Kelompok 5 - Gaya Kepemimpinan BJ Habibie
Kelompok 5 - Gaya Kepemimpinan BJ Habibie
Kelompok 5 - Gaya Kepemimpinan BJ Habibie
TANGERANG SELATAN
Disusun Oleh:
Kelompok 5 (7-01)
DAFTAR ISI
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Makalah6
D. Pembatasan 6
A. Gaya Kepemimpinan 8
BAB IV SIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam mengatur rakyat dan bawahannya menuju ke arah yang lebih baik.
Peran pemimpin tersebut sangatlah krusial bagi kemajuan negara dan pencapaian
Proses pengaturan yang dilakukan oleh pemimpin seperti halnya suatu seni.
kepemimpinan.
yang tidak selaras dengan kondisi negara dapat mengancam pencapaian tujuan
iv
Tahun 1998 adalah satu contoh tahun ujian kestabilan negara Indonesia. Pada
tahun tersebut, terjadi krisis di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, sosial
politik, dan keamanan. Krisis ini menuntut adanya pemimpin dengan gaya
Salah satu krisis yang terjadi pada tahun 1998 adalah krisis ekonomi. Krisis
ini terjadi sebagai akibat dari jatuhnya nilai tukar baht terhadap dolar pada Juli
Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia. Selama krisis, nilai rupiah merosot dari
melakukan berbagai gerakan seperti Gerakan Cinta Rupiah (Gentar) dan Gerakan
penggunaan mata uang rupiah dan mengurangi dolar di pasar uang dalam negeri.
mencapai US$ 75 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin kala itu tidak
harus menandatangani tiga kali kontrak LoI (Letter of Intent) dengan IMF untuk
mulai memudar karena krisis sosial politik yang terjadi di Indonesia. Krisis ini
lembaga legislatif (MPR/DPR), ABRI, dan partai politik utamanya (Aprilia et al.,
2014). Kendali bidang politik juga ditandai dengan pengadaan fusi partai secara
drastis dan proses politik yang tidak transparan hingga kaderisasi aktivis politik
yang tidak menjamin jenjang karir yang jelas. Kaderisasi tersebut juga didukung
pemimpin. Hal tersebut menjadi bukti pembatasan pluralitas dalam aspirasi. Pada
vi
masa itu, banyak keputusan berupa kebijakan yang ditetapkan tanpa transparansi
hanya menguntungkan penguasa, seperti kebijakan penetapan tarif pajak jalan tol,
minyak oleh swasta. Selain itu, pemimpin negara juga melakukan pengendalian
dan dilarang beredar. Pembatasan pembelaan HAM juga terjadi. Banyak kasus
misalnya adalah kasus Marsinah dan kasus Trisakti. Penanganan kasus tersebut
penegakan HAM tersebut menjadi bukti bahwa pemimpin saat itu tidak
melindungi hak warga negaranya dengan baik. Kejadian tersebut juga menjadi
adanya sosok pemimpin yang baru. Sosok pemimpin tersebut diharapkan dapat
menjawab kebutuhan masyarakat dan negara Indonesia pada masa itu supaya
kepemimpinan. Pada 21 Mei 1998, B.J. Habibie dilantik untuk menjadi pemimpin
Sebagai pemimpin baru yang menjabat pada masa transisi reformasi, menarik
yang tepat untuk menjawab permasalahan era awal reformasi dan menganalisis
B. Rumusan Masalah
1. Apa gaya kepemimpinan yang tepat untuk menjawab permasalahan era awal
reformasi?
awal reformasi?
C. Tujuan Makalah
D. Pembatasan
Makalah ini ditulis dengan fokus pada gaya kepemimpinan yang secara teori
menurut Robert Albanese dan D. Van Vleet (1994), yaitu karismatik, otoriter,
ix
menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia, yaitu selama masa awal
reformasi pada tahun 1998-1999. Data dalam makalah ini dikumpulkan dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang terlibat dalam oleh pemimpin
berjalan efektif dan efisien. Dalam suatu negara, keefektifan gaya kepemimpinan
rakyat.
