Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Permenperin No. 8 Tahun 2020

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 87

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ANGGARAN

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam pengelolaan anggaran yang efektif dan


efisien perlu dilakukan penyesuaian terhadap
ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan terhadap ketentuan
mengenai tata cara pembayaran dan penggunaan
kartu kredit pemerintah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan
Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam humf a, perlu dilakukan perubahan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2018

tentang Pedoman Pengelolaan An^aran di Lingkungan


Kementerian Perindustrian;

0. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan


Anggaran di Lingkungan Kementerian Perindustrian;

Mengingat Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara


RepubUk Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Repubhk
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 54)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 142);
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2018

tentang Pedoman Pengelolaan An^aran di Lingkungan


Kementerian Perindustrian (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 401);
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun

2018 tentang Organisasi dan Tata Keija Kementerian


Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1509);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

PERINDUSTRIAN NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN.

jdih.kemenperin.go.id
-3-

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri


Perindustrigin Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengelolaan Anggaran di Lingkungan Kementerian
Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 401) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbun}^ sebagai


berikut:

Pasal 2

Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan Anggaran di


lingkungan Kementerian Perindustrian meliputi:
a. organisasi pengelola anggaran;
b. pengelolaan rekening satuan keija;
c. uang makan dan keija lembur;
d. peijalanan dinas;
e. pengadaan barang/jasa;
f. pengeluaran anggaran;
g. revisi anggaran;
h. kartu kredit pemerintah; dan
i. pemantauan dan pelaporan.

2. Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Menteri


Perindustrian Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengelolaan Anggaran di Lingkungan Kementerian
Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 401) diubah sehingga menjadi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 11

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

jdih.kemenperin.go.id
-4

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Februari 2020

MENTERI PERINDUSTRIAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS GUMIWANG KARTASASMITA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Marat 2020

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 206

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretariat Jenderal
Kementerian Perindustrian
Kepala Biro Hukum,

Feby Setyo Hariyono

jdih.kemenperin.go.id
5-

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2020

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

PERINDUSTRIAN NOMOR 8 TAHUN 2018

TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

ANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

PERINDUSTRIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
APBN sebagai instrumen utama kebijakan fiskal, mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam mewujudkan tercapainya berbagai tujuan dan
sasaran pembangunan. Peranan strategis APBN tersebut berkaitan dengan
ketiga fungsi utama kebijakan fiskal yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,
dan fungsi stabilitas.
Dalam rangka mencapai fungsi APBN tersebut, pemerintah menyusun
sejumlah program keija yang dilaksanakan oleh kementerian
negara/Iembaga dalam bentuk Anggaran Belanja Negara. Untuk
memaksimalkan fungsi APBN, maka realisasi anggaran hgirus terserap
secara optimal, penyerapan anggaran hams sesegera mungkin sehingga
fungsi APBN dapat segera terealisasi dan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat luas khususnya sektor industri.
Penyerapan anggaran sampai dengan saat ini mempunyai pola
penyerapan yang rendah tentu akan mempengamhi pelaksanaan program
pemerintah dalam melaksanakan alokasi anggaran yang diarahkan untuk
mendukung kegiatan ekonomi nasional, menciptakan dan memperluas
lapangan keija, mengurangi kemiskinan, dan pembsingunan yang
berwawasan lingkungan.
Dalam rangka kelancaran pelaksanaan fungsi APBN pada Kementerian
Perindustrian sesuai tahapan pencapaian yang telah direncanakan.

jdih.kemenperin.go.id
-6-

diperlukan suatu pedoman pengelolaan anggaran bagi Satker di lingkungan


Kementerian Perindustrian.

2. Maksud dan Tujuan


Pedoman Pengelolaan Anggaran di lingkungan Kementerian
Perindustrian dimaksudkan sebagai acuan bagi Satker di lingkungan
Kementerian Perindustrian dalam pengelolaan anggaran.
Tujuan yang hendak dicapai dengan ditetapkannya Pedoman
Pengelolaan Anggaran di lingkungan Kementerian Perindustrian adalah agar
pengelolaan anggaran Kementerian Perindustrian dapat dilaksanakan
dengan transparan, akuntabel, tertib administrasi, efektif, dan efisien.

3. Ruang Lingkup
Pedoman Pengelolaan Anggaran di lingkungan Kementerian
Perindustrian meliputi:
a. organisasi pengelola anggaran;
b. pengelolaan rekening satuan keija;
c. uang makan dan keija lembur;
d. peijalanan dinas;
e. pengadaan barang/jasa;
f. pengeluaran anggaran;
g. revisi anggaran;
h. kartu kredit pemerintah; dan
i. pemantauan dan pelaporan.

4. Pengertian
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya
disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DlPA
adalah dokumen pelaksanaan an^aran yang digunakan sebagai
acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.
0. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Perindustrian.

jdih.kemenperin.go.id
- 7-

d. Kuasa Pengguna An^aran yang selanjutnya disingkat KPA adalah


pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian Perindustrian.
e. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
f. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang
selanjutnya disingkat PPSPM adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.
g. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yang
selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang diberi
tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja
pegawai.
h. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalah
Menteri Keuangan
i. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa
BUN adalah pejabat yang diangkat oleh BUN untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBN dalam
wilayah keija yang ditetapkan.
j. Satuan Keija yang selanjutnya disebut Satker adalah adalah unit
organisasi Kementerian Perindustrigin atau unit organisasi
pemerintah daerah yang melaksaneikan kegiatan Kementerian
Perindustrian dan memiliki kewenangan serta tanggung jawab
dalam penggunaan anggaran Kementerian Perindustrian.
k. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, men3dmpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara
dalam pelaksanaan APBN pada Satker.
1. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP
adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara
Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang
berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.
m. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, men5dmpan, menyetorkan, menatausahakan, dan

jdih.kemenperin.go.id
-8-

mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka


pelaksanaan APBN pada Satker.
n. Koordinator Komponen Kegiatan adalah orang yang ditunjuk oleh
KPA untuk mengoordinasikan pelaksanaan komponen/
subkomponen kegiatan.
o. Pelaksana Komponen Kegiatan adalah orang yang ditunjuk oleh
KPA untuk melaksanakan komponen/subkomponen kegiatan.
p. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk
melaksanakan sebagian fungsi BUN.
q. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka
keija dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme
Pembayaran Langsung.
r. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS
adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar peijanjian keija,
surat keputusan, surat tugas, atau surat perintah keija lainnya
melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung.
s. Tambahan UP yang selanjutnya disingkat TUP adalah uang muka
yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan
yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP
yang telah ditetapkan.
t. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi
permintaan pembayaran tagihan kepada negara.
u. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya
disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,
dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerima
hak/Bendahara Pengeluaran.
V. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,
yang berisi permintaan pembayaran UP.

jdih.kemenperin.go.id
-9-

w. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang


selanjutnya disingkat SPP-TUP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaran TUP.
X. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan dana
yang bersumber dari DIPA.
y. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat
SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalsim rangka
pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara
Pengeluaran.
z. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM
untuk mencairkan UP.

aa. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang


selanjutnya disingkat SPM-TUP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh PPSPM untuk mencairkan TUP.

bb. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disebut BAS adalah daftar
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun
secara sistematis sebagai pedoman dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan keuangan
pemerintah.
cc. Rekening Penerimaan adalah rekening giro pemerintah pada bank
umum yang dipergunakan untuk menampung uang pendapatan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Satker.
dd. Rekening Pengeluaran adalah rekening giro pemerintah pada bank
umum yang dipergunakan untuk menampung uang bagi
keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
Satker.

ee. Rekening Lainnya adalah rekening giro atau deposito pada bank
umum yang dipergunakan untuk menampung uang yang tidak
dapat ditampung pada Rekening Penerimaan dan Rekening
Pengeluaran berdasarkan tugas dan fungsi Satker.
ff. Peijalanan Dinas Dalam Negeri adalah peijalanan ke luar tempat
kedudukan yang dUakukan dalam wilayah Republik Indonesia
untuk kepentingan negara.

jdih.kemenperin.go.id
- 10-

gg. Peijalanan Dinas Luar Negeri adalah peijalanan yang dilakukan ke


luar dan/atau masuk wilayah Republik Indonesia, termasuk
peijalanan di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan
dinas/negara.
hh. Surat Peijalanan Dinas yang selanjutnya disin^sat SPD adalah
dokumen yang diterbitkan oleh PPK dalam rangka pelaksanaan
peijalanan dinas bagi pejabat negara, PNS, pegawai tidak tetap,
dan pihsik lain.
ii. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK
adalah dokumen yang memuat uraian rencana kegiatan dan biaya
yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh
KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
jj. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai
ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
peijanjian keija yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
kk. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secsira tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, termasuk
Calon Pegawai Negeri Sipil.
11. Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai ASN
berdasarkan tarif dan dihitung secara harian untuk keperluan
makan Pegawai ASN.
mm.Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran belanja
pemerintah pusat yang telah ditetapkan berdasarkan APBN dan
disahkan dalam DIPA.

nn. Kartu Kredit Pemerintah yang selanjutnya disebut KKP adalah alat
pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran atas belanja yang dapat
dibebankan pada APBN, dimana kewajiban pembayaran pemegang
kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh Bank Penerbit KKP, dan
Satker berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran
pada waktu yang disepakati dengan pelunasan secara sekaligus.

jdih.kemenperin.go.id
11 -

oo. Pemegang Kartu Kredit Pemerintah yang selanjutnya disebut


Pemegang KKP adalah pejabat dan/atau pegawai di lingkungan
Kementerian Perindustrian yang berstatus sebagai Pejabat Negara,
Pegawai Negeri Sipil, atau pegawai lainnya untuk melakukan
belanja dengan KKP berdasarkan penetapan oleh KPA.
pp. Administrator Kartu Kredit Pemerintah yang selanjutnya disebut
Administrator KKP adalah pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Kementerian Perindustrian yang berstatus sebagai
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipd, atau pegawai lainnya untuk
melakukan tugas tertentu terkait dengan penggunaan KKP
berdasarkan penetapan oleh KPA.
5. Dasar Hukum

a. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4916);
c. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 54) sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor
69 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 142);
d. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pengelolaan An^aran di Lingkungan Kementerian
Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 401); dan
e. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Keija Kementerian Perindustrian (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1509).

jdih.kemenperin.go.id
- 12 -

BAB II

ORGANISASI PENGELOLA ANGGARAN

Pengelola anggaran di bngkungan Kementerian Perindustrian terdiri


atas:

1. Pengguna Anggaran;
2. Kuasa Pengguna Anggaran;
3. Pejabat Pembuat Komitmen;
4. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai;
5. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar;
6. Bendahara;
7. Koordinator Komponen Kegiatan; dan
8. Pelaksana Komponen Kegiatan.
Pengelola anggaran merupakan entitas yang terlibat dalam pelaksanaan
APBN di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Penjelasan mengenai pengelola anggaran sebagaimana tersebut di atas
sebagai berikut:
1. Pengguna Anggaran
Menteri Perindustrian bertindak sebagai PA atas bagian anggaran yang
disediakan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian.
Menteri Perindustrian selaku PA berwenang:
a. menunjuk kepala Satker yang berstatus PNS untuk melaksanakan
kegiatan Kementerian Perindustrian sebagai KPA; dan
b. menetapkan pejabat perbendaharaan negara lainnya yang meliputi
PPK dan PPSPM.

Penunjukan KPA sebagaimana dimaksud pada huruf a bersifat ex-


qfficio. Dalam hal Kepala Satker berstatus bukan PNS, penunjukkan
Kepala Satker sebagai KPA dilakukan PA setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Kewenangan PA untuk menetapkan pejabat perbendaharaan negara
lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b dilimpahkan kepada KPA.
Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawai yang
memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pejabat perbendaharaan
negara lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b, KPA dapat
merangkap jabatan sebagai PPK atau PPSPM dengan memperhatikan
pelaksanaan prinsip saling uji {check and balance).

jdih.kemenperin.go.id
- 13

2. Kuasa Pengguna Anggaran


a. KPA melaksanakan penggunaan anggaran berdasarkan DIPA
Satker.

b. Penunjukan KPA tidak terikat periode tahun anggaran.


c. Penunjukan KPA berakhir apabila:
1) tidak teralokasi anggaran untuk program yang sama pada
tahun anggaran berikutnya; dan/atau
2) PNS yang ditunjuk sebagai KPA tidak lagi menjabat sebagai
kepala Satker.
d. KPA yang penunjukannya berakhir sebagaimana dimaksud pada
huruf c angka 1) bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh
administrasi dan pelaporan keuangan.
e. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker, PA
menunjuk seorang pejabat baru sebagai pelaksana tugas KPA.
f. Penunjukan KPA atas pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan oleh
gubemur selaku pihak yang diberikan pelimpahan sebagian
urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang menjadi
kewenangan Kementerian Perindustrian.
g. Penunjukan KPA atas pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan
oleh bupati/walikota setelah mendapat pendelegasian kewensingan
dari PA.

h. KPA memiliki tugas dan wewenang:


1) men3msun DIPA;
2) menetapkan PPK;
3) menetapkan PPSPM;
4) menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan dan pengelola anggaran/keuanggin;
5) menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana;
6) memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan
kegiatan dan penarikan dana;
7) mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
8) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negaira;
9) melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas
beban anggaran belanja negara;

jdih.kemenperin.go.id
- 14

10) melaksanakan kewenangan KPA dalam penggunaan dan


pembayaran KKP; dan
11) menyusun laporan keuangan dan kineija atas pelaksanaan
anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
i. Untuk 1 (satu) DIPA, KPA menetapkan:
1) 1 (satu) atau lebih PPK; dan
2) 1 (satu) PPSPM;
j. Dalam menetapkan PPK sebagaimana dimaksud pada huruf i
angka 1), KPA pada;
1) Satker eselon I, menetapkan setiap pejabat eselon II sebagai
PPK untuk kegiatan masing-masing;
2) Satker eselon II, menetapkan paling rendah pejabat eselon III
sebagai PPK; dan
3) Satker eselon III atau unit pendidikan, menetapkan paling
rendah pejabat eselon IV sebagai PPK.
k. Ketentuan pada huruf k angka 1), dikecualikan untuk Inspektorat
Jenderal Kementerian Perindustrian.

I. Dalam hal KPA pada Satker eselon I membutuhkan lebih dari 1


(satu) PPK untuk 1 (satu) kegiatan, KPA dapat menetapkan paling
rendah pejabat eselon III sebagai PPK.
m. KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran
yang berada dalam penguasaannya kepada PA.
n. Pelaksanaan tanggung jawab KPA sebagaimana dimaksud pada
huruf m dilakukan dalam bentuk:

1) mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana


penarikan dana;
2) merumuskan standar operasional agar pelaksanaan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang
pengadaan barang/jasa pemerintah;
3) men3aisun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses
penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
4) melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan
pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran [output) yang
ditetapkan dalam DIPA;
5) melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan
peijanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran

jdih.kemenperin.go.id
- 15-

atas beban APBN sesuai dengan keluaran (outputj yang


ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan;
6) merumusksin kebijakan agar pembayaran atas beban APBN
sesuai dengan keluaran {output^ yang ditetapkan dalam DIPA;
dan

7) melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas


pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka
penyusunan laporan keuangan,
o. KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan keputusan.
p. Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran.
q. Dsdam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan
sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun
anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahun yang lalu masih
tetap berlaku.
r. Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,
KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan keputusan
dan berlgiku sejak serah terima jabatan.
s. Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf o dan huruf r
disampaikan kepada:
1) Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda
tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;
2) PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK; dan
3) PPK.
t. Dalam hal tid£ik terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM
sebagaimana dimaksud pada huruf q, KPA pada awal tahun
anggaran menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat
sebagaimana dimaksud pada huruf s.
u. Dalam hal penunjukan KPA berakhir karena tidak teralokasi
anggaran untuk program yang sama, penetapan PPK dan PPSPM
secara otomatis berakhir.

