Nama Generik Obat
Nama Generik Obat
Nama Generik Obat
FARMAKOLOGI
“DAFTAR NAMA OBAT GENERIK”
DI SUSUN OLEH:
RISMAWATI
NIM : 201301211
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2016/2017
NAMA OBAT GENERIK
1. PARACETAMOL
Komposisi:
tiap tablet mengandung paracetamol 500mg
tablet;
sirup;
Penyimpanan ;
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati dan
reaksi hipersensitivitas. hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit
ginjal. bila setelah 2 hari demam tidak turun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi unit kesehatan .penggunaan obat ini pada penderita
yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
2. CAPTOPRIL
Komposisi:
captopril tablet 12,5 mg: tiap tablet mengandung captopril 12,5 mg
captopril tablet 25 mg: tiap tablet mengandung captopril 25 mg
captopril tablet 50 mg : tiap tablet mengandung captopril 50 mg
Farmakologi:
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah
pengubah angiotensin- I menjadi Angiotensin-II . captopril mencegah terjadinya
perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensi-II salah satu senyawa yang dapat
menaikkan tekanan darah. captopril dan metabolitnya diekskresikan terutama
urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi
ginjal dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan kebersihan kreatinin.
Indikasi:
1. pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. pada hipertensi berat digubakan
bila terapi standar tidak efektif atau tidak dapat di gunakan
2. pengobatan gagal jantung kongesti, digunakan bersama dengan diuretik dan
bila mungkin dengan digitalis.
Kontraindikasi:
Penyimpanan:
Komposisi:
Dexamethasone 0,5 mg
Indikasi:
kontra indikasi :
dewasa:
1. dosis awal bervarasi :0,75-9 mg/ hari,2-4 x sehari atau tergatung berat
rigannya penyakit.
2. pada penyakit ringan, dosis < 0,75 mg.
3. pada penyakit berat, dosis > 9 mg.
1. muskuloskletal
otot lemas, miopati streoid, kehilangan massa otot, osteoporosis, kompresi
fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang, dan osteonekrosis.
2. saluran pencernaan
tukak lambung dengan kemungkinan perforasidan pendarahan, pankreatitis,
distensi bdominal dan esofagus ulseratif.
3. Dermatologi
impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah dan keringat
bertambah.
4. Sistem Saraf
kejang, tekanan intrakranial bertambah dengan edema papil, vertigo dan sakit
kepala.
5. gangguan cairan dan elektrolit
6. retensi natrium dan cairan (edema) jarang terjadi karena hanya sedikit
mempunyai efek mineralokortikoid. edema ini dapat terjadi pada pasien yang
terganggu kecepatan glomerulusnya.
7. hipokalemia, hipertensi dan gagal jantung bawaan.
8. endokrin
menstruasi tidak teratur, penekanan pertumbuhan pada anak-anak insufisiensi
adrenal sekunder khususnya pada waktu stres sperti trauma dan pembedahan.
9. metabolisme karbohidrat dan lemak pemakaian steroid ini pada penderita
diabetes dapat meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas
oleh insulin. pada pasien normal metabolisme karbohidrat dan lemak tidak
dipengaruhi.
10. Pada Mata
katarak subkapsuler posterior,kadang-kadang tekanan intraokuler
bertambah,glaukoma dan eksoftalmos.
11. Metabolik
kesimbangan nitrogen negatif karna katabolisme protein.
12. Reaksi Hipersensitivitas
reaksi nafilaktif jarang terjadi
Kontra Indikasi:
Kemasan:
Penyimpanan :
Komposisi:
merupakan penekanan batuk non opiat yang bekerja secara sentral dengan jalan
meningkatkan ambang rangsang refleks batuk.
Indikasi:
untuk meringankan batuk yang tidak berdahak ayau yang menimbulkan rasa sakit.
Dosis:
Tablet;
Sirup;
mengantuk
mual
pusing
konstipasi
Kontraindikasi:
Interaksi Obat:
dapat terjadi rangsangan SSP dan depresi pernapasan yang berat pada peberian
bersamaan dengan penghambat MAO.
Cara Penyimpanan:
5. ZINC
Komposisi:
Tiap tablet dispersibel mengandung zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg
Indikasi:
Dosis:
Bayi 2-6 bulan : ½ tablet dispersibel ( zinc 10 mg ) di berikan setiap hari selama
10 hari berturut-turut ( bahkan ketika diare telah berhenti)
anak 6 bulan – 5 tahun : 1 tablet dispersibel ( zinc 20 mg ) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut ( bahkan ketika diare telah berhenti ).
jika terjadi muntah dalam waktu ½ jam setelah peberian obat, berikan lagi obat
yang masih baru.
Cara Penggunaan:
1. tidak adaa peringatan khusus pada penggunaan zinc sulfate dalam dosis ini
2. selama diare masih berlamgsung, selain diberikan suplemen zinc, juga diberikan
oralit. Para ibu menyusui dianjurkan untuk tetap menyusui atau meningkatkan
frekuensi menyusui pada anak selama dan setelah diare.
1. toksisitas zinc secara oral pada dewasa dapat terjadi akibat supan zinc dosis >
150 mg/hari ( kurang lebih 10 kali dosis yang dianjurkan) selama priode yang
lama.
2. dosis yang tinggi zinc untuk periode lama dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi lipoprotein dan absorpsi tembaga.
Interaksi Obat:
Cara Penyimpanan:
6. IBUPROPEN 400 mg
Komposisi:
tiap tablet salut selaput mengandung IBUPROPEN 400mg
Cara Kerja Obat;
ibupropen adalah golongan obat anti inflamasi nonsteroid yang mempunyai efek
anti inflamasi, analgesik dan antipiretik. obat ini menghambat prostaglandin dan
dengan kadar 400 mg atau lebih digunakan dimana rasa nyeri dan inflamasi
merupakan gejala utama.
Indikasi:
karena efek analgsik dan anti inflamasi maka dapat digunakan untuk meringankan
gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non sendi , juga dapat
digunakaan untuk meringankan gejala akibat trauma otot dan tulang/sendi
( trauma musculoskeletal). karena efek analgesiknya maka dapat digunakan untuk
meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri padaa dismonere
primer ( nyeri haid) , nyeri sakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi
sakit kepala.
Kontra Indikasi:
1. penderita dengan ulkus peptikum ( tukak lambung dan duodenum) yang berat
dan aktif.
2. penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen dan obat anti
inflamasi non steroid lain.
3. penderita sindroma polip hidung, angiodema dan penderita di mana bila
menggunakan asetosal atau obat anti inflamasi non steroid lainnya akan timbul
gejala asma, rinitis dan urtikaria.
4. kehamilan 3 bulan terakhir.
Dewasa;
1. untuk analgesik dan anti inflamasi ( rematik tulng, sendi dan non sendi trauma
otot dan tulang sendi).
Dosis yang dianjurkan sehari 3-4 kali 400mg, pada permulaan pemakaian
sebaiknya menggunakan dosis minimum yang efektif yaitu 400 mg 3-4 kali
sehari.
2. untuk analgesik : Dosis yang dianjurkan 200 mg sampai 400 mg 3-4 kali
sehari.
1. pada uji klinik dosis yang lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif dibanding
dosis 400 mg.
2. tidak boleh melibihi dosis yang dianjurkan.
3. penggunaan ibuprofen harus hati-hati pada penderita: lupus eritematosus
sistemik, gangguan fumgsi hati dan ginjal.
4. karena ibuprofen dapat menyebabkan penyempitan bronkus ( bronkospasme)
maka hati-hati pada penderita asma.
5. karena pernah dilaporkan terjadi retensi air dan oedema, maka hati-hati pada
penderita yang pernah menderita gagal jantung.
6. pada umumnya perdarahan pada lambung dan atau ulcer atau perforasi pada
pasien usia lanjut akan lebih berat.
7. tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui.
8. penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat
terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila obat dihentikan. Apabila
terjadi gangguan penglihatan maka obat harus segera dihentikan dan
memerikasakan mata ke dokter.
Cara Penyimpanan:
7. GLIBENCLAMIDE
Komposisi:
Tiap tablet mengandung GLIBENCLAMIDE 5 mg
Indikasi:
Diabetes mellitus ringan atau sedang “ maturity onset” tanpa komplikasi yang
tidak responsif dengan diet saja.
Dosis: Tergantung Individual
1. dosis awal 2,5 mg-5 mg/hari sesama makan pagi ( beberapa penderita dengan
1,25 mg telah responsif).
2. bila perlu, sesudah 7 hari, dosis dinaikkan dengan 2,5 mg perminggu sampai
mencapai dosis yang cukup (maksimal 20 mg/hari).
3. dosis lebih dari 10 mg di bagi 2 kali pemberian. pada usia lanjut dan gangguan
fingsi hati, dosis perlu lebih rendah.
Kontra Indikasi:
1. reaksi hipoglikemia
2. efek gastrointestinal : mual, muntah, gastritis
3. reaksi aalergi kulit : pruritus, aritema, urtikaria dan morbiliform.
4. hepatitis ( jarang)
5. gangguan penglihatan bersifat sementara pada awal pengobatan.
6. agranulocytosis, pancytopenia, anemia hemolytic ( jarang).
Interaksi Obat:
Cara Penyimpanan:
8. CIMETIDINE
Komposisi:
Tiap tablet mengandung simetidine 200 mg
Indikasi:
cimetidine digunakan untk pengobatan tukak lambung dan duodenum, refluks
esopagitis dan kondisi patologi karena hipersekresi, seperti sindroma Zollinger-
Ellison dan mastositosis sistemik.
Kontra Indikasi:
Interaksi Obat:
Tempat Penyimpanan:
Kemasan:
9. PYRANTEL
Komposisi:
tiap tablet mangandung pirantel pamoat setara dengan pirantel 124 mg.
Indikasi :
untuk pengobatan kecacingan yang disebabkan oleh parasit-parasit saluran
pencernaan berikut, baik tunggal maupun campuran :
a. cacing kremi ( enterobius vermucularis)
b. cacing gelang ( ascaris lumbricoides)
c. cacing tambang ( ancylostoma duodenale)
d. cacing Trichoctrongylus colubriformis dan orientalis.
Dosis:
Anoreksia , mual, muntah, diare, sakit kepala,, pusing, rasa mengantuk, rash.
Kontraindikasi:
penderita hipersensitif
Interaksi Obat:
Overdosis:
belum pernah dilaporkan kasus overdosis. jika terjadi overdosis dilakukan kuras
lambung dangan pengobatan suportif.
Penyimpanan:
Komposisi:
tiap 5 ml sirup kering mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amksisilin anhidrat : 125 mg
tiap kapsul mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amoksisilin anhidrat : 250 mg
tiap kaplet mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amoksisilin anhidrat : 500 mg
amoksisilin adalah turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana
asam lambung. amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan, tidk tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama dieksresikan
dalam bentuk tidak berubah-ubah di dalam urun. eksresi amoksisilin dihambat
saat pemberian bersamaan dengan probenecid, sehingga di perpanjang efek
terapi. amoksisilin aktif terhadap bakteri gram psitif dan negatif.
Indikasi:
Kontra Indikasi:
Dosis:
1. dewasa dan anak-anak dengan berat badan > 20 kg : 250-500 mg tiap 8 jam
2. anak-anak dengan berat badan ≤ 20 kg : 20-40 mg/kg BB sehari dalam dosis
bagi tiap 8 jam.
3. untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis.
4. pada penderita yang menerima dialisis peritoneal, dosis maksimum yang
dianjurkan 500 mg/hari.
5. gonokokkus uretritis : amoksisilin 3 gram sebagai dosis tunggal.
6. anak-anak dengan berat badan ≥ 8 kg sebaiknya diberikan sediaan sirup
kering.
Efek Samping Obat:
1. hati-hati pda pemberian obat ini pada penderita leukemia limphatik, karena
kepekaan terhadap rash kulit yang disebabkan penisilin.
2. dapat menyebabkan terjadinya kolitis yang berat.
3. sebelum pengobatan dengan amoksisilin harus dilakukan pemeriksaan reaksi
kepekaan terhadap penisilin.
4. amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan
menyusui.
5. pengobatan dengan amoksisilin dalam jangka waktu lama harus disertai
dengan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah
6. dapat menimbulkan super inpeksi ( biasanya penyebabnya enterobacterium,
pseudomonas, S. aureus, Candida). bila terjadi hal tersebut , hentikan
pengobatan dan berikan alternatif lain.
7. untuk penderita gagal fungsi ginjal, monitoring tingkat plasma dan urin harus
dilakukan, serta dilakukan penyesuaian dosis.
8. jangan gunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi
karena amoksisilin oral tidak menembus kedalam cairan serebrospinal atau
sinorial.
Interaksi Obat:
Penyimpanan :
11. FUROSEMIDE
Komposisi:
tiap taablet mengandung furosemide 40 mg
Cara Kerja Obat:
furosemide adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
mekanisme kerja furesemide adalah menghambat penyerapan kembali natrium
oleh sel tubuli ginjal. furosemide meningkatkan penegluaran air,
natrium,klorida,kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
pada penggunaan per-oral furosemide dieksresikan bersama urin dan feses.
Indikasi:
furosemide efektif untuk pengobatan berbagai edema seperti : edema karena
gangguan jantung , edema yang berhubungan dengan gangguan ginjal, sirosis
hati, juga digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dn sedang.
Dosis:
Kontra Indikasi:
1. efek samping jarang terjadi relatif ringan seoerti mual, muntah, diare, rash
kulit, pruritus dan kabur penglihatan. pemakaian furosemide dengan dosis
tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit.
2. hiperglikemia
3. reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiform
4. gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, thrombositipenia.
1. pemberian furosemide pada pasien diabetes melitus : gula darah dan urin harus
diperiksa secara teratur
2. pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. dianjurkan untuk memulai dengan dosis kecil
4. perlu dilakukan pemerikasaan berkala terhadap susunan elektrolit untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan.
5. hindari penggunaan padaa penderita pulmonary oedema dan tekanan darah
menurun sebagai akibat dari infark miocard, diuresis berlebihan karena dapat
menimbulkan syok.
6. pasien harus melapor bila terjadi gejala penurunan level serum kalium ( diare,
muntah,anoreksia).
7. penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida dapat menunjukkan
reaksi alergi dengan furosemide.
Interaksi Obat:
dapat diberikan bersamaan glikosida jantung harus ingat bahwa pada keadaan
kekurangan kalium kepekaan miocardium terhaadap digitalis meningkat.
pemberian bersamaan glucocorticoid mengurangi efek steroid. Furosemide
meningkatkan efek nefrotoxic dari beberapa antibiotika seperti golongan
amino-glikosida. karena itu hati-hati pemberian pada penderita yang mendapat
antibiotika golongan aminoglikosida.
Cara Penyimpanan:
12. KETOROLAC
Injeksi
komposisi :
KETOROLAC 10 mg
KETOROLAC 30 mg
Indikasi :
Untuk penatalaksanaan nyeri akut yang berat jangka pendek (< 5 hari).
Kontraindikasi :
Hati-hati jika digunakan pada pasien yang sedang menjalani terapi antikoagulan
atau dengan hemofilia, pasien dengan gangguan hemostasis (efek pada
hematologi), penderita penyakit jantung, gagal ginjal akut, hipertensi atau kondisi
lain yang berhubungan dengan retensi cairan, kegagalan fungsi hati atau memiliki
riwayat gangguan hati dan anak-anak yang berusia kurang dari 16 tahun.
Efek samping :
Ulkus, perdarahan saluran cerna dan perforasi, hemoragis pasca bedah, gagal
ginjal akut, reaksi anafilaktoid, dan gagal hati.
Kemasan :
13. OMEPRAZOLE
Persediaan :
Omeprazole 20 mg
Omeprazole vial 40 mg
Omeprazole ampul 10 ml pelarut
Komposisi:
Tiap ml mengandung:
Farmakologi:
Indikasi:
Merupakan terapi pilihan untuk kondisi-kondisi berikut yang tidak dapat menerima
pengobatan peroral: ulkus duodenum, ulkus gaster, esofagitis ulseratif dan sindrom
Zolinger-Ellison.
Kontraindikasi:
1. Omeprazole intravena hanya boleh digunakan jika pemberian secara peroral tidak
memungkinkan, contohnya pada pasien yang sakit parah. Dosisnya 40 mg, sehari
sekali.
2. Dosis untuk terapi sindrom Zollinger-Ellisonharus disesuaikan dengan respon tiap
individu.
3. Larutkan OMEPRAZOLE injeksi dengan 10 ml pelarut (10 ml/ampul), dan tidak
boleh digunakan cairan infus lainnya. Berikan dalam waktu tidak kurang dari 2,5
menit. Berikan dengan kecepatan tidak lebih dari 4 ml/menit.
4. Tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk OMEPRAZOLE injeksi pada kasus
gangguan hati, fungsi ginjal, dan pasien usia lanjut. Tidak ada pengalaman
penggunaan OMEPRAZOLE injeksi pada anak-anak.
Cara pelarutan:
Belum ada penelitian terkontrol atau yang adekuat pada wanita hamil.
Omeprazole hanya boleh diberikan pada wanita hamil jika penggunaannya
dipertimbangkan penting.
Efek samping:
Omeprazole pada umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping berikut dilaporkan
terjadi pada individu yang mendapat terapi omeprazole pada situasi klinik terkontrol:
sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual, muntah, infeksi saluran nafas atas, vertigo,
ruam, konstipasi, batuk, astenia, nyeri tulang belakang, dan lain-lain. Kebanyakan
efek samping bersifat ringan dan sementara dan tidak ada hubungan yang konsisten
dengan pengobatan.
Interaksi obat:
Omeprazole dimetabolisme melalui sistem sitokrom P450 hati dan dapat berinteraksi
secara farmakokinetik dengan obat lain yang juga dimetabolisme dengan sistem yang
sama. Tidak terdapat interaksi dengan theophylline atau propanolol diduga karena
omeprazole hanya berinteraksi dengan obat-obat tertentu yang dimetabolisme dengan
sistem sitokrom P450. Sampai saat dilakukan penelitian ini, omeprazole hanya
berinteraksi dengan diazepam, phenytoin, dan warfarin.
Diazepam:
Phenytoin:
Warfarin:
Ketoconazole:
Overdosis:
Sampai saat ini belum ada pengalaman overdosis yang disengaja dan tidak terlihat
adanya indikasi bahwa omeprazole menimbulkan efek toksik yang akut pada manusia.
Dalam semua kasus di mana dicurigai adanya overdosis, terapi harus bersifat suportif
dan simtomatik.
Kemasan dan nomor registrasi:
Penyimpanan:
14. ALPRAZOLAM
Tablet
Komposisi :
ALPRAZOLAM 0,25
ALPRAZOLAM 0,5
ALPRAZOLAM 1,0
Indikasi :
Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas yang berhubungan
dengan depresi.
Kontraindikasi :
Miastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi psikosis
kronik.
Dewasa:
0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan dengan interval 3-4
hari hingga maksimum 4 mg sehari dalam dosis terbagi.
Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati berat:
0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu.
3. Pasien penyakit hati dan ginjal kronik, penyakit pernafasan, kelemahan otot dan
riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, penderita kelainan kepribadian yang
nyata.
Efek samping :
Interaksi obat :
Kemasan :
Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar (25-30°c), terlindung dari cahaya.
15. SALBUTAMOL
Komposisi:
Tiap sendok takar (5ml) mengandung salbutamol sulfat 2,41 mg setara dengan
salbutamol 2 mg.
2. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan
terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan isoprenalin , salbutamol
bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil
maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit
jantung atau tekanan darah tinggi.
Indikasi:
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial , bronkitis kronis dan
emphysema.
Kontra indikasi:
Dosis :
Tablet :
Anak- anak :
Sirup :
Efek samping:
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Pada
pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya
pada tangan), palpitasi, kejang otot , takikardia,sakit kepala dan ketegangan. Efek ini
terjadi pada semua perangsang adrenoreseptor beta. Vasodilator periver,
gugup,hiperaktif,epitaxis (mimisan),susah tidur.
4. Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena keamanannya belum
diketahui dengan pasti.
5. Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula darah.
Interaksi obat:
Overdosis:
Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian suatu alpha-
adrenergic bloker melalui injeksi intravena dan suatu beta-blocking agen peroral pada
kasus asmaticus karena resiko konstriksi bronkus. Hypokalemia.
Cara penyimpanan:
Sirup : Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar (15-30°C).
Kemasan:
Salbutamol 2 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL8920903310A1
No.Reg. GKL8920903310B1
No.Reg. GKL0920936937A1
INDOFARMA
Bekasi-Indonesia
16. METHYLPREDNISOLONE
Komposisi:
METHYLPREDNISOLONE 4 mg
METHYLPREDNISOLONE 8 mg
METHYLPREDNISOLONE 16 mg
Farmakologi:
Indikasi:
Kontraindikasi:
Dosis:
Dewasa:
Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1
bulan.
Anak-anak:
Insufisiensi - adrenokortikal:
Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari
dalam dosis terbagi tiga.
Indikasi lain:
Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per m2 luas
permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.
Efek samping:
Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam
dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi
terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan
darah, katarak, gaangguan pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal, cushing
syndrome, osteoporosis, tukak lambung.
1. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar-
benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima
terapi kortikosteroid ini harus diperiksa. Kemungkinan adanya gejala
hipoadrenalism.
4. Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent atau Tuber Culin
Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali
penyakit yang dapat terjadi.
7. Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit
infeksi.
Interaksi obat:
Penyimpanan :
Komposisi:
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Dosis:
1. Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg
kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
2. Dismenore. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
3. Menoragia. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Efek samping:
1. Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan
kabur, vertigo, dispepsia.
2. Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
Kontraindikasi:
1. Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan
hipersensitif terhadap asam mefenamat.
2. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan
peradangan saluran cerna.
Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
Cara Penyimpanan:
Kemasan:
Bentuk Sediaan :
Injeksi 50 mg/ml
Farmakologi :
Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan konsentrasi plasma puncak
tercapai setelah 3 jam. Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan hampir ke
seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan protein yang lemah. Berdifusi ke
plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, diekskresikan dalam urin
sebagai obat tidak berubah.
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor
dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan.
Indikasi:
Kontraindikasi :
Dosis:
(pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat dilakukan terapi parenteral
10 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3-4 kali)
1. Dosis oral : 1-1.5 gram (atau 15-25 mg/kg) 2 sampai 4 kali sehari.
2. Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali sehari.
3. Dosis infus kontinyu : 25-50 mg/kg setiap hari.
4. Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2
atau 3 kali sehari.
1. Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal karena risiko
akumulasi.
2. Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria.
3. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
4. Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi trombosis.
5. Hati-hati pemberian pada anak-anak.
Efek Samping :
1. Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan
hilang bila dosis dikurangi.
2. Hipotensi jarang terjadi.
Interaksi :
Dengan Obat Lain : Obat yang berfungsi untuk menjaga hemostasis tidak
diberikan bersamaan dengan obat antifibrinolitik. Pembentukan trombus akan
meningkat dengan adanya oestrogen, atau mekanisme antifibrinolitk diantagonis
oleh senyawa trombolisis.
Dengan Makanan
Stabilitas Penyimpanan :
Komposisi :
Indikasi :
Dosis:
1. Dewasa dan anak >12 tahun : 1 kali sehari 1-2 g tergantung pada tingkat
keparahan infeksi. Maksimal : 4 g sehari dalam 2 dosis terbagi.
2. Anak berusia 3 minggu-12 tahun : 20 mg/kg BB/hari.
3. Maksimal : 80 mg/kg; Anak 50 kg
4. dosis dewasa harus digunakan; Anak 2 minggu : 20-50 mg/kg BB/hari.
5. Meningitis : 100 mg/kg BB/hari. Maksimal : 4 g/hari. Gonore : 250 mg IM dosis
tunggal.
6. Profilaksis : 1-2 g dosis tunggal 30-90 menit pra operasi.
Kontraindikasi :
Efek samping :
iritasi akibat dari peradangan dan nyeri pada tempat yang diinjeksi.