Robert Albanese dan D. Van Vleet (1994) menyatakan bahwa terdapat empat
lancar berbicara di depan umum, visioner, dan mengerti apa yang diinginkan
tersebut akan gagal. Selain itu, pemimpin karismatik dapat bersikap selalu
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang akan diambil dari dirinya
sendiri. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh seorang
target sasaran yang ingin dicapai dan memberikan arahan tentang cara
kepemimpinan ini cenderung memiliki sifat yang dingin dan kejam. Gaya
bawahan sebagai suatu tim yang utuh walaupun masih memiliki suatu tujuan
berdampak pada orang banyak karena pemimpin yang demokratis akan lebih
orang dan pada dasarnya memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan
dapat membuktikan bahwa dia tidak sekadar baik, tetapi juga mampu untuk
BAB III
PEMBAHASAN
Pada awal reformasi, kondisi sektor ekonomi Indonesia berada dalam masa
krisis. Krisis ini berawal dari krisis moneter di Thailand yang pada akhirnya
publikasi. Fakta tersebut adalah terkait utang valuta asing korporasi swasta
Indonesia mencapai US$75 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin kala
yang sebenarnya rentan dan tidak memiliki struktur yang kuat sehingga sangat
sensitif dengan keadaan perekonomian negara lain. Selain itu, sistem perbankan
politik (Setiyo, 2016). Pemimpin negara tidak menetapkan kebijakan yang ketat
terkait pendirian dan pengoperasian bank sehingga pada masa itu terjadi
liberalisasi bank. Terdapat banyak bank yang didirikan tanpa memenuhi prinsip
tata kelola yang baik. Beberapa bank merupakan entitas dalam satu grup yang
mencatat jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun
1998 menyentuh angka 49,5 juta jiwa atau mencapai 24,20% dari total penduduk
Indonesia.
Pada sektor sosial politik, sistem sentralisasi yang berlangsung sejak orde
misalnya kebijakan penetapan tarif pajak jalan tol, kebijakan pengadaan bahan
Permasalahan di atas menjadi fokus masalah yang harus ditangani pada masa
bagi keadaan ekonomi dan sosial Indonesia saat itu. Berdasarkan pembahasan di
negara saat itu mengeluarkan kebijakan terkait perekrutan hakim. Pada akhirnya,
kursi-kursi yudikatif juga berisi pion-pion pemimpin negara saat itu. Kekuasaan
pembebasan pers, penegakan Hak Asasi Manusia, dan penyelesaian kasus Hak
Asasi Manusia yang terjadi selama orde baru hingga kerusuhan krisis 1998. Hal
ini karena pada masa tersebut, banyak kasus HAM yang terjadi, tetapi lemah
berupa kebijakan dan langkah untuk memulihkan berbagai sektor yang ada
awal reformasi ini sangat kompleks karena terjadi di berbagai bidang dan
dikemukakan oleh Robert Albanese dan D. Van Vleet (1994) bahwa gaya
merupakan masalah yang kompleks dan berdampak pada orang banyak karena
dimana gaya sentralistik yang terjadi pada zaman orde baru yang di era awal
kebebasan pers, serta penegakkan HAM yang dituntut pada era awal reformasi
oleh banyak pihak dapat dikendalikan dengan baik oleh pemimpin dengan gaya
demokratis karena kesabaran yang menjadi salah satu karakter yang ada dalam
kepentingan seluruh pihak. Dari analisis yang telah kami jabarkan diatas, menurut
Habibie merupakan anak dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti
di Jerman dan mendapatkan gelar Diploma Ing dan Doktor Ingenieur dari
Indonesia dan diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi hingga
bawah pimpinan Soeharto pada tahun 1998 dalam Kabinet Pembangunan VII.
massa ini mendesak Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Di tengah situasi yang semakin kacau, pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden
Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden. Maka, sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945, Habibie yang kala itu merupakan Wakil Presiden
era reformasi.