PPK dan PPSPM yang penetapannya berakhir harus menyelesaikan


seluruh administrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnya
pada saat menjadi PPK atau PPSPM.
3. Pejabat Pembuat Komitmen
a. PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.

jdih.kemenperin.go.id
- 16-

b. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.


c. Dalam melaksanakan kewenangan KPA, PPK memiliki tugas dan
wewenang:

1) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana


penarikan dana berdasarkan DIPA;
2) menetapkan harga perkiraan sendiri;
3) menetapkan surat penunjukan penyedia barang/jasa;
4) membuat, menandatangani, dan melaksanakan peijanjian/
kontrak dengan penyedia barang/jasa;
5) melaksanakan kegiatan swakelola;
6) memberitahukan kepada Kuasa BUN atas peijanjian/kontrak
yang dilakukan;
7) mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
8) menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara;
9) membuat dan menandatangani SPP;
10) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada
PA/KPA;
11) menyerahkan basil pekeijaan pelaksanaan kegiatan kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahem;
12) men3dmpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan;
13) melaksanakan kewenangan PPK dalam penggunaan dan
pembayaran KKP; dan
14) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan
dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Pen)aisunan rencana pelakssmaan kegiatan dan rencana
penarikan dana sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1),
dilakukan dengan:
1) menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk
rencana penarikan dananya;
2) menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar
pembuatan SPP-UP/TUP; dan
3) mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.

jdih.kemenperin.go.id
- 17-

e. Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 8)


dilakukan dengan:
1) menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti
mengenai hak tagih kepada negara; dan/atau
2) menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat
keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan
pembayargin belanja pegawai.
f. Dalam hal surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara
berupa surat jaminan uang muka, pengujian kebenaran materiil
dan keabsahan sebagaimana dimaksud pada huruf e angka 1)
dilakukan dengan:
1) menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan
uang muka; dan
2) menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang
dapat dibayarkan sesuai ketentuan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah.
g. Laporan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf c angka 10) berupa laporan atas:
1) pelaksanaan kegiatan;
2) penyelesaian kegiatan; dan
3) penyelesaian tagihan kepada negara.
h. Tugas dan wewenang lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf c
angka 13) meliputi:
1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran
kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada
negara;

3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan


berdasarkan prestasi kegiatan;
4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan
kepada negara;
5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan
kepada penyedia barang/jasa; dan
6) melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,GO (dua ratus juta rupiah).
i. Uang muka sebagaimana dimaksud pada huruf h angka 5) dapat
diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk:

jdih.kemenperin.go.id
18-

1) mobilisasi alat dan tenaga keija;


2) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok
barang/material; dan/atau
3) persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
j. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang membuat dan
menandatangani SPP sebagaimana dimaksud pada huruf c angka
9), PPK menguji:
1) kelengkapan dokumen tagihan;
2) kebenaran perhitungan tagihan;
3) kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran
atas beban APBN;
4) kesesuaian spesiflkasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum dalam peijanjian/kontrak
dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia
barang/jasa;
5) kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa
sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima
barang/jasa dengan dokumen peijanjian/kontrak;
6) kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
dan

7) ketepatan jangka waktu penyelesaian pekeijaan sebagaimana


yang tercantum pada dokumen serah terima barsmg/jasa
dengan dokumen peijanjian/kontrak.
k. PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan
tugas dan wewenang kepada KPA sebagaimana dimaksud dalam
huruf c, yang paling kurang memuat:
1) peijanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah
ditandatangani;
2) tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia
barang/jasa;
3) tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPP; dan
4) jangka waktu penyelesaian tagihan.
4. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
a. Untuk membantu PPK dalam mengelola administrasi belanja
pegawai, KPA mengangkat PPABP dengan keputusan.

jdih.kemenperin.go.id
- 19-

b. PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja


pegawai kepada KPA.
c. PPABP mempunyai tugas:
1) melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik
dan/atau manual yang berhubungan dengan belanja pegawai
secara tertib, teratur, dan berkesinambungan;
2) melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan
kepegawaian dan dokumen pendukung lainnya dalam dosir
setiap pegawai pada Satker yang bersangkutan secara tertib
dan teratur;
3) memproses pembuatan daftar gaji induk, gaji susulan,
kekurangan gaji, uang duka wafat/tewas, terusan
penghasdan/gaji, uang muka gaji, uang lembur, Uang Makan,
honorarium, vakasi, dan pembuatan daftar permintaan
perhitungan belanja pegawai lainnya;
4) memproses pembuatan surat keterangan penghentian
pembayaran;
5) memproses perubahan data yang tercantum pada surat
keterangan untuk mendapatkan tunjangan keluarga setiap
awal tahun anggaran atau setiap teijadi perubahan susunan
keluarga;
6) menyampaikan daftar permintaan belanja pegawai, arsip data
komputer perubahan data pegawai, arsip data komputer
belanja pegawai, daftar perubahan data pegawai, dan
dokumen pendukungnya kepada PPK;
7) mencetak kartu pengawasan belanja pegawai perorangan
setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan
8) melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungsin dengan
penggunaan anggaran belanja pegawai.
5. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
a. PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan
pengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM.
b. Dalam melaksanakan kewenangam KPA, PPSPM memiliki tugas
dan wewenang:
1) menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
2) menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak
memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

jdih.kemenperin.go.id
20-

3) membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah


disediakan;
4) menerbitkan SPM untuk disampaikan kepada KPPN yang
dilengkapi dengan bukti-bukti pengeluaran/kelengkapan
dokumen lainnya;
5) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak
tagih;
6) melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
kepada KPA; dan
7) meleiksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.
c. Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang
dilakukan oleh PPSPM sebagaimana dimaksud pada huruf b
angka 1) meliputi:
1) kelengkapan dokumen pendukung SPP;
2) kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda
tangan PPK;
3) kebenaran pengisian format SPP;
4) kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DlPA/POK/rencana
keija anggaran Satker;
5) ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan
DIPA/POK/rencana keija anggaran Satker;
6) kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
7) kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan
barang/jasa;
8) kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada
SPP sehubungan dengan peijanjian/kontrak/keputusan;
9) kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang
perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;
10) kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada
negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
dan

11) kesesuaian prestasi pekeijaan dengan ketentuan pembayaran


dalam peijanjian/kontrak.

jdih.kemenperin.go.id
-21 -

d. Pengujian kode BAS sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 4)


teraiasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya.
e. Dsdam menerbitkan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf b
angka 4), PPSPM melakukan hal sebagai berikut;
1) mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP,
dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;
2) menandatangani SPM; dan
3) memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM
sebagai tanda tangan elektronik pada arsip data komputer
SPM.

f. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud


pada huruf b, PPSPM bertanggung jawab atas:
1) kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi
terhadap dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar
penerbitan SPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang
dilakukannya; dan
2) ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM
kepada KPPN.
g. PPSPM hams menygunpaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan
tugas dan wewenang kepada KPA yang paling sedikit memuat:
1) jumlah SPP yang diterima;
2) jumlah SPM yang diterbitkan; dan
3) jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.
6. Bendahara

a. Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka


pelaksanaan APBN, kepala Satker mengangkat:
1) 1 (satu) orang Bendahara Penerimaan; dan
2) 1 (satu) orang Bendahara Pengeluaran.
b. Dalam membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan APBN, kepala
Satker dapat mengangkat 1 (satu) atau beberapa BPP.
c. Pengangkatan Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
dan BPP ditetapkan dengan keputusan.
d. Pengangkatan Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
dan BPP tidak terikat periode tahun anggaran.

jdih.kemenperin.go.id
-22-

e. Jabatan Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dirangkap oleh
KPA, PPK, atau PPSPM.
f. Jabatan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran/BPP
tidak boleh saling merangkap, kecuali dalam hal terdapat
keterbatasan sumber daya manusia, dapat saling merangkap
dengan izin dari Kuasa BUN.
g. Pegawai yang akan diangkat menjadi Bendahara Penerimaan,
Bendahara Pengeluaran, dan/atau BPP hams memilild sertifikat
bendahara.

h. Ketentuan mengenai sertifikat bendahara dan sertifikasi


bendahara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
pemndang-undangan.
i. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang diangkat
sebagai Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
dan/atau BPP pada saat pergantian periode tahun anggaran,
pengangkatan Bendahara Penerimaan, Bendsihara Pengeluaran,
dan/atau BPP tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
j. Dalam hal Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
dan/atau BPP dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara, kepala Satker menetapkan
pejabat pengganti sebagai Bendahara Penerimaan, Bendahara
Pengeluaran, dan/atau BPP.
k. Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan/atau BPP
yang dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/
berhalangan sementara, hams menyelesaikan selumh
administrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada
saat menjadi Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran,
dan/atau BPP.
1. Kepala Satker menyampaikan keputusan pengangkatan dan
spesimen tanda tangan Bendahara Pengeluaran kepada:
1) PPSPM; dan
2) PPK.
m. Bendahara Penerimaan mempunyai tugas:
1) menerima setoran dari pengguna layanan;

jdih.kemenperin.go.id
- 23

2) menyetorkan seluruh PNBP yang telah dipungut/ diterimanya


ke kas negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku (kecuali
pada Satker Badan Layanan Umum (BLU));
3) menatausahakan transaksi dan dokumen/bukti-bukti PNBP;
4) membukukan transaksi PNBP;
5) mengelola rekening Bendahara Penerimaan;
6) membuat berita acara pemeriksaan kas dan rekonsiliasi
Bendahara Penerimaan;
7) men3aisun laporan pertan^;ungjawaban Bendahara
Penerimaan;
8) mengelola dana operasional Badan Layanan Umum khusus
bendahara BLU; dan
9) mengelola dana pengelolaan kas Badan Layanan Umum
khusus Bendahara BLU.

n. Bendahara Penerimaan secara fungsional bertan^ung jawab


kepada Kuasa BUN dan secara pribadi bertanggung jawab atas
seluruh uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.
o. Bendahara Pengeluarsin melaksanakan tugas kebendaharaan atas
uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang
meliputi:
1) uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran
LS melalui Bendahara Pengeluaran; dan
2) uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan
berasal dari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.
p. Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran,
meliputi:
1) menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
2) melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah
PPK;
3) menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
4) melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara
dari pembayaran yang dilakukannya;
5) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada
negara ke kas negara;
6) mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

jdih.kemenperin.go.id
- 24

7) melaksanakan kewenangan Bendahara Pengeluaran dalam


penggunaan dan pembayaran KKP; dan
8) menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada kepala
KPPN selaku Kuasa BUN.

q. Pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran dilaksanakan setelah


dilakukan pengujian atas perintah pembayaran sebagaimana
dimaksud pada huruf p angka 2) yang meliputi:
1) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan
oleh PPK;
2) pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:
a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b) nilai tagihan yang hams dibayar;
c) jadwal waktu pembayaran; dan
d) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
3) pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara
spesiflkasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan
barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam
dokumen peijanjian/kontrak; dan
4) pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
r. Untuk penyampaian laporan pertanggungjawaban sebagaimana
dimaksud pada humf p angka 7), kepala Satker menyampaikan
surat keputusan pengangkatan dan spesimen tanda tangan
Bendahara Pengeluaran kepada Kepsda KPPN.
s. Bendeihara Pengeluarsin secara fungsional bertanggung jawab
kepada Kuasa BUN dan secara pribadi bertanggung jawab atas
seluruh uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.
t. BPP melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yang berada
dalam pengelolaannya.
u. Pelaksanaan tugas kebendaharaan atas uang yang dikelola,
meliputi:
1) menerima dan men5dmpan UP;
2) melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang
dananya bersumber dari UP;
3) melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP
berdasarkan perintah PPK;

jdih.kemenperin.go.id
- 25-

4) menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi


persyaratan untuk dibayarkan;
5) melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang
dilakukannya atas kewajiban kepada negara;
6) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada
negara ke kas negara;
7) menatausahakan transaksi UP;
8) menyelenggarsikan pembukuan transaksi UP; dan
9) mengelola rekening tempat penyimpanan UP.
V. BPP melakukan pembayaran atas UP yang dikelola sesuai
pengujian sebagaimana yang dilakukan Bendahara Pengeluaran.
w. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada
dalam pengelolaannya dan wajib menyampaikan laporan
pengelolaan dan pertanggungjawaban atas uang dalam
pengelolaannya kepada Bendahara Pembantu.
X. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada huruf
d ditandatangani oleh BPP dan PPK serta disampaikan kepada
Bendahara Pengeluaran setiap bulan paling lambat 5 (hma) hari
keija bulan berikutnya dengan melampirkan salinan rekening
koran untuk bulan berkenaan.

y. Penatausahaan Kas Bendahara


1) Bendahara hams menatausahakan selumh uang/surat
berharga yang dikelolanya.
2) Dalam melaksanakan tugasnya, bendahara wajib
menggunakan rekening atas nama jabatannya pada bank
umum yang telah mendapatkan persetujuan Kuasa BUN.
3) Dalam rangka pendebitan rekening Bendahara Penerimaan,
pejabat yang berwenang melakukan pendebitan rekening di
bank umum adalah pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negara dan Bendahara Penerimaan.
4) Dalam rangka pendebitan rekening Bendahara
Pengeluaran/BPP, pejabat yang berwenang melakukan
pendebitan rekening di bank umum adalah KPA/PPK atas
nama KPA dan Bendahara Pengeluaran/BPP.
5) Bendahara Penerimaan menatausahakan semua uang yang
dikelolanya baik yang sudah menjadi penerimaan negara
maupun yang belum menjadi penerimaan negara.

jdih.kemenperin.go.id
- 26 -

6) Penerimaan negara tidak dapat digunakan secara langsung


untuk pengeluaran, kecuali diatur khusus dalam peraturan
perundang-undangan tersendiri.
7) Bendahara Penerimaan dilarang menerima secara langsung
setoran dari wajib setor, kecuali untuk jenis penerimaan
tertentu yang diatur secara khusus dan telah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
8) Dalam hal Bendahara Penerimaan menerima secara langsung
penerimaan tertentu dari wajib setor, Bendahara Penerimaan
wajib:
a) membuat dan menyampaikan surat bukti setor lembar
ke-1 kepada penyetor dan lembar ke-2 sebagai bukti
pembukuan bendahara; dan
b) menyetor seluruh penerimaannya ke kas neggira paling
lambat dalam waktu 1 (satu) hari keija sejak diterimanya
penerimaan tersebut, kecuali untuk jenis penerimaan
tertentu yang penyetorannya diatur secara khusus.
9) Dalam hal terdapat penerimaan yang penyetorannya diatur
secara khusus, Bendahara Penerimaan wajib menyimpan
uang yang diterimanya dalam rekening yang telah mendapat
persetujuan Kuasa BUN.
10) Penyetoran penerimaan negara oleh Bendahara Penerimaan
dapat dilakukan secara berkala dalam hal:
a) layanan bank persepsi yang sekota Bendahara
Penerimaan tidak tersedia;
b) kondisi geografis Satker yang tidak memungkinkan
melakukan penyetoran setiap hari;
c) jarak tempuh antara lokasi bank persepsi dengan
tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan melampaui
waktu 2(dua)jam; dan/atau
d) biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran
lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.
Penyetoran secara berkala sebagaimana tersebut di atas
dapat dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
11) Jenis-jenis uang/surat berharga yang harus ditatausahakan
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP meliputi:

jdih.kemenperin.go.id
-27-

a) UP;
b) uang yang berasal dari kas negara melalui SPM LS
Bendahara;
c) uang yang berasal dari potongan atas pembayaran yang
dilakukannya sehubungan dengan fungsi bendahara
selaku wajib pungut;
d) uang dari sumber lainnya yang menjadi hak negara; dan
e) uang lainnya yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan boleh dikelola oleh bendahara.
Uang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d)
wajib disetorkan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP ke kas
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak dapat digunakan untuk keperluan
apapun dan dengan alasan apapun.
12) Bendahara Pengeluaran menerima UP/TUP/GUP dari Kuasa
BUN untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional
kantor sehari-hari.

