Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Esume Skill Lab Terapi Okupasi Rom Aktif Dan Pasif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Nama : Dinda bucira alma

NIM : 1811112458

Kelas : A 2018 2

RESUME SKILL LAB TEKNOLOGI MODALITAS II

TERAPI OKUPASI ROM AKTIF DAN PASIF

Dosen pengampu:

Yesi Hasneli N, SKp, MNS

1. Defenisi ROM (range of motion)


Latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM) adalah kemampuan maksimal
seseorang dalam melakukan gerakan. ROM merupakan ruang gerak atau batas-batas
gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek penuh atau
tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak (Lukman & Ningsih, 2012).

Range Of Motion (ROM) adalah kemampuan sendi dalam keadaan normal untuk bergerak
seluas mungkin (Miller dan Thompson, 2020). Ketika sendi digerakkan, permukaan
kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung
proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik, sehingga
kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-75%. Adanya penekanan pada kartilago
akan mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan sinovial. Bila tekanan berhenti
maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari
cairan sinovial (Loeser, 2009). Sehingga dengan dilakukan latihan ROM pada klien
gangguan sendi dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri.
2. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan
perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien
yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendiri dan kooperatif. Pada ROM aktif,
perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal klien
aktif ). Kekuatan otot 75 %. Pada ROM aktif sendi yang digerakan adalah seluruh
tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif
b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat di
setiap gerakan. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50%. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi, pasien
dengan tirah baring total. Pada ROM pasif sendi yang digerakan yaitu seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri

3. Tujuan ROM
Tujuan Range of Motion (ROM) adalah memulihkan kekuatan otot dan kelenturan sendi
sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Demikian juga setelah
pulang dari Rumah Sakit, pasien pasca stroke tetap harus menjalani latihan-latihan
keterampilan aktivitas sehari-hari (Widianto, 2009)
Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai berikut:
a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang sakit.
b. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
c. Mencegah komplikasi vaskular akibat imobilitas.
d. Memudahkan kenyamanan.
Sedangkan tujuan latihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun, Heryati, Manurung,
& Raenah (2008).
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
b. Memelihara mobilitas persendian.
c. Merangsang sirkulasi darah.
d. Mencegah kelainan bentuk.
4. Indikasi ROM
Indikasi dilakukannya ROM menurut Padhila (2013) adalah:
a. Pasien stroke atau penurunan kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Tahap rehabilitasi fisik
d. Pasien dengan tirah baring lama

Indikasi dilakukannya ROM menurut Suratun et al., (2008) yaitu:

a. Range of Motion (ROM) Aktif :


Indikasi:
1) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan
ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
2) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya
3) Range of Motion (ROM) Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
4) Range of Motion (ROM) Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas
diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.

Sasaran :

1) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran Range of Motion


(ROM) Aktif serupa dengan Range of Motion (ROM) Pasif.
2) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari
kontrol gerak volunter.
3) Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
4) Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
5) Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
6) Meningkatkan sirkulasi
7) Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
b. Range of Motion (ROM) Pasif
Indikasi :
1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
2) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas
atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total

Sasaran :
1) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4) Membantu kelancaran sirkulasi
5) Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi
persendian
6) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7) Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
8) Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
5. Kontraindikasi ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan Range of Motion (ROM)
menurut Padhila (2013) adalah :
a. Adanya kelainan sendi dan tulang
b. Pasien tahap imobilisasi karena kasus penyakit jantung
c. Sendi yang terinfeksi
d. Pasien dengan hypermobility

Kontraindikasi Range of Motion (ROM) Suratun et al., (2008) yaitu:

a. Range of Motion (ROM) Aktif :


1) Latihan Range of Motion (ROM) tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
2) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas
nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap
penyembuhan dan pemulihan
3) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk
meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
4) Range of Motion (ROM) tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
5) Pada pasien yang mengalami infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
Range of Motion (ROM) aktif pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat (Suratun et al., 2008).
6. Jenis gerakan ROM

a. Fleksi adalah gerakan melipat sendi dari keadaan lurus seperti flexi lengan bawah
dan flexi jari. Ekstensi adalah gerakan meluruskan sendi dari keadaan terlipat,
keadaan lurus ini mengakibatkan ukuran lengan atas tungkai menjadi lebih
panjang dibanding dari keadaan terlipat. Duplikasi terjadi untuk gerakan sendi
kaki antara dorso flexi dan plantar flexi, mana yang flexi mana yang extensi atau
keduanya flexi. Boleh digunakan istilah dorso flexi, plantar flexi atau flexi kaki =
dorso flexi atau extensi kaki = plantar flexi, karena dengan extensi dimaksud
disini ukuran seluruh tungkai menjadi lebih panjang.
b. Hiperekstensi adalah gerakan yng melebihi rentang gerakan ekstensi.
c. Rotasi adalah gerak putar pada sumbu panjang seluruh tungkai kearah luar.
d. Supinasi adalah gerakan putar kearah luar dari lengan bawah dan tangan
sehingga telapak tangan kembali menghadap ke depan.
e. Pronasi adalah gerakan putar kearah dalam dari lengan bawah dan tangan
sehingga telapak tangan menghadap ke belakang.
f. Abduksi adalah gerakan pada bidang frontal untuk “membuka sudut” terhadap
garis tengah seperti gerakan merentangkan lengan, merentangkan tungkai dan
merentangkan jari-jari tangan.
g. Aduksi adalah gerakan pada bidang frental untuk menutup sudut terhadap garis
tengah. Gerakan ini merupakan gerakan yang sebaliknya dari gerakan abduksi

7. Gerakan ROM
a. Kepala dan Leher

Gambar Gerakan Penjelasan


Fleksi Menggerakan dagu menempel ke
(bisa dilakukan dada,
pada ROM aktif
dan ROM pasif
(pasien
berbaring))
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi
(bisa dilakukan tegak
pada ROM aktif
dan ROM pasif
(pasien
berbaring))
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh
(bisa dilakukan mungkin,
pada ROM
aktif)
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin
(bisa dilakukan sejauh mungkin kearah setiap bahu,
pada ROM aktif
dan ROM pasif
(pasien
berbaring))
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin
(bisa dilakukan dalam gerakan sirkuler,
pada ROM
aktif)

b. Ekstremitas Atas
Gambar Gerakan Penjelasan
Fleksi Menaikan lengan dari posisi
(bisa dilakukan di samping tubuh ke depan
pada ROM ke posisi di atas kepala,
aktif dan ROM
pasif (pasien
berbaring))
Ekstensi Mengembalikan lengan ke
(bisa dilakukan posisi di samping tubuh,
pada ROM
aktif dan ROM
pasif (pasien
berbaring))
Hiperektensi Menggerakan lengan
(bisa dilakukan kebelakang tubuh, siku tetap
pada ROM lurus
aktif dan ROM
pasif (pasien
Gambar Gerakan Penjelasan
berbaring))
Fleksi Menggerakkan siku sehingga
Abduksi Menaikan lengan ke posisi
lengan bahu bergerak ke depan
(bisa dilakukan samping di atas kepala
sendi bahu dan tangan sejajar
pada ROM dengan telapak tangan jauh
bahu,
aktif dan ROM Meluruskan
Ektensi dari kepala, siku dengan
pasif (pasien menurunkan tangan,
berbaring))
Gambar Gerakan Penjelasan Rentang
Adduksi
Supinasi Menurunkan
Memutar lenganlengan
rentang ke
(bisa dilakukan bawah
samping dan menyilang
dan tangan 70-90°
pada ROM tubuh sejauh
sehingga mungkin,
telapak
aktif dan ROM tangan
pasif (pasien menghadap ke
berbaring)) atas,
Pronasidalam
Rotasi Dengan lengan
Memutar memutarrentang
bahu
(bisa dilakukan bawah
menggerakan lengan
sehingga sampai
70-90°
pada ROM telapak
ibu jari menghadap
tangan ke dalam
aktif dan ROM menghadap
dan ke belakang,
ke
pasif (pasien
berbaring))
Rotasi luar Dengan memutar bahu
(bisa dilakukan menggerakan lengan sampai
bawah,

Gambar Gerakan Penjelasan


Fleksi Bengkokkan (tekuk)
pergelangan tangan kebawah.

Ekstensi Meluruskan pergelangan


tangan keatas

Abduksi Merenggangkan jari-jari


tangan yang satu dengan yang
lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari
tangan,
Oposisi Gerakkan ibu jari mendekati
tangan

Sirkumdiksi Putar ibu jari ke segala arah

Gambar Gerakan Penjelasan


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan
dan atas,

Ekstensi Menggerakan kembali ke


samping tungkai yang lain,

Hiperekstensi Menggerakan tungkai ke


belakang tubuh (Jika pasien
posisi tidur, miringkan terlebih
dahulu pasien)
Abduksi Menggerakan tungkai ke
samping menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika
mungkin,

Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar

Gambar Gerakan Penjelasan Rentang


Dorsifleksi Menggerakan kaki rentang 20-30°
sehingga jari-jari
kaki menekuk ke
atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki rentang 45-50°
sehingga jari-jari
kaki menekuk ke
bawah,

Gambar Geraka
Penjelasan
n
Fleksi Menekukkan ibu jari ke bawah
Ekstensi Meluruskan ibu jari,

Abduksi Pisahkan jari kaki ke samping

Adduksi Satukan ibu jari ke tengah

Gambar Penjelasa
Gerakan Rentang
n
Inversi Balikkan rentang 10°
telapak
kaki ke
tengah
(Rom
aktif)
Eversi Balikkan rentang 10°
telapak
kaki ke
samping
(Rom
aktif)
Referensi:
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=H2xq5A7rhwA

Loeser, R.F., Delbono, O. (2009). Aging of the muscle and joints. In Ph:Halter JB, editor.
Hazzard,s geriatric medicine and gerontology. Chicago: Mc Graw Hill
Lukman & Ningsih. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan. Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Miller D. Mark dan Thompson Stephen R. (2020). Orthopaedic Sports Medicine Principles
and Practice 5nd edition. Philadelphia: Elsevier.
Padhila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.
Widiyanto. (2009). Terapi Gerak Bagi Penderita Stroke. MEDIKORA. Vol 5, 118-129

Anda mungkin juga menyukai