Gangguan fungsi ginjal : untuk sementara terjadi peningkatan BUN.
Gangguan fungsi hati : untuk sementara terjadi peningkatan SGOT atau
SGPT.
Pada penyakit ginjal dan gangguan hepar, konsentrasi seftriakson dalam plasma harus
tetap dimonitor. Seftriakson tidak diperbolehkan untuk wanita hamil. Pada
penggunaan jangka lama profil darah harus diperiksa secara teratur.
Kemasan :
Penyimpanan:
Persediaan :
Ranitidin 150 mg
Komposisi:
Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, tiap tablet mengandung Ranitidin HCl setara
dengan Ranitidin 150 mg.
Farmakologi:
Indikasi:
1. Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks esofagitis.
4. Ranitidin injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi atau
sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang
tidak bisa diberi Ranitidin oral.
Dosis:
1. 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah
makan malam atau sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.
2. Tukak lambung aktif. 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2
minggu.
3. Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung.
Dewasa : 150 mg, malam hari sebelum tidur.
8. Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal. Bila bersihan kreatinin < 50
mL / menit : 150 mg / 24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-
hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisi penderita.
Kemasan:
Tersedia dalam kemasan : Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, 1 strip @ 10 tablet
salut selaput.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
Sakit kepala.
7. Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan
penderita usia dewasa.
Interaksi Obat:
Overdosis:
Gejala-gejala overdosis antara lain, pernah dilaporkan : hipotensi, cara berjalan yang
tidak normal.
Cara Penyimpanan:
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat celcius, di tempat kering dan terlindung dari
cahaya.
Kemasan:
Tersedia dalam kemasan : Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, 1 strip @ 10 tablet
salut selaput.
Komposisi:
Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu
antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk).
Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur
dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun
campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk
rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek
samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui
mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin
dalam tubuh manusia.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin
endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995)
disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam
lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat
dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi
yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan
istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan
pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau
obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM
merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah
sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor
histamin.
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus,
eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan darah
Penyimpanan:
Komposisi:
Suspensi
Tablet Kunyah
Kontra indikasi:
Dosis:
Dewasa : 1-2 sendok teh atau 1-2 tablet, 3-4 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1 sendok teh atau ½ -1 tablet, 3-4 kali sehari.
Efek samping:
Perhatian:
1. Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena
dapat menimbulkan hipermagnesia ( peningkatan kadar magnesium dalam
darah ).
2. Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter.
3. Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau
antibiotika tetrasiklin, harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
4. Tidak dianjurkan diberikan pada anak umur dibawah 6 tahun, kecuali atas
petunjuk dokter, karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
5. Hati-hati pemberian pada penderita diet rendah fosfor karena pada
pemakaian lama dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.
Interaksi obat:
Kemasan:
No.Reg.: GBL9922229733A1
Antasida Doen tablet kunyah :
No.Reg.: GBL9922227963A2
Penyimpanan:
23. DOPAMIN
Sediaan:
Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke ginjal dan
digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak mampu memompa
cukup darah.
Indikasi:
Kontraindikasi:
Dosis:
1. Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu , titrasi sampai respon yang diharapkan
4. Jika dosis > 20-30 mcg/kg/menit diperlukan, dapat menggunakan presor kerja
langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin).
Peringatan dan Perhatian:
3. Gunakan dengan hati-hati dan dalam dosis rendah pada pasien dengan syok
secondary terhadap MI, pasien dengan riwayat peripheral vascular disease (PVD)
berisiko meningkatkan kemungkinan terkena ischemia akut.
Efek Samping:
Penympanan:
Deskripsi:
Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu
vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka
asupan secara reguler sangat dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks.
Komposisi:
3. Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,
membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada
persendian.
4. Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme,
mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal,
terutama dalam proses pembentukan hormon.
5. Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan
gejala hipertensi, asma serta PMS.
6. Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,
pembentukan kuku serta rambut.
9. Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline, inositol
dan asam para aminobenzoic.
Indikasi:
Kontraindikasi:
(tidak ada)
Dosis:
Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk (15-25 derajat celcius) dan kering terlindung dari cahaya.
Kapsul
OBAT ANTIBIOTIK
Komposisi:
Kontra Indikasi:
Cara Kerja:
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus
(termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.
Dosis:
Dewasa:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam
dosis terbagi.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi.
Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk
faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g
sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari.
Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50 mg/kg BB sehari
dalam dua dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua
dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic,
pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.
Efek Samping:
Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis
pseudomembran.
Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan
transaminase.
Interaksi Obat:
Cara Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar (15 - 30ºC).
26. TETRACYCLINE
Kapsul
OBAT ANTIBIOTIK
Komposisi:
Indikasi:
Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi
saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga
untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia,
gonore dan tahap tertentu pada sifilis.
Kontra Indikasi:
Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum luas dan bersifat
bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat pembentukan protein pada bakteri.