13) Bendahara Pengeluaran dapat menyalurkan dana UP/TUP


dan/atau uang dari SPM LS Bendahara kepada BPP.
14) Bendahara Pengeluaran hams menyampaikan daftar rincian
jumlah UP yang dikelola oleh masing-masing BPP pada saat
pengajuan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP ke KPPN.
15) Untuk memperlancar proses pembayaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP dapat menyimpan dana UP/TUP yang
diterimanya dalam brankas sesu£u dengan ketentuan.
16) Bendahara Pengeluaran/BPP hams men5dmpan sisa uang
UP/TUP selain kebutuhan untuk BPP pada rekening Satker.
17) Pada setiap akhir hari keija, uang tunai yang berasal dari
UP/TUP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP
paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
mpiah).
18) Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada
pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP lebih dari Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta mpiah) Bendahara
Pengeluaran/BPP membuat berita acara yang ditandatangani
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP dan PPK.

jdih.kemenperin.go.id
- 28

19) Pada akhir tahun anggaran/kegiatan, BPP hams


menyetorkan selumh sisa UP/TUP kepada Bendahara
Pengeluaran.
z. Pembukuan Bendahara

1) Bendahara menyelenggarakan pembukuan terhadap selumh


penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pada satker.
2) Pembukuan bendahara terdiri dari buku kas umum, buku-
buku pembantu, dan buku pengawasan anggaran.
3) Bendahara Penerimaan segera mencatat setiap transaksi
penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum sebelum
dibukukan dalam buku-buku pembantu.
4) Bendahara Pengeluaran segera mencatat setiap transaksi
penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum sebelum
dibukukan dalam buku-buku pembantu.
5) Dalam bal Bendahara Pengeluaran menyalurkan dana kepada
BPP, Bendahara Pengeluaran menyelenggarakan buku
pembantu BPP.
6) Dalam bal Bendahara Pengeluaran menyampaikan uang
muka keija {vouchei), Bendahara Pengeluaran
menyelenggarakan buku pembantu uang muka (voucher).
7. Koordinator Komponen Kegiatan dan Pelaksana Komponen Kegiatan
a. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada Satker, KPA
mengangkat Koordinator Komponen Kegiatan dan Pelaksana
Komponen Kegiatan.
b. Koordinator Komponen Kegiatan mempunyai tugas:
1) mengoordinasikan komponen kegiatan;
2) membantu PPK dalam pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan;
3) berkoordinasi dengan BPP dalam bal permintaan uang muka
keija kepada Bendahara Pengeluaran;
4) memberikan fiat/paraf terhadap bukti pengeluaran sebelum
ditandatangani oleh PPK; dan
5) membantu PPK dalam penyusunan laporan dan rencana
keija.
0. Pelaksana Komponen Kegiatan mempunyai tugas:

jdih.kemenperin.go.id
-29

1) melaksanakan komponen kegiatan dan meyelesaikan


pertanggungjawaban an^aran yang menjadi tanggung
jawabnya;
2) men3msun rencana operasional komponen kegiatan dan
rencana penarikan anggaran setiap bulan;
3) melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan komponen
kegiatan dan menyusun laporan; dan
4) mengajukan usulan uang muka keija.

jdih.kemenperin.go.id
-30-

BABIII

PENGELOLAAN REKENING

SATUAN KERJA

Rekening milik Satker dikelompokkan menjadi:


1. Rekening Penerimaan, yaitu rekening giro pemerintah pada bank
umum yang dipergunakan untuk menampung uang pendapatan negara
untuk pelaksanaan APBN pada Satker;
2. Rekening Pengeluaran, yaitu rekening giro pemerintah pada bank
umum yang dipergunakan untuk menampung uang bagi keperluan
belanja negara untuk pelaksanaan APBN pada Satker, termasuk di
dalamnya rekening pengeluaran pembantu; dan
3. Rekening Lainnya, yaitu rekening giro atau deposito pada bank umum
yang dipergunakan untuk menampung uang yang tidak dapat
ditampung pada rekening penerimaan dan rekening pengeluaran
berdasarkan tugas dan fungsi Satker.
Kewenangan pengelolaan rekening sebagaimana dimaksud di atas
berada pada Menteri Perindustrian dan dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA). Kewenanggin pengelolaan rekening meliputi:
1. pembukaan rekening;
2. pengoperasian rekening; dan
3. penutupan rekening.
Penjelasan mengenai pengelolaan rekening sebagaimana tersebut di
atas sebagai berikut:
1. Pembukaan Rekening
a. KPA dapat membuka Rekening Penerimaan, Rekening
Pengeluaran, dan/atau Rekening Lainnya pada bank umum
setelah mendapat persetujuan Kuasa BUN yang dalam hal ini
adalah Kepala KPPN.
b. Untuk memperoleh persetujuan pembukaan rekening dari Kuasa
BUN, KPA mengajukan surat permohonan yang memuat:
1) tujuan penggunaan rekening;
2) sumber dana;
3) mekanisme penyaluran dana; dan
4) perlakukan terhadap bunga/nisbah dan/atau jasa giro.
c. Surat permohonan harus melampirkan surat kuasa KPA kepada
Kuasa BUN.

jdih.kemenperin.go.id
31 -

d. Surat permohonan dan surat kuasa dibuat sesuai dengan


ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai rekening
milik Satker lingkup kementerian/lembaga.
e. Pada saat membuka Rekening Penerimaan, Rekening Pengeluaran,
dan/atau Rekening Lainnya di bank umum, KPA hams
melampirkan surat persetujuan pembukaan rekening dari Kuasa
BUN atau salinannya dan surat kuasa KPA kepada Kuasa BUN.
f. Pembukaan rekening pada bank umum di dalam negeri hanya
dilakukan pada bank umum yang telah terikat dalam peijanjian
keija s£ima pengelolaan rekening dengan Kuasa BUN yang dalam
hal ini adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan.

g. Rekening diberi nama sesuai dengan penamaan rekening yang


tercantum dalam surat persetujuan pembukaan rekening.
h. KPA dapat membuka lebih dari 1 (satu) Rekening Penerimaan,
Rekening Pengeluaran pembantu, dan/atau Rekening Lainnya
sesuai dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan efektifitas
dan efisiensi penggunaan rekening.
i. Rekening milik Satker yang telsih mendapat persetujuan
pembukgian rekening dari Kuasa BUN berlaku selama rekening
aktif dan digunakan sesuai dengan tujuan pembukaan rekening.
j. KPA hams menyampaikan laporan pembukaan rekening kepada
Kuasa BUN paling lambat 20(dua puluh) hari keija sejak terbitnya
surat persetujuan pembukaan rekening.
2. Pengoperasian Rekening
a. Dana yang disimpan pada rekening milik Satker diberikan
bunga/nisbah dan/atau jasa giro oleh bank umum.
b. Dalam hal rekening milik Satker dibuka dan telah terdaftar pada
program treasury national pooling, pengelolaan bunga/nisbah
dan/atau jasa giro berpedoman pada ketentuan peraturan
pemndang-undangan mengenai treasury national pooling.
c. Dalam hal rekening milik Satker dibuka dan belum terdaftar pada
program treasury national pooling, penerimaan atas bunga/nisbah
dan/atau jasa giro disetorkan ke kas negara pada akhir bulan
berkenaan.

d. Pendebitan rekening Satker dilakukan dengan menggunakan:


1) layanan perbankan secara elektronik yang bempa internet
banking dan kartu debit; atau

jdih.kemenperin.go.id
- 32 -

2) cek/bilyet giro.
e. Layanan perbankan secara elektroik berupa kartu debit
dikecualikan untuk Rekening Penerimaan.
f. Tata cara pendebitan rekening dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai kedudukan dan tanggung
jawab bendahara pada Satker pengelola APBN.
g. KPA dapat menggunakan layanan virtual account pada rekening
milik Satker untuk kemudahan dan kepraktisan bertransaksi.
h. Penggunaan layanan virtual account dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada bank umum.
i. Bendahara pada Satker melakukan penatausahaan, pembukuan,
dan pertsinggungjawaban atas dana pada rekening milik Satker.
j. Penatausahaan, pembukuan, dan pertanggungjawaban atas dana
pada rekening milik Satker dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
k. KPA wajib melaporkan saldo seluruh rekening yang dikelolanya
setiap bulan kepada Kuasa BUN paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya.
1. Dalam hal tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana dimaksud pada
huruf k jatuh pada hari libur, penyampaian laporan saldo
rekening dilaksanakan pada hari keija sebelumnya.
m. Laporan saldo rekening sebagaimana dapat digunakan sebagai
lampiran pada laporan pertanggungjawaban bendahara yang
disampaikan setiap bulan kepada Kuasa BUN.
3. Penutupan Rekening
a. KPA harus menutup rekening milik Satker yang sudah tidak
digunakan sesuai dengan tujuan dan peruntukannya dan
memindahkan saldo rekening ke kas negara.
b. Pemindahbukuan saldo rekening dicatat sebagai pendapatan dari
penutupan rekening dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan transaksi khusus.
c. KPA harus menyampaikan laporan penutupan rekening kepada
Kuasa BUN paling lambat 5 (lima) hari keija setelah tanggal
penutupan dengan melampirkan bukti penutupan rekening
dan/atau bukti pemindahbukuan saldo rekening atau bukti setor
ke kas negara.

jdih.kemenperin.go.id
- 33

d. Dalam hal rekening yang telah ditutup dan saldonya telah


dipindahbukukan ke kas negara terbukti bukan milik Satker,
saldo rekening dimaksud dapat dikembalikan kepada pemilik
rekening sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

jdih.kemenperin.go.id
-34-

BAB IV

UANG MAKAN DAN KERJA LEMBUR

Uang Makan merupakan uang yang diberikan kepada Pegawai ASN di


lingkungan Kementerian Perindustrian berdasarkan tarif dan dihitung
secara harian untuk keperluan makan Pegawai ASN. Uang Makan diberikan
berdasarkan daftar hadir pada hari keija dalam 1 (satu) bulan. Bessiran
Uang Makan yang diberikan per hari sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan mengenai standar biaya.
Keija lembur adalah segala pekeijaan yang hams dilakukan oleh PNS,
pegawai non-ASN, satuan pengaman, pengemudi, petugas kebersihan, dan
pramubakti pada waktu-waktu tertentu di luar waktu keija sebagaimana
telah ditetapkan bagi tiap-tiap instansi pemerintah, dalam rangka
menyelesaikan tugas-tugas kedinasan dan/atau mendukung kegiatan
operasional yang mendesak. Kerja lembur dapat dilaksanakan atas perintah
KPA/PPK/kepala Satker, Perintah dikeluarkan oleh KPA/PPK/kepala Satker
dalam bentuk surat perintah keija lembur.
Penjelasan mengenai Uang Makan dan keija lembur sebagaimana
tersebut di atas sebagai berikut:
1. Uang Makan
a. Uang Makan tidak diberikan kepada Pegawai ASN di lingkungan
Kementerian Perindustrian yang:
1) tidak hadir keija;
2) sedang melaksanakan peijalanan dinas;
3) sedang melaksanakan cuti;
4) sedang melaksanakan tugas belajar; dan/atau
5) diperbantukan atau dipekeijakan di luar Kementerian
Perindustrian.

b. peijalanan dinas sebagaimana dimaksud pada humf a angka 2)


tidak termasuk peijalanan dinas jabatan yang dilaksanakan di
dalam kota sampai dengan 8(delapan)jam.
c. Pegawai ASN di lingkungan Kementerian Perindustrian yang
melaksanakan peijalanan dinas jabatan yang dilaksanakan di
dalam kota sampai dengan 8(delapan)jam sebagaimana dimaksud
pada huruf b dapat diberikan Uang Makan sepanjang yang
bersangkutan mengisi daftar hadir keija pada hari keija
berkenaan.

jdih.kemenperin.go.id
-35-

d. Uang Makan dibayarkan setiap 1 (satu) bulan yang


pembayarannya dilaksanakan pada awal bulan berikutnya.
e. Dalam hal Uang Makan tidak dapat dibayarkan setiap 1 (satu)
bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Uang Makan dapat
dibayarkan untuk beberapa bulan sekaligus.
f. Khusus untuk Uang Makan bulan Desember, dapat dibayarkan
pada bulan berkenaan.
g. Pembayaran Uang Makan dilakukan dengan mekanisme
Pembayaran LS ke rekening pegawai yang bersangkutan.
h. Pembayaran Uang Makan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhitungkan Pajak Penghasilan (PPh)
sebagai berikut;
1) Pegawai ASN golongan IV dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 dengan tarif sebesar 15%(lima belas persen); dan
2) Pegawai ASN golongan 111 dikenakan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 dengan tarif sebesar 5%(hma persen).
i. Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) tidak dikenakan kepada
Pegawai ASN golongan II ke bawah.
j. Uang Makan bagi PNS Kementerian Perindustrian yang
diperbantukan atau dipekeijakan pada instansi di luar
Kementerian Perindustrian dibayarkan oleh instansi tempat PNS
yang bersangkutan diperbantukan atau dipekeijakan.
2. Keija Lembur
a. Kepada PNS, pegawai non-ASN, satuan pengaman, pengemudi,
petugas kebersihan, dan pramubakti yang melaksanakan keija
lembur, dapat diberikan uang lembur dan uang makan lembur.
b. Uang lembur dan uang makan lembur diberikan untuk;
1) pegawai non-ASN yang pengangkatannya ditetapkan
berdasarkan keputusan dari pejabat yang berwenang; dan
2) satuan pengaman, pengemudi, petugas kebersihan, dan
pramubakti yang:
a) pengangkatannya berdasarkan peijanjian keija/kontrak
keija antara satuan pengaman, pengemudi, petugas
kebersihan, dan pramubakti dengan KPA/PPK/kepala
Satker; dan
b) tercantum dalam peijanjian keija/kontrak keija.

jdih.kemenperin.go.id
- 36 -

c. Uang lembur diberikan kepada PNS, pegawai non-ASN, satuan


pengaman, pengemudi, petugas kebersihan, dan pramubakti
apabila melakukan keija lembur paling sedikit 1 (satu)jam penuh.
d. Uang makan lembur diberikan paling banyak 1 (satu) kali per hari
kepada PNS, pegawai non-ASN, satuan pengaman, pengemudi,
petugas kebersihan, dan pramubakti apabila melakukan keija
lembur paling sedikit 2(dua)jam berturut-turut.
e. Bagi PNS yang melakukan keija lembur selama 8 (delapan) jam
atau lebih, uang makan lembur diberikan paling banyak 2 (dua)
kali per hari.
f. Besaran uang lembur dan uang makan lembur sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar biaya.

jdih.kemenperin.go.id
- 37-

BAB V

PERJALANAN DINAS

Peijalanan dinas terdiri atas:


1. Peijalanan Dinas Dalam Negeri; dan
2. Peijalanan Dinas Luar Negeri.
Peijalanan dinas sebagaimana tersebut di atas dapat dilaksanakan oleh
pejabat negara, PNS, pegawai tidak tetap, dan pihak lain.
Peijalanan dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip:
1. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan
prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
2. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kineija
Kementerian Perindustrian;
3. efisiensi dan efektivitas penggunaan belanja negara; dan
4. transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan peijalanan dinas
khususnya dalam pemberian perintah dan pembebanan biaya
peijalanan dinas.
Penjelasan mengenai peijalanan dinas sebagaimana tersebut di atas
sebagai berikut:
1. Peijalanan Dinas Dalam Negeri
Peijalanan Dinas Dalam Negeri terdiri atas Peijalanan Dinas Jabatan
dan Peijalanan Dinas Pindah.
a. Peijalanan Dinas Jabatan
1) Peijalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi:
a) peijalanan dinasjabatan yang melewati batas kota; dan
b) peijalanan dinas jabatan yang dilaksanakan di dalam
kota.

2) Batas kota sebagaimana dimaksud pada singka 1) huruf a)


khusus untuk Provinsi DKl Jakarta meliputi kesatuan
wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta
Barat, dan Jakarta Selatan.
3) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam kota
sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf b) terdiri atas:
a) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8
(delapan)jam; dan
b) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai
dengan 8(delapan)jam.

jdih.kemenperin.go.id
-38-

4) Peijalanan Dinas Jabatan dilakukan dalam rangka:


a) pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada
jabatan;
b) mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya;
c) pengumandahan (detasering);
d) menempuh ujian dinas/ujian jabatan;
e) menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri
atau menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang
ditunjuk, untuk mendapatkan surat keterangan dokter
tentang kesehatannya guna kepentingan jabatan;
f) memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan
dokter karena mendapat cedera pada waktu/karena
melakukan tugas;
g) mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan
Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri;
h) mengikuti pendidikan setara diploma/S1/S2/S3;
i) mengikuti pendidikan dan pelatihan;
j) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman
jenazah pejabat negara/pegawai negeri yang meninggal
dunia dalam melakukan peijalanan dinas; atau
k) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman
jenazah pejabat negara/pegawai negeri yang meninggal
dunia dari tempat kedudukan yang terakhir ke kota
tempat pemakaman.
5) Peijalanan Dinas Jabatan dilaksanakan berdasarkan perintah
atasan pelaksana peijalanan dinas yang tertuang dalam surat
tugas.
Surat tu^s diterbitkan oleh:
a) kepala Satker untuk Peijalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh pelaksana SPD pada Satker berkenaan;
b) atasan langsung kepala Satker untuk Peijalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan oleh kepala Satker;
c) pejabat eselon II untuk Peijalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh pelaksana SPD dalam lingkup unit eselon
11/setingkat unit eselon 11 berkenaan; atau

jdih.kemenperin.go.id
-39-

d) menteri/pejabat eselon I untuk Peijalanan Dinas


Jabatan yang dilakukan oleh menteri/pejabat eselon 1/
pejabat eselon 11.
Kewenangan penerbitan surat tugas dapat didelegasikan kepada
pejabat yang ditunjuk.
6) Surat tugas paling sedikit mencantumkan:
a) pemberi tugas;
b) pelaksana tugas;
c) waktu pelaksanaan tugas; dan
d) tempat pelaksanaan tugas.
7) Dalam hal berdasarkan surat tugas, dilakukan:
a) Peijalanan Dinas Jabatan yang melewati batas kota; atau
b) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilakukan di dalam kota
lebih dari 8(delapan)jam,
surat tugas dimaksud menjadi dasar penerbitan SPD.
8) Peijalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan
sampai dengan 8 (delapan) jam dapat dilakukan tanpa
penerbitan SPD, namun tetap mencantumkan pembebanan
biaya peijalanan dinas dalam surat tugas.
9) Penerbitan SPD dilakukan secara online melalui portal
intranet(https://intranet kemenperin.go.id\.
Dalam penerbitan SPD, PPK berwenang untuk menetapkan
tingkat biaya peijalanan dinas dan alat transpor yang
digunakan untuk melaksanakan Peijalanan Dinas Jabatan
yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan peijalanan dinas.
10) Peijalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen:
a) uang harian, yang terdiri atas:
(1) uangmakan;
(2) uang transpor lokal; dan
(3) uang saku.
b) biaya transpor, yang terdiri atas:
(1) peijalanan dinas dari tempat kedudukan sampai
tempat tujuan keberangkatan dan kepulangan
termasuk biaya ke terminal bus/stasiun/bandara/
pelabuhan keberangkatan; dan

jdih.kemenperin.go.id
- 40-

(2) retribusi yang dipungut di terminal bus/stasiun/


bandara/pelabuhan keberangkatan dan
kepulangan.
c) biaya penginapan yaitu biaya yang diperlukan untuk
menginap:
(1) di hotel; atau
(2) di tempat menginap lainnya.
Dalam hal pelaksana SPD tidak menggunakan biaya
penginapan, pelaksana SPD diberikan biaya penginapan
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota
tempat tujuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai standar biaya dan
dibayarkan secara lumpsum.
d) uang representasi;
e) sewa kendaraan dalam kota; dan/atau
f) biaya menjemput/mengantarjenazah.
11) Uang representasi dapat diberikan kepada pejabat negara,
pejabat eselon I, dan pejabat eselon II selama melakukan
peijalanan dinas.
12) Sewa kendaraan dalam kota dapat diberikan kepada pejabat
negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di tempat tujuan.
Sewa kendaraan sudah termasuk biaya untuk pengemudi,
bahan bakar minyak, dan pajak.
13) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya bagi
penjemput/pengantar, biaya pemetian, dan biaya angkutan
jenazah.
14) Komponen biaya Peijalanan Dinas Jabatan dicantumkan
pada rincian biaya peijalanan dinas yang dicetak secara
online melalui portal intranet
(https://intranet,kemenperin.go.id).
15) Biaya Peijalsinan Dinas Jabatan digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat, yaitu:
a) tingkat A untuk Menteri dan Wakil Menteri, pejabat
eselon I, serta pejabat lainnya yang setara;
b) tingkat B untuk pejabat negara lainnya, pejabat eselon II,
dan pejabat lainnya yang setara; dan

jdih.kemenperin.go.id
- 41 -

c) tingkat C untuk pejabat eselon III/PNS golongan IV,


pejabat eselon IV/PNS golongan 111, PNS golongan 11 dan
1.

Rincian biaya peijalanan dinas dan fasilitas transport untuk


setiap tingkat sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Peijalanan Dinas Dedam Negeri.
16) Penyetaraan golongan/tingkat biaya peijalanan dinas untuk
pegawai tidak tetap di lingkungan Kementerian Perindustrian
diatur sebagai berikut:
a) pegawai tidak tetap dengan pendidikan setingkat saijana
muda (D3) ke bawah disetarakan dengan PNS golongan
11;
b) pegawai tidak tetap dengan pendidikan setingkat saijana
(strata 1 atau D4) disetarakan dengan PNS golongan 111;
c) pegawai tidak tetap dengan pendidikan magister (strata
11) dan doktor (strata 111) disetarakan dengan PNS
golongan IV;
17) Peijalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti rapat, seminar,
dan sejenisnya dilaksanakan dengan biaya Peijalanan Dinas
Jabatan yang ditanggung oleh panitia penyelenggara.
Dalam hal biaya Peijalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti
rapat, seminar, dan sejenisnya tidak ditanggung oleh panitia
penyelenggara, biaya Peijalanan Dinas Jabatan dimaksud
dibebankan pada DlPA Satker pelaksana SPD.
Panitia penyelenggara harus menyampaikan pemberitahuan
mengenai pembebanan biaya Peijalanan Dinas Jabatan dalam
surat/undangan mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya.
Rincian biaya Peijalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti
rapat, seminar, dan sejenisnya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar biaya.
18) Dalam hal Peijalanan Dinas Jabatan dilakukan secara
bersama-sama untuk melaksanakan suatu kegiatan rapat,
seminar, dan sejenisnya, seluruh pelaksana SPD dapat
menginap pada hotel/penginapan yang sama.
Dalam hal biaya penginapan pada hotel/penginapan yang
sama lebih tinggi dari satuan biaya hotel/penginapan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

jdih.kemenperin.go.id
42 -

mengenai standar biaya, pelaksana SPD menggunakan


fasilitas kamar dengan biaya terendah pada hotel/penginapan
dimaksud.

19) Biaya Peijalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum


peijalanan dinasjabatan dilaksanakan.
Dalam hal Peijalanan Dinas Jabatan hams segera
dilaksanakan, biaya peijalanan dinas dapat dibayarkan
setelah peijalanan dinas selesai.
20) Dalam hal jumlah hari Peijalanan Dinas Jabatan melebihi
jumlah hari yang ditetapkan dalam surat tugas/SPD dan
tidak disebabkan oleh kesalahan/kelalaian pelaksana SPD,
dapat diberikan tambahan uang harian, biaya penginapan,
uang representasi, dan sewa kendaraan dalam kota.
Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi,
dan sewa kendaraan dalam kota dapat dimintakan kepada
PPK untuk mendapat persetujuan dengan melampirkan
dokumen bempa:
a) surat keterangan kesalahan/kelalaian dari
syahbandar/kepala bandara/perusahaan jasa
transportasi lainnya; dan/atau
b) surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi
tugas.
Berdasarkan dokumen tersebut di atas, PPK membebankan
biaya tambahan uang harian, biaya penginapan, uang
representasi, dan sewa kendaraan dalam kota pada DIPA
Satker.

Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi,


dan sewa kendaraan dalam kota, tidak dapat
dipertimbangkan untuk Peijalanan Dinas Jabatan yang
tercantum pada angka 4) humf e) sampai dengan bumf k).
21) Dalam hal jumlah hari peijalanan dinas kurang dari jumlah
hari yang ditetapkan dalam SPD, pelaksana SPD hams
mengembalikan kelebihan uang harian, biaya penginapan,
uang representasi, dan sewa kendaraan dalam kota yang
telah diterimanya kepada PPK.
Ketentuan pengembalian kelebihan uang harian, biaya
penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan dalam

jdih.kemenperin.go.id
- 43 -

kota tidak berlaku untuk Peijalanan Dinas Jabatan dalam


rangka menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman
jenazah pejabat negara/pegawai negeri yang menin^al dunia
dari tempat kedudukan yang terakhir ke kota tempat
pemakaman.
22) Biaya Peijalanan Dinas Jabatan dibebankan pada DIPA
Satker penerbit SPD.
b. Peijalanan Dinas Pindah
1) Peijalanan Dinas Pindah dilakukan oleh pelaksana SPD
berdasarkan surat keputusan pindah.
2) Surat keputusan pindah diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Surat keputusan pindah menjadi dasar diterbitkannya SPD.
4) Penerbitan SPD dilakukan secara online melalui portal
intranet {https://intranetkemenperin.go.id).
5) Peijalanan Dinas Pindah dapat dilaksanakan oleh pelaksana
SPD beserta keluarga yang sah dalam rangka:
a) pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke
tempat tujuan pindah;
b) pemulangan pejabat negara/PNS yang diberhentikan
dengan hormat dengan hak pensiun atau mendapat
uang tunggu dari tempat kedudukan ke tempat tujuan
menetap;
c) pemulangan kelusirga yang sah dari pejabat negara/PNS
yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke
tempat tujuan menetap;
d) pemulangan pegawai tidak tetap yang diberhentikan
karena telah berakhir masa keijanya dari tempat
kedudukan ke tempat tujuan menetap, sepanjang diatur
dalam peijanjian keija;
e) pemulangan keluarga yang sah dari pegawai tidak tetap
yang meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke
tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam
peijanjian keija; atau

jdih.kemenperin.go.id
- 44-

f) pengembalian pejabat negara/PNS yang mendapat uang


tunggu dari tempat kedudukan ke tempat tujuan yang
ditentukan untuk dipekeijakan kembali.
6) Keluarga yang sah sebagaimana dimaksud pada angak 5)
terdiri dari:

a) isteri/suami yang sah sesuai ketentuan Undang-Undang


Perkawinan yang berlaku;
b) anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah
menurut hukum yang berumur paling tin^ 25 (dua
puluh lima) tahun pada waktu berangkat, belum pemah
menikah, dan tidak mempunyai penghasilan sendiri;
c) anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah
menurut hukum ysing berumur lebih dari 25 (dua puluh
lima) tahun, yang menurut surat keterangan dokter
mempunyai cacat yang menjadi sebab ia tidak dapat
mempunyai penghasilan sendiri;
d) anak kandung perempuan, anak tiri perempuan, dan
ansik angkat perempuan yang sah menurut hukum yang
berumur lebih dari 25(dua puluh lima) tahun yang tidak
bersuami dan tidak mempunyai penghasilan sendiri.
7) Selain keluarga yang sah, bagi PNS paling rendah golongan IV
atau pejabat eselon III diperkenankan pula untuk membawa
pembantu rumah tangga sebanyak 1 (satu) orang.
Pembantu rumah tangga diberikan biaya sesuai tingkat
penggolongan untuk PNS golongan 1.
8) Biaya Peijalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen sebagai
berikut:

a) biaya transpor pegawai;


b) biaya transpor keluarga;
c) biaya pengepakan dan angkutan barang; dan/atau
d) uang harian.
9) Biaya Peijalanan Dinas Pindah dibayarkan secara lumpsum
dan merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar
biaya.

jdih.kemenperin.go.id
- 45 -

10) Komponen Biaya Peijalanan Dinas Pindah dicantumkan pada


rincian biaya peijalanan dinas yang dicetak secara online
melalui portal intranet {https://intranet.kemenperin.go.id).
11) Penggolongan tingkat biaya Peijalanan Dinas Pindah
mengacu pada ketentuan tin^atan Biaya Peijalanan Dinas
Jabatan.

12) Biaya yang diberikan untuk Peijalanan Dinas Pindah yang


tercantum pada angka 5) huruf a), huruf b), huruf d), dan
huruf f) sebagai berikut:
a) biaya transpor pegawai;
b) biaya transpor keluarga yang sah;
c) uang harian; dan/atau
d) biaya pengepakan dan angkutan barang.
13) Biaya yang diberikan untuk Peijalanan Dinas Pindah yang
tercantum pada angka 5) huruf c) dan huruf e) sebagai
berikut:

a) biaya transpor keluarga;


b) uang harian; dan/atau
c) biaya pengepakan dan angkutan barang.
14) Uang harian untuk Peijalanan Dinas Pindah yang tercantum
pada angka 5) huruf d) diberikan untuk pegawai
bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan
pindah/menetap yang bam;
b) paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu
sambungan (transit) dalam hal peijalanan tidak dapat
dilakukan langsung;
c) sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
bersangkutan jatuh sakit dalam peijalanan dinas
pindah, satu dan lain hal menumt keputusan KPA; atau
d) sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
sedang menjalankan peijalanan dinas pindah mendapat
perintah dari pejabat yang menerbitkan surat tugas
untuk melakukan tugas lain guna kepentingan negara.

jdih.kemenperin.go.id
46 -

15) Peijalanan Dinas Pindah yang dilakukan dalam rangka


pindah tugas atas permintaan sendiri, tidak diberikan biaya
peijalanan dinas.
16) Biaya peijalanan dinas pindah dibebankan pada DIPA Satker
yang menerbitkan surat keputusan pindah/mutasi.
c. Pembayaran Biaya Peijalanan Dinas Dalam Negeri
1) Pembayaran biaya Peijalanan Dinas Dalam Negeri dilakukan
melalui mekanisme UP dan/atau mekanisme LS.
2) Pembayaran biaya peijalanan dinas dengan mekanisme UP
dilakukan dengan memberikan uang muka kepada pelaksana
SPD oleh Bendahara Pengeluaran.
3) Pemberian uang muka dilakukan dengan berdasarkan
persetujuan pemberian uang muka dari PPK dan
melampirkan dokumen sebagai berikut:
a) surat tugas atau surat keputusan pindah;
b) fotokopi SPD;
c) kuitansi tanda terima uang muka; dan
d) rincian perkiraan biaya peijalanan dinas.
4) Pembayaran biaya peijalanan dinas dengan mekanisme LS
dilakukan melalui:

a) perikatan dengan penyediajasa;


b) Bendahara Pengeluaran; atau
c) pelaksana SPD.
5) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilakukan melalui perikatan
dengan penyediajasa meliputi:
a) peijalanan dinas jabatan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan
b) peijalanan dinas jabatan dalam rangka mengikuti rapat,
seminar dan sejenisnya.
Penyedia jasa dapat berupa event organizer, biro jasa
peijalanan, perusahaan jasa transportasi, dan perusahaan
jasa perhotelan/penginapan.
Penetapan penyedia jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan
barang/jasa pemerintah.

jdih.kemenperin.go.id
47-

Komponen biaya peijalanan dinas yang dapat dilaksanakan


dengan perikatan meliputi biaya transpor termasuk
pembelian/pengadaan tiket dan/atau biaya penginapan.
6) Pembayaran biaya Peijalanan Dinas Jabatan dengan
mekanisme LS dilakukan melalui transfer dari kas negara ke
rekening Bendahara Pengeluaran, pihak ketiga atau
pelaksana SPD.
7) Dalam hal biaya Peijalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan
kepada pelaksana SPD melebihi biaya Peijalanan Dinas
Jabatan yang seharusnya dipertanggungjawabkan, kelebihan
biaya tersebut hams disetor ke kas negara melalui PPK.
Penyetoran kelebihan pembayaran dilakukan dengan:
a) menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB) untuk tahun anggaran beijalan; atau
b) menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk
tahun anggaran lalu.
8) Dalam hal biaya Peijalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan
kepada pelaksana SPD kurang dari yang sehamsnya, dapat
dimintakan kekurangannya.
Pembayaran kekurangan biaya peijalanan dinas jabatan
dapat dilakukan melalui mekanisme UP atau LS.
9) Dalam hal teijadi pembatalan pelaksanaan Peijalanan Dinas
Jabatan, biaya pembatalan dapat dibebankan pada DIPA
Satker berkenaan.

10) Biaya pembatalan yang dapat dibebankan pada DIPA Satker


sebagai berikut:
a) biaya pembatalan tiket transportasi atau biaya
penginapan; atau
b) sebagian atau selumh biaya tiket transportasi atau biaya
penginapan yang tidak dapat dikembalikan/re/itnd.
11) Dokumen yang hams dilampirkan dalam rangka pembebanan
biaya pembatalan meliputi:
a) surat pemyataan pembatalan tugas peijalanan dinas
jabatan dari atasan pelaksana SPD, atau paling rendah
pejabat eselon II bagi pelaksana SPD di bawah pejabat
eselon III ke bawah, yang dibuat sesuai dengan

jdih.kemenperin.go.id
-48-

ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai


Peijalanan Dinas Dalam Negeri;
b) surat pemyataan pembebanan biaya pembatalan
peijalanan dinas jabatan yang dibuat sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Peijalanan Dinas Dalam Negeri; dan
c) pemyataan/tanda bukti besaran pengembalian biaya
transpor dan/atau biaya penginapan dari perusahaan
jasa transportasi dan/atau penginapan yang disahkan
oleh PPK.

12) Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan


Peijalanan Dinas Dalam Negeri kepada pemberi tugas dan
biaya peijalanan dinas kepada PPK paling lambat 5(lima) hari
keija setelah peijalanan dinas dilaksanakan.
13) Pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas jabatan
dilakukan dengan melampirkan dokumen berupa:
a) surat tugas yang sah dari atasan pelaksana SPD;
b) SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di
tempat pelaksanaan peijalanan dinas atau pihak terkait
yang menjadi tempat tujuan peijalanan dinas;
c) tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan
bukti pembayaran moda transportasi lainnya;
d) daftar pengeluaran riil;
e) bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan
dalam kota berupa kuitansi atau bukti pembayaran
lainnya yang dikeluarkan oleh badan usaha yang
bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan
f) bukti pembayaran hotel atau tempat menginap lainnya.
Dalam hal bukti pengeluaran transportasi dan/atau
penginapan tidak diperoleh, pertanggungjawaban biaya
Peijalanan Dinas Jabatan dapat hanya menggunakan daftar
pengeluaran riil.
14) Pertanggungjawaban biaya Peijalanan Dinas Pindah
dilakukan dengan melampirkan dokumen berupa:
a) fotokopi surat keputusan pindah;
b) SPD ysing telah ditandatangani pihak yang berwenang;
c) kuitansi/bukti penerimaan untuk uang harian;

jdih.kemenperin.go.id
49 -

d) kuitansi/bukti penerimaan untuk biaya transpor; dan


e) kuitansi/bukti penerimaan untuk biaya pengepakan dan
angkutan barang.
15) Pihak yang melakukan pemalsuan dokumen, menaikkan dari
harga sebenamya {mark up), dan/atau peijalanan dinas
rgingkap (dua kali atau lebih) dalam pertanggungjawaban
peijalanan dinas yang berakibat kerugian yang diderita oleh
negara, bertanggung jawab sepenuhnya atas selumh
tindakan yang dilakukan.
2. Peijalanan Dinas Luar Negeri
Peijalanan Dinas Luar Negeri terdiri atas Peijalanan Dinas Jabatan dan
Peijalanan Dinas Pindah.
a. Peijalanan Dinas Jabatan
1) Peijalanan Dinas Jabatan meliputi:
a) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan oleh
pelaksana SPD di lingkup Kementerian Perindustrian
atas beban anggaran Kementerian Perindustrian;
dan/atau
b) Peijalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan oleh
pelaksana SPD di luar lingkup Kementerian
Perindustrian atas beban angggiran Kementerian
Perindustrian.

2) Pelaksanaan Peijalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai


dengan target kineija Kementerian Perindustrian.
3) Peijalanan Dinas Jabatan terdiri atas:
a) peijalanan dinas dari tempat bertolak di dalam negeri ke
1 (satu) atau lebih tempat tujuan di luar negeri dan
kembali ke tempat bertolak di dalam negeri;
b) peijalanan dinas dari tempat kedudukan di luar negeri
ke tempat tujuan di luar negeri lainnya dan kembali ke
tempat kedudukan di luar negeri;
c) peijalanan dinas dari tempat kedudukan di luar negeri
ke tempat tujuan di dgilam negeri dan kembali ke tempat
kedudukan di luar negeri; atau
d) peijalanan dinas dari tempat kedudukan di luar negeri
ke tempat tujuan di dalam negeri dilanjutkan ke tempat

jdih.kemenperin.go.id
- 50-

tujuan di luar negeri lainnya dan kembali ke tempat


kedudukan di luar negeri.
4) Peijalanan dinasjabatan dilakukan untuk keperluan:
a) melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada
jabatan;
b) mengikuti tugas belajar di luar negeri dalam rangka
menempuh pendidikan formal setingkat S1/S2/S3 dan
post doctoral;
c) mendapatkan pengobatan di luar negeri berdasarkan
keputusan Menteri Perindustrian;
d) menjemput atau mengantar jenazah pejabat negara dan
pegawai ASN di lingkungan Kementerian Perindustrian
yang meninggal dunia di luar negeri karena menjalankan
tugas negara;
e) mengikuti kegiatan magang di luar negeri;
f) melaksanakan pengumandahan (detasering);
g) mengikuti konferensi/sidang intemasional, semingu-,
lokakaiya, studi banding, dan kegiatan-kegiatan yang
sejenis;
h) mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan
promosi; atau
i) mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus
singkat(short course), penelitian, atau kegiatan sejenis.
5) Pelaksana SPD yang akan melakukan Peijaleman Dinas
Jabatan hams mendapat surat tugas dari Menteri
Perindustrian atau pejabat yang mendapatkan pendelegasian
wewenang dari Menteri Perindustrian.
6) Surat tugas paling sedikit mencantumkan:
a) pemberi tugas;
b) pelaksana tugas;
c) uraian tugas;
d) sumber pembiayaan;
e) waktu peijalanan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas pergi-pulang;
f) waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas;
g) tempat pelaksanaan tugas;
h) target kineija atau basil yang akan dicapai; dan

jdih.kemenperin.go.id
- 51

i) kewajiban untuk menyampaikan laporan pelaksanaan


tugas kepada pejabat penerbit surat tugas.
7) Wsiktu peijalanan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
pergi-pulang sebagaimana dimaksud pada angka 6) huruf e)
meliputi:
a) waktu yang digunakan oleh moda transportasi;
b) waktu transit; dan/atau
c) wsiktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/
terminal bus ke tempat tujuan di luar negeri atau tempat
tujuan di dalam negeri dan kembali ke tempat bertolak di
dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri.
Lamanya waktu transit dihitung sebagai waktu peijalanan
apabila diperlukan transit.
Perhitungan waktu peijalanan yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas pergi-pulang sebagaimana tersebut di atas
sebagai beiikut:
a) lama peijalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh
empat)jam dihitung 1 (satu) hari;
b) lama peijalanan 25 (dua puluh lima) sampai dengan 48
(empat puluh delapan)jam dihitung 2(dua) hari; dan
c) lama peijalanan 49 (empat puluh sembilan) sampai
dengan 72(tujuh puluh dua)jam dihitung 3(tiga) hari.
8) Berdasarkan surat tugas, Menteri Perindustrian atau pejabat
yang diberikan wewenang mengajukan permohonan izin
berupa surat persetujuan kepada Presiden atau pejabat yang
ditunjuk untuk Peijalanan Dinas Jabatan dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat padajabatan.
Tata cara pengajuan permohonan izin yang berupa surat
persetujuan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai administrasi Peijalanan
Dinas Luar Negeri.
9) Berdasarkan surat tugas dan surat persetujuan, Menteri
Perindustrian atau pejabat yang diberikan wewenang
mengajukan permohonan paspor dan/atau exit permit atau
izin berangkat ke luar negeri kepada Menteri Luar Negeri atau
pejabat yang ditunjuk melalui Biro Umum Sekretariat
Jenderal Kementerian Perindustrian.

jdih.kemenperin.go.id
- 52 -

Tata cara pengajuan permohonan paspor dan/atau exit permit


atau izin berangkat ke luar negeri dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pengajuan permohonan paspor dan penerbitan izin berangkat
ke luar negeri.
10) Berdasarkan surat tugas, surat persetujuan, paspor, dan exit
permit atau izin berangkat ke luar negeri, PPK menerbitkan
SPD.

Dalam hal pelaksana SPD merupakan pihak lain, penerbitan


SPD oleh PPK dilakukan berdasarkan surat tugas, surat
persetujuan, dan paspor.
11) Dalam penerbitan SPD, PPK menetapkan golongan biaya
peijalanan dinas dan klasifikasi moda transportasi sebagai
berikut:

a) Golongan A, untuk Menteri, Wakil Menteri, pejabat


eselon 1, dan pejabat lainnya yang setara;
b) Golonggin B, untuk PNS golongan IV/c ke atas, pejabat
eselon II, dan pejabat lainnya yang setara;
c) Golongan C, untuk PNS golongan 111/c sampai dengan
golongan IV/b; dan
d) Golongan D, untuk PNS selain yang dimaksud pada
golongan B dan golongan C;
12) Penetapan golongan biaya peijalanan dinas untuk pegawai
tidak tetap/pihak lain yang melakukan peijalanan dinas
untuk kepentingan negara dapat ditentukan oleh KPA sesuai
dengan keahlian/kepatutan tugas yang bersangkutan.
13) Penerbitan SPD dilakukan secara online melalui portal
intranet(https://intranetkemenperin.go.id).
14) Biaya Peijalanan Dinas Jabatan dibebankan pada DIPA
Kementerian Perindustrian.

15) Biaya Peijalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen:


a) biaya transpor, yang terdiri atas:
(1) biaya transpor dalam rangka peijalanan dinas
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91,
termasuk biaya transpor ke terminal bus/stasiun/
bandar udara/pelabuhan dan biaya transportasi

jdih.kemenperin.go.id
53 -

dari terminal bus/stasiun/bandar udara/


pelabuhan;
(2) airport tax dan retribusi yang dipungut di terminal
bus/stasiun/bandar udara/pelabuhan keberang-
katan dan kepulangan;
(3) biaya aplikasi visa; dan
(4) biaya lainnya dalam rangka melaksanakan
peijalanan dinas sepanjang dipersyaratkan di
negara penerima.
b) uang harian, yang terdiri atas:
(1) biaya penginapan;
(2) uang makan;
(3) uang saku; dan
(4) uang transportasi lokal.
c) uang representasi;
d) biaya asuransi peijalanan; dan/ atau
e) biaya pemetian dan angkutan jenazah.
16) Uang harian diberikan juga untuk waktu peijalanan
sebagaimana dimaksud pada angka 7) paling tinggi sebesar
40%(empat puluh persen) dari tarif uang harian.
17) Uang harian diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari
tarif uang harian dalam hal:
a) diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak
ditanggung oleh penyedia moda transportasi; dan/atau
b) diperlukan penginapan setibanya di tempat tujuan di
luar negeri.
18) Uang harian dan biaya penginapan selama di dalam negeri
untuk jenis Peijalanan Dinas Jabatan yang tercantum pada
angka 3) huruf c) dan huruf d), diberikan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Peijalanan
Dinas Dalam Negeri.
19) Uang representasi diberikan dan dikuasakan kepada pejabat
yang ditugaskan sebagai ketua Misi/Delegasi Republik
Indonesia, yang bessirannya ditetapkan sebagai berikut:
a) apabila misi/delegasi dipimpin oleh seorang menteri
paling tinggi sebesar US$4,000 (empat ribu dollar
Amerika Serikat); atau

jdih.kemenperin.go.id
-54-

b) apabila misi/delegasi dipimpin bukan oleh menteri


paling tinggi sebesar US$2,000 (dua ribu dollar Amerika
Serikat).
20) Biaya asureinsi peijalanan terdiri atas:
a) biaya asuransi peijalanan yang menanggung biaya
asuransi peijalanan selama dalam moda transportasi
yang termasuk dalam harga tiket moda transportasi yang
digunakan;
b) biaya asuransi peijalanan yang menanggung biaya
kesehatan selama melaksanakan tugas peijalanan dinas
jabatan; dan
c) biaya asuransi peijalanan yang menanggung biaya
asuransi peijalanan selama dalam moda transportasi
dan biaya kesehatan selama melaksanakan tugas
peijalanan dinas jabatan.
21) Biaya asuransi peijalanan sebagaimana dimaksud pada
angka 20) huruf a) dapat dibayarkan dengan ketentuan dalam
hal biaya asuransi peijalanan menjadi satu kesatuan dalam
harga tiket moda transportasi.
22) Biaya asuransi peijalanan sebagaimana dimaksud pada
angka 20) huruf b) dapat dibayarkan dengan ketentuan:
a) pelaksana SPD tidak memiliki asuransi kesehatan atau
sejenisnya yang berlaku di dalam dan di luar negeri serta
dibebankan pada APBN;
b) sesuai jangka waktu pelaksanaan peijalanan dinas
sebagaimana tercantum dalam SPD; dan
c) klasifikasi asuransi peijalanan sesuai dengan golongan
peijalanan dinas.
23) Biaya asuransi peijalanan sebagaimeina dimaksud pada
angka 20) huruf c) dapat dibayarkan dengan ketentuan:
a) memenuhi kriteria biaya asuransi peijalanan
sebagaimana dimaksud pada angka 21) dan an^a 22);
dan

b) belum diberikan asuransi peijalanan sebagsdmana


dimaksud pada angka 21) dan angka 22).
24) Biaya pemetian dan angkutan jenazah termasuk biaya yang
berhubungan dengan pengruktian/pengurusan jenazah.

jdih.kemenperin.go.id
- 55 -

25) Komponen biaya peijalanan dinas jabatan dicantumkan pada


rincian biaya peijalanan dinas yang dicetak secara online
melalui portal intranet {https://intranetkemenperin.go.id).
Peijalanan Dinas Pindah
1) Peijalanan Dinas Pindah dilakukan berdasarkan surat
keputusan pindah.
2) Surat keputusan pindah diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Surat keputusan pindah diterbitkan setelah adanya surat
pengangkatan/surat pemberhentian dari Presiden atau
Menteri Luar Negeri.
4) Peijalanan Dinas Pindah dilakukan dalam hal;
a) pejabat negara, PNS, dan pejabat lainnya melaksanakan
tugas tetap dari dalam negeri ke perwakilan;
b) pejabat negara, PNS, dan pejabat lainnya melaksanakan
tugas tetap dari suatu perwakilan ke perwakilan lainnya;
c) pejabat negara, PNS, dan pejabat lainnya telah
menyelesaikan tugas tetap dari Perwakilan ke dalam
negeri; atau
d) keluarga yang sah dari pejabat negara, PNS, dan pejabat
lainnya yang meninggal dunia dipulangkan dari tempat
tugas yang terakhir di perwakilan ke dalam negeri.
5) Berdasarkan surat keputusan pindah, Menteri Perindustrian
atau pejabat yang ditunjuk, mengajukan permohonan izin
berupa surat persetujuan kepada Presiden atau pejabat yang
ditunjuk.
6) Berdasarkan surat keputusan pindah dan surat persetujuan,
Menteri Perindustrian atau pejabat yang ditunjuk
mengajukan paspor dan/atau exit permit atau izin berangkat
ke luar negeri kepada Menteri Luar Negeri.
7) Surat keputusan pindah, paspor, dan exit permit atau izin
berangkat ke luar negeri menjadi dasar diterbitkannya SPD.
8) Penerbitan SPD dilakukan secara online melalui portal
intranet(https://intranet.kemenperin.go.id).
9) Peijalanan Dinas Pindah dapat dilaksanakan oleh pelaksana
SPD beserta keluarga yang sah dan/atau pengikut.

jdih.kemenperin.go.id
-56-

10) Keluarga ysing sah terdiri atas:


a) istri/suami yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai perkawinan;
b) anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah
menurut hukum yang berumur paling tinggi 25 (dua
puluh lima) tahun pada waktu berangkat, belum pemah
menikah, dan tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan
c) anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah
menurut hukum yang berumur lebih dari 25 (dua puluh
hma) tahun, yang menurut surat keterangan dokter
menyandang difabel dan tidak mempunyai penghasilan
sendiri.

11) Selain keluarga yang sah, pelaksana SPD diperkenankan


membawa 1 (satu) orang nurse/pengasuh anak sebagai
pengikut dalam hal pelaksana SPD membawa:
a) anak yang masih berusia dibawah 13 (tiga belas) tahun;
dan/atau
b) anak yang menurut surat keterangan dokter
menyandang difabel,
Jumlah nurse/pengasuh anak sebagaimana dimaksud pada
huruf b) sesuai dengan jumlah anak yang menurut surat
keterangan dokter dinyatakan menyandang difabel.
12) Komponen biaya Peijalanan Dinas Pindah meliputi:
a) biaya transpor;
b) biaya barang pindahan;
c) uang harian; dan/atau
d) biaya asuransi peijalanan.
13) Pelaksana SPD diberikan biaya Peijalanan Dinas Pindah
berupa:
a) biaya transpor;
b) biaya barang pindahan;
c) uang harian; dan
d) biaya asuransi peijalanan.
14) Keluarga yang sah dan pengikut diberikan biaya Peijalanan
Dinas Pindah berupa:
a) biaya transpor;
b) biaya barang pindahan; dan

jdih.kemenperin.go.id
57-

c) biaya asuransi peijalanan,


15) Biaya transpor, diberikan dengan ketentuan:
a) pelakssina SPD dan/atau keluarga yang sab dibayarkan
sesuai klasifikasi kelas moda transportasi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Peijalanan Dinas Luar Negeri; dan
b) pengikut dibayarkan sesuai klasifikasi terendah moda
transportasi yang digunakan oleh pelaksana SPD.
16) Biaya barang pindahan diberikan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar biaya.
17) Uang harian dibayarkan selama 3 (tiga) hari.
18) Biaya asuransi peijalanan merupakan asuransi peijalanan
dalam rangka menggunakan moda transportasi yang
digunakan atau merupakan bagian dari harga tiket moda
transportasi.
19) Komponen biaya Peijalanan Dinas Pindah dibayarkan secara
lumpsum.
20) Pengeluaran untuk biaya asuransi peijalanan yang terpisah
dari harga tiket moda transportasi ysing digunakan diberikan
sesuai biaya riil.
21) Biaya Peijalanan Dinas Pindah dibayarkan sebelum
pelaksanaan Peijalanan Dinas Pindah.
22) Peijalanan Dinas Pindah atas dasar permohonan sendiri tidak
diberikan biaya Peijalanan Dinas Pindah.
c. Pembayaran Biaya Peijalanan Dinas Luar Negeri
1) Pembayaran biaya Peijsilanan Dinas Luar Negeri dilakukan
melalui mekanisme Pembayaran LS.
2) Pembayaran biaya Peijalanan Dinas Luar Negeri dengan
mekanisme Pembayaran LS dapat diberikan:
a) kepada pelaksana SPD; atau
b) melalui Bendahara Pengeluaran.
3) Dalam hal pembayaran biaya Peijalanan Dinas Luar Negeri
tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS,
pembayaran dapat dilakukan melalui mekanisme UP.
4) Pembayaran biaya Peijalanan Dinas Luar Negeri dengan
mekanisme UP dilakukan dengan memberikan uang muka
kepada pelaksana SPD.

jdih.kemenperin.go.id
-58-

5) Uang muka diberikan berdasarkan persetujuan pemberian


uang muka dari PPK.
6) Pemberian uang muka untuk Peijalanan Dinas Jabatan,
melampirkan dokumen sebagai berikut:
a) surat tugas;
b) surat persetujuan;
c) fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi exit
permit atau izin berangkat ke luar negeri;
d) fotokopi SPD;
e) kuitansi tanda terima uang muka; dan
f) rincian perkiraan biaya peijalanan dinas.
Dalam hal pelaksana SPD merupakan keluarga yang sah
dan/atau pengikut, dokumen sebagaimana dlmaksud di atas
dilampirkan kecuali fotokopi exit permit atau izin berangkat
ke luar negeri.
7) Pemberian uang muka untuk Peijalanan Dinas Pindah,
melampirkan dokumen sebagai berikut:
a) surat keputusan pindah;
b) fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi exit
permit atau izin berangkat ke luar negeri;
c) fotokopi SPD;
d) kuitansi tanda terima uang muka; dan
e) rincian perkiraan biaya peijalanan dinas.
8) Dalam hal teijadi pembatalan pelaksanaan peijalanan dinas,
biaya pembatalan dapat dibebankan pada DIPA Satker.
9) Dalam rangka pembebanan biaya pembatalan untuk
Peijalanan Dinas Jabatan, pelaksana SPD menyampaikan
kepada PPK dokumen sebagai berikut:
a) surat pemyataan pembatalan tugas peijalanan dinas
jabatan dari pejabat yang menerbitkan surat tugas, yang
dibuat sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuanggm mengenai Peijalanan Dinas Luar Negeri;
b) dalam hal peijalanan dinasjabatan atas dasar undangan
dari pihak lain, surat pemyataan pembatalan tugas
peijalanan dinas jabatan dengan melampirkan surat
undangan atau surat pemberitahuan pembatalan dari
pihak pengundang;

jdih.kemenperin.go.id
- 59

c) surat pemyataan pembebanan biaya pembatalan


peijalanan dinas jabatan yang ditandatangani oleh PPK,
yang dibuat sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Peijalanan Dinas Luar Negeri; dan
d) pemyataan/tanda bukti besaran biaya pembatalan yang
disahkan oleh PPK.

10) Biaya pembatalan untuk Peijalanan Dinas Jabatan yang


dapat dibebankan pada DIPA Satker meliputi:
a) sebagian atau selumh biaya tiket transportasi yang tidak
dapat dikembalikan/refund atau biaya pembatalan tiket
transportasi;
b) sebagian atau selumh biaya penginapan yang tidak
dapat dikembalikan/re/und atau biaya pembatalan
penginapan;
c) biaya aplikasi visa; dan
d) biaya lainnya dalam rangka melaksanakan peijalanan
dinas sepanjang dipersyaratkan di negara penerima.
11) Dalam rangka pembebanan biaya pembatalan untuk
Peijalanan Dinas Pindah, pelaksana SPD menyampaikan
dokumen kepada PPK sebagai berikut:
a) surat pemyataan pembatalan tugas peijalanan dinas
pindah dari pejabat yang menerbitkan surat keputusan
pindah atau pejabat yang ditunjuk, yang dibuat sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Peijalanan Dinas Luar Negeri;
b) surat pemyataan pembebanan biaya pembatalan
peijalanan dinas pindah yang ditandatangani oleh PPK,
yang dibuat sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Peijalanan Dinas Luar Negeri; dan
c) pemyataan/tanda bukti besaran biaya pembatalan yang
disahkan oleh PPK.

12) Biaya pembatalan untuk Peijalanan Dinas Pindah yang dapat


dibebankan pada DIPA Satker meliputi:
a) sebagian atau selumh biaya tiket transportasi yang tidak
dapat dikembalikan/re/und atau biaya pembatalan tiket
transportasi;

jdih.kemenperin.go.id
-60-

b) sebagian atau seluruh biaya penginapan yang tidak


dapat dikembalikan/re^nd atau biaya pembatalan
penginapan;
c) biaya barang pindahan;
d) biaya aplikasi visa; dan
e) biaya lainnya dalam rangka melaksanakan peijalanan
dinas sepanjang dipersyaratkan di negara penerima.
13) Pelaksana SPD men3aisun pertanggungjawaban pelaksanaan
peijalanan dinas, berupa:
a) laporan pelaksanaan peijalanan dinas; dan
b) pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas.
14) Laporan pelaksanaan peijalanan dinas meliputi:
a) laporan pelaksanaan kegiatan untuk peijalanan dinas
jabatan yang dilakukan untuk keperluan sebagai
berikut:

(1) pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada


jabatan;
(2) mengikuti kegiatan magang di luar negeri;
(3) melaksanakan pengumandahan (detasering);
(4) mengikuti konferensi/sidang intemasional, seminar,
lokakaiya, studi banding, dan kegiatan-kegiatan
yang sejenis;
(5) mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan
promosi; dan/atau
(6) mengikuti training, pendidikan dan pelatihan,
kursus singkat {short course), penelitian, atau
kegiatan sejenis.
b) ijazah atau surat keterangan telah menyelesaikan tugas
belajar untuk peijalanan dinas jabatan yang dilakukan
untuk keperluan mengikuti tugas belajar di luar negeri
dalam rangka menempuh pendidikan formal setingkat
S1/S2/S3 dan post doctored;
c) basil diagnosa dari tim medis atau rumah sakit untuk
peijalanan dinas jabatan yang dilakukan untuk
keperluan mendapatkan pengobatan di luar negeri
berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian; dan

jdih.kemenperin.go.id
-61

d) surat keterangan penjemputan dan pengantaran jenazah


untuk peijalanan dinas jabatan yang dilakukan untuk
keperluan menjemput atau mengantar jenazah pejabat
negara, Pegawai ASN, an^ota TNI, an^ota POLRI, pejabat
lainnya, dan pihak lain yang meninggal dunia di luar
negeri karena menjalankan tugas negara.
15) Pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas untuk Peijalanan
Dinas Jabatan dengan melampirkan dokumen berupa:
a) SPD yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang di
tempat tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam
negeri;
b) surat pemyataan dari pelaksana SPD dalam hal tidak
diperoleh tanda tangan dari pihak yang berwenang
menandatangani SPD sebagaimana dimaksud pada
huruf a);
c) kuitansi/bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah
hari yang digunakan untuk melaksanakan Peijalanan
Dinas Jabatan;
d) bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transpor, terdiri
atas:

(1) bukti pembelian dan/atau bukti tiket transportasi


pembayaran moda transportasi lainnya; dan
(2) boarding pass, airport tax, pembuatan visa, dan
retribusi;
e) kuitansi/bukti pengeluaran yang sah untuk biaya
penginapan bagi peijalanan dinas jabatan sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 3) huruf c) dan huruf d);
f) daftar pengeluaran riil yang ditandatangani oleh
pelaksana SPD dan PPK dalam hal bukti pengeluaran
untuk biaya transportasi tidak diperoleh, yang dibuat
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Peijalanan Dinas Luar Negeri;
g) kuitansi/bukti pengeluaran yang sah untuk uang
representasi; dan
h) kuitansi/bukti pengeluaran yang sah untuk biaya
asuransi peijalanan.

jdih.kemenperin.go.id
-62

16) Pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas untuk Peijalanan


Dinas Pindah dengan melampirkan dokumen berupa:
a) SPD yang telah ditandatangani oleh pihak yang
berwenang di tempat tujuan pindah di luar negeri atau
tempat tujuan pindah di dalam negeri;
b) kuitansi/bukti penerimaan untuk biaya transpor, biaya
barang pindahan, dan uang harian; dan
c) kuitansi/bukti pengeluarsin yang sah untuk biaya
asuransi peijalanan yang terpisah dari harga tiket moda
transportasi yang digunakan.
17) Pelaksana SPD mengirimkan atau menyampaikgin dokumen
pertanggungjawaban sebagai berikut:
a) laporan pelaksanaan peijalanan dinas kepada pemberi
tugas paling lambat 5 (lima) hari keija setelah Peijalanan
Dinas Jabatan dilaksanakan;
b) dokumen pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas
kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari keija setelah
Peijalanan Dinas Jabatan dilaksanakan; dan
c) dokumen pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas
kepada PPK paling lambat 8 (delapan) hari keija setelah
Peijalanan Dinas Pindah dilaksanakan.

jdih.kemenperin.go.id
-63-

BAB VI

PENGADAAN BARANG/JASA

Dalam pengadsian barang/jasa di lingkungan Kementerian


Perindustrian, setiap Satker wajib:
1. memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri
termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional;
2. memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa nasional; dan
3. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekeijaan untuk usaha kecil
termasuk koperasi kecil serta kelompok masyarakat.
Penjelasan mengenai pengadaan barang/jasa sebagaimana tersebut di
atas sebagai berikut:
1. Setiap rencana pengadaan barang/jasa hams dimasukkan ke dalam
aplikasi sistem informasi rencana umum pengadaan (SIRUP) pada
bulan November tahun sebelumnya.
2. Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada angka 1 untuk 1
(satu) tahun anggaran dilaksanakan paling lambat akhir bulan Juli
tahun beijalan.
3. Pemilihan penyedia barang/jasa untuk paket pengadaan
barang/pekeijaan konsbruksi/jasa lainnya dengan nilai paling sedikit
di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta mpiah) sampai dengan
RplOO.000.000.000,00 (seratus milyar mpiah) dan untuk jenis
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas
RplOO.000.000,00 (seratus juta mpiah) sampai dengan
RplO.000.000.000,00 (sepuluh milyar mpiah), wajib dilaksanakan
melalui Unit Keija Pengadaan Barang/Jasa yang dalam hal ini unit
keija yang melaksanakan tugas dan menyelenggarakan fungsi layanan
pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian Perindustrian,
kecuali untuk Satker yang berbentuk unit pelaksana teknis atau unit
pendidikan dapat melalui unit layanan pengadaan di wilayah keijanya.
4. Proses pemilihan penyedia barang/jasa sebagaimana dimaksud pada
angka 3 dilaksanakan dengan cara lelang melalui layanan pengadaan
secara elektronik (LPSE).
5. Menteri Perindustrian menetapkan pemenang pemilihan atau penyedia
pada tender/penunjukan langsung/e-purchasing untuk paket
pengadaan barang/pekeijaan konstmksi/jasa lainnya dengan nilai di
atas Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar mpiah) dan pemenang

jdih.kemenperin.go.id
- 64 -

pemilihan atau penyedia pada seleksi/penunjukan langsung untuk


paket pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas
RplO.000.000.000,00(sepuluh milyar rupiah).
6. Menteri Perindustrian selaku PA dapat melimpahkan wewenangnya
dalam pengadaan barang/jasa termasuk namun tidak terbatas pada
penetapan pemenang sebagaimana dimaksud pada angka 5 kepada
KPA.

7. Pembayaran atas beban APBN dilakukan setelah barang/jasa diterima


dengan baik, benar, dan lengkap sesuai berita acara penyerahan
barang dan/atau jasa.
8. PPK dalam melakukan ikatan kontrak dan/atau peijanjian dengan
pihak lain harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan anggaran yang tersedia dalam DIPA.

jdih.kemenperin.go.id
-65-

BAB VII

PENGELUARAN ANGGARAN

DIPA Kementerian Perindustrian merupakan dasar pelaksanaan


pengeluaran negara di Ungkungan Kementerian Perindustrian. Alokasi dana
yang tertuang dalam DIPA merupakan batas tertinggi pengeluaran negara di
lingkungan Kementerian Perindustrian. Pengeluaran negara tidak boleh
dilaksanakan jika alokasi dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
dalam DIPA. Khusus pelaksanaan pengeluaran negara untuk pembayaran
gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dapat melampaui alokasi dana
gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dalam DIPA, sebelum dilakukan
perubahan/revisi DIPA dimaksud.
Penjelasan mengenai pengeluaran anggaran sebagaimana tersebut di
atas sebagai berikut:
1. Mekanisme Pembayaran Langsung
a. Pelaksanaan Pembayaran LS dilaksanakan atas dasar tagihan
kepada negara atas komitmen yang dibuat PPK. Pembayaran LS
ditujukan kepada:
1) penyedia barang/jasa atas dasar peijanjian/kontrak; atau
2) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan
belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium, dan
peijalanan dinas atas dasar surat keputusan.
b. Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1), dilaksanakan berdasarkan
bukti-bukti yang sah yang meliputi:
1) bukti peijanjian/kontrak;
2) referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening
penyedia barang/jasa;
3) berita acara penyelesaian pekeijaan;
4) berita acara serah terima pekeijaan/barang;
5) bukti penyelesaian pekeijaan Isdnnya sesuai ketentuan;
6) berita acara pembayaran;
7) kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa
dan PPK, yang dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
8) faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;

jdih.kemenperin.go.id
-66-

9) jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan


penjaminan atau perusahaan asuransi sebagaimana
dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
10) dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk
peijanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri
sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah peijanjian
pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
c. Dalam hal jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
keuangan lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 9)
berupa surat jaminan uang muka, jaminan dimaksud dilengkapi
dengan surat kuasa bermeterai cukup dari PPK kepada Kepala
KPPN untuk mencairkan jaminan.
d. Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak
lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2)
dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:
1) surat keputusan;
2) surat tugas/surat peijalanan dinas;
3) daftar penerima pembayaran; dan/atau
4) dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan,
e. Pembayaran LS kepada penyedia barang/jasa dalam rangka
pengadaan barang/jasa yang bemilai di atas Rp50.000.000,GO
(lima puluh juta rupiah) diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1) PPK menyampaikan surat permintaan pembayaran langsung
(SPP-LS) kepada PPSPM disertai dengan kelengkapan bukti-
bukti tagihan yang sah dalam rangkap 3(1 asli, 2 tindasan);
2) Setelah dilakukan pengujian dan dinyatakan telah memenuhi
syarat selanjutnya dibuat SPM yang ditujukan kepada KPPN
untuk diterbitkan SP2D oleh KPPN; dsm
3) Setelah dokumen SP2D terbit, selanjutnya dilakukan
pencatatan/ pembukuan sebagai pengawasan pengeluaran.
f. Pembayaran LS untuk honorarium diatur sebagai berikut:
Dalam rangka penerbitan surat permintaan pembayaran langsung
(SPP-LS) hams dilengkapi dokumen pendukung yang meliputi:

jdih.kemenperin.go.id
-67

1) surat keputusan yang terdapat pemyataan bahwa biaya yang


timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud
dibebankan pada DIPA;
2) daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani
oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran; dan
4) surat keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilampirkan pada awal pembayaran dan pada saat teijadi
perubahan surat keputusan.
g. Pembayaran LS untuk peijalanan dinas diatur sebagai berikut;
1) Dalam rangka penerbitan surat permintaan pembayaran
langsung (SPP-LS) untuk peijalanan dinas jabatan yang
sudah dilaksanakan, dengan melampirkan:
a) daftar nominatif peijalanan dinas; dan
b) dokumen pertanggungjawaban biaya peijalanan dinas
jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai peijalanan dinas.
2) Dalam rangka penerbitan surat permintaan pembayaran
langsung (SPP-LS) untuk peijalanan dinas jabatan yang
belum dilaksanakan, melampirkan daftar nominatif
peijalanan dinas.
3) daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf
a) dan angka 2) ditandatangani oleh PPK yang memuat paling
kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan
peijalanan dinas (nama,pangkat/golongan), tujuan, tanggal
keberangkatan, lama peijalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat.
4) Dalam rangka penerbitan surat permintaan pembayaran
langsung (SPP-LS) untuk peijalanan dinas pindah,
melampirkan dokumen pertanggungjawaban biaya peijalanan
dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai peijalanan dinas.

jdih.kemenperin.go.id
-68-

2. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP


a. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dilakukan dengan Pembayaran LS.
b. UP merupakan uang muka keija dari Kuasa BUN kepada
Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya
{revolving).
c. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa
paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
kecuali untuk pembayaran honorarium dan peijalanan dinas.
d. UP dapat diberikan untuk pengeluaran:
1) belanja barang;
2) belanja modal; dan
3) belanja Iain-lain.
e. Penggantian (revolving UP dilakukan apabila UP telah
dipergunakan paling sedikit 50%(lima puluh persen).
f. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional
Satker dedam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan
melalui UP.

g. Pemberian UP diberikan paling banyak:


1) Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan
Rp900.000.000,00 (sembilan ratusjuta rupiah);
2) RplOO.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.400.000.000,00(dua miliar empat ratus juta rupiah);
3) Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah);
atau

4) Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis


belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp6.000.000.000,00(enam miliar rupiah).

jdih.kemenperin.go.id
-69-

h. Perubahan besaran UP di luar ketentuan sebagaimana dimaksud


pada huruf g ditetapkan oleh:
1) KPPN untuk perubahan besaran UP menjadi paling tinggi
Rp500.000.000,00(lima ratusjuta rupiah); atau
2) Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan, untuk perubahan
besaran UP di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
i. Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 50%, sedangkan
Satker yang bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa
dana yang tersedia, KPA pada Satker berkenaan dapat
mengajukan TUP.
j. Pemberian TUP diatur sebagai berikut:
1) Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai dengan jumlah
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk klasiiikasi
belanja yang diperbolehkan diberi UP bagi instansi dalam
wilayah pembayaran KPPN.
2) permintaan TUP diatas Rp.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi
UP harus mendapat dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.

k. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan


dan dapat dilakukan secara bertahap.
1. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke kas negara
paling lambat 2(dua) hari keija setelah batas waktu sebagaimana
dimaksud pada huruf k.
m. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu)
bulan, KPA mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala
KPPN.

n. Bendahara Pengeluaran/BPP dapat melaksanakan pembayaran


melalui mekanisme UP setelah menerima surat perintah bayar
(SPBy) yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA dan
melampirkan bukti pengeluaran berupa:
1) kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
faktur pajak dan SSP; dan
2) nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan dan telah disahkan oleh
PPK.

jdih.kemenperin.go.id
70-

o. Berdasarkan SPBy, Bendahara Pengeluaran/BPP wajib melakukan


pengujian atas:
1) kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2) kebenaran atas hak tagih, meliputi:
a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b) nilai tagihan yang harus dibayar;
c) jadwal waktu pembayaran; dan
d) ketersediaan dana yang bersangkutan.
e) kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa
dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
peijanjian/kontrak; dan
f) ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran
(akun 6 digit).
p. Pembayaran melalui mekanisme UP dapat dilakukan dengan
menggunakan:
1) uang tunai yang berada pada kas Bendahara
Pengeluaran/BPP;
2) internet banking;
3) kartu debit;
4) kartu kredit; atau
5) cek/bilyet.
q. Bukti pendebitan rekening dalam rangka pembayaran melalui
mekanisme UP dengan menggunakan internet banking, kartu
debit, dan cek/bilyet giro merupakan dokumen sumber dalam
pembukuan Bendahara.
r. Pengajuan permintaan uang muka dari UP oleh Pelaksana
Komponen Kegiatan kepada Bendahara Pengeluaran/BPP terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan Koordinator Komponen
Kegiatan dan PPK disertai dengan rincian pembiayaan.
s. Pengajuan permintaan TUP oleh Pelaksana Komponen Kegiatan
kepada Bendahara Pengeluaran terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Koordinator Komponen Kegiatan dan PPK disertai
dengan rincian pembayaran.
t. Uang muka yang telah diterima dari Bendahara Pengeluaran
diluar uang muka untuk peijalanan dinas wajib
dipertanggungjawabkan 5(lima) hari keija sejak diterima.

jdih.kemenperin.go.id
-71

u. Uang muka untuk peijalanan dinas dipertanggungjawabkan paling


lambat 5(lima) hari keija setelah tanggal peijalanan berakhir.
V. Pelaksana Komponen Kegiatan yang belum atau tidak dapat
mempertanggungjawabkan uang muka dalam batas waktu yang
telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada huruf t dan huruf u
tidak diberikan uang muka berikutnya.
w. Dalam hal pembayaran tanpa permintaan uang muka kerja,
Pelaksana Komponen Kegiatan dapat mengajukan permintaan
pembayaran kepada Bendahard Pengeluaran atas bukti reimpung
pertanggungjawaban yang telah ditandatangani oleh Koordinator
Komponen Kegiatan dan PPK,
Pembayaran Penghasilan Pegawai non-ASN
a. Pegawai non-ASN adalah pegawai tidak tetap, pegawai honorer,
staf khusus, dan pegawai lain yang penghasilannya dibebankan
pada APBN yang meliputi:
1) Pegawai Pemerintah dengan Peijanjian Keija/staf
khusus/staf ahh non-ASN pada Kementerian Negara/
Lembaga;
2) komisioner/pegawai non-ASN pada lembaga non struktural;
3) dokter/bidan pegawai tidak tetap;
4) dosen/guru tidak tetap;
5) satuan pengaman (satpam), pengemudi, petugas kebersihsin,
dan pramubakti pada satker yang membuat peijanjian
keija/kontrak dengan KPA/PPK untuk melaksanakan
kegiatan operasional kantor; dan
6) Pegawai non-ASN lainnya yang penghasilannya bersumber
dari APBN.

b. Dalam hal ini, pegawai non-ASN tidak termasuk:


1) pegawai pada BLU yang penghasilannya dibayarkan dari
penghasilan BLU; atau
2) pegawai tidak tetap/penerima honorarium yang ditugaskan
terkait output kegiatan.
c. Pembayaran penghasilan bagi pegawai non-ASN yang diatur
adalah penghasilan pegawai non-ASN yang dibebankan pada
APBN, tidak termasuk pembayaran tunjangan kineija pegawai
non-ASN.

jdih.kemenperin.go.id
- 72 -

d. Pembayaran penghasilan pegawai non-ASN dilakukan setiap


bulan, paling cepat pada hari keija pertama dan paling lambat
tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya.
e. Dalam hal terdapat penghasilan yang telah menjadi hak pegawai
non-ASN pada bulan-bulan sebelumnya yang belum dibayarkan,
maka pembayarannya dapat diajukan sekaligus.
f. Pengajuan permintaan pembayaran penghasilan pegawai non-ASN
hams menggunakan aplikasi SAS pada Satker.
g. Dalam rangka pelaksanaan jaminan kesehatan, penghasilan
pegawai non-ASN dikenakan potongan sebesar 2% (dua persen)
dari penghasilan yang diterima setiap bulan, dengan ketentuan:
1) batasan paling tinggi gaji/upah (penghasilan) per bulan ysing
dijadikan dasar perhitungan besaran iuran jaminan
kesehatan bagi pegawai non-ASN adalah sebesar
Rp8.000.000,GO (delapanjuta mpiah);
2) batasan paling rendah gaji/upah (penghasilan) per bulan
yang dijadikan dasar perhitungan besaran iuran jaminan
kesehatan bagi pegawai non-ASN adalah sebesar Upah
Minimum Regional(UMR)terendah atau honorarium terendah
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
3) dalam hal terdapat penghasilan pegawai non-ASN yang bam
pertama kali dibayarkan untuk beberapa bulan sekaligus,
potongan iuran jaminan kesehatan pertama kaU dikenakan
terhadap penghasilan 1 (satu) bulan terakhir. Sedangkan
pembayaran penghasilan untuk beberapa bulan sekaligus
bagi pegawai non-ASN yang pada bulan sebelumnya pemah
dibayarkan oleh Satker berkenaan, potongan iuran jaminan
kesehatan dikenakan terhadap penghasilan tiap bulan.
h. Kelengkapan/lampiran SPM untuk pembayaran penghasilan
Pegawai Non ASN yaitu:
1) daftar nominatif untuk lebih dari 1 (satu) penerima dari
Aplikasi SAS;
2) SSP (dalam hal terdapat potongan Pajak Penghasilan Pasal
21);
3) ADK SPM; dan
4) ADK pegawai non-ASN.

jdih.kemenperin.go.id
- 73 -

BAB VIII

REVISI ANGGARAN

Revisi anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah


ditetapkan berdasarkan APBN dan disahkan dalaim DIPA. Revisi anggaran
meliputi:
1. revisi ginggaran dalam hal pagu anggaran berubah;
2. revisi an^aran dalam hal pagu anggaran tetap; dan
3. revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi,
perubsihan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/atau
revisi lainnya yang ditetapkan sebagai revisi administratif.
Revisi anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai
petunjuk pen3aisunan dan penelaahan Rencana Keija dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAL-K/L) dan pengessihan DIPA sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk pen3aisunan
dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA. Revisi Anggaran dapat
dilakukan setelah DIPA petikan ditetapkan.
Revisi anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan
pengurangan alokasi terhadap;
1. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk
pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang
sama dan/atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang
melekat pada gaji pada Satker Iain sepanjang pergeseran tersebut tidak
mengakibatkan pagu minus;
2. pembayaran berbagai tunggakan;
3. rupiah mumi pendamping sepanjang paket pekeijaan masih berlanjut
{on-going); dan/atau
4. paket pekeijaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan
dananya sehingga dananya menjadi minus.
Penjelasan mengenai revisi anggaran sebagaimana tersebut di atas
sebagai berikut;
1. Revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah
Revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah berupa perubahan
rincian singgaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan
pagu anggaran, termasuk pergeseran rincian anggarannya, meliputi:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;

jdih.kemenperin.go.id
74-

b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah


luar negeri dan dalam negeri, termasuk pemberian
pinjaman/hibah;
c. perubgihan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN,
termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak
terserap pada tahun-tahun sebelumnya;
d. Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu untuk
pengesahan belsinja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri yang telah closing date;
e. perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan anggaran
sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter,
tambahan kewajiban, dan/atau pemenuhan kewajiban; dan/atau
f. perubahan transfer ke daerah dan dana desa.
2, Revisi angggiran dalam hal pagu anggaran tetap
Revisi anggaran dalam hal pagu anggaran tetap berupa pergeseran
rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, meliputi:
a. pergesaran anggaran bagian anggaran (BA) 999.08 (BA BUN) ke
BA K/L atau antar subbagian anggaran dalam BA. 999(BUN);
b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yeing sama atau
antar program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber
dari rupiah mumi untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional;
c. pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber
dananya berasal dari PNBP;
d. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal
dari instansi penghasil;
e. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang
melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
f. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama atau
antar program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi
kebutuhan Ineligible Expenditure atas kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
g. pergeseran anggaran antara program lama dan pogram baru
dalam rangka penyelesaian administrasi DlPA sepanjang telah
disetujui Dewan PerwaMlan Rakyat;

jdih.kemenperin.go.id
-75

h. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama atau


antar program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka
penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi
kementerian/lembaga;
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama dalam
rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
j. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama dalam
rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya;
k. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai
dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;
1. pergeseran anggarem dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar
lokasi dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas
pembantuan, urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi;
m. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
n. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
o. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
{inkrachtj;
p. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar
tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;
q. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa anggaran
kontraktual atau sisa anggaran swakelola yang dilakukan dalam 1
(satu) program yang sama;
r. pergeseran an^aran dalam rangka pemenuhan kewajiban negara
sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi
intemasional;
s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan
dalam DIPA BUN;
t. pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan
prioritas penggunaan anggaran;
u. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman IV DIPA
berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan anggaran,
penggunaan keluaran (output^ cadangan, dan/atau tunggakan;
V. pen^unaan dana keluaran [output^ cadangan; dan/atau
w. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama atau
antar program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka

jdih.kemenperin.go.id
-76

memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat


kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya.
3. Revisi administrasi

a. Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi


meliputi:
1) ralat kode kewenangan;
2) ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;
3) ralat volume, jenis, dan satuan keluaran {outputj yang
berbeda antara RKA-K/L dan rencana keija pemerintah atau
basil kesepakatan DPR dengan Pemerintah;
4) ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan
akuntansi sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran yang
sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis
belanja;
5) ralat kode KPPN;
6) ralat kode lokasi Satker atau lokasi KPPN;
7) perubahan rencana penarikan dana/atau rencana
penerimaan dalam halaman 111 DIPA;
8) ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk pemberian
pinjaman;
9) ralat cara penarikan SBSN;
10) ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN;
dan/atau
11) ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L
DIPA.

b. Revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan rumusan


yang tidak terkait dengan anggaran, meliputi:
1) perubahan/penambahan nomor register pinjaman dan/atau
hibah luar negeri;
2) perubahan/penambahan nomor register SBSN;
3) perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,
termasuk pemberian pinjaman;
4) perubahan/penambahan cara penarikan SBSN;
5) perubahan rumusan sasaran kineija dalam database RKA-
K/L DIPA;
6) perubahan pejabat penandatangan DIPA;

jdih.kemenperin.go.id
- 77 -

7) perubahan nomenklatur bagian anggaran, program/kegiatan,


dan/atau Satker; dan/atau
8) perubahan pejabat perbendaharaan.
4. Revisi anggaran dilakukan pada Direktorat Jenderal Anggaran, Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan KPA.
5. Ketentuan mengenai pembagian kewenangan revisi sebagaimana
dimaksud pada angka 4 sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai revisi anggaran.
6. PA/KPA bertanggung jawab atas kebenaran formil dan materiil
terhadap segala sesuatu yang terkait dengsui pengajuan usulan revisi
anggaran,

7. Dalam hal penyelesaian revisi anggaran ditemukan kes€ilahan berupa:


a. kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN);
b. kesalahan pencantuman kode lokasi;
c. kesalahan pencantuman sumber dana;
d. terlanjur memberikan approval/persetujuan revisi;
e. tidak tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA;
dan DIPA belum direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat
dilakukan revisi secara otomatis.

8. Revisi otomatis dilakukan oleh unit yang memproses usul revisi.

jdih.kemenperin.go.id
- 78-

BABIX

KARTU KREDIT PEMERINTAH

Dalam Penggunaan KKP pada Satker di lingkungan Kementerian


Perindustrian, Satker wajib mengacu pada ketentuan tentang tata cara
pembayaran dan penggunaan KKP, antara lain:
a. Menjalin keijassima dengan Bank tempat rekening Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pembantu Pengeluaran Satker sebagai Bank
Penerbit KKP;
b. Memperhatikan prinsip-prinsip dalam penggunaan KKP, antara lain
fleksibel, keamanan dalam bertransaksi, keefektifan mengurangi UP
yang menganggur (idle cash) dan biaya dana (cost of fund) Pemerintah
dari transaksi UP, dan akuntabilitas pembayaran tagihan Negara
c. Mengalokasikan proporsi UP KKP sebesar 40% (empat puluh persen)
dari besaran UP yang dikelola Satker;
d. Dalam hal Satker memiliki kesulitan dalam menggunakan proporsi UP
KKP, KPA dapat mengajukan usulan kenaikan/penurunan proporsi UP
KKP kepada Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat, atau
mengajukan usulan perubahan besaran UP KKP kepada Kepala KPPN
setempat (usulan perubahan hanya dapat diproses oleh KPPN setelah
mendapatkan persetujuan dari Kanwil Ditjen PB); dan
e. Satker diperkenankan untuk memilih 1 (satu)jenis KKP, untuk belanja
operasional dan/atau belanja peijalanan dinas.

Dalam Penggunaan dan Pembayaran KKP, KPA memiliki tugas dan


wewenang:

a. menerbitkan Surat Pemyataan UP untuk diajukan pada saat


penyampaian SPM-UP Tunai ke KPPN;
b. mengajukan surat permohonan perubahan besaran UP KKP ke KPPN;
c. menetapkan Pemegang KKP dan Administrator KKP dalam satu surat
keputusan (SK) KPA;
d. melakukan peijanjian keijasama dengan Pejabat Bank Penerbit KKP;
e. menyampaikan surat permohonan penerbitan KKP kepada Bank
Penerbit KKP;
f. membuat dan menandatangani Surat Peijanjian Penggunaan KKP dan
Berita Acara Serah Terima KKP pada saat penyerahan KKP kepada
Pemegang KKP;

jdih.kemenperin.go.id
- 79 -

g. melakukan penarikan KKP karena penyalahgunaan kartu, dan


menerbitkan surat peringatan kepada Pemegang KKP;
h. menyampaikan Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Pembayaran dengan KKP secara triwulanan (tiga bulan sekali) kepada
KPPN;
i. bersama dengan Pemegang KKP menandatangani BA Serah Terima KKP
dan Surat Peijanjian Penggunaan KKP;
j. melakukan penarikan KKP karena penyalahgunaan Pemegang KKP,
seperti penggunaan KKP untuk pembayaran selain belanja yang
ditetapkan terhadap KKP yang dipegangnya, penggunaan KKP melebihi
batas tertinggi biaya peijalanan dinas jabatan yang dapat dibayarkan
atas beban APBN, pen^unaan KKP untuk pembayaran belanja
operasional atau belanja modal dimana spesifikasi teknis dalam
dokumen penerimaan barang/jasa tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis dalam dokumen rencana kegiatan, manipulasi data tagihan (e-
bUling)/Daitar Tagihan Sementara dengan bukti-bukti pengeluaran,
atau penarikan uang secara tunai menggunakan KKP;
k. melakukan penarikan KKP karena keadaan tertentu yang dialami
Pemegang KKP, seperti dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat,
dijatuhi hukuman yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap,
diberhentikan sebagai Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil atau
pegawai lainnya Kementerian Perindustrian, sakit berkepanjangan,
meninggal dunia, tugas belajar, atau mutasi/berpindah tempat keija.
1. menetapkan Prosedur Operasional Standar Intenal terkait norma waktu
penggunaan, penyelesaian tagihan, dan pertanggungjawaban KKP
untuk mengantisipasi/mencegah teijadinya keterlambatan pembayaran
tagihan KKP; dan
m. men5aisun dan menyampaikan Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Pembayaran dengan KKP Tingkat Satker kepada KPPN
secara triwulsinan selambat-lambatnya 5 (lima) hari keija setelah
periode triwulanan berakhir.

Dalam Penggunaan dan Pembayaran KKP, tugas dan wewenang PPK


antara lain sebagai berikut:
a. melakukan pengujian terhadap kebenaran data pihak yang berhak
menerima pembayaran, kebenaran materiil dan perhitungan bukti-
bukti pengeluaran, kesesuaian spesifikasi teknis dalam

jdih.kemenperin.go.id
-80

peijanjian/kontrak, dokumen serah terima, dan barang/jasa yang


diserahkan oleh penyedia barang/jasa; dan
b. melakukan verifikasi dalam hal terdapat indikasi penyalahgunaan KKP.

Dalam Penggunaan dan Pembayaran KKP, tugas dan wewenang


Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP antara lain sebagai berikut:
a. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian atas SPBy KKP;
b. Bendahara Pengeluaran/BPP men3aisun daftar pungutan/potongan
pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy serta melakukan
pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak dan melakukan
penyetoran ke Kas Negara sebelum melakukan pembayaran tagihan
KKP;
c. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran tagihan KKP
melalui pendebetan rekening Bendahara Pengeluaran/BPP ke rekening
Bank Penerbit KKP setelah pencairan dana SP2D masuk ke rekening
Bendahara Pengeluaran/BPP;
d. Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran tagihan KKP melalui
pendebitan rekening Bendahara Pengeluaran ke rekening Bank
Penerbit KKP paling lambat 2 (dua) hari keija setelah dana SP2D
masuk rekening Bendahara Pengeluaran; dan
e. Dalam hal Bendahara Pengeluaran memiliki BPP, Bendahara
Pengeluaran melakukan pembayaran tagihan KKP melalui pendebitan
rekening Bendahara Pengeluaran ke rekening BPP paling lambat 1
(satu) hari keija setelah dana SP2D masuk rekening Bendahara
Pengeluaran untuk kemudian diteruskan ke rekening Bank penerbit
KKP paling lambat 1 (satu) hari keija setelah dana masuk ke rekening
BPP.

Dalam Penggunaan dan Pembayaran KKP, tugas Administrator KKP


antara lain sebagai berikut:
a. Administrator KKP dalam situasi tertentu dapat meminta kenaikan
batasan belanja {limitj KKP secara sementara atau permanen kepada
Bank Penerbit KKP;
b. Administrator KKP bertugas meminta penyetoran kembali apabila
terdapat Keterlanjuran pembayaran kepada Bank Penerbit KKP; dan
c. Terhadap kejadian keterlanjuran pembayaran, yakni pembayaran yang
melebihi tagihan/haknya, Asministrator KKP menginformasikan

jdih.kemenperin.go.id
81 -

kepada Bank Penerbit KKP untuk dilakuksin penyetoran kembali,


dengan menyampaikan nilai keterlanjuran pembayaran, nomor dan
nama KKP, bukti-bukti pembayaran yang sah, dan nomor rekening
BP/BPP untuk penyetoran kembali.

Dalam Penggunaan dan Pembayaran KKP, tugas Pemegang KKP antara


lain sebagai berikut:
a. Pemegang KKP bertanggung jawab menggunakan KKP sesuai dengan
kewenangannya, serta merahasiakan nomor kartu. Personal
Identification Number, Card Verification Value, dan masa berlaku KKP;
b. Pemegang KKP Bertan^ung jawab terhadap kerahasiaan data diri dan
transaksi KKP dari pihak luar;
c. Pemegang KKP secara aktif memeriksa kondisi dan rincian transaksi
KKP untuk memastikan tidak terdapat transaksi yang salah/tidak
diakui {dispute);
d. Pemegang KKP memastikan kesesuaian jenis belanja (belanja
operasional atau belanja peijalanan dinas) yang dibebankan dengan
jenis belanja yang telah ditetapkan pada KKP yang dipegangnya;
e. Batasan belanja (limit) KKP ditetapkan paling tinggi Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) perbulan perkartu untuk belanja operasional
dan Rp20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) perbulan perkartu untuk
belanja peijalanan dinasjabatan; dan
f. Pemegang KKP dalam membuat Daftar Pengeluaran Riil wajib
mengumpulkan dokumen berupa tagihan {e-billing)/Daftar Tagihan
Sementara, Surat Tugas/SPPD/Peijanjian/Kontrak, dan bukti-bukti
pengeluaran berupa kuitansi/bukti pembelian yang disertai dengan
faktur pajak dan SSP.

jdih.kemenperin.go.id
-82 -

BABX

PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

Kepala Satker melakukan pemantauan pelaksanaan rencana keija yang


meliputi pelaksanaan program, kegiatan, komponen kegiatan, dan anggaran
sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pemantauan yang dilakukan
kepala Satker meliputi:
1. perubahan pagu anggaran;
2. perkembangan realisasi penyerapan dana;
3. realisasi pencapaian target keluaran [outputj;
4. kendala yang dihadapi dan pemecahannya; dan
5. laporan pelaksanaan anggaran.
Kepala Satker men3nisun laporan hasil pemantauan dalam bentuk
laporan triwulanan. Laporan triwulanan disampaikan secara hierarki
kepada Sekretaris Jenderal paling lambat 14(empat belas) hari keija setelah
triwulan yang bersangkutan berakhir. Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri Perindustrian menyampaikan Laporan triwulanan kepada Menteri
Keuangan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Setiap KPA merupakan entitas pelaporan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Setiap entitas pelaporan wajib
menjmsun dan menyajikan:
1. laporan keuangan; dan
2. laporan barang milik negara.
Laporan keuangan dan laporan barang milik negara paling sedikit
terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan, dan laporan barang milik negara. Laporan keuangan dan laporan
barang miUk negara disampaikan secara beijenjang kepada Sekretaris
Jenderal c.q Biro Keuangan menurutjadwal sebagai berikut:

jdih.kemenperin.go.id
-83-

1. Laporan Keuangan Semester I


Proses dan
Unit Organisasi Terima Kirim
Rekonsiliasi

UAKPA .

12 JuU

2XX1

UAPPA-W 14 Juli 6 hari

2XX1 20 JuU

UAPPA-El 3 hari 2XX1


n

22 Juli

UAPA 2XX1 4 hari 25 JuU

2XX1

Menken cq. Diijen 27 JuU -

PBN 2XX1 31 JuU

2XX1

31 JuU

2XX1 -

2. Laporan Barang Milik Negara Semester I


Proses dan
Unit Organisasi Terima Kirim
Rekonsiliasi

UAKPB 10 Juli 2XX1 12 Juli

2XX1

UAPPB-W 14 Juli 4 hari

2XX1 18 JuH2XXl

UAPPB-El 2 hari

20 JuH 22 Juli2XXl

UAPB 2XX1 3 hari

26 JuH2XXl

Menken cq. Diijen KN 23 JuU

2XX1

26 Juli

2XX1

jdih.kemenperin.go.id
-84-

3. Laporan Keuangan Tahunan (Unaudited)


Proses dan
Unit Organisasi Terima Kirim
Rekonsiliasi

UAKPA - -
20Jan2XX2

UAPPA -W 22 Jan 7 hari 29 Jan2XX2

2XX2

UA^A -El 7 hari 08 Feb 2XX2

01 Feb

l^A 2XX2 17 hari Tan^al


terakhir

Menkeu cq. Diijen 10 Feb -


Februari

PEN 2XX2 2XX2

Tan^al
terakhir

Februari

2XX2

Laporan Barang Milik 1!^egara Tahunan


Proses dan
Unit Organisasi Terima Kirim
Rekonsiliasi

UAKPB 17 Jan 2XX2 20Jan2XX2

UAPPB-W 23 Jan 6 hari 29 Jan 2XX2

2XX2

UAPPB-El 6 hari 08Feb2XX2

02 Feb

U^B 2XX2 18 hari Tan^al


terakhir

Menkeu cq. Diijen KN 10 Feb Februari

2XX2 2XX2

Tan^al
terakhir

Februari

2XX2

jdih.kemenperin.go.id
- 85-

Keterangan:
1) UAKPA adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran yaitu
unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan akuntansi
dan pelaporan tingkat Satker.
2) UAPPA-W adalah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran
Wilayah yaitu unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang selurub
UAKPA yang berada dalam wilayab keijanya.
3) UAPPA-El adalab Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran Eselon I yaitu unit akuntansi instansi yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan
maupun barang selurub UAPPA-W yang berada di wilayab
keijanya serta UAKPA yang langsung berada di bawabnya.
4) UAPA adalab Unit Akuntansi Pengguna Anggaran yaitu unit
akuntansi instansi pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga
(Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan, baik keuangan maupun barang selurub UAPPA-El
yang berada di bawabnya.
5) UAKPB adalab Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yaitu
Satker/Kuasa Pengguna Barang yang memiliki wewenang
mengurus dan/atau menggunakan BMN,
6) UAPPB-W adalab Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-
Wilayab adalab unit akuntansi BMN pada tingkat wilayab atau
unit keija lain yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan
melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAKPB,
penanggungjawabnya adalab Kepsda Kantor Wilayab atau
Kepala unit keija yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.
7) UAPPB-El adalab Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Eselon I yaitu unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon I yang
melakukan kegiatan penggabungan Laporan BMN dari UAPPB-
W dan UAKPB yang langsung berada di bawabnya yang
penanggungjawabnya adalab pejabat Eselon I.
8) UAPB adalab Unit Akuntansi Pengguna Barang yaitu unit
akuntansi BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga
yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari
UAPPB-El, yang penanggungjawabnya adalab
Menteri/Ptmpinan Lembaga.

jdih.kemenperin.go.id
86-

9) 2XX1 adalah tahun anggaran beijalan.


10) 2XX2 adalah 1 (satu) tahun setelah tahun an^aran beijalan.

jdih.kemenperin.go.id
- 87 -

BAB XI

PENUTUP

Pedoman pengelolaan anggaran di lingkungan Kementerian


Perindustrian berlaku sejak tanggal diundangkan. Dengan berlakunya
Pedoman ini diharapkan:
1. terdapat keseragaman dalam pengelolaan anggaran pada setiap Satker
di lingkungan Kementerian Perindustrian; dan
2. pengelolaan anggaran dapat dilakukan secara transparan, akuntabel,
tertib administrasi, efektif, dan efisien.
Dalam pelaksanaan anggaran, Seluruh pimpinan Satker agar mengacu
kepada Pedoman ini dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

MENTERl PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS GUMIWANG KARTASASMITA

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretariat Jenderal
Kementerian Perindustrian
Kepala Biro Hukum,

Feby Setyo Hariyono

jdih.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai