Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Analisis Kasus Kel.4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KASUS

Diajukan untuk memenuhi tugas matas kuliah keperawatan gawat darurat

dosen pengampu : Ns. Nunung Nurhayati, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Annisya Alfalah 118052 Putri Ariyanti 118080

Fauziah M 118065 Dewi Alia 118058

Antik Scandi 118053 Rodiah A H 118085

Peby Octaviani 118078 Fauziah Ahmad 118064

Berliani L 118055 Siska Febriyanti 118088

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

T.A 2020-2021

KASUS
KELOMPOK 4

TEMA : PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN BERUNTUN DI TOL

Jumlah kendaraan tabrakan : 12 mobil

Terdiri dari jumlah :

Korban fraktur ekstremitas bawah : 42 orang

Korban trauma thoraks dan kepala : 10 orang

Korban luka ringan : 30 orang

Korban meninggal : 10 orang

Silahkan diskusikan oleh kelompok berdasarkan tema dan data tersebut apakah kasus yang

belum ada selain korban diatas, apakah akan ditemukan penyakit yang mungkin muncul pada

korban lainnya, bagaimana kelompok membuat peta management bencana berdasarkan

prinsip SPGDT, dan melakukan TRIASE di tempat kejadian, dari tema tersebut siapa saja tim

yang dibutuhkan untuk datang ke lokasi bencana dan apakah sarana dan prasarana yang

diperlukan oleh korban dan silakan dianalisis kasus yang akan muncul setelah bencana

berdasarkan tema.

ANALISIS KASUS

Klasifikasi berdasarkan tingkat penanganan yaitu di TINGKAT I ,Memerlukan petugas dan

organisasi gawat darurat setempat untuk menangani bencana dan setelah bencana secara

efektif.

1. kasus yang belum ada yaitu :

a.trauma abdomen (ruptur limpha dan laserasi hati )


b.fraktur femur dan pelvis karena pendarahan massif
c.Trauma multiple dan pendarahan (Bisa karena korban terlempar)
d.Dislokasi Sendi Panggul ( Bisa karena bergeser dari tmpat duduk secara mendadak)
e.Fraktur Servikal(Bisa karena kepala mengenai sandaran kursi depan)
f.Fraktur Vetebrata Servikal
g.Stress Psikologis ( Karena kecelakaan dan melihat anggota keluarga/korban lain terluka
atau meninggal)

2. Penyakit yang mungkin muncul

1. Perdarahan tidak terkontrol/Trauma multiple (Syok Hipovolemik)


2. trauma thoraks : Hematoma toraks & Peneumotoraks)
3. Trauma Kepala : Hematoma subdural dan epidural
4. Trauma abdomen (ruptur limpha dan laserasi hati )
5. Fraktur femur dan pelvis karena pendarahan massif
6. Stress Psikologis (Gelisah,Cemas ,Gangguan makan Gangguan Tidur dsb)
1. Peta Management SPGDT
Tema diatas yaitu PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN BERUNTUN DI TOL ,
Membutuhkan SPGDT-S (Sistem penanggulangan gawat darurat-sehari-hari) Karena kegawatan
medis yang terjadi pada kasus yaitu kecelakaan beruntun yang bisa terjadinya kegawatan trauma
dan kegawatan pernafasan. SPGDT-S yaitu rangkaian upaya pelayanan Gawat Darurat yang
saling terkait yang dilaksanakan di tingkat pra-RS-di RS – Antar RS dan terjalin dalam satu sistem
A. PRA RS
1. Proses Penyiagaan
Bertujuan untuk melakukan mobilisasi sumber daya secara efisien. Proses ini mencakup
peringatan awal, penilaian situasi, dan penyebaran pesan siaga. Proses ini bertujuan untuk
memastikan tanda bahaya, mengevaluasi besarnya masalah dan memastikan bahwa sumber daya
yang ada memperoleh informasi dan dimobilisasi
a. Alur Contact Center Pra-Hospital (Cell Center 119)
Menyebutkan lokasi dan alamat orang/pihak yang membutuhkan pertolongan gawat darurat
segera dengan segera serta memberi informasi masalah gawat darurat apa yang
dihadapi,Memberi informasi keadaan dan jmlah korban. Juga Koordinatir antara ambulans 119
dengan rumah sakit dapat memperbaiki kualitas penanggulangan pasien gawat darurat. Idealnya
ambulans 119 dapat memberi tahu R.S yang dituju mengenai triage dan biomekanik kecelakaan
pasien sebelum meninggalkan tempat kejadian atau waktu perjalanan. Tindakan awak ambulans
hanya imobilisasi dan transportasi pasien ke IGD yang sesuai dengan triange pasien, yaitu IGD
level 1, 2 dan level 3.

1) Screening Penelepon dengan menyebutkan usia dan gender korban :


Lokasi :
Di Tol .....Kilometer....... jam.....terjadi kecelakaan Lalu lintas beruntun 12 mobil ,
jumlah korban sebanyak 92 orang
b. Penilaian Awal
untuk segera mengetahui beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi.
Aktivitas ini dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan
yang dapat terjadi dan memobilisasi sumber daya yang adekuat sehingga penatalaksanaan
lapangan dapat diorganisasi secara benar.

Di dalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi:
1. Lokasi kejadian secara tepat ( Di Tol.... Kilometer.... Kota.....Provinsi.... dsb)
2. Waktu terjadinya bencana ( Jam berapa)
3. Tipe bencana yang terjadi (Kecelakaan Beruntun 12 Mobil )
4. Perkiraan jumlah korban ( 92 Orang)
5. Risiko potensial tambahan ( Kebakaran mobil/terjadi ledakan)
6. Populasi yang terpapar oleh bencana ( Pengendara yang melewati tol tersebut mungkin akan
terjebak Kemacetan)

c. Pelaporan ke Tingkat Pusat


Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi kecelakaan .Keterlambatan akan timbul
dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan aktivitas lanjutan
sebelum melakukan pelaporan penilaian awal, atau informasi yang dibutuhkan dapat hilang
jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam kecelakaan. Segera setelah pesan diterima,
pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan siaga, memobilisasi sumber daya yang
dibutuhkan dan menyebarkan informasi kepada tim atau institusi dengan keahlian khusus
dalam penanggulangan bencana massal.
d. Identifikasi Lokasi
Tugas kedua tim penilai awal adalah untuk mengidentifikasi lokasi penanggulangan bencana. Hal
ini mencakup:
1. Daerah pusat bencana
2. Lokasi pos komando
3. Lokasi pos pelayanan medis lanjutan
4. Lokasi evakuasi
5. Lokasi VIP dan media massa
6. Akses jalan ke lokasi.
Identifikasi awal lokasi-lokasi di atas akan memungkinkan masing-masing tim bantuan untuk
mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara cepat dan efisien.

e. Tindakan Keselamatan
Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada korban, tim
penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang mungkin terjadi dan dari
risiko potensial yang diperki-rakan dapat terjadi (kemacetan lalu lintas, material berbahaya,
dan lain-lain)
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan memadamkan
kebakaran(Jika ada mobil yang meledak), isolasi material berbahaya, , dan evakuasi korban
kecelakaan.
2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
- Daerah pusat bencana
Terbatas hanya untuk tim penolong profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai.

- Area sekunder

Hanya diperuntukkan bagi petugas

- Area Tersier
Media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga berfungsi sebagai “penahan”
untuk mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya.
f. Langkah Pengamanan
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah campur tangan pihak luar
dengan tim penolong dalam melakukan upaya penyelamatan korban, biasannya dilakukan oleh
polisi seperti melakukan kontrol lalu lintas dan keramaian saat terjadi kecelakaan.

2. Daerah Kecelakaan
Melakukan pencarian ,penyelamatan dan pertolongan pertama
Pos Komando
Pos Komando merupakan pusat komunikasi/koordinasi bagi penatalaksanaan pra Rumah Sakit. Pos
Komando ini secara terus menerus akan melakukan penilaian ulang terhadap situasi yang dihadapi,
identifikasi adanya kebutuhan untuk menambah atau mengurangi sumber daya di lokasi .
3. Pencarian dan Penyelamatan
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim Rescue (Basarnas, Basarda) dan dapat
berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan. Tim ini akan:
1. Melokalisasi korban.
2. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan(A-B-C)
3. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat pengumpulan/penampungan jika diperlukan.
4. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
5. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis
lanjutan.

3. Tindakan triase dan Perawatan dilapangan


Triage untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban. dapat di lakukan
dengan di rumah sakit maupun dilapangan supaya tidak melakukan kesalahan adalah memilih
rumah sakit yang dituju.Jika di daerah dimana terjadi kecelakaan tidak tersedia fasilitas kesehatan yang
cukup Dalam keadaan dimana dijumpai keterbatasan sumber daya, utamanya keterbatasan daya tampung dan
kemampuan perawatan, pemindahan korban ke Rumah Sakit dapat ditunda sementara. Dengan ini harus
dilakukan perawatan di lapangan yang adekuat bagi korban dapat lebih mentoleransi penundaan ini.

Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :


- Segera, immediate (I) merah :
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera.
Korban trauma thoraks dan kepala : 10 orang
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai kemungkinan hidup lebih
besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan
ke Rumah Sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat
dikategorisasikan kembali dari status “merah” menjadi “kuning” (misalnya korban dengan tension
pneumothorax(jika kecelakaan bias diakibatkan karena trauma tumpul/tusukan)yang telah dipasang drain
thoraks (WSD).

- Tunda, delayed (II) kuning :


Pasien memerlukan tindakan defentif tetapi tidak mengancam jiwa segera.
Korban fraktur ekstremitas bawah : 42 orang
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan
timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
- Minimal (III) Hijau :
Pasien mengalami cedera ringan dan tidak berat.
Korban luka ringan : 30 orang
Dilakukan pembalutan luka dan atau pemasangan bidai
- Expextant (0) Hitam :
Pasien mengalami cedera mematikan atau sangat parah tidak ada harapan hidup.
Korban meninggal : 10 orang

a. Stabilisasi :
Setelah stabil, korban akan dipin-dahkan ke tempat evakuasi dimana registrasi mereka akan dilengkapi
sebelum dipindahkan ke fasilitas lain.

Prinsip Stabilisasi
1. Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami.
2. Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
3. Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah.
4. Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
5. Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi.

4. Bantuan Evakuasi
Pos penatalaksanaan evakuasi ini berfungsi untuk:
1. Mengumpulkan korban dari berbagai pos medis lanjutan
2. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap para korban
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit yang telah siap menerima korban
bencana
3. Meneruskan/memperbaiki upaya stabilisasi korban
4. Memberangkatkan korban ke fasilitas kesehatan tujuan ke Tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Dipimpin oleh seorang Perawat/tenaga medis gawat darurat berpengalaman

a. Persiapan Transportasi
1. Penderita/Pasien
2. Tempat Tujuan Sudah Jelas
3. Sarana Alat
4. Personil/Petugas
5. Penilaian Layak Pindah:
6. A – Airway
7. B – Breathing
8. C – Circulation
9. D – Disability
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap(memenuhi syarat)
untuk ditransportasikan, yaitu:
1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi : bila diperlukan
2. Perdarahan dihentikan
3. Luka ditutup
4. Patah tulang di fiksasi

a. TPK Terdekat
Ambulans 119 dapat memberi tahu R.S yang dituju mengenai triage dan biomekanik kecelakaan
pasien sebelum meninggalkan tempat kejadian atau waktu perjalanan. Tindakan awak ambulans
hanya imobilisasi dan transportasi pasien ke IGD yang sesuai dengan triange pasien.

B. INTRA RS ( DI IGD)

Desain ruangan dan penyediaan alat atau obat harus di persiapkan untuk menanggulangi pasien
gawat darurat terkait secara efesien.Daya tampung Rumah Sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah
tempat tidur yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban.
Petugas triase di Rumah Sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase yang telah dilakukan
sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status penderita. Ambulans harus menghubungi tempat
triase di Rumah Sakit lima menit sebelum ketibaannya di Rumah Sakit.

TRIAGE
Tindakan triase di IGD RS
Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
- Segera, immediate (I) merah :
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera.
Korban trauma thoraks dan kepala : 10 orang
penyakit lain yang mungkin muncul pada korban :
7. Masalah A-B-C
8. Cedera Multipel
9. Perdarahan tidak terkontrol/Trauma multipel
10. trauma thoraks : Hematoma toraks & Peneumotoraks)
11. Trauma Kepala : Hematoma subdural dan epidural
- Pada pasien trauma saat kecelakaan , bisa jadi:

1
3. Trauma kepla berat (hemtoma subdural dan epidural)
4. trauma toraks (hematoma toraks danpeneumotoraks)

5. trauma abdomen (ruptur limpha dan laserasi hati )

6. fraktur femur dan pelvis karena pendarahan masif

7. Trauma multiple dan pendarahan.


Pencegahan kematian dilakukan pada 1-2 jam dini, dimana harus tidak agresif. Angka
kematian trauma di tentukan pada fase ini, 15% meninggal akibat: mati otak, gagal organ,
sepsis
- Tunda, delayed (II) kuning :
Pasien memerlukan tindakan defentif tetapi tidak mengancam jiwa segera.
Korban fraktur ekstremitas bawah : 42 orang
penyakit lain yang mungkin muncul pada korban :
secara terus menerus akan dilakukan monitoring, pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha
untuk mempertahankan kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban memburuk, ia harus segera
dipindahkan ke tempat “merah”.

- Minimal (III) Hijau :


Pasien mengalami cedera ringan dan tidak berat.
1. Stress psikologis
Korban luka ringan : 30 orang
- Expextant (0) Hitam :
Pasien mengalami cedera mematikan atau sangat parah tidak ada harapan hidup.
Korban meninggal : 10 orang
1.Bisa Jadi 50% meninggal pada saat kejadian atau beberapa menit setelah kejadian kerna
distruksi otak dan CNS,jantung aorta dan pembuluh besar lainnya
2.35% meninggal 1-2 jam setelah trauma (the golden hour).

Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung Rumah Sakit terlampaui, atau korban
membutuhkan perawatan khusus (mis., bedah saraf).korban harus dipindahkan ke Rumah Sakit lain
yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke
Rumah Sakit lain.

C.ANTAR RS (IGD)

Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas.


a. Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS .
b. SIM  (Manajemen Sistem Informasi). Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam
pelayanan.
c. Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi keadaan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan.
DAFTAR ISI
Joe. (2009, Juli 12). MULTIPEL TRAUMA. Dipetik Februari 22, 2021, dari
https://perawattegal.wordpress.com/2009/12/07/multipel-trauma/
Rustam. (2007). PEDOMAN TEKNIS PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT
BENCANA. (E. Roswati, Penyunt.) Jakarta: DEPARTEMEN KESEHATAN RI. Dipetik
Februari 22, 2021

Anda mungkin juga menyukai