Efek Samping:
1. Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml untuk meminimkan
iritasi saluran pencernaan.
2. Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai anak
berusia 8 tahun, karena menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kuning dan
terganggupertumbuhan tulang.
3. Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,dapat
menimbulkan efek komulasi.
4. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati, wanita
menyusui.
5. Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam waktu 1 - 3 jam
setelah penggunaan Tetrasiklin.
Dosis:
Lama pemakaian:
Kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline
kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman
penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya
resistansi bakteri terhadap tetrasiklin.
Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 - 50 mg/kg berat badan dibagi dalam 4 dosis,
maksimum 1 g.
Interaksi Obat:
Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.
27. NORAGES
Komposisi :
Farmakologi :
Indikasi :
Meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah dioperasi.
Mengatasi nyeri berat akut dan kronis seperti pada keadaan penyakit rematik,
sakit kepala, sakit gigi atau adanya tumor. Nyeri setelah kecelakaan atau
sehabis operasi.
Mengatasi nyeri berat yang disebabkan oleh spasme otot polos baik itu akut
dan kronis seperti pada spasme otot, kolik pada saluran pencernaan, saluran
empedu, ginjal dan saluran kemih bagian bawah.
Kontraindikasi :
Efek Samping :
Over dosis:
Interaksi Obat :
Anak-anak:
Sendok takar = 5 ml
Dosis untuk bayi dan balita diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:
Sendok takar = 5 ml
Kemasan :
NORAGES sirup
NORAGES drops
NORAGES injeksi
Cara Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar (25-30) 0C, kering dan terlindung dari cahaya.
28. CEFTAZIDIME
Injeksi
OBAT ANTIBIOTIK
Komposisi:
CEFTAZIDIME 1 g mengandung:
Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain: Infeksi
umum: septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan
problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi. Infeksi saluran pernapasan
bagian bawah: pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paru-paru; emfisema;
bronciectasis yang terinfeksi; abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada penderita
cystic fibrosis. Infeksi saluran kemih: pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis;
prostatitis; berbagai abscess renal Infeksi jaringan lunak dan kulit: celullitis;
erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka lain yang terinfeksi; ulkus pada
kulit Infeksi tulang dan sendi: osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang
terinfeksi infeksi abdominal dan bilier cholangitis, cholecystitis; peritonitis;
diverkulitis; penyakit radang pelvic Dialysis Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan
dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD (continous ambulatory peritoneal dialysis).
Kontra Indikasi:
Farmakologi:
Dosis:
Dosis umum
Dewasa:
a. Dosis Ceftazidime yang digunakan untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per
hari, dapat diberikan dosis masing-masing 500 mg, 1 g atau 2 g setiap 12 atau
8 jam secara IV atau IM.
b. Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius, dosis 500 mg atau
1 g setiap 12 jam sudah mencukupi
c. Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1 g setiap 8 jam atau 2
g setiap 12 jam.
d. Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita “immunocopromised”,
termasuk neutropenia, dapat diberi dosis 2 g setiap 8 jam atau 12 jam.
e. Untuk penderita cystic fibrosis dengan fungsi ginjal yang normal yang
mengalami infeksi paru-paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-
150 mg/kg/hari sebagai dosis terbagi.
f. Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9 g/hari
masih aman.
a. Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100
mg/kg/hari, diberikan sebagai dosis terbagi (2-3 kali). Dosis hingga 150
mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari) dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada
anak-anak yang menderita fibrocystic, infected immunocompromised dan
meningitis.
a. Dosis 25-60 mg/kg/hari diberikan dosis sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah
terbukti efektif. Waktu paruh Ceftazidime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih
lama dibandingkan dengan orang dewasa.
Pria:
a. Klirens kreatinin = berat badan (kg) x (140 – usia lanjut) / 72 x kreatinin serum
(mg/dL)
b. Wanita: 0,85 x nilai di atas.
Perubahan kreatinin serum dari u mol liter menjadi mg dL adalah dengan membagi
88,4.
Pada anak-anak klirens kreatinin disesuaikan dengan luas area atau bobot tubuh dan
frekuensi pemberian seperti pada orang dewasa.
Cara pemberian:
Ceftazidime dapat diberikan secara IV dan IM ke dalam masa otot yang besar
misalnya pada daerah gluteus maximus bagian atas atau otot lateral pada paha.
Peringatan:
Ceftazidime sebaiknya diberikan dengan perhatian khusus pada penderita dengan tipe
I atau reaksi hipersensitif terhadap penisilin. Bila terjadi reaksi alergi, hentikan
penggunaan obat ini. Reaksi hipersensitif yang serius dapat diatasi dengan efinefrin
(adrenalin), hidrokortison, antihistamin atau pengatasan emergensi lainnya.
Perhatian:
Percobaan klinik menyebutkan bahwa hampir tidak ada masalah pada penggunaan
dosis lazim. Tidak ada bukt bahwa Ceftazidime mempengaruhi fungsi ginjal pada
dosis teurapetik, tetapi perlu dilakukan penurunan dosis untuk penderita gagal ginjal,
karena Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal, yaitu untuk mencegah konsekuensi
klinik akibat peningkatan kadar antibiotik seperti konvulsi.
Tidak ada bukti eksperimental terhadap efek embyophatik dan teratogenik dari
Ceftazidime, tetapi seperti semua obat lainnya maka pemberian obat ini pada masa
awal kehamilan dan awal pertumbuhan janin harus hati-hati.
Efek samping:
Lokal; flebitis atau tromboflebitis pada pemberian IV; rasa sakit atau inflamasi setelah
injeksi IM; hipersensitivitas; rash makulopapular atau urtikarial; fever; angiodema
(sangat jarang); reaksi-reaksi anafilaktik (bronkospase dan atau hipotensi);
gastrointestinal (diare, nausea, nyeri, abdominal, thrust atau kolitis (dangat jarang)).
- Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing paraestesia dan rasa tidak enak.
Perubahan sementara terhadap hasil uji laboratorium selama pengobatan dengan
Ceftazidime termasuk eosinofilia, test Coombs' positif tanpa haemolisis, trombositosis
dan sedikit peningkatan enzym hepatik SGOT, SGPT, LDH, GGT dan alkalin
fosfatase,
Interaksi obat:
Penggunaan IM:
Penggunaan IV:
Penyimpanan:
Simpan di tempat kering dan sejuk, suhu di bawah 30ºc. Terlindung dari cahaya
OBAT ANTIBIOTIK
Komposisi:
Tiap 5 ml (satu sendok teh) suspensi mengandung Ampisilina Trihidrat setara dengan
Ampisilina Anhidrat 125 mg.
Indikasi:
Kontra Indikasi:
Ampisilina termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina
yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang
bersifat bakterisid.
Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap penisilina G
dan bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :
Dosis:
Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml, kocok
sampai serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus digunakan
dalam jangka waktu 7 hari.
Pemakaian parenteral baik secara i.m. ataupun i.v. dianjurkan bagi penderita yang
tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral.
Terapi oral
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
Pada infeksi yang berat dianjurkan diberikan dosis yang lebih tinggi.
Terapi parenteral
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
Septikemia dan bakterial meningitis : 150 - 200 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi
setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara i.m.
Septikemia dan bakterial meningitis : 100 - 200 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara
i.m.
Efek Samping:
Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang
bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya
pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5
hari setelah pengobatan dihentikan.
Pada penderita yang diobati dengan Ampisilina, termasuk semua jenis penisilina dapat
timbul reaksi hipersensitif, seperti urtikaria, eritema multiform. Syok anafilaksis
merupakan reaksi paling serius yang terjadi pada pemberian secara parenteral.
Cara Penyimpanan:
Sediaan:
Injeksi 5 mg/ml
Indikasi:
Kontraindikasi:
- Penderia hipersensitif
- Depress pernapasan
- Keadaan Phobia
Dosis:
Antiansietas, Antikonvulsan:
Dewasa: 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali
sehari.
Status Epileptikus:
IV: 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program pengobatan
ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan bila rute
IV tidak tersedia).
IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap
2-4 jam.
Dewasa: 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kali
sehari. 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat
lemah.
IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat
diulang dalam 2-4 jam.
Putus Alkohol
Dewasa: 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kali
sehari.
3. Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji
secara klinis sistematik.
Efek Samping:
3. Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia,
angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangan
keseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drug
dependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue,
general weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial
secretions, leukopenia, libido changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea,
neutropenia disorder, polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder, sialorrhea,
skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual
changes, vomiting, xerostomia.
Penyimpanan:
Penyimpanan dan Stabilitas Diazepam: Injeksi: Simpan pada 20-25°C, Lindungi dari
cahaya. Potensi dipertahankan sampai 3 bulan jika disimpan pada suhu kamar. Paling
stabil pada pH 4-8, hidrolisis terjadi pada pH <3. Gel rektal: Simpan pada suhu 25°C
Tablet: Simpan pada 15°-30°C.
MERK DAGANG
Kandungan:
Nyeri spastik pada saluran kemih, saluran empedu, dan organ genital wanita (seperti
dismenore).
Kontra indikasi:
Perhatian:
Hamil, laktasi, gangguan jantung, lansia, kolitis ulseratif, ileus paraltik, stenosis
pilorik.
Interaksi Obat :
Efek samping:
Semburat panas dan kemerahan pada wajah, aritmia jantung, bradikardia, takikardi,
kekeringan pada mulut dan kulit, konstipasi, palpitasi, reaksi paradoksikal, gangguan
penglihatan.
Dosis:
1 ampul (20 mg), intramuskular atau intravena diulang setelah setengah jam bila
perlu.
Penyimpanan:
Di simpan pada suhu ruangan dan hindari dari cahaya langsung dan tempat yang
lembab.