di UPT PBAT masih menjadi kendalah serius di instansi
PBAT Pasuruan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, R. A. 2002. Memilih & Membuat Pakan Tepat untuk Lou Han.
Jakarta: Agro Media.
Arie, 2009. Pemberian dan Pembesaran Ikan Air Tawar. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Buwono, I.D. 2002. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum Ikan.
Kanisius. Yogyakarta.
Chumaidi, S., Ilyas & M. Yunus. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan
Alami Ikan dan Udang. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan
47
Crespi, V dan Coche, A. 2008. Glossary of Aquaculture. Food and
Agriculture Organization. Rome.
Hair J.F. et.al (1995). Multivariate Data Analysis (Fouth ed). New Jersey:
Prentice Hall.
48
Patty, Simon I. 2018. Kondisi Suhu, Salinitas, pH dan Oksigen Terlarut di
Perairan Terumbu Karang Ternate, Tidore dan Sekitarnya. JURNAL
ILMU KELAUTAN KEPULAUAN. Vol 1 (2)
49
Widiyanti, 2012. Frekuensi Pemberian Pakan Cacing Tubifek sp. Pada
Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. UMP.
Yuwono, E., P. Sukardi, & I. Sulistyo. 2005. Konsumsi dan efisiensi pakan
pada ikan kerapu bebek (cromileptis altivelis) yang dipuasakan secara
periodik. Berkala Penelitian Hayati. 10 : 129-132.
50
Lampiran
51