xx
Kabinet tersebut disusun sesuai dengan tuntutan zaman, aspirasi, dan kehendak
(Habibie, 2006). Habibie menaruh harapan bahwa bangsa Indonesia akan menjadi
untuk segala masukan dan saran terkait dengan pemerintahannya. Hal ini
tersebut, saya dengan segala kerendahan hati membuka diri terhadap semua
masukan dan kritik dari masyarakat untuk mempercepat proses reformasi, menuju
sepenuhnya dari semua pihak.” Tidak hanya menerima masukan dari rakyat,
ketika Habibie bertemu dengan beberapa tokoh, seperti Jenderal Wiranto dan
Pangkostrad Letnan Jenderal Prabowo. Selain itu, beliau juga mengadakan sidang
seminggu sekali yang dihadiri oleh para anggota kabinet untuk mendengarkan
Madjid, Amien Rais, dan John Sapi’ie yang mendiskusikan permasalahan yang
yang diterimanya dan disesuaikan dengan keadaan yang ada. Selanjutnya, beliau
mereka untuk mengemban tugas tersebut. Habibie percaya dengan karakter yang
tokoh, seperti tokoh dari gerakan mahasiswa. Selain itu, beliau juga mencari
informasi dari berbagai bidang seperti dunia bisnis, agama, dan ekonomi. Hal ini
Habibie juga mengatakan dalam bukunya bahwa menjadi presiden itu bukan
segalanya, yang penting adalah cara agar rakyat Indonesia yang sudah lama
berjuang dan rela menderita, bisa mencapai masa depan yang cerah, tenteram,
ketika Habibie senantiasa memantau dan mendengarkan komentar dari dalam dan
mengenai free fall atau jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Habibie
menyadari bahwa beliau tidak boleh mengambil risiko sedikitpun. Apabila beliau
berdampak buruk bagi rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
Beliau sadar betul bahwa di tengah situasi yang kacau dan penuh ketidakpastian,
xxiii
hukumnya terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pemilu. Hal ini bertujuan agar
Selain itu, keputusan Habibie untuk memisahkan Kejaksaan Agung dari kabinet
langkah agar Kejaksaan Agung lebih stabil dan transparan serta tidak terpengaruh
yang demokratis. Beliau selalu membuka masukan dan saran dari berbagai
Dengan segala permasalahan yang beliau hadapi di era awal reformasi, beliau
Kebijakan yang demokratis dibuat di masa pemerintahan B.J. Habibie antara lain
mencabut Surat Izin Usaha Pers (SIUP), mengizinkan pembentukan banyak partai
Kebebasan Pers adalah salah satu wujud kebebasan berpendapat dan ciri
1999 tentang Kebebasan Pers dan mencabut SIUP. Sejak saat itu, media massa
secara bebas mengajukan kritik dan saran kepada pemerintah. Habibie yang
membuka kebebasan pers sesuai amanat UUD 1945 pasal 28F tentang kebebasan
partai politik. Hal ini dibuktikan dengan adanya 48 partai politik yang terdaftar
dalam Pemilu 1999 setelah Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Partai
ikut dalam pemilu. Banyak partai politik merupakan ciri-ciri demokrasi. Hal ini
Pemilihan umum biasa disebut pesta demokrasi. Hal ini disebabkan oleh
setelah Pemilu 1955. Alasannya adalah partisipasi peserta yang tinggi, yakni ada
98.348.208 orang atau 93,03 persen dari total pemilih yang berpartisipasi dalam
Pemilu 1999. Hal ini menunjukan bahwa rakyat menaruh harapan besar kepada
wakil-wakil mereka kelak. Pemilu 1999 dilakukan dengan asas LUBER dan
JURDIL sesuai peraturan baru, yaitu Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 tentang
Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR/MPR. Dalam Pemilu 1999, PNS
memberi saran secara aktif kepada Pemerintah Pusat dan tercipta koordinasi
pendelegasian tersebut.
xxvi
negosiasi telah dilakukan, seperti penawaran Otonomi Luas dengan status khusus
bagi rakyat Timor Timur. Perjanjian Tripartit di New York pada 5 Mei 1999
masalah Timor Timur. Jajak pendapat yang berlangsung pada 30 Agustus 1999
diikuti oleh seluruh warga Timor Timur. Hal ini mencerminkan pelepasan Timor
BAB IV
SIMPULAN
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan dalam Bab II dan pembahasan yang
dijelaskan dalam Bab III, dapat ditarik simpulan antara lain sebagai berikut.
dan tidak merasa paling benar layaknya seorang pemimpin otoriter. Masyarakat
dituntut pada era awal reformasi dapat dikendalikan dengan baik oleh pemimpin
pihak.
xxviii
ini ditunjukkan melalui dialog dan sidang seminggu sekali yang beliau
perkembangan Indonesia melalui komentar dari dalam dan luar negeri. Beliau
DAFTAR PUSTAKA