Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

TUGAS 1 DRPs

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Tugas untuk memenuhi mata kuliah Farmasi Klinis

“DRUG RELATED PROBLEMS”

Dosen Pengampu:

Apt. Cory Imawati, M.Farm

Disusun Oleh:

Angelia Putri Friska (180901003)

Leoriska (180901018)

Fachri Dwi Aldila

AKADEMI FARMASI MAHADHIKA

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan YME atas karunia dan rahmat-Nya kami dapat
menyusun makalah dengan judul “Drug Related Problems”. Adapun maksud penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Praktikum Farmasi Klinis

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai DRPs atau Drug Related Problems. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dengan keterbatasan
yang kami miliki. Kami selaku pemakalah mohon maaf apabila ada kesalahan dalam susunan
makalah ini. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.

Jakarta, 12 Oktober 2020

Penyusun

II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Daftar Isi II

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Manfaat 2

Bab II Pembahasan 3

2.1 Pengertian DRPs 3


2.2 Klasifikasi DRPs 3
2.3 Kategori DPRs 4
2.4 Kasus 6

Bab III Penutup 10

Daftar Pustaka 12

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian informasi obat memiliki peranan penting dalam rangka memperbaiki
kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan bermutu bagi pasien.Kualitas hidup
dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya ketidakpatuhan terhadap program
pengobatan. Penyebab ketidak patuhan tersebut salah satunya disebabkan kurangnya
informasi tentang obat.Selain itu, regimen pengoatan yang kompleks dan kesulitan
mengikuti regimen pengobatan yang diresepkan merupakan masalah yang mengakibatkan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Selain maslah kepatuhan, pasien juga dapat
mengalami efek yang tidak diinginkan dari penggunaan obat.Dengan diberikannya
informasi obat kepada pasien maka maslah terkait obat seperti penggunaan obat tanpa
indikasi, indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi, serta
interaksi obat dapat dihindari.
Jenis informasi yang diberikan apoteker pada pasien yang mendapat resep baru
meliputi nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu penggunaan, saran
ketaatan dan pemantauan sendiri, efek samping dan efek merugikan, tindakan
pencegahan, kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk penyimpanan, informasi pengulangan
resep dan rencana pemantauan lanjutan. Selain itu, diskusi penutup juga diperlukan untuk
mengulang kembali dan menekankan hal-hal terpenting terkait pemberian informasi
mengenai obat.
Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian yang tidak diharapkan
dari pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya
akan dapat menggangggu keberhasilan pemyembuhan yang diharapkan. DRPs selain
merugikan pasien juga dapat menghambat keberhasilan suatu terapi. DRPs dapat
berupa masalah aktual maupun potensial. DRPs aktual adalah problem atau masalah
yang sudah terjadi pada pasien, dan farmasis harus berusaha menyelesaikannya.
Sedangkan DRPs potensial adalah suatu problem atau masalah yang mungkin terjadi,
suatu risiko yang dapat berkembang pada pasien jika farmasis tidak melakukan suatu
tindakan untuk mencegahnya.

1
Dengan adanya DRP diharapkan seorang apoteker menjalankan perannya dengan
melakukan screening resep untuk mengetahui ada atau tidaknya DRP, serta melakukan
konseling pada pasien tersebut agar masalah terkait penggunaan obat dapat diatasi dan
pasien dapat mengerti tentang pengobatannya yang bermuara pada meningkatnya
kepatuhan pasien dalam pengobatan yang teratur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari DRPs?
2. Apa saja klasifikasi DRPs?
3. Apa saja kategori dalam DRPs?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari DRPs
2. Mengetahui klasifikasi DRPs
3. Mengetahui kategori dalam DRPs

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DRPs


DRPs (Drug Related Problems) adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien
terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang
diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua kondisi, yaitu:
(a) adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian ini dapat berupa
keluhan medis, gejala, diagnosa penyakit, ketidakmampuan (disability) yang merupakan
efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan (b) adanya
hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat (Strand, et al., 1990).
Society Consultant American Pharmacist menyebutkan bahwa tujuan dari terapi
obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien melalui pengobatan atau pencegahan
penyakit, mengurangi timbulnya gejala, atau memperlambat proses penyakit. Kebutuhan
pasien berkaitan dengan terapi obat atau drug related needs meliputi ketepatan indikasi,
keefektifan, keamanan terapi, kepatuhan pasien, dan indikasi yang belum tertangani.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau outcome pasien tidak tercapai maka hal
ini dapat dikategorikan sebagai DRP (Cipolle et al., 1998).
Drug Related Problems merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dan
pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya/potensial
mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998).
DRP aktual adalah DRP yang sudah terjadi sehingga harus diatasi dan
dipecahkan.Dalam hal ini pasien sudah mengalami DRP misalnya dosis terlalu besar
sehingga dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien. DRP potensial adalah DRP yang
kemungkinan besar dapat terjadi dan akan dialami oleh pasien apabila tidak dilakukan
pencegahan, misalnya pasien apabila diberikan suatu obat akan mengalami kontraindikasi
sehingga harus diganti dengan obat lain (Rovers et al, 2003).

2.2 Klasifikasi DRPs


Strand, et al., (1990) mengklasifikasikan DRPs menjadi 8 kategori besar:
a. Pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tetapi pasien tidak
mendapatkan obat untuk indikasi tersebut.

3
b. Pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang tidak mempunyai indikasi
medis yang valid.
c. Pasien mempunyai kondisi medis tetapi mendapatkan obat yang tidak aman, tidak
paling efektif, dan kontraindikasi dengan pasien tersebut.
d. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat
tersebut kurang.
e. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat
tersebut lebih.
f. Pasien mempunyai kondisi medis akibat dari reaksi obat yang merugikan.
g. Pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi obat – obat, obat – makanan, obat –
hasil laboratorium.
h. Pasien mempunyai kondisi medis tetapi tidak mendapatkan obat yang diresepkan.

2.3 Kategori DRPs


a. Membutuhkan obat tambahan
Penyebabnya yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya untuk
profilaksi atau pramedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan
pengobatan kontinu, memerlukan terapi kombinasi untuk menghasilkan efek
sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi kesehatan baru yang memerlukan
terapi obat.

b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat
Hal ini dapat terjadi sebagai berikut: menggunakan obat tanpa indikasi
yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat, minum beberapa
obat padahal hanya satu terapi obat yang diindikasikan atau minum obat untuk
mengobati efek samping.

c. Menerima obat yang salah


Kasus yang mungkin terjadi adalah: obat tidak efektif, ketidaktepatan
pemilihan obat, alergi, adanya resiko kontraindikasi, resisten terhadap obat yang
diberikan, kombinasi obat yang tidak perlu dan atau obat bukan yang paling aman.

d. Dosis terlalu besar


Beberapa penyebabnya adalah dosis salah, frekuensi tidak tepat, dan
jangka waktu tidak tepat.

4
e. Dosis terlalu kecil
Penyebabnya antara lain: dosis terlalu kecil untuk menghasilkan respon
yang diinginkan, jangka waktu terlalu pendek, pemilihan obat, dosis, rute
pemberian, dan sediaan yang tidak tepat.

f. Pasien mengalami adverse drug reactions


Penyebab umum untuk kategori ini: pasien menerima obat yang tidak
aman, pemakaian obat tidak tepat, interaksi dengan obat lain, dosis dinaikkan atau
diturunkan terlalu cepat sehingga menyebabkan adverse drug reaction dan atau
pasien mengalami efek yang tak dikehendaki yang tidak diprediksi.

g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak


minum obat secara benar (non compliance).
Beberapa penyebabnya adalah: obat yang dibutuhkan tidak ada, pasien
tidak mampu membeli, pasien tidak memahami instruksi, pasien memilih untuk
tidak mau minum obat karena alasan pribadi dan atau pasien lupa minum obat
(Cipolle et al., 1998).
Identifikasi dan pemecahan masalah pada Drug Related Problems (DRPs)
tergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya semua data
esensial dan farmasis bertugas menentukan data apa yang dibutuhkan (Cipolle et
al., 1998).

5
2.4 Kasus

Kasus 1:

Tn. Adi menderita flu, dengan gejala demam plus sakit kepala, petugas kesehatan
memberikan beberapa obat: parasetamol (sebagai obat obat sakit kepala + demam), Tremenza
(sebagai obat flu), dan amoksisilin (antibiotik untuk membunuh bakteri).

Penyelesaian:

A. Subject
Tn. Adi (Pria)
1. Past Medical History:
- Flu
- Demam
- Sakit Kepala
2. Medication History (Dosis tidak dicantumkan)
- Paracetamol (Acetaminophen 500mg)
- Tremenza (Pseudoephedrine HCl 60 mg dan Triprolidine HCl 2,5 mg)
- Amoxicillin
B. Object
(Tidak ada)
C. Assesment
Pasien menderita flu, dengan gejala demam dan sakit kepala. Parasetamol
(dosis tidak dicantumkan) digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan sakit
kepala. Tremenza (dosis tidak dicantumkan) digunakan untuk meredakan flu.
Amoksisilin tidak diperlukan karena tidak semua penyakit flu, demam dan sakit
kepala harus menggunakan antibiotik karena kerja dari antibiotik hanya untuk
membunuh bakteri tidak untuk menyembuhkan penyakit. Demam tidak diketahui
berapa lama dialami.
D. Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah meredakan flu,
menurunkan demam serta meredakan sakit kepala.
- Paracetamol (Acetaminophen 500mg)
Dosis terapi yang biasa digunakan 500mg diminum 4 – 6 jam sekali.
Obat diminum setelah makan

6
- Tremenza (Pseudoephedrine HCl 60 mg dan Triprolidine HCl 2,5 mg)
Dosis yang biasa digunakan untuk dewasa 1 tablet 3 – 4 kali sehari.
Obat diminum setelah makan.

E. Drug Relate Problems dalam Kasus 1


Pasien dengan keluhan flu, demam, dan sakit kepala dalam kasus ini pasien
menerima 3 macam obat dalam pengobatannya. Adapun analisis DRP antara lain:
1. Indikasi tanpa obat
Tidak ada indikasi tanpa obat.
2. Obat tanpa indikasi
Adanya penggunaan amoksisilin (antibiotik). Karena tidak semua penyakit flu,
demam dan sakit kepala mengharuskan penggunaan antibiotik. Karena
amoksisilin digunakan untuk membunuh kuman, tidak untuk menyembuhkan
penyakit.
3. Pemilihan obat yang salah
- Belum diperlukannya antibiotik
- Harusnya disertakan dengan penunjang lain (hasil lab) untuk mengetahui
apakah pasien tersebut terinfeksi virus atau bakteri, supaya pemilihan
antibiotik atau obat lain lebih tepat.
4. Dosis subterapi
Dosis obat tidak diketahui dalam kasus, sehingga tidak adanya dosis subterapi.
5. Gagal dalam menerima obat
Pasien tidak mengalami kesulitan menerima obat, sehingga tidak adanya
kegagalan dalam menerima obat.
6. Over dosis
Dosis obat tidak di ketahui dalam kasus, sehingga tidak memungkinkan terjadi
over dosis.
7. Reaksi obat merugikan
Tidak adanya reaksi obat yang merugikan pasien.
8. Interaksi Obat
Tidak ada interaksi antar obat yang digunakan dalam pengobatan.

7
Kasus 2:

Ibu Sany menderita batuk, flu, dan demam, obat yang dikonsumsi Tuzalos dengan
aturan pakai 3 x sehari 1 tablet, dan sanmol tablet 500 mg dengan aturan pakai 3 x sehari 1
tablet

Penyelesaian:

A. Subject
Ibu Sany (Wanita)
1. Past Medical History
- Batuk
- Flu
- Demam
2. Medication History
- Tuzalos (Acetaminophen 500mg, Dextromethorphan HBr 10mg,
Phenylpropanolamine HCl 15mg, Chlorpheniramine maleate 1mg)
- Sanmol 500mg (Acetaminophen 500mg)
B. Object
(Tidak Ada)
C. Assesment
Pasien menderita batuk, flu, dan demam. Tuzalos digunakan sebagai pereda
flu dan batuk dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet. Sanmol 500 mg digunakan
sebagai penurun demam dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet. Adanya duplikasi
obat karna tuzalos berindikasi untuk flu, batuk, dan demam. Sehingga tidak
diperlukannya sanmol 500mg untuk meredakan demam dalam pengobatan.
D. Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah meredakan flu dan
batuk, serta menurunkan demam.
- Tuzalos (Acetaminophen 500mg, Dextromethorphan HBr 10mg,
Phenylpropanolamine HCl 15mg, Chlorpheniramine maleate 1mg)
Dosis terapi yang biasa digunakan untuk dewasa 3 x sehari 1 tablet.
Obat diminum sesudah makan.

8
E. Drug Related Problems dalam Kasus 2
Pasien dengan keluhan flu, batuk, dan demam dalam kasus ini pasien
menerima 2 macam obat dalam pengobatannya. Adapun analisis DRP antara lain:
1. Indikasi tanpa obat
Tidak adanya indikasi tanpa obat.
2. Obat tanpa indikasi
Tidak adanya pengobatan tanpa indikasi.
3. Pemilihan obat yang salah
Tidak adanya pemilihan obat yang salah.
4. Dosis subterapi
Dosis obat yang tertera dalam kasus adalah dosis terapi obat yang biasa
digunakan, sehingga tidak adanya dosis subterapi.
5. Gagal dalam menerima obat
Pasien tidak mengalami kesulitan menerima obat, sehingga tidak adanya
kegagalan dalam menerima obat.
6. Over dosis
Dosis obat yang tertera dalam kasus adalah dosis terapi obat yang biasa
digunakan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya overdosis.
7. Reaksi obat merugikan
Tidak adanya reaksi obat yang merugikan pasien.
8. Interaksi Obat
Obat yang digunakan hanya 1(satu) macam obat. Sehingga tidak
memungkinkan terjadinya interaksi obat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Drug Related Problems merupakan kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman
pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya akan dapat menggangggu
keberhasilan pemyembuhan yang diharapkan. DRPs selain merugikan pasien juga dapat
menghambat keberhasilan suatu terapi. DRPs dapat berupa masalah aktual maupun potensial.
DRPs aktual adalah problem atau masalah yang sudah terjadi pada pasien, dan farmasis harus
berusaha menyelesaikannya. Sedangkan DRPs potensial adalah suatu problem atau masalah
yang mungkin terjadi, suatu risiko yang dapat berkembang pada pasien jika farmasis tidak
melakukan suatu tindakan untuk mencegahnya.

 Klasifikasi DRPs
Strand, et al., (1990) mengklasifikasikan DRPs menjadi 8 kategori besar:
a) Pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tetapi pasien
tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut.
b) Pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang tidak mempunyai
indikasi medis yang valid.
c) Pasien mempunyai kondisi medis tetapi mendapatkan obat yang tidak aman, tidak
paling efektif, dan kontraindikasi dengan pasien tersebut.
d) Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis
obat tersebut kurang.
e) Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis
obat tersebut lebih.
f) Pasien mempunyai kondisi medis akibat dari reaksi obat yang merugikan.
g) Pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi obat – obat, obat – makanan,
obat – hasil laboratorium.
h) Pasien mempunyai kondisi medis tetapi tidak mendapatkan obat yang diresepkan.
 Adapun kategori dprs:
a. Membutuhkan obat tambahan
b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat
c. Menerima obat yang salah
d. Dosis terlalu besar

10
e. Dosis terlalu kecil
f. Pasien mengalami adverse drug reaction
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak minum obat
secara benar (Non Compliance)

11
DAFTAR PUSTAKA

Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care, McGraw-Hill, New York.
Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1992, Pharmaceutical Care An Introduction Current
Concept, McGraw-Hill, New York.
Strand, MD, Morley, PC, Cipolle, RJ, Ramsey, R, Lamsam, GD 1990, ‘Drug-Related Problems:
Their Structure and function’, DICP the Annals of Pharmacotherapy, vol.24, pp. 1094-1096.

12

Anda mungkin juga menyukai