Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Titrasi Asam Basa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI ASAM BASA

9 MARET 2017

A. TUJUAN
1. Siswa mampu merangkai alat titrasi.
2. Siswa mampu menentukan konsentrasi basa (larutan NaOH) dengan asam (larutan
HCl) melalui titrasi asam basa.

B. LANDASAN TEORI

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
(disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar
sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang
diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan


asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan
yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik
ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna
indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indikator.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Buret, erlenmeyer, gelas ukur, corongm statif, dan pipet tetes.
Bahan : Larutan HCl 0,1 M, indikator methil merah, larutan NaOH dengan
konsentrasi yang belum diketahui, dan aquades.
D. LANGKAH KERJA
1. Mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 M dan mencatat pembacaan buret.
2. Memasukkan 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer.
3. Menambahkan 2 - 3 tetes indikator methil merah.
4. Melakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan HCl dari buret ke dalam labu
erlenmeyer sambil diguncangkan. Penetesan larutan HCl dihentikan jika larutan
dalam erlenmeyer tersebut menjadi merah dan warna itu tidak menghilang jika
erlenmeyer diguncangkan kembali.
5. Mencatat volume HCl yang digunakan.
6. Mengulangi percobaan 2 – 3 kali.

E. HASIL KERJA
Konsentrasi larutan HCl diketahui adalah 0,1 M
Pembacaan buret berisi larutan

Volume HCl (ml)


Percobaan ke-
Awal (V1) Akhir (V2) Terpakai (V2 – V1)
1 0 ml 7,6 ml 7,6 – 0 = 7,6 ml
2 7,6 ml 14,2 ml 14,2 – 7,6 = 6,6 ml
3 14,2 ml 19,7 ml 19,7 – 14,2 = 5,5 ml

Perhitungan :
VNaOH x MNaOH x nNaOH = VHCl x MHCl x nHCL
Volume rata – rata HCl yang digunakan 6,5 ml
Volume NaOH yang digunakan 10 ml

F. ANALISA DATA
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan
mengukur volumenya secara pasti. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya
disebut dengan titran.
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah kami lakukan (Titrasi NaOH
dengan zat titran HCl ), didapatkan data sebagai berikut:

Reaksi:
HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)

Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara HCl dan
NaOH adalah sama, sehingga konsentrasi larutan NaOH dapat ditentukan melalui
persamaan :

V1 x M1 x n1 = V2 x M2 x n2
Keterangan :

V1 = Volume larutan basa (NaOH)


V2 = Volume larutan asam (HCl)
M1 = Molaritas larutan basa
M2 = Molaritas larutan asam
n1 = Valensi basa
n2 = Valensi asam

 Pada percobaan pertama, sebanyak 10 ml larutan NaOH dimasukkan ke dalam


erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 - 3 tetes indikator metil merah. Setelah itu,
buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M. Kemudian erlenmeyer yang sudah terisi
larutan NaOH ditempatkan dibawah buret lalu biarkan larutan HCl menetes setetes
demi setetes ke dalam larutan NaOH sampai larutan tersebut berubah warna dan
tidak kembali ke warna semula apabila erlenmeyer diguncangkan. Hal ini terjadi
pada saat volume HCl telah terpakai sebanyak 7,6 ml.
 Berikutnya yaitu mengulangi percobaan tersebut sebanyak 2 kali tanpa
menambahkan larutan HCl pada buret.
 Pada percobaan kedua, titik akhir titrasi tercapai pada saat volume HCl yang
digunakan sebanyak 6,6 ml.
 Sedangkan pada percobaan ketiga, titik akhir titrasi tercapai pada saat volume HCl
yang digunakan sebanyak 5,5 ml.

Dari data percobaan yang kami lakukan, konsentrasi (M) larutan NaOH dapat
ditentukan dengan menentukan terlebih dahulu rata-rata larutan HCl yang terpakai,
dengan cara :

7,6 ml+6,6 ml +5,5 ml


=6,5 ml
3

Setelah itu rata-rata Molaritas NaOH dapat kita ketahui dengan cara sebagai berikut :

V1 x M1 x n1 = V2 x M2 x n2
10 x M1 x 1 = 6,5 x 0,1 x 1
10 x M1 = 0,65
M1 = 0,065
= 0,07 M

Jadi, kadar konsentrasi larutan NaOH pada proses titrasi yang kami lakukan
adalah sebanyak 0,07 M.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada saat
percobaan titrasi, antara lain :
1. Kesalahan penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret
2. Kesalahan mengamati perubahan warna
3. Kurang teliti dan tergesa-gesa dalam pengamatan
4. Adanya kebocoran pada buret, dll.
G. PERMASALAHAN
1. Tuliskan persamaan reaksi dari percobaan diatas!
Jawab : HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)

2. Berapa konsentrasi larutan NaOH tersebut?


Jawab : VNaOH x MNaOH x nNaOH = VHCl x MHCl x nHCL
10 x M x 1 = 6,5 x 0,1 x 1
10 x M = 0,65
M = 0,065
= 0,07 M

3. Faktor – faktor apa saja yang bisa menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi?
Jawab : 1.) Kesalahan penglihatan saat pengukuran volume pada buret.
2.) Kesalahan saat mengamati perubahan warna yang terjadi.
3.) Kebocoran pada buret sehingga tidak terhitung dengan tepat.
4.) Kurang teliti dan tergesa – gesa saat melakukan pengamatan.

H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadinggitfauzi.blogspot.co.id/2015/10/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html

popokberuk.blogspot.com/2012/10/pengertian-titrasi.html

ekimia.web.id/istilah-istilah-titrasi-prosedur-titrasi